• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: magical realism

Harbart by Nabarun Bhattacharya

10 Monday Jan 2022

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

asia, english, india, indie books, magical realism, novella, popsugar RC 2022, translation

Judul: Harbart

Penulis: Nabarun Bhattacharya

Penerjemah: Sunandini Banerjee

Penerbit: New Directions (2019)

Halaman: 122p

Beli di: Post Santa, part of Lonely Reader Care Package

Saya sangat jarang membaca buku terjemahan asal India. Rata-rata penulis India yang saya baca karyanya memang yang sudah menjadi bagian diaspora, baik yang beremigrasi ke Amerika atau Eropa, atau sudah generasi kesekian keluarga imigran.

Karena itu, tidak mengherankan kalau saya sama sekali tidak pernah mendengar tentang Harbart, atau penulisnya, Nabarun Bhattacharya. Mendapat buku ini pun tidak sengaja, karena memesan Lonely Reader Care Package yang dikurasi oleh toko buku Post saat akhir tahun lalu. Sesuai request saya yang menginginkan buku bernuansa “magical”, Post pun memilihkan Harbart, yang kental unsur magical realisme nya.

Dan memang, kadang kita harus venturing to unknown territory in order to experience new things. Harbart adalah pengalaman membaca yang unik, yang saya awali dengan blank slate, dan go with the flow saja sampai buku berakhir.

Harbart Sarkar mengalami begitu banyak ketidakberuntungan selama hidupnya. Ditinggal mati kedua orang tuanya saat ia masih kecil, dititipkan di rumah paman dan bibinya, di tengah sepupu dan keluarga yang semuanya memandang rendah dirinya, kecuali sang bibi yang baik hati, Harbart seolah tidak pernah diizinkan untuk bahagia. Sampai suatu pengalaman aneh menghampirinya, yang membuatnya dikenal sebagai orang yang bisa bercakap-cakap dengan orang mati.

Orang-orang dari berbagai penjuru kini mencari Harbart, ingin berbicara dengan kekasih-kekasih yang sudah meninggal dunia. Bahkan Harbart didekati oleh seorang pebisnis yang ingin menjadikannya partner bisnis okult yang sedang marak di dunia.

Kita menyaksikan perjalanan hidup Harbart yang malang melintang seiring perjalanan India sebagai negara yang mencari jati dirinya, mulai dari tahun 50 hingga 90-an, khususnya kota Kalkuta yang menjadi tempat tinggal Harbart. Banyak metafora yang saling berkaitan antara kehidupan Harbart dan Kalkuta, yang mungkin akan sedikit terlewatkan bila kita tidak terlalu familiar dengan sejarah India. Saya sendiri baru “ngeh” dengan keterkaitan ini saat membaca Afterword dari Siddharta Deb, yang membuat banyak hal menjadi jelas.

Penuturan buku ini bisa dibilang tidak biasa, banyak diselingi puisi, kutipan buku-buku yang menjadi kitab wajib Harbart dalam pencarian panggilan hidupnya, serta unsur magical realisme yang hadir melalui leluhur-leluhur Harbart yang sudah meninggal dunia. Dari beberapa review yang saya baca, semuanya rata-rata memuji gaya penerjemahan Banerjee di buku ini.

Secara keseluruhan, Harbart adalah pengalaman baru yang cukup menyenangkan, panjang buku yang hanya lebih sedikit dari 100 halaman membuat gaya yang kadang sulit diikuti tidak terlalu menyiksa, tapi justru menantang secara wajar.

Recommended if you want to read more Indian literature without being intimidated.

Rating: 3.5/5

Recommended if you want to read: Indian literature, under the radar writer, independent published book, magical realism

Submitted for:

Category: A book you know nothing about

Nothing to See Here by Kevin Wilson

15 Wednesday Dec 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, bargain book!, dysfunctional family, ebook, english, fantasy, fiction, magical realism, popsugar RC 2021

Judul: Nothing to See Here

Penulis: Kevin Wilson

Penerbit: Ecco (2019, Kindle Edition)

Halaman: 272p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99)

This was probably one of the most hilarious books I’ve read this year! Premisnya saja sudah agak nyeleneh: Lilian sudah cukup lama tidak berhubungan dengan teman masa kecilnya, Madison. Pasalnya, kehidupan mereka sangat berbeda. Lilian stuck di kota kecil tempat ia dibesarkan, dengan pekerjaan yang tidak ke mana-mana, dan hidup yang seolah tanpa tujuan. Sementara itu, Madison memiliki nasib yang amat berbeda. Menjadi public figure, dan menikahi senator yang digadang-gadang sebagai presiden masa depan Amerika.

Namun suatu hari, Madison menghubungi Lilian untuk meminta bantuan. Bantuannya super aneh, pula. Ternyata, suaminya sang senator, memiliki dua orang anak dari pernikahan sebelumnya. Yang disembunyikan selama ini adalah keunikan dua anak kembar tersebut: mereka bisa tiba-tiba terbakar kalau sedang stress. Ajaibnya, mereka tidak bisa melukai diri sendiri – tapi tentu saja kemampuan itu membuat mereka berbahaya bagi orang lain.

Dan Lilian, tanpa pengalaman mengasuh anak, apalagi yang bisa membakar diri, setuju untuk mengasuh kedua anak tersebut. Namun yang ia hadapi ternyata lebih dari sekadar anak-anak yang bisa terbakar, apalagi setelah si kembar berhasil mencuri hatinya.

Buku yang kelihatannya gila dan penuh chaos ini menyimpan tema yang sebenarnya cukup menyentuh: relationship, found family, being different. Tapi isu-isu serius tersebut dengan cerdas disembunyikan oleh Kevin Wilson ke dalam sebuah kisah yang kocak, kacau, dan punuh momen-momen ajaib.

Beberapa bagian terasa begitu absurd, tapi saya tidak begitu peduli, karena telanjur menikmati storytelling dan writing yang menunjukkan skills Wilson sebagai penulis andal. Karakter-karakternya aneh namun memorable, dan meski kisahnya benar-benar di luar nalar, namun entah kenapa bisa terasa relatable. I can say that this book lives up to its hype 🙂

Rating: 4/5

Recommended if you like: absurd story, witty dialogues, weird but memorable characters, original plot

Submitted for:

Category: A magical realism book

Ninth House by Leigh Bardugo

08 Wednesday Dec 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, campus life, dark academia, dark fantasy, english, fantasy, fiction, magical realism, popsugar RC 2021, series

Judul: Ninth House

Penulis: Leigh Bardugo

Penerbit: Flatiron Books (2019)

Halaman: 501p

Beli di: Periplus BBFH (IDR 90k)

Galaxy “Alex” Stern memiliki kemampuan melihat makhluk halus sejak ia kecil. Drop out dari sekolah dan pergaulan dengan pemakai narkoba membuat kehidupan Alex di Los Angeles jauh dari yang ia cita-citakan. Puncaknya adalah ketika ia menjadi satu-satunya penyintas dalam permbunuhan massal yang juga menewaskan sahabat terbaiknya.

Namun Alex mendapat kesempatan kedua saat ia direkrut oleh perkumpulan rahasia Yale. Kemampuan indera keenamnya menjadikan Alex aset berharga bagi perkumpulan tersebut, meski ia bukan murid jenius seperti rata-rata mahasiswa Yale. Tugas Alex adalah memonitor kegiatan delapan secret societes di Yale, yang masing-masing berpusat di bangunan tua yang diyakini memiliki portal terhadap dunia lain yang tidak kita kenal.

Ada yang menggunakan sihir terlarang, ada yang melihat masa depan melalui organ internal manusia, ada yang gosipnya bisa membangkitkan orang mati.. Alex sama sekali tidak membayangkan pekerjaannya akan berhadapan dengan begitu banyak kegilaan dan bahaya. Namun saat mentornya menghilang, dan kematian mulai terjadi, Alex menyadari pekerjaannya mungkin jauh lebih berbahaya dari yang ia kira.

Agak sulit masuk ke dalam Ninth House, karena buku langsung diawali dengan kejadian demi kejadian intens saat Alex sudah berada di tengah-tengah pekerjaannya mengawasi perkumpulan rahasia Yale dengan segala intriknya. Kita tidak diberi kesempatan untuk bernapas, berpikir, dan menyesuaikan diri dengan situasi Alex. Dan memang, cukup lama juga sampai saya bisa merasa kenal dan relate dengan Alex, saking ribetnya situasi yang ia alami di bagian awal sampai pertengahan buku.

Namun, setelah merasa cukup akrab dengan Alex, saya merasa lebih mudah masuk ke dunianya, dan langsung terjerat dalam Ninth House, dengan Yale yang digambarkan amat berbeda, dengan berbagai karakter dan misteri yang ada, dan tentu saja, Alex sendiri, yang memiliki masa lalu rumit dan kelam.

Ninth House adalah bagian pertama, appetizer yang cukup memuaskan dari serial ini- tidak sabar rasanya untuk masuk ke buku selanjutnya!

Rating: 4/5

Recommended if you like: dark academia, atmospheric setting, magic gone wrong, strong female character, complicated but juicy story

Submitted for:

Category: A dark academia book

Once Upon a River by Diane Setterfield

17 Monday May 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, fantasy, historical fiction, magical realism, mystery, popsugar RC 2021, twist

Judul: Once Upon a River

Penulis: Diane Setterfield

Penerbit: Emily Bestler Books/Atria (2018, Hardcover)

eventfictionadultyoung readersgiveawaylistmememy storynon fictionpoetryread alongreadathonshoppingUncategorizedAdd New Category

Tags

Halaman: 464p

Beli di: Big Bad Wolf Tokopedia (IDR 70k)

Diane Setterfield telah memukau saya lewat karya masterpiecenya, The Thirteenth Tale (harus reread untuk direview, nih!). Dan dengan segala ekspektasi saya yang di atas rata-rata untuk sang penulis, untungnya Once Upon a River tidak mengecewakan.

The Swan adalah sebuah penginapan tua yang terletak di pinggir sungai Thames, tepatnya di daerah Radcot. The Swan terkenal karena di tempat ini orang-orang saling berbagi kisah, dari mulai legenda Battle of Radcot Bridge yang terkenal, sampai ke kisah-kisah lain, yang biasanya awalnya disampaikan oleh Joe Bliss, suami Margot Ockwell si pemilik penginapan.

Suatu malam, kisah-kisah tersebut dipotong oleh kejadian luar biasa, yang nantinya akan diteruskan menjadi salah satu kisah paling melegenda di sepanjang Thames. Di malam yang berangin, di tengah musim dingin, seorang pria tiba-tiba masuk ke The Swan, pingsan mendadak, dan menggendong seorang anak perempuan kecil yang tidak sadar.

Rita, perawat yang dipanggil ke The Swan, menyatakan anak perempuan tersebut sudah meninggal dunia, karena tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan lagi, termasuk detak jantung dan napas yang berhenti. Tapi ternyata, anak tersebut perlahan-lahan kembali bernapas, dan bahkan akhirnya hidup kembali, meski tidak bisa berbicara.

Belum hilang kekagetan orang-orang, anak tersebut kini menjadi rebutan beberapa pihak yang mengklaimnya sebagai anak mereka yang hilang. Mr. dan Mrs. Vaughan mengklaim anak tersebut adalah Amelia, anak perempuan mereka yang diculik orang beberapa tahun lalu. Robin Armstrong, yang baru kehilangan istrinya, berpikir bahwa anak perempuan tersebut adalah Alice, anaknya yang menghilang bersama sang istri. Sedangkan Lily, yang dihantui tragedi bertahun-tahun lalu, berharap anak itu adalah adik perempuannya yang dianggap sudah meninggal dunia.

Siapa identitas anak perempuan misterius tersebut menjadi kisah utama buku ini, namun tidak sesederhana kelihatannya, karena di balik kisah tersebut, terdapat lapisan kisah-kisah karakter lain yang tersangkut paut, bahkan hingga ke masa lalu. Dilatarbelakangi dengan setting sungai Thames, yang digambarkan seolah menjadi karakter tersendiri, Once Upon a River terasa amat magical, dan kembali mengukuhkan reputasi Setterfeld sebagai penulis andal.

Saya sendiri amat menikmati buku ini, berkenalan dengan karakter-karakternya, yang masing-masing memiliki rahasia kelam dan kelemahan yang menantang mereka untuk mengambil keputusan terbaik. Saya juga amat menyukai setting kisah ini, rasanya saya bisa mendengar aliran sungai yang menderas, merasakan kabut di musim dingin dan melihat beragam binatang yang bermunculan di musim panas. Once Upon a River tidak se-gothic The Thirteenth Tale, dan twistnya pun tidak segila buku tersebut, tapi tetap memiliki nuansa misterius dan magical yang membuat saya enggan berhenti membacanya, dan merasa kehilangan saat menutup halaman terakhir buku ini.

Rating: 4/5

Recommended if you love: magical realism, fairytale, mysterious stories, great character descriptions, beautiful setting

Submitted for:

Category: The book on your TBR list with the prettiest cover

The Water Dancer by Ta-Nehisi Coates

24 Wednesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

african american, america, historical fiction, magical realism, popsugar RC 2021, slavery, tragedy

Judul: The Water Dancer

Penulis: Ta-Nehisi Coates

Penerbit: One World (2019)

Halaman: 403p

Beli di: Periplus (IDR 55k, bargain!)

Saya memang belum pernah membaca buku Ta-Nehisi Coates yang paling terkenal, Between the World and Me, dan ada di semua list wajib bacaan terkait Black Lives Matter (BLM). Saya langsung loncat membaca buku fiksi pertamanya, The Water Dancer. Namun dari buku ini, saya bisa mengerti mengapa Coates disebut-sebut sebagai salah satu penulis kulit hitam paling fenomenal di generasinya.

The Water Dancer berkisah tentang Hiram, pemuda kulit hitam yang dilahirkan sebagai budak di sebuah pertanian di Virginia. Hiram muda sudah mengalami banyak sekali hal-hal tragis dalam hidupnya. Ibunya dijual ke tempat lain saat ia kecil, sedangkan ayahnya adalah laki-laki kulit putih pemilik pertanian yang tidak menganggapnya sebagai anak. Namun Hiram tumbuh menjadi anak yang kuat, bertekad ingin membuktikan pada dunia kalau ia pun berharga.

Setiap kali menghadapi pertistiwa penting, terutama yang mengancam keselamatannya, Hiram dikaruniai kemampuan yang bisa membuatnya berpindah tempat. Hal ini ternyata ia warisi dari neneknya yang juga memiliki kemampuan yang sama. Kemampuan ini membuat Hiram dilirik oleh organisasi bawah tanah yang berjuang untuk pembebasan para budak. Dan organisasi ini semakin berjuang keras terutama untuk para budak di Virginia. Saat itu, kondisi ekonomi di Virginia makin memburuk, karena produksi pertaniannya semakin menurun. Banyak budak yang terancam akan dijual ke daerah yang lebih selatan, yang terkenal dengan kekejamannya yang jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan Virginia yang terletak agak lebih di utara. Dan di organisasi underground inilah Hiram menemukan panggilan hidupnya, namun ternyata tidak semudah itu menguasai kemampuan yang sudah dikaruniakan kepadanya.

Buku ini kental dengan nuansa magical realism, semacam gabungan history of slave dengan sepercik sentuhan superhero. Namun, dengan piawai Coates mampu menyatukan berbagai elemen yang terlihat tidak masuk akal ini ke dalam kisah yang powerful, menyentuh, dan sarat dengan fakta sejarah penting, termasuk perjuangan Harriet Tubman yang legendaris.

Hiram adalah narator yang mudah mengundang simpati tapi tidak terkesan pathetic. Keinginannya untuk bebas tidak membuatnya melupakan keluarga yang masih terjebak lingkaran perbudakan. Dan petualangan-pteualangannya ke berbagai tempat di Amerika, baik yang anti perbudakan maupun yang masih melegalkan perbudakan, membawa banyak bahan pemikiran.

This is a wonderful, beautiful read. And now I believe in Ta-Nehisi Coates’s reputation 😀

Rating: 4/5

Recommended for: history buff, magical realism enthusiast, if you want to learn about slavery in America, sympathetic narrator, heartbreaking story

Submitted for:

Category: A book that has the same title as a song

The Clockmaker’s Daughter by Kate Morton

01 Wednesday Jul 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

arts, bargain, british, english, fiction, historical fiction, magical realism, mystery, popsugar RC 2020, romance, tragedy

Judul: The Clockmaker’s Daughter

Penulis: Kate Morton

Penerbit: Mantle (2018)

Halaman: 582p

Beli di: Kinokuniya Grand Indonesia (IDR 321k, disc 50%)

Kate Morton adalah salah satu penulis autobuy dan autoread versi saya, terutama di genre historical fiction. Hampir semua bukunya saya suka, sayang setahu saya belum ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Gaya Morton yang menggabungkan kisah misteri, sejarah keluarga, dengan setting gothic yang sangat atmospheric, mengingatkan saya akan buku karya Dianne Setterfield.

Dari premisnya, The Clockmaker’s Daughter sepertinya masih masuk ke dalam jajaran calon buku favorit saya. Kisahnya tentang tragedi misterius yang terjadi pada musim panas tahun 1862 di Birchwood Manor. Sekeolmpok muda-mudi, yang kebanyakan adalah seniman, dipimpin oleh pelukis berbakat Edward Radcliffe, menghabiskan musim panas di rumah tersebut sambil menyelesaikan karya masterpiece masing-masing. Namun rencana mereka terganggu oleh suatu kejadian menghebohkan: seorang perempuan tewas tertembak, seorang lagi menghilang, permata pusaka keluarga lenyap, dan karier Edward terancam hancur.

Seratus lima puluh tahun kemudian, seorang archivist di London, Elodie Winslow, menemukan sebuah tas berisi buku sketsa serta foto misterius yang menuntunnya ke Birchwood Manor. Apakah ia berhasil mengungkap misteri yang terjadi satu abad yang lalu? Dan mengapa Birchwood Manor terasa sangat familiar baginya?

Terus terang, saya tidak bisa menikmati buku ini seperti karya-karya Morton sebelumnya. Mungkin karena alurnya terlalu panjang dan terkesan terlalu berbelit-belit. Dari hampir 600 halaman buku ini, saya rasa sebenarnya Morton bisa memangkasnya hingga hampir separonya saja. Biasanya, Morton terasa sangat efektif menggunakan taji-nya, yaitu karakter yang semuanya penting, serta konsep alur waktu yang berselang-seling antara masa lalu dan masa kini, yang akan bertemu di tengah-tengah dan memberikan jawaban yang rapi dan memuaskan.

Namun di Clockmaker’s Daughter, Morton sepertinya ingin mencoba sesuatu yang lain. Ia menggabungkan sedikit unsur magical realisme, dengan menempatkan hantu sebagai salah satu naratornya, yang sebenarnya masih bisa dimaklumi, kalau saja tidak membuatnya jadi seolah kehilangan pegangan untuk menjaga alur kisah utamanya. Bermain-main dengan unsur baru malah membuat Morton seolah melupakan gaya penuturannya yang selalu ditunggu-tunggu oleh pembacanya.

Banyak karakter yang kurang penting ditampilkan di sini, kadang dieksplor dengan agak berlebihan padahal tidak memiliki peran yang penting, malah menjadi distraksi saja. Sementara karakter yang cukup penting justru hanya setengah-setengah saja dieksplorasi, membuat kita jadi agak sulit terhubung dan bersimpati dengan para karakter utamanya, termasuk Elodie dan sang narator hantu.

Mencoba gaya baru tentu adalah hak setiap penulis, apalagi jika tujuannya memang ingin mengembangkan karyanya, tentu harus didukung oleh penggemarnya. Namun saya menyayangkan Kate Morton yang meninggalkan gaya lamanya yang sudah amat dicintai oleh pembacanya, sehingga buku ini tidak se-memikat karya-karya sebelumnya yang membuat saya jatuh cinta pada tulisannya.

Submitted for:

Kategori: A book with more than 20 letters in its title.

The Boy with the Cuckoo-Clock Heart by Mathias Malzieu

22 Monday Jan 2018

Posted by astrid.lim in young readers

≈ Leave a comment

Tags

english, europe, fairy tales, fiction, magical realism, romance, translated. french, whats in a name 2018

Title: The Boy with the Cuckoo-Clock Heart

Writer: Mathias Malzieu

Translator: Sarah Ardizzone

Publisher: Vintage Books (First Vintage Contemporaries Edition, 2011)

Pages: 172p

Bought at: Big Bad Wolf Surabaya (IDR 65k)

Stepping into this story is like entering a magical world full of possibilities. It was 1874 in Edinburgh, the coldest day on Earth, and Jack almost didn’t make it when he was born on that day. Fortunately, Dr. Madeleine (who helped her mom gave birth to him), saved him by placing a cuckoo clock in his chest to strengthen his heart.

Jack was abandoned by his mom but Dr. Madeleine gladly took him. Getting older, Jack had been given some rules and advice by Dr. Madeleine if he wanted to live long with his cuckoo clock heart.

Firstly: don’t touch the hands of your cuckoo-clock heart. Secondly: master your anger. Thirdly: never, ever fall in love. For if you do, the hour hand will poke through your skin, your bones will shatter, and your heart will break once more.

 

But when he was 10 years old, Jack met a girl who made him fall in love hard. He knew that the risk was high, but he decided to follow his heart anyway. The girl was missing, though, so Jack had to do unimaginable things from having the worst kind of enemy, to travel far across the continent to find the love of his life. Even though during his journey he faced danger and met with foes, he also found true friends and a key to unlock the girl’s heart. But is it worth the risk? Is love worth his life?

Mathias Malzieu wrote this story as the basis for an album of his band, Dionysos. No wonder, you can feel the magic, fairy tale-ish atmosphere throughout the book, as if you are listening to an incredible music.

You can’t help but rooting for Jack to find his true love, and even though some of the romance parts of this book were too sweet for my taste, somehow it fits nicely with the whole tone of the story. The journey itself became an important part of the book, not only the physical journey with all kinds of mesmerizing settings, but also the journey inside Jack’s heart and how he tried to accept the unthinkable about his life.

What I love the most is the way Malzieu chose the ending of this book. It’s bittersweet and unpredictable, made me amaze of his imagination and I immediately rereading some parts of the book after I finished it for the first time, just to make sure I didn’t miss any important details after knowing the ending.

Malzieu wrote this book in French, but the translations to English by Sarah Ardizzone is incredible too. A simple, magical book to start my year.

Submitted for:

Category: A Shape

 

A Monster Calls by Patrick Ness

27 Friday May 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 6 Comments

Tags

british, children, english, fantasy, fiction, illustration, magical realism, middle grade, sicklit

monster callsTitle: A Monster Calls

Writer: Patrick Ness (original idea by Siobhan Dowd, Illustrations by Jim Kay)

Publisher: Walker Books Ltd (2011)

Pages: 115p

Bought at: Periplus Sale FX (IDR 39k, bargain!)

Lately, I was craving for a tearjerker, a book that can make me cry and bawl my eyes out. I think sometimes in life, you will need to release the emotions bottled up inside you. Otherwise, you’re getting hard inside.

So I tossed and turned, read some books that people said will bring my tears out, but I haven’t found one that could successfully satisfy my need.

Until I opened A Monster Calls.

The story revolved around a boy named Conor O’Malley, whose mother was very sick because of cancer. Since her mom was dying, Conor had repeatedly been having a nightmare, a nightmare so scary that he could barely sleep at night.

One night, another nightmare suddenly came -literally- into his life when a monster – an old tree monster- entered his house and haunted his life. The monster would tell three stories to Conor, but he asked Conor to tell him his own story, about his recurring nightmares that had made his life miserable.

Meanwhile Conor’s life kept on deteriorating. He lost his friends at school because he turned down everyone, there were some bullies who chased him everyday, he had to live with his grandma who was making him crazy, and his father chose to live in America with his new family, than to live with Conor.

Only the monster knew Conor’s feeling. But the lessons that he gave Conor required Conor’s bravery, faith and hope. Things that Conor has already forgotten about. And he’s not sure if he could bring those things back into his life.

A Monster Calls is a reminder for all of us on how to face our grieves. How to let go of things and people we love the most. How to lose someone and still face the world bravely.

It’s a beautiful, moving book with haunting illustrations, lyrical prose and dark atmosphere. It’s a book for children and adults, a book for people who just lost someone dear, a book for anyone who love a good story. A recommended book, period.

Lelaki Harimau by Eka Kurniawan

14 Thursday Apr 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

fiction, indonesia asli, literature, magical realism, man booker prize, suspense/thriller

lelaki harimauJudul: Lelaki Harimau

Penulis: Eka Kurniawan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2016, cetakan keempat)

Halaman: 191p

Beli di: Gramedia Mal Taman Anggrek (IDR 50k)

Ini pertama kalinya saya membaca buku Eka Kurniawan, dan jujur saja, alasan saya membaca Lelaki Harimau adalah karena buku ini masuk ke Longlist Man Booker International Prize 2016, salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia sastra.

Lelaki Harimau berkisah tentang peristiwa yang menggemparkan sebuah desa kecil tempat Margio tinggal. Margio adalah pemuda penangkap babi yang terkenal pendiam dan baik-baik saja. Karenanya, seisi desa terkejut saat Margio terperosok dalam suatu insiden pembunuhan berdarah- di mana ia menggigit korbannya sampai mati, seolah seekor harimau tengah merasukinya.

Dari peristiwa naas tersebut, Eka Kurniawan membawa kita kembali menelusuri kehidupan Margio, mulai dari pertemuan kedua orang tuanya, kakeknya yang misterius, kehidupan keluarganya yang penuh kekerasan, sampai kisah hubungan romantisnya dengan anak perempuan tetangganya. Sekilas, tak ada yang aneh dari kehidupan Margio, yang meski banyak diwarnai penderitaan, tapi sebenarnya jamak ditemui pada kehidupan masyarakat desa tersebut.

Namun, perlahan-lahan kita diajak mengetahui lebih dalam, apa yang memicu Margio hingga melakukan tindakan membunuh tersebut. Apakah benar ada harimau di dalam dirinya?

Buku ini mungkin tidak tepat bila disebut sebagai buku thriller atau misteri, karena toh memang sejak dari kalimat pembuka pun kita sudah tahu pelaku dan korban pembunuhannya. Tapi cara Eka Kurniawan membawa kita pelan-pelan menelusuri alasan di balik itulah yang membuat buku ini jadi begitu penuh suspense dan membuat penasaran.

Banyak juga pendapat yang mengatakan kalau Lelaki Harimau terlalu overrated, tapi kali ini saya tidak setuju dengan mereka. Saya begitu menikmati plot yang padat, karakter yang tidak tersia-sia, diksi yang dimainkan layaknya simfoni, dan tentu saja, kepiawaian Eka dalam meramu kronologis kisah sehingga pembaca merasa klimaksnya terbangun perlahan-lahan, sampai meledak singkat di halaman terakhir buku. A perfect bookgasm, if I may say 🙂

Saya juga suka dengan detail yang amat kaya, baik dari penokohan maupun setting tempat, sehingga meski Eka tidak menuturkan secara jelas tentang nama lokasi maupun setting waktu dalam cerita ini, saya tidak merasa kesulitan untuk membayangkannya dan ikut larut dalam kisah Margio.

Terima kasih Eka Kurniawan, yang sudah membuka kembali mata saya terhadap kekayaan literatur Indonesia 🙂

 

A Snicker of Magic by Natalie Lloyd

07 Monday Mar 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 4 Comments

Tags

children, english, fantasy, fiction, lovely heroine, magical realism, middle grade

snicker of magicTitle: A Snicker of Magic

Writer: Natalie Lloyd

Publisher: Scholastic Inc. (2014)

Pages: 311p

Bought at: Periplus.com (IDR 120k)

It’s been a while since I read a magical, delicious book full of incredible things, from the first page til the last. And A Snicker of Magic is in that category.

This book tells a story about a city called Midnight Gulch, where magic used to linger but a tragedy made the magic gone. One day, Felicity Juniper Pickle‎ moved to that city with her mom and little sister (and their faithful dog). Felicity’s mom has this certain urge to always wandering, never settled in one place, always keep moving.

Felicity has this unique ability to read words from things and people around her. She is very excited when she found the word “Home” among other magical words bubbling from Midnight Gulch. She wonders whether this cute (even though a bit sad) town could be their final home.

Things get more interesting because Felicity -helped by her new (and first) best friend, Jonah- tried to investigate the history of Midnight Gulch: the magical place it used to be, and the tragedy that struck there. She’s very surprised when learning that the history is actually related to her family long time ago, and probably becomes one of the reasons why her mother always wants to wander the world.

Can Felicity solve this problem, bring back the magic to Midnight Gulch, and do all of them before her Mom packs their bags again and take them somewhere new? And most of all, can Felicity finally find a true home for her family?

A Snicker of Magic does have lots of magic inside. This is a debut of Natalie Lloyd and I can tell that she will have many more to come! I love how Lloyd has woven the words to make beautiful sentences here. I also love how she used Felicity’s knack of words to create more wonderful new words, such as spindidly or splendiferous.

Another thing that I love is how Lloyd described the quirky characters of Midnight Gulch and how their stories relate to each other. ‎Even though I’m a bit torn about Felicity’s mom because she’s a bit selfish and self centered, later on I could forgive her after knowing her true story.

And the description of Midnight Gulch- with its delicious ice cream factory- is incredible. Cute, fun and -indeed- magical, Midnight Gulch is the kind of town that will definitely draw me in if it really exists. Another lovely thing is the friendship between Felicity and Jonah – the wunderkind boy in the wheelchair- that exactly what I always looked for in ‎a middle grade book.

All in all, a delightful read- no wonder this book has been bought by Obama when he celebrated the Small Business Saturday last year. Good choice, Mr. President!

 

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • A Feast for Crows by George R.R. Martin
    A Feast for Crows by George R.R. Martin
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • Five Little Pigs
    Five Little Pigs
  • Station Eleven by Emily St.John Mendel
    Station Eleven by Emily St.John Mendel

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...