• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: series

The City We Became by N.K. Jemisin

01 Friday Apr 2022

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

e-book, english, fantasy, fiction, new york, own voice, popsugar RC 2022, science fiction, series

Judul: The City We Became

Penulis: N.K. Jemisin

Penerbit: Orbit (2020, Kindle Edition)

Halaman: 464p

Beli di: Amazon.com (USD 6)

Apa jadinya kalau kota-kota di dunia memiliki inti yang merupakan perwujudan manusia? New York City, misalnya, yang terdiri dari 5 borough (area), terdiri dari 5 orang manusia perwakilan masing-masing borough, ditambah dengan 1 orang yang merupakan perwujudan kota New York itu sendiri.

Manhattan diwakili oleh laki-laki dengan latar belakang kurang jelas dan berorientasi pada uang. Brooklyn adalah politisi perempuan kulit hitam yang berjuang melawan gentrifikasi di areanya. Bronx diwakili oleh perempuan queer yang juga seorang artis. Queens adalah pendatang keturunan Asia yang sebenarnya tidak ada niat menetap di New York. Sedangkan Staten Island, yang seringkali dianggap tidak cukup New York, diwakili oleh perempuan kulit putih kuper, yang selalu takut pada “main island” dan hidup di tengah keluarga konservatif.

Konflik mulai memanas saat ada pihak-pihak yang ingin menghancurkan NYC, bukan saja secara fisik (jembatan rubuh, etc), tapi yang lebih menyakitkan adalah mengambil intisari NYC yang penuh diversity. Kejahatan rasial, gentrifikasi ekstrim, hingga hoax yang bertebaran di media, membuat para borough mau tidak mau ikut turun gunung dan bersatu melawan musuh mereka. Namun, perwujudan kota New York sendiri sedang menghilang, dan para borough harus fokus menemukannya sebelum kota mereka benar-benar hancur.

Ide buku ini menurut saya sangat original, dan menarik untuk dieksplor, apalagi berlatar di kota New York yang memang merupakan pusat diversity dunia. Melalui kisah ini saya juga jadi lebih bisa melihat NYC dari sudut pandang kelima borough, yang memang merupakan ciri khas kota New York dan tidak ditemukan di tempat lainnya.

Namun, saya agak terganggu dengan penulisan buku ini yang menurut saya agak terlalu “crude” dan terkesan “amateurish’, terutama saat membahas musuh mereka yang merupakan perwujudan kaum rasis kulit putih. Saya tidak keberatan sih, kalau memang musuhnya adalah kaum ekstrem kanan yang fasis dan rasis, karena memang mereka nyata keberadaannya di dunia. Tapi, cara penyampaiannya yang kurang diolah dengan baik menurut saya malah menjadikan buku ini terasa kasar dan cringey.

Selain stereotipikal dari pihak musuh, karakter-karakter para borough pun juga digambarkan dengan cukup stereotipikal. Bahkan Staten Island, satu-satunya borough berkulit putih, menjadi yang paling dimusuhi dan dijauhi oleh semua borough lainnya. Saya tidak tahu apakah ini memang mewakili kondisi sesungguhnya di kota NY, di mana Staten Island berisi orang-orang judgmental dan konservatif? Tapi kalaupun iya, menurut saya penyampaiannya di buku ini menjadi agak terlalu berlebihan.

Sangat disayangkan karena saya sebenarnya ingin bisa lebih menyukai buku ini, terutama karena temanya yang unik dan sangat relevan, dan termasuk ke dalam buku own voice bergenre fantasi/science fiction yang cukup banyak digaungkan di sosial media.

Rating: 3/5

Recommended if you want to try: own voice fantasy, unique New York City story, relevant issues

Submitted for:

An #OwnVoices SFF (science fiction and fantasy) book

Sapiens: a Graphic History, Vol 1 by Yuval Noah Harari

13 Monday Dec 2021

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

comic/graphic novel, funny haha, non fiction, popsugar RC 2021, science, series

Judul: Sapiens: a Graphic History, Vol 1 (The Birth of Humankind)

Penulis: Yuval Noah Harari

Ilustrator: David Vandermeulen, Daniel Casanave

Penerbit: Harper Perennial (2020)

Halaman: 248p

Beli di: Periplus.com (IDR 377k)

Yuval Noah Harari mungkin adalah salah satu penulis yang paling berpengaruh dan banyak disebut namanya selama satu dekade ini. Karya-karyanya, yang menerjemahkan peristiwa “kelahiran” manusia, asal usul bumi dan evolusi, serta perkembangan hingga dunia modern, ke dalam bahasa sehari-hari, menjadi perbincangan berbagai kalangan, dari mulai scientist hingga masyarakat awam.

Saya sendiri belum pernah membaca buku-bukunya, karena memang belum merasa tertarik saja. Apalagi, sepertinya butuh waktu yang cukup lama untuk melahap jenis buku yang ditulis oleh Harari. Namun, saat versi graphic history-nya muncul, saya jadi tergugah. Saya termasuk jarang membaca graphic novel, apalagi graphic non-fiction seperti Sapiens ini.

Ternyata, I enjoyed it a lot! Buku ini adalah seri pertama dari Sapiens versi graphic, yang fokus pada sejarah munculnya manusia berdasarkan teori evolusi biologi hingga kita menjadi makhluk yang survive saat ini. Namun, selain teori evolusi, Harari juga fokus pada konteks sejarah, yang melatarbelakangi mengapa pada akhirnya Homo Sapienslah yang mnejadi the last man standing di planet bumi. Sisi sosial spesies manusia ini dikupas habis oleh Harari, termasuk kebutuhan manusia untuk bersosialisasi, kecenderungan untuk hidup saling bergantung, hingga perkembangan teknologi yang menjadikan kita menjadi makhluk dengan teknik berkomunikasi paling canggih seplanet Bumi.

Tidak hanya temanya yang menarik dan dikemas dalam bahasa sehari-hari, tapi jalan ceritanya pun dibuat menggelitik, dengan Harari sendiri sebagai salah satu karakternya, yang kerap didampingi oleh keponakannya dan bersama-sama mencari tahu jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Humornya pas, dan ilustrasinya juga seru, dengan gaya dan warna yang mengingatkan saya akan komik-komik Eropa yang marak diterjemahkan di era 80-an (Smurf, Tintin, Steven Sterk, dan teman-temannya).

Overall, puas banget dengan buku ini, dan definitely saya akan melanjutkan ke volume ke-2. Meski agak mahal, menurut saya buku versi graphic ini sangat layak dikoleksi, dan bisa juga dibaca bersama dengan anak-anak. Oiya, kalau ingin yang versi terjemahan bahasa Indonesia, setahu saya sudah diterbitkan juga oleh Gramedia 🙂

Rating: 4/5

Recommended if you like: history, graphic novel, European style comic books, science topics with understandable vocabs, witty humor

Submitted for:

Category: A book in a different format than what you normally read (audiobooks, ebooks, graphic novels)

Ninth House by Leigh Bardugo

08 Wednesday Dec 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, campus life, dark academia, dark fantasy, english, fantasy, fiction, magical realism, popsugar RC 2021, series

Judul: Ninth House

Penulis: Leigh Bardugo

Penerbit: Flatiron Books (2019)

Halaman: 501p

Beli di: Periplus BBFH (IDR 90k)

Galaxy “Alex” Stern memiliki kemampuan melihat makhluk halus sejak ia kecil. Drop out dari sekolah dan pergaulan dengan pemakai narkoba membuat kehidupan Alex di Los Angeles jauh dari yang ia cita-citakan. Puncaknya adalah ketika ia menjadi satu-satunya penyintas dalam permbunuhan massal yang juga menewaskan sahabat terbaiknya.

Namun Alex mendapat kesempatan kedua saat ia direkrut oleh perkumpulan rahasia Yale. Kemampuan indera keenamnya menjadikan Alex aset berharga bagi perkumpulan tersebut, meski ia bukan murid jenius seperti rata-rata mahasiswa Yale. Tugas Alex adalah memonitor kegiatan delapan secret societes di Yale, yang masing-masing berpusat di bangunan tua yang diyakini memiliki portal terhadap dunia lain yang tidak kita kenal.

Ada yang menggunakan sihir terlarang, ada yang melihat masa depan melalui organ internal manusia, ada yang gosipnya bisa membangkitkan orang mati.. Alex sama sekali tidak membayangkan pekerjaannya akan berhadapan dengan begitu banyak kegilaan dan bahaya. Namun saat mentornya menghilang, dan kematian mulai terjadi, Alex menyadari pekerjaannya mungkin jauh lebih berbahaya dari yang ia kira.

Agak sulit masuk ke dalam Ninth House, karena buku langsung diawali dengan kejadian demi kejadian intens saat Alex sudah berada di tengah-tengah pekerjaannya mengawasi perkumpulan rahasia Yale dengan segala intriknya. Kita tidak diberi kesempatan untuk bernapas, berpikir, dan menyesuaikan diri dengan situasi Alex. Dan memang, cukup lama juga sampai saya bisa merasa kenal dan relate dengan Alex, saking ribetnya situasi yang ia alami di bagian awal sampai pertengahan buku.

Namun, setelah merasa cukup akrab dengan Alex, saya merasa lebih mudah masuk ke dunianya, dan langsung terjerat dalam Ninth House, dengan Yale yang digambarkan amat berbeda, dengan berbagai karakter dan misteri yang ada, dan tentu saja, Alex sendiri, yang memiliki masa lalu rumit dan kelam.

Ninth House adalah bagian pertama, appetizer yang cukup memuaskan dari serial ini- tidak sabar rasanya untuk masuk ke buku selanjutnya!

Rating: 4/5

Recommended if you like: dark academia, atmospheric setting, magic gone wrong, strong female character, complicated but juicy story

Submitted for:

Category: A dark academia book

The Case of the Peculiar Pink Fan by Nancy Springer

02 Thursday Dec 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

british, english, fiction, historical fiction, middle grade, mystery, series, spinoff, young adult

Judul:The Case of the Peculiar Pink Fan (Enola Holmes #4)

Penulis: Nancy Springer

Penerbit: Puffin Books (2011)

Halaman: 183p

Beli di: Periplus (IDR 130k)

Enola is back! Di buku keempat ini, Enola kembali berjumpa dengan Lady Cecily, yang pernah ditolongnya dalam petualangan sebelumnya. Pertemuan yang tidak disengaja itu menyisakan pertanyaan untuk Enola, terutama karena Cecily dipaksa mengikuti dua orang perempuan, dan hanya bisa meninggalkan petunjuk berupa kipas berwarna pink.

Dari penelusuran kipas pink itu, Enola dihadapkan pada masalah yang lebih pelik dari yang ia duga: kawin paksa, keluarga aristokrat yang kejam, dan gawatnya, Sherlock yang sepertinya terlibat pula di dalam kasus ini. Enola terpaksa harus memilih, menyelamatkan Cecily dan bekerja sama dengan Sherlock, tapi terpaksa mengorbankan kebebasannya, atau membiarkan Lady Cecily jatuh ke dalam keluarga penjahat tersebut?

Buku keempat ini, meski ada beberapa bagian yang terlalu kebetulan, termasuk salah satu petualangan Enola yang paling seru menurut saya. Setiap buku Enola selalu mengangkat topik yang berhubungan dengan gender di era Victoria, dan di buku ini, isu utamanya adalah pernikahan paksa yang kerap dilakukan oleh keluarga bangsawan, baik untuk alasan keuangan, martabat, atau alasan lainnya.

Enola, dengan semangat feminismenya, tentu saja berapi-api berusaha menyelamatkan Cecily dari ancaman penjara rumah tangga, dan di sini saya semakin kagum saja dengan segala kecerdikan Enola. Plus, hubungannya yang semakin mendekat dengan Sherlock (meski belum berani untuk percaya penuh), juga menjadi daya tarik buku ini.

Can’t wait for the next books!

Rating: 4/5

Recommended if you like: Sherlock Holmes, Victorian detectives, girl power!, badass heroine

The Case of the Bizarre Bouquets by Nancy Springer

14 Thursday Oct 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

british, english, fiction, historical fiction, lovely heroine, middle grade, mystery, series, young adult

Judul: The Case of the Bizarre Bouquets (Enola Holmes Mystery #3)

Penulis: Nancy Springer

Penerbit: Puffin Books (2008)

Halaman: 170p

Beli di: Periplus BBFH (IDR 106k)

Dibandingkan kedua buku sebelumnya, buku ketiga petualangan Enola Holmes tidak semenggigit pendahulunya. Meski kali ini kasus yang dihadapi Enola cukup spesial karena melibatkan Dr. Watson, yang berarti mendekatkannya pada Sherlock.

Ketika Watson menghilang, Enola terpaksa memberanikan diri (tentu setelah menyamar!) mendekati Mary, istri Watson, dan membantunya menemukan Watson. Penyelidikan membawa Enola ke sosok tak berhidung, toko yang menjual alat-alat untuk menyamar, serta kiriman buket bunga aneh untuk Mary, yang merupakan simbol kematian!

Kasus ini tidak serumit kasus-kasus sebelumnya, dan unsur gregetnya lebih karena menghilangnya Watson meng-highlight hubungan Enola dengan abang-abangnya, terutama Sherlock. Pengembangan karakter Enola, kerinduannya untuk bergabung dengan Sherlock (namun menyadari hal tersebut tak mungkin karena akan mengancam kebebasannya), dan pertanyaan tak terjawab tentang mengapa ibunya meninggalkannya sendirian.

Salah satu favorit saya dari buku-buku Enola adalah setting kota London era 1800-an yang memang digambarkan dengan detail. Nancy Springer melakukan PR nya dengan baik, dan mampu mendeskripsikan setting tersebut dengan real dan authentic. Di buku ini, setting memegang peranan penting karena kita dibawa menyusuri kota London ke deretan toko yang menjual kostum dan alat menyamar sebagai bagian dari komunitas teater (dan tentu saja, detektif!).

Look forward to the Enola’s next adventure!

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: 1800s London, Sherlock cannons, women and feminims, clever mystery, badass girl character

The Case of the Left-Handed Lady by Nancy Springer

10 Thursday Jun 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 2 Comments

Tags

british, coming of age, english, fiction, historical fiction, middle grade, mystery, pastiche, series, young adult

Judul: The Case of the Left-Handed Lady (Enola Holmes Mystery #2)

Penulis: Nancy Springer

Penerbit: Puffin Books (2011, reissued edition)

Halaman: 234p

Beli di: Periplus (IDR 106k)

Enola is back! Setelah petualangan pertama yang sekaligus menjadi awal hidupnya yang bebas, Enola Holmes kini menetap di London, bersembunyi di balik kedok Ivy Meshle, tangan kanan Dr. Leslie T. Ragostin, tokoh fiktif yang memiliki kantor The Scientific Perditorian yang bekerja mencari orang hilang.

Suatu hari Enola dikejutkan dengan kehadiran Dr. Watson, sahabat kakaknya, Sherlock, yang ingin meminta bantuan Dr. Ragostin mencari adik perempuan dan ibu Sherlock yang menghiang tanpa jejak. Dr. Watson mulai khawatir dengan kondisi Sherlock akibat menghilangnya anggota keluarganya tersebut. Meski terharu membayangkan Sherlock memikirkannya, Enola bertekad tidak akan membiarkan Sherlock menemukannya, karena ia tidak rela melepaskan kebebasan yang baru diraihnya.

Saat beradu otak dalam kejar-kejarannya dengan Sherlock, Enola juga menemukan kasus baru yang menggelitiknya. Lady Cecily, anak perempuan tokoh bangsawan yang tiba-tiba lenyap tanpa jejak. Satu-satunya petunjuk yang dimiliki Enola adalah serangkaian gambar charcoal yang dilukis dengan penuh gairah (sangat berbeda dari lukisan pastel Lady Cecily lainnya), dan digambar dengan tangan kiri! Di era di mana menjadi kidal merupakan suatu aib, terutama untuk perempuan terhormat, Enola semakin merasa ingin tahu dan bertekad akan menemukan Lady Cecily, meski itu berarti ia harus menempuh resiko samarannya terbongkar!

Seperti buku pertama, buku kedua ini masih menggunakan formula yang sama: hubungan keluarga Holmes dan kasus misterius di kota London. Enola masih tetap menyegarkan seperti biasa, cerdas dan banyak akal, dan senang rasanya membayangkan Sherlock yang angkuh kini harus mulai mengakui kemampuan adik perempuannya yang tidak kalah dengan otaknya.

Misterinya sendiri terbilang biasa, tidak terlalu membawa twist yang mengejutkan. Tapi tetap seru juga menyaksikan cara Elona memecahkan kasus ini, meski ia pun kadang mengambil keputusan yang salah. Dan saya suka dengan suasana kota London, dari mulai kehidupan aristokratik sampai area kumuhnya, yang memang digambarkan dengan sangat hidup oleh Nancy Springer.

Overall, Enola Holmes adalah jenis buku yang I wish I could have read it when I was growing up. Perpaduan antara karakter remaja perempuan yang kuat, kisah yang dinamis, kasus yang menantang otak, dan drama keluarga, rasanya merupakan buku yang pas untuk yang menyukai kisah-kisah coming of age.

Semoga saja Netflix akan konsisten mengadaptasi serial ini!

Rating: 4/5

Recommended if you like: family drama, strong heroine, intriguing mystery, feminist issues, historical London setting

The Case of the Missing Marquess by Nancy Springer

01 Saturday May 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

british, feminist, historical fiction, lovely heroine, middle grade, movie tie in, mystery, series, young adult

Judul: The Case of the Missing Marquess (Enola Holmes Mystery #1)

Penulis: Nancy Springer

Penerbit: Puffin Books (2011, reissued edition)

Halaman: 216p

Beli di: Periplus (IDR 106k)

Enola Holmes adalah adik perempuan Sherlock dan Mycroft Holmes, yang usianya terpaut cukup jauh dengan kedua abangnya. Ia tinggal berdua dengan ibunya di estate keluarga Holmes, dan nyaris tidak pernah bertemu dan mengenal kedua saudara laki-lakinya.

Saat ulang tahunnya yang ke-14, Enola dikejutkan oleh peristiwa menghilangnya ibunya, tanpa petunjuk apapun, selain fakta yang menyatakan bahwa ibunya pergi dengan keinginan sendiri, bukan diculik atau terlibat kejahatan lainnya.

Enola menghubungi kedua abangnya, namun alih-alih mendapat perlindungan dan dukungan seperti yang ia harapkan, Enola malah dipaksa untuk masuk ke sekolah anak perempuan, terutama setelah Mycroft menyadari kalau uang yang selama ini ia kirim kepada sang ibu tidak digunakan untuk pendidikan Enola seperti yang ia perintahkan, tapi malah disimpan ibunya untuk tujuan misterius.

Enola, yang tidak mau terkurung di sekolah anak perempuan dan kehilangan kebebasan yang amat ia cintai, memutuskan untuk ikut kabur dari rumah, dan menyelidiki misteri ini sendiri. Namun, di tengah pelarian dan penyelidikannya, Enola malah dihadapkan oleh kasus lain, yaitu menghilangnya seorang Marquess, anak laki-laki bangsawan yang juga lenyap tanpa jejak.

Mengandalkan kecerdikan dan kemampuan untuk berpikir mandiri, seperti yang diajari ibunya, Enolla pun mengikuti petunjuk demi petunjuk, namun apa yang disangkanya adalah peristiwa kaburnya anak laki-laki dari rumah, ternyata menyimpan misteri yang lebih pelik. Sementara itu, Enola juga harus berpikir cepat supaya kedua abangnya, terutama sang detektif ulung, bisa mencium jejaknya di kota London.

Enola Holmes adalah serial yang menyegarkan, dan merupakan salah satu favorit saya dari banyaknya spinoff atau pastiche kisah-kisah Sherlock Holmes. Sosok Enolla yang mandiri, keras kepala, namun lugu, cerdik namun seringkali mengambil keputusan yang terlalu nekat, sangat menyenangkan untuk diikuti. Ia pun masih digambarkan manusiawi, penuh flaws, dan keinginan terpendamnya supaya bisa memiliki keluarga utuh, terutama bisa dekat dengan abang yang amat ia kagumi (namun sepertinya tidak peduli dengan dirinya), juga kerap mengundang simpati.

Nancy Springer banyak membahas tentang isu feminisme di buku ini, terutama berkaitan dengan kegiatan sufragist di Inggris, saat kaum perempuan masih dianggap sebelah mata dan berjuang super keras untuk mendapatkan hak-hak mereka. Enola sedikit banyak dipengaruhi oleh pemikiran ibunya yang amat progresif, namun ia juga berusaha mencari tahu sendiri apa yang ia inginkan di dunia ini, di usianya yang masih terbilang muda.

Untuk yang sudah menonton filmnya di Netflix, saya rasa akan bisa menikmati lebih lanjut petualangan Enola lewat buku-bukunya. Kisah filmnya tidak sama persis dengan buku, dan ada lebih banyak bumbu romans ala remaja di versi film, dibandingkan versi buku yang lebih dalam membahas pencarian jati diri Enola. Saya sendiri mau tidak mau terus membayangkan sosok Millie Bobby Brown sebagai Enola, yang memang terasa sangat pas memerankan tokoh tersebut.

Serial Enola Holmes terdiri dari 6 buku, dan saya rasa Netflix tertarik untuk mengadaptasi semua (atau sebagian besarnya) dalam versi film. Hopefully they will do the justice to them, like they did to the first movie.

Meanwhile, let’s dig the books more!

Enola Holmes, Netflix series

Rating: 4/5

Recommended if you like: middle grade mysteries, strong female character, historical London, good Sherlock Holmes spin-off

The Plot is Murder by V.M. Burns

05 Monday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, book about books, cozy mystery, e-book, mystery, series, twist

Judul: The Plot is Murder (Mystery Bookshop #1)

Penulis: V.M. Burns

Penerbit: Kensington (2017, Kindle edition)

Halaman: 231p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99, bargain!)

Salah satu genre guilty pleasure saya adalah cozy mystery. Kombinasi dari kisah misteri yang ringan tapi juicy, setting yang menyenangkan, dan kesan nyaman yang kental, membuat cozy mystery cocok dinikmati kalau saya lagi malas membaca buku-buku berat, semacam untuk plate cleansing begitulah.

Kali ini, pilihan saya jatuh pada serial Mystery Bookshop, karena settingnya di toko buku dan karakter utamanya adalah pemiliki toko tersebut, ditambah lagi plotnya masih berhubungan dengan buku, it seemed perfect. Apalagi, saya memang lagi mencari penulis cozy mystery berkulit hitam, sekalian memperingati Black History Month bulan Februari lalu.

Plotnya lumayan menjanjikan. Sepeninggal suaminya, Samantha Washington bertekad ingin mewujudkan impian lama mereka, yaitu memiliki sebuah toko buku misteri. Sebagai penggemar kisah misteri (terutama yang berhubungan dengan British cozy mystery), Samantha merasa ini adalah pekerjaan yang sempurna untuknya, selain melanjutkan novel misteri yang dia harap bisa diterbitkan suatu hari nanti.

Sam pun membeli bangunan tua merangkap apartemen tempat ia akan tinggal di atas toko buku. Namun tidak semua berjalan selancar yang ia harapkan, karena pengusaha real estate yang menjual bangunan tersebut tiba-tiba menyulitkan dan bahkan menerornya, dan suatu hari, sang realtor mati terbunuh di belakang toko buku Sam. Karena dicurigai oleh polisi, Sam bertekad akan memecahkan kasus ini, dibantu oleh neneknya, dan teman-teman neneknya dari panti jompo yang masih amat lincah.

Sebenarnya, plot ini lumayan bisa dikembangkan, apalagi dengan kehadiran nenek Sam dan teman-temannya yang seru. Karakter-karakternya, termasuk para tersangka, juga cukup memorable. Tapi, satu hal yang amat sangat mengganjal buat saya adalah selingan berupa novel yang sedang ditulis oleh Sam. Sam menulis kisah misteri berlatar belakang historical Inggris zaman Victoria, seperti genre favoritnya. Tapi kisahnya alih-alih menambah bobot keseluruhan buku, malah jadi mengganggu dan membingungkan. Apalagi gaya penulisan Sam (entah disengaja oleh V.M Burns atau tidak) terkesan nanggung dan amatiran, sama sekali tidak seperti “buku dalam buku” yang kadang dipakai sebagai device para penulis misteri.

Secara keseluruhan, buku ini lumayan mengecewakan, karena kita serasa disuguhi dua kisah misteri serba tanggung dan tidak jelas. Sayang memang, karena setting dan karakter buku ini cukup menjanjikan. Saya sendiri tidak tertarik untuk melanjutkan serialnya 😦

Rating: 2/5

I don’t really recommend this book, but if you want to try cozy mysteries with similar theme or setting, I would recommend Book Club Mystery series, which is more engaging and has better plot 🙂

The Leopard by Jo Nesbo

16 Tuesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

harry hole, murder mystery, mystery/thriller, nordic noir, series

Judul: The Leopard

Penulis: Jo Nesbo

Penerbit: Vintage (2011)

Halaman: 740p

Beli di: BookDepository (IDR 185k)

Setelah mengungkap kasus The Snowman yang membuatnya trauma berat, Harry Hole menghilang di tengah kekacauan kota Hong Kong. Kecanduan opium, terlibat hutang judi pacuan kuda, dan dikejar-kejar mafia Hong Kong, sepertinya Harry sudah tidak bersemangat untuk hidup.

Hingga suatu hari, wakil kepolisian Oslo menemuinya, memintanya kembali ke Oslo karena ada satu lagi serial killer yang merajalela di kota tersebut, membunuh orang-orang tanpa sebab dan motif yang jelas. Awalnya Harry tidak mau memenuhi permintaan itu, tapi karena ia mendapat kabar sedih tentang ayahnya yang sedang sakit keras, Harry tidak punya pilihan selain kembali ke kota yang ia cintai sekaligus ia benci.

Yang membingungkan dari kasus ini, tidak ada petunjuk apapun dari TKP, dan korabn-korban si pembunuh pun (awalnya) terlihat tidak berhubungan. Bukan kejahatan seksual, meski si pembunuh menunjukkan kesadisannya. Harry mulai tertantang menyusuri jejak si pembunuh, namun langkahnya pun terantuk masalah politik antara kepolisian Oslo dengan Krimstek, semacam penyidik federal yang sedang berusaha mengambil alih kasus-kasus pembunuhan yang dianggap high profile dari tangan polisi lokal.

Sementara itu, Harry dibantu oleh tim kecil terus berusaha bekerja tanpa terendus pihak-pihak birokrat, meski Harry terus dibingungkan karena sepertinya petinggi Krimstek tahu saja apa yang sedang ia lakukan.

The Leopard merupakan satu lagi karya Nesbo yang solid, slow burn, tapi tidak membosankan. Sosok Harry dibuat sangat manusiawi di sini, ia bisa juga gagal, kalah cepat, kalah gesit, tidak bisa menahan emosi, dan menjadi salah satu orang paling denial bila menyangkut keluarga dan kehidupan pribadinya. Tidak mudah menyamai The Snowman, yang merupakan salah satu buku Nordic Noir terbaik di luar sana, tapi menurut saya The Leopard masih bisa dibilang sukses, terutama untuk pencinta Harry Hole.

Tidak ada yang lebih melegakan selain melihat Harry berhasil mengalahkan lawan-lawannya, baik lawan kriminal maupun politis, meski ia tidak selalu berakhir sebagai pemenang, dan kemenangannya kadang dibarengi dengan tragedi lain dalam hidupnya. Because, again, he’s only human.

Rating: 4/5

Recommended if you love: gritty murder mystery, nordic noir, scandinavian setting, brooding detectives who fight their demons. And of course, if you love Harry Hole 🙂

The Valley of Adventure by Enid Blyton

09 Tuesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

adventures, british, children, classic, historical fiction, mystery, series

Judul: The Valley of Adventure

Penulis: Enid Blyton

Penerbit: Macmillan Children’s Books (2015)

Halaman: 278p

Beli di: Big Bad Woolf, part of the bundle

Philip, Dinah, Jack, dan Lucy-Ann – serta burung mereka, Kiki, kembali terlibat petualangan yang menegangkan. Awalnya, mereka hanya mau berlibur bersama teman baik mereka, Bill, naik pesawatnya yang baru. Namun, suatu kejadian menyebabkan mereka naik pesawat yang salah, dan malah terdampar di lembah tersembunyi yang misterius.

Anehnya, tidak ada orang di lembah tersebut, kecuali kedua orang pilot yang membawa mereka ke sana tanpa sengaja. Penyelidikan Philip dan kawan-kawan mengungkap adanya harta tersembunyi di lembah itu, dan kedua pilot ternyata berusaha mencari harta tersebut, meski dengan cara-cara yang menyeramkan.

Dibandingkan dengan dua buku sebelumnya, The Valley of Adventure terasa lebih seru, petualangannya lebih mencekam, dengan setting yang juga cukup membuat bulu kuduk meremang. Ada yang aneh dengan lembah tempat mereka terdampar, dan sepertinya penjelasannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Isu tentang harta tersembunyi yang ternyata disembunyikan saat Perang Dunia II berlangsung juga lumayan dark, sedikit berbeda dari buku-buku sebelumnya. Di sini, Blyton menyinggung sedikit tentang peran Nazi di Perang Dunia, meski tidak secara terang-terangan. Biasanya, Blyton tidak terlalu sering memasukkan unsur politik ke dalam buku-bukunya, kecuali beberapa kali membahas isu mata-mata, misalnya di kisah Lima Sekawan, tapi itu pun tidak spesifik menyebutkan negara ataupun isu yang menjadi inti cerita.

Saya sendiri mulai bisa lebih menikmati petualangan keempat anak ini (plus Kiki). Meski, saya juga menyadari, hubungan keempat anak ini memiliki dinamika yang agak berbeda dibandingkan dengan hubungan antar karakter di buku Lima Sekawan atau Pasukan Mau Tahu. Banyak kalimat yang cukup kasar diucapkan terutama oleh Dinah kepada kakaknya, Philip. Tapi Dinah juga beberapa kali bersikap kasar pada Lucy Ann. Tidak seperti George yang suka ngambek, Dinah terkesan lebih kasar dan bahkan suka memukul.

Saya sendiri tidak tahu apakah karena buku yang saya baca adalah versi Bahasa Inggris, sehingga tidak diperhalus (saya belum pernah membaca buku serial Petualangan dalam Bahasa Indonesia), atau memang dinamika hubungan anak-anak di serial ini agak lebih brutal dibandingkan serial petualangan Blyton lainnya. Interesting to find that out, though.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: adventures, British children classics, kids doing their stuff, stories full of food and picnic 🙂

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • The Secret History
    The Secret History
  • Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
    Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
  • The Monogram Murders by Sophie Hannah
    The Monogram Murders by Sophie Hannah
  • Puddin' by Julie Murphy
    Puddin' by Julie Murphy

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...