Tags
bahasa indonesia, children, classic, family, fiction, FYE challenge, readalong, serambi, terjemahan, women
Penulis: Louisa May Alcott
Penerbit: Serambi (2009)
Halaman: 489p
Borrowed from: Althesia
Usia kelayakan baca: 10 yo and up
Little Women berkisah tentang keluarga March, yang meski miskin namun hidup bahagia. Keluarga ini terdiri dari ayah yang sangat dicintai, ibu yang bijaksana, dan keempat anak perempuan yang memiliki sifat berbeda-beda. Meg yang keibuan namun selalu mendambakan hidup dalam kemewahan, Jo yang pemarah namun baik hati, Beth si pemalu yang tak pernah mementingkan diri sendiri, dan Amy, anak bungsu keluarga yang manja dan sedikit sombong.
Ketika ayah mereka harus bertempur di Perang Saudara Amerika, keempat anak ini berusaha membantu ibu mereka menjalani hidup sehari-hari yang keras, sambil mengatasi sifat-sifat terburuk mereka yang seringkali masih muncul ke permukaan. Kehadiran tetangga sebelah, Pak Laurence tua yang kaya dan baik hati, serta cucu laki-lakinya yang bandel dan menjadi sahabat mereka, Laurie, semakin memeriahkan hari-hari yang dilalui oleh keluarga March. Meski ada saat-saat suram di mana mereka merasa cobaan terlalu berat, namun mereka selalu saling menopang satu sama lain dan berusaha meringankan beban masing-masing.
Louisa May Alcott mengaku menulis Little Women berdasarkan kehidupannya sendiri, mungkin itulah sebabnya karakter yang ada di dalam buku ini terasa begitu nyata. Sifat masing-masing digambarkan dengan sangat believable, terutama Jo yang merupakan cerminan karakter Louisa. Pengalaman sehari-hari yang mengajarkan tentang kehidupan juga dituturkan dengan effortless, tidak dibuat-buat dan terasa dekat dengan kenyataan.
Meg yang berteman dengan keluarga kaya dan menemukan bahwa kekayaan bukan berarti kebahagiaan, Beth yang berusaha mengatasi sifat pemalunya dan berteman dengan Pak Laurence tua, serta Jo yang malang, yang selalu terlibat kesulitan dan berusaha mengatasi amarahnya yang suka muncul ke permukaan. Sosok Ibu March juga dihadirkan dengan porsi yang cukup, kebijakannya tidak berlebihan dan tetap seorang manusia biasa yang bisa cemas, marah dan khawatir.
Satu hal yang agak mengganjal mungkin karena aku tidak menyadari kalau buku Little Women ini tidak sama dengan buku Good Wives – yang sebenarnya merupakan bagian kedua atau sekuel dari Little Women. Gara-garanya adalah aku dulu pernah membaca buku Little Women terjemahan Gramedia, yang isinya diangkat ke film berjudul sama (dengan pemeran antara lain Susan Sarandon, Winona Ryder dan Claire Danes). Jadi Little Women yang ada di benakku itu ya yang kisahnya sampai anak-anak perempuan ini berkeluarga.
Makanya aku sedikit bingung (dan kecewa juga) saat menyadari buku Little Women versi Serambi ini (yang sebenarnya merupakan versi asli tanpa sekuel yang digabungkan) berakhir tepat sebelum Meg melangkah ke pernikahan. Yang membuat sedikit kecewa justru karena aku masih ingat jelas adegan di buku sekuel yang memang lebih banyak klimaksnya, termasuk tragedi yang sangat memancing emosi dan menguras air mata. Makanya ketika aku menutup buku ini, kok ya agak gantung gitu, rasanya. Apalagi karena aku tidak punya buku sekuelnya! Hahaha…
Anyway, versi terjemahan Serambi ini cukup enak untuk dibaca kok. Bahasanya masih mengalir, meski ada beberapa istilah yang aku kurang sreg. Misalnya nih ya, kata “priayi”. Sepertinya diterjemahkan dari kata “gentleman”. Memang sih, nggak ada padanan Bahasa Indonesia yang pas untuk istilah gentleman, tapi rasanya priayi kok kurang oke ya. Kuno banget gitu lho.
Kisah Little Women masih membuaiku seperti saat aku membacanya dulu. Tokoh favoritku tentu saja masih Jo, yang pemarah, kutu buku, suka nulis, tomboy tapi baik hati. Rasanya setiap bookworm pasti bisa merasa relate dengan Jo. Yang agak nyebelin masih tetap Amy, si bungsu yang manja dan kekanak-kanakan. Agak sebel juga kalo mengingat nantinya Amy akan memperoleh happy ending yang jauh lebih mudah dibandingkan saudara-saudaranya yang lain. Apa memang anak bungsu selalu begitu ya? (curcol).
Little Women adalah kisah klasik yang tak lekang oleh waktu, terbukti dari kesan mendalam yang masih aku rasakan, meski sudah pernah membacanya lebih dari 10 tahun yang lalu. Cari filmnya lagi ah! 🙂
Review ini diikutsertakan juga dalam event Back Into Children’s Classic Literature, Read-along Books by Louisa May Alcott, serta Fun Year Event with Children Literature. Semuanya di host oleh Mbak Maria Hobby Buku dan Bzee dari Bacaan Bzee.
lustandcoffee said:
Aaaah pengin baca…. Pinjem duku ama Bu Dokter 😀
Serambi sebenernya ga mnegecewakan ya terjemahannya, cuma ya itu covernya rada2 ‘kurang’
astrid.lim said:
iyaaa terjemahannya mayan kok yus, tapi memang covernya uhhhm hahaha ga menarik yaaa
Lulu said:
Aku justru baru punya Good Wives. Mau coba loncat langsung baca buku kedua kok rasanya kurang, jadi penasaran pengen baca Little Women dulu. Mbak Astrid, boleh meneruskan pinjaman padaku? (ujung-ujungnya pinjem) >_<
astrid.lim said:
iyaaa baca dari kesatunya dulu lu biar nyambung…boleh aja lu, coba bilang ke essy deh, nanti bisa aku langsung kirim ke kamu…
althesia said:
Silahkan dilanjutkan 🙂
althesia said:
waahhh aku merasa relate banget tuh sama si Jo hahaha..padahal aku blm baca juga buku ini loh *pengakuan dosa*
astrid.lim said:
ahahaha malah keliling dulu bukunya ya siii 😀
Pingback: Back To Children Classic’s Literature – Wrap Up | books to share
Matris said:
Aku anak bungsu lho… tapi jelas aku relate juga sama Jo…jiyaahhh…. 🙂
astrid.lim said:
ahahaha iyaaa kayaknya bookworm paling relate sama si jo deh 🙂
Hobby Buku said:
Aq sekarang hunting cari filmnya buat koleksi 😀 (sekali kolektor ya tetap aja) … klo pas pernah liat dimana infoin ya mbak hehe. *malah nitip*
astrid.lim said:
iya filmnya keren bangeeet…nanti kalo liat aku kabarin yah mbak 🙂
melmarian said:
Reblogged this on Baca Klasik.
Pingback: March by Geraldine Brooks |