• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: bahasa indonesia

Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang by Luis Sepulveda

29 Friday Oct 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 2 Comments

Tags

animals, bahasa indonesia, children, fable, fiction, funny haha, novella, south america, terjemahan

Judul: Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang

Penulis: Luis Sepulveda

Penerjemah: Ronny Agustinus

Penerbit: Marjin Kiri (2020)

Halaman: 90p

Beli di:@Post_Santa (IDR 57k)

Zorbas, kucing yang tinggal di sebuah kota pelabuhan, kaget ketika tiba-tiba ada seekor camar jatuh di balkonnya. Camar tersebut dalam keadaan sekarat, namun sebelum meninggal, ia sempat bertelur. Kata-kata terakhirnya adalah meminta Zorbas berjanji untuk mengajari anaknya terbang, sehingga bisa menyusul camar-camar lain dan meneruskan hidupnya.

Dibantu oleh teman-teman kucingnya yang super kocak, Zorbas pun berusaha mengajari si anak camar terbang, meski itu tampak seperti tugas yang mustahil. Masalahnya, kucing tidak tahu apa-apa tentang dunia penerbangan. Untunglah, Zorbas memiliki banyak resources, termasuk temannya yang dikenal sebagai tetua kucing yang bijak, serta teman lain yang dijuluki sebagai profesor.

Meski kisahnya sederhana, buku ini amat menyenangkan untuk dibaca dan memiliki pesan yang dalam, khususnya menyangkut lingkungan hidup dan bagaimana manusia berperan menghancurkan dunia. Minyak yang tumpah di lautan (yang jumlahnya seringkali jauh lebih banyak daripada yang kita lihat di berita), memiliki efek fatal bagi para burung saat mereka bermigrasi, apalagi bila ada burung yang tidak aware dan menangkap ikan di area yang dipenuhi minyak.

Selain tentang lingkungan, buku ini memiliki pesan yang tak kalah penting: persahabatan, kesetiaan menepati janji, dan bagaimana perbedaan malah bisa menyatukan. Semuanya disampaikan dalam gaya bahasa yang sederhana, dengan karakter yang serba kocak, dan ending yang membuat terharu. Penerjemahannya pun dilakukan dengan mulus, sehingga buku ini enak diikuti dari awal sampai akhir.

Saya sendiri baru tahu kalau Marjin Kiri memiliki seri buku Pustaka Mekar, yang khusus ditujukan untuk bacaan anak dan remaja, dengan pilihan buku yang cukup diverse sehingga akan memperkaya pengalaman pembaca usia muda. Great job!

Rating: 4/5

Recommended if you like: simple but inspiring books, children books, animal interaction, non mainstream novella

Cerita-Cerita Jakarta by Maesy Ang and Teddy W. Kusuma

03 Thursday Jun 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

anthology, bahasa indonesia, indonesia asli, short stories

Judul: Cerita- Cerita Jakarta

Editor: Maesy Ang & Teddy W. Kusuma

Penerbit: POST Press (2021)

Halaman: 213p

Beli di: @post_santa (IDR 80k)

Cerita-Cerita Jakarta berisi sepuluh cerita pendek yang semuanya bermuara pada kota megapolis kita tercinta ini. Genrenya beraneka ragam, memenuhi selera paling biasa atau paling absurd dari setiap pembacanya.

Beberapa favorit saya adalah Aroma Terasi (Hanna Francisca), tentang seorang wanita keturunan Tionghoa yang pergi ke kantor imigrasi untuk mengurus paspor, masih di zaman Orde Baru yang serba rempong dan diskriminatif. Meski dibantu oleh seorang calo jagoan, pengalaman wanita ini jauh dari mulus. Dan gaya menulis Hanna Francisca yang kocak, santai, dan sedikit satir, membuat saya ngakak berat, terutama karena kisahnya cukup relate dengan keluarga saya yang selalu ada drama setiap berhubungan dengan kantor imigrasi, apalagi dengan embel-embel marga Lim di ujung nama kami ๐Ÿ˜€

Kisah kocak lainnya yang berhasil membuat saya tertawa adalah Buyan (utiuts), yang bergenre fantasi dystopia- Jakarta di masa depan, meski sudah memiliki armada taksi online tanpa supir, masih harus berjibaku dengan kondisi banjir yang semakin menggila. Kreatif dan refreshing.

Selain kisah-kisah kocak nan absurd, saya juga menyukai beberapa kisah yang dituturkan dengan gaya yang lebih bersahaja, apa adanya namun tetap memikat. Suatu Hari dalam Kehidupan Seorang Warga Depok yang Pergi ke Jakarta (Yusi Avianto Pareanom) merupakan kisah sehari-hari namun amat relatable dari suara hari seorang penduduk suburban yang menghabiskan satu hari untuk membereskan beberapa urusan di Jakarta. Dari tema yang amat standar ini lahir kisah yang hangat, lucu, dan dekat dengan hati pembaca, baik yang merupakan komuter maupun bukan.

Sedangkan Haji Syiah (Ben Sohib) menyentil tentang agama dan hipokrisi, serta nilai-nilai berbeda yang dianut oleh generasi masa lalu dan masa kini. Again, ada sentuhan kocak meskipun tone keseluruhan cerita ini termasuk ironis dan membuat miris.

Selain judul-judul di atas, saya cukup terkesan dengan Anak-Anak Dewasa (Ziggy Zezsyazeoviennazabriskie), yang juga memiliki tone future dystopian yang cukup absurd, serta Rahasia dari Kramat Tunggak (Kharisma Michellia) yang berbau-bau thriller misteri, dengan latar belakang Kramat Tunggak yang bersejarah kelam.

Meski saya suka dengan hampir semua kisah di buku ini, ada juga cerita yang menurut saya agak meh atau malah terlalu pretensius, seperti B217AN yang nggak jelas apa maksudnya, juga Masalah yang agak kurang sreg dengan gaya narasinya.

Anyway, keapikan koleksi cerita pendek ini tidak lepas dari tangan dingin para editornya, Maesy Ang dan Teddy W Kusuma yang menggawangi POST Press. Saya juga bersyukur membaca buku ini dalam bahasa Indonesia, karena menurut saya beberapa pemilihan diksi, detail setting dan suasana, serta dialognya banyak yang sangat khas Jakarta, dan meski banyak yang juga memuji hasil terjemahan buku ini ke dalam bahasa Inggris, menurut saya membaca dalam bahasa aslinya justru memiliki nilai tambah tersendiri yang sulit tergantikan.

Rating: 4/5

Recommended if you like: Indonesian stories, short stories, diverse genre, absurd plot, funny little gems, and everything about Jakarta

Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James

07 Monday Dec 2020

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ 1 Comment

Tags

bahasa indonesia, british, classics, ghost story, Gramedia, horror, spooktober, terjemahan

Title: The Turn of The Screw (Misteri Bly Manor)

Writer: Henry James

Translator: Lulu Wijaya

Publisher: Gramedia Pustaka Utama (2020)

Pages: 170p

Bought at: Gramedia.com (IDR 27k, bargain!)

Genre: classics, horror, gothic, ghost story

The second book that I’ve read for Spooktober is The Turn of the Screw, a classics horror novel that has inspired many movies and TV shows, including the recent one in Netflix, that loosely based on this book. The story revolved around a new governess who had accepted a job in Bly Manor, taking care of two children, Miles and Flora. The kids were orphans, and their bachelor uncle didn’t want to have anything to do with them, so governess was the answer.

Bly Manor was a beautiful house, a bit remote but still had some of its glory from the past. But, there’s darkness there too, lurking in the unused rooms, empty windows and ghost from the past. But the ghosts are not the metaphor – they were there, befriending the children.

When the governess found out about this, of course she was shock. Especially when she knew that the ghosts were her predecessors, former governess and employee of the house and had passed away for some time. She’s very suspicious of them and what they wanted from the children. Surely they were not some friendly ghosts who just wanted to entertain the kids?

With the very gothic atmosphere and scary premises, this book had potential to be a really solid horror book. But turned out, I didn’t feel the horror at all (and I’m a scaredy cat!!). I think because this book was written in a very old fashioned way, a perfect stereotype of classics, the scary/horror/ghostly vibes were lost to me. The sentences were long, with very flowery language, and the translation was not helpful – a bit stiff and quite all over the place. So instead of getting scared by the ghosts, I felt a bit tired reading the same sentence over and over again, just to make sense of everything. There were too many moral contemplations and the governess kept on thinking about the implications of the ghosts, instead of the ghosts themselves.

I think one thing that I like about this book is the description of Bly Manor. I can imagine clearly the gloominess of the place, and how it became a poor place for the children to live, especially because their lives already been gloomy.

However, this book is not my favorite Spooktober. In a way, I was a bit relieved because it’s not as scary as I thought it would be, but on the other hand, I was a bit bored, and expected to be scared anyway XD

I recommend The Turn of the Screw if you like:

  • classics
  • gothic houses
  • eerie children
  • ghost story, but not too scary
  • long moral contemplation ๐Ÿ˜€
This looks scary, ya?
Bly Manor

Appointment with Death by Agatha Christie

17 Wednesday Jun 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery/thriller, popsugar RC 2020, series, terjemahan

Judul: Appointment with Death (Perjanjian dengan Maut)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Indri K. Hidayat

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 272p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)

“Kau mengerti, kan, bahwa dia mesti dibunuh?”

Mungkin dari semua buku-buku karya Agatha Christie, buku ini memiliki salah satu kalimat pembuka yang paling sensasional, menjanjikan drama juicy dan kasus yang pelik.

Meski bukan merupakan karyanya yang terbaik, Appointment with Death tetap memiliki beberapa unsur yang membuatnya menjadi buku yang cukup berkesan.

Unsur pertama adalah keluarga Boynton, mungkin merupakan salah satu keluarga yang paling terkenal dari semua keluarga ciptaan Christie. Keluarga Boynton berasal dari Amerika Serikat, sedang melakukan perjalanan liburan ke Timur Tengah. Namun mereka bukan keluarga biasa, karena sang kepala keluarga, Mrs. Boynton, memiliki sifat kejam, berkuasa, dan mengekang anak-anaknya sehingga tidak bisa lepas darinya, baik secara mental maupun finansial.

Saat mereka berada di Petra, Mrs. Boynton ditemukan meninggal dunia di depan guanya, ditusuk dengan suntikan digitalis yang membuat jantungnya berhenti bekerja. Yang langsung dicurigai tentu saja adalah anggota keluarganya: Lennox, anak tertua yang selalu tampak pasrah, Nadine istri yang lembut namun memiliki karakter kuat dan sudah tidak tahan berada dalam cengkeraman ibu mertuanya, kakak beradik Raymond dan Carol yang bertekad ingin melepaskan diri dari ibu mereka, serta Ginny, anak paling kecil yang sepertinya menderita halusinasi akibat tekanan ibunya.

Namun selain keluarga Boynton, ada beberapa tamu di perkemahan yang mungkin memiliki motivasi tersembunyi untuk membunuh Mrs. Boynton, termasuk Sarah King, dokter muda yang jatuh cinta dengan Raymond, atau Jefferson Cope yang merupakan teman lama keluarga tersebut.

Untunglah ada Hercule Poirot, dengan sepatu kulitnya yang amat tidak cocok dengan setting kota Petra yang eksotik, siap menyelidiki kasus tersebut. Poirot seolah kembali berada dalam situasi rumit yang sudah pernah ia jumpai sebelumnya: korban yang kematiannya diinginkan semua orang, yang kematiannya lebih banyak membawa kebaikan daripada keburukan. Namun apakah hal tersebut menjadi justifikasi yang cukup untuk tidak mengungkap siapa pembunuh yang sesungguhnya? Kerumitan makin bertambah ketika banyak alibi yang tidak akurat, serta keinginan setiap orang yang terlibat untuk melindungi orang yang mereka anggap bersalah. (Hint: Orient Express!!)

Appointment with Death lebih merupakan suatu studi karakter yang menarik, karena Christie benar-benar menciptakan suatu keluarga yang menarik, memorable dan unik – dan Christie adalah ahlinya menciptakan karakter keluarga dysfunctional! Kisah misterinya sendiri menurut saya masih terbilang biasa, twistnya agak terlalu sensasional meski masih bisa diterima, namun bagian epilog yang menceritakan keluarga ini beberapa tahun kemudian terasa cukup menyenangkan.

Satu lagi, setting Petra adalah salah satu setting terbaik yang dipakai Christie, dan disesuaikan dengan tone keseluruhan kisah yang cukup gelap. Merinding rasanya membayangkan Mrs. Boynton yang bertubuh besar duduk sendirian di depan guanya, ditemani bayang-bayang petang, dan ternyata – sudah tidak bernyawa!

Submitted for:

Kategori: A book with a great first line

Death on the Nile by Agatha Christie

04 Monday May 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, bahasa indonesia, british, classics, Gramedia, mystery/thriller, poirot, popsugar RC 2020, series, terjemahan

Judul: Death on the Nile (Pembunuhan di Sungai Nil)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Mareta

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014, cetakan keenam)

Halaman: 390p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)

Meski saya sudah bisa dibilang khatam dengan sebagian besar buku karya Agatha Christie (terutama yang menampilkan Hercule Poirot), saking seringnya saya membaca ulang buku-buku tersebut, namun tetap saja ada beberapa hal baru yang saya temukan, atau alami, setiap kali membaca ulang.

Tak terkecuali kali ini, saat saya memilih untuk membaca ulang salah satu karya paling terkenal dari Christie, yang rencananya adaptasi filmnya juga akan beredar akhir tahun ini (semoga saja tidak diundur lagi!).

Kisahnya sangat khas Christie. Linnet Ridgeway, gadis cantik, kaya raya, pewaris tahta, dan cerdas dalam berbisnis, seolah sudah memiliki segalanya. Namun tetap saja, saat ia dikenalkan dengan tunangan sahabatnya sendiri, Jacqueline de Bellefort, ia bertekad untuk bisa memiliki pria tersebut juga. Sang pria, Simon Doyle, pada akhirnya berhasil jatuh ke pelukannya.

Mereka pun berbulan madu ke Mesir, namun yang membuat Linnet jengkel, Jackie selalu ada ke manapun mereka pergi, membayangi mereka seakan ingin terus mengingatkan rasa bersalah Linnet dan Simon yang telah mengkhianatinya. Lama-lama Linnet merasa terancam, terlebih ketika Jackie juga mendadak muncul di pelayaran menyusuri Sungai Nil yang merupakan rencana rahasia Linnet dan Simon.

Dan benarlah – suatu malam, terjadi pertengkaran besar antara Jackie dan Simon, dan Linnet ditemukan mati ditembak di kamarnya. Meski kecurigaan langsung tertuju pada Jackie, namun alibi Jackie yang sangat kuat langsung mematahkan kecurigaan tersebut. Pertanyaannya: siapa lagi yang menginginkan kematian Linnet?

Untunglah ada Hercule Poirot di pelayaran tersebut. Dengan gayanya yang khas, Poirot berhasil menguak perkara pelik ini, membongkar topeng setiap penumpang kapal yang ternyata banyak menyembunyikan maksud asli mereka ikut pelayaran tersebut. Dan tak sedikit orang yang ternyata memiliki motif membunuh Linnet!

Death on the Nile menurut saya merupakan salah satu buku Christie yang paling efektif dan original. Memang benar, identitas setiap penumpang yang tidak diduga-duga seringkali menimbulkan ketidakpuasan (Christie sering memberikan twist kejutan yang terkesan agak dipaksakan), namun di sini hal tersebut seolah memiliki penjelasan demi penjelasan yang memuaskan.

Drama kisah cinta segitiga, pengkhianatan, dendam pribadi – semua disuguhkan Dame Agatha dengan dramatis namun tidak berlebihan. Kehadiran Poirot di sini pun terasa pas – porsinya tidak terlalu sedikit, namun juga tidak terlalu mendominasi sehingga kita masih memiliki kesempatan mengenal karakter-karakter lainnya di atas kapal.

Oh – dan kehadiran Colonel Race di sini juga cukup menyenangkan dan memberi nuansa berbeda dari kasus Poirot lainnya.

Pertama kalinya saya membaca Death on the Nile, jujur saja, saya tidak menyukai buku ini. Saya tidak suka karakter-karakternya, juga endingnya yang amat melodramatis. Namun saat membaca ulang, harus diakui, Christie seolah memiliki semua jawaban yang bisa menutupi lubang-lubang dalam cerita. Saya lebih menilai buku ini secara objektif dari efektivitasnya sebagai sebuah kisah pembunuhan, ketimbang rasa suka-tidak suka yang lebih subjektif. Dan memang, harus diakui kalau buku ini adalah salah satu karya terbaik Christie ๐Ÿ™‚

The movie

Death on the Nile sudah beberapa kali diadaptasi ke layare lebar, terutama karena kisahnya yang dramatis serta settingnya yang eksotis (pelayaran di Sungai Nil!!). Mungkin yang bisa mengalahkan keunikan settingnya hanyalah Murder on the Orient Express, yang juga sama-sama sudah sering diangkat ke layar lebar.

Kali ini, Death on the Nile merupakan bagian dari kisah Poirot yang digawangi oleh Kenneth Branagh sebagai sutradara sekaligus tokoh Hercule Poirot, yang sebelumnya sudah sukses mengadaptasi kisah Orient Express.

Beberapa aktor dan aktris yang menurut saya akan menarik diamati di film nanti adalah Gal Gadot sebagai Linnet Ridgeway (cocok!), Letitia Wright sebagai Rosalie Otterbourne, anak penulis novel romans, serta Armie Hammer sebagai Simon Doyle.

Seperti biasa, banyak karakter yang diganti namanya, bahkan ada karakter yang dihilangkan atau malah ditampilkan padahal tidak ada di buku. Hal ini juga dilakukan Branagh di Orient Express. Saya belum tahu apakah penambahan dan pengurangan karakter ini akan berpengaruh banyak pada plot di film. Tapi yang jelas, film ini termasuk yang tidak akan saya lewatkan!

Submitted for:

Kategori: A book from a series with more than 20 books

 

The Secret Adversary by Agatha Christie

06 Friday Mar 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, Gramedia, mystery, popsugar RC 2020, series, suspense, terjemahan, world war

Judul: The Secret Adversary (Musuh dalam Selimut)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Mareta

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Halaman: 376p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)

Tommy dan Tuppence bukanlah tokoh-tokoh favorit saya dari antara karakter ciptaan Agatha Christie, dan kisah petualangan mereka juga tidak terlalu menarik hati saya. Mungkin karena cerita mereka lebih berat ke isu mata-mata dan pengkhianatan dibandingkan plot pembunuhan klasik ala Christie.

Tapi, karena saya sudah membaca (ulang) hampir semua buku Christie, dan kisah pasangan Tommy dan Tuppence merupakan sedikit dari yang jarang (bahkan belum pernah) saya sentuh, maka tibalah saatnya menjajal buku mereka dan mengenal pasangan ini lebih jauh.

The Secret Adversary adalah buku mereka yang pertama. Tommy dan Tuppence belum menikah di sini, masih berusia muda dan sedang bingung menentukan rencana mereka setelah Perang Dunia I usai. Tanpa sengaja, mereka terlibat dalam suatu peristiwa misterius yang merupakan sisa misteri masa perang.

Saat Perang Dunia I berlangsung, kapal Lusitania yang sedang menuju Inggris ditorpedo musuh, padahal ada penumpang yang membawa dokumen penting yang sangat berarti untuk Inggris. Sang penumpang pun menitipkan dokumennya pada gadis Amerika bernama Jane Finn. Namun setelah proses penyelamatan kapal usai, Jane Finn menghilang tanpa jejak.

Lima tahun setelah kejadian tersebut, Tommy dan Tuppence akhirnya terlibat dalam pencarian Jane Finn yang misterius serta dokumen penting yang hilang. Gawatnya, beberapa pihak yang ingin kembali merusak perdamaian juga mengincar dokumen tersebut. Akhirnya, kedua petualang muda (amatir) ini terpaksa menggunakan segala akal mereka untuk bersaing dengan komplotan berpengalaman yang terdiri dari para penjahat dengan kepentingan mereka masing-masing.

Kabarnya, komplotan penjahat ini dipimpin oleh seseorang dengan julukan Mr. Brown (yang tidak diketahui identitas aslinya), yang kelihatannya selalu satu langkah di depan para lawannya termasuk Tommy dan Tuppence. Apakah mereka berhasil membongkar kedok Mr Brown dan memenangkan pertandingan ini?

Meski bukan jenis cerita favorit saya (give me any classic Christie whodunnit with locked room or something), ternyata kisah petualangan Tommy dan Tuppence cukup enjoyable. Ada beberapa red herring yang menipu, ditambah lagi double twist di bagian akhir yang cukup mengejutkan (meski lumayan tertebak), yang menunjukkan kepiawaian Chrstie mengolah kisah yang berada di luar comfort zonenya.

Topik espionase dan pengkhianatan merupakan topik yang cukup populer di masa perang dan setelahnya. Christie menulis kisah ini di tahun 1922, setelah perang usai namun kondisi Inggris belum terlalu stabil. Kisahnya sangat relevan dengan periode buku ini ditulis, dan Tommy serta Tuppence mewakili anak-anak muda yang hidupnya serba tidak pasti setelah perang.

Saya suka interaksi antara Tommy dan Tuppence, yang berasal dari latar belakang cukup berbeda namun ternyata sangat cocok satu sama lain. Dan kisah ini memang mengawali hubungan pribadi maupun profesional mereka berdua, kondisi yang cukup unik mengingat periode buku ini ditulis, dan membuktikan bahwa Christie mendukungย  emansipasi perempuan di zamannya dengan caranya sendiri.

Tommy dan Tuppence merupakan serial yang timelinenya mengikuti waktu sebenarnya saat buku mereka ditulis. Usia mereka bertambah tua dengan cukup akurat sesuai dengan terbitnya buku-buku mereka, dan perkembangan hubungan mereka juga digambarkan berjalan seiring dengan petulangan-petualangan mereka, tidak seperti serial Poirot atau Miss Marple.

Submitted for:

Kategori: A book set in the 1920s

 

The Memory Keeper’s Daughter by Kim Edwards

21 Wednesday Nov 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

bahasa indonesia, bargain book!, drama, dysfunctional family, fiction, onreads publisher, popsugar RC 2018, secondhand books, terjemahan, twins

Judul: The Memory Keeper’s Daughter

Penulis: Kim Edwards

Penerjemah: Evi Setyarini

Penerbit: OnRead- Books Publisher

Halaman: 467p

Beli: @vixxio (IDR 15k)

Paul dan Phoebe lahir di malam penuh badai dalam kondisi yang tidak ideal. Namun jalan hidup mereka benar-benar berbeda karena keputusan fatal yang diambil oleh David, ayah mereka.

Saat mengetahui kalau Phoebe lahir dengan pembawaan Down Syndrome, David meminta perawat yang membantu kelahiran anak kembarnya, Caroline, untuk membawa Phoebe ke panti perawatan dan menyembunyikan kenyataan tersebut dari Norah, istrinya yang dalam keadaanย  tidak sadar setelah proses melahirkan yang berat tersebut.

Namun nurani Caroline terketuk dan ia memutuskan untuk merawat Phoebe sendirian, pergi jauh dan menyembunyikan diri dari David. Caroline memulai hidup baru dan memganggap Phoebe sebagai anaknya sendiri, terlepas dari segala tantangan yang harus ia hadapi.

Sementara itu, David menyimpan rahasia tentang Phoebe dari Norah. Dan meski ia seringkali dirundung perasaan bersalah, ia tetap berpikir kenyataan yang sebenarnya justru akan lebih menyakitkan untuk Norah. Tanpa sadar, sikap David yang menyimpan rahasia dan memendam rasa bersalah justru sedikit demi sedikit membuat hubungannya dengan Norah menjadi jauh. Dan Norah yang putus asa dengan ketertutupan David akhirnya berusaha mencari kebahagiaannya sendiri.

Buku ini dipenuhi oleh banyak isu yang lumayan berat, mulai dari hak-hak penyandang keterbelakangan mental di era 60-70an, emansipasi perempuan hingga isu keluarga yang cukup menyentuh. Saya sendiri merasa bagian yang paling menarik adalah kisah tentang perjuangan Caroline dalam membesarkan Phoebe dengan segala tantangan yang ada.

Yang menjadi inti konflik adalah rahasia yang dipendam bertahun-tahun akan semakin sulit untuk diungkapkan, dan mau tidak mau saya jadi menyimpulkan kalau saja David bisa jujur dari awal maka tidak perlu ada konflik berkepanjangan yang akan menyakitkan semua pihak (tapi ya berarti nggak bakal ada buku ini, dong ya, hahaha). Karena kejujuran seberapa pun menyakitkan tetap lebih bisa ditanggung dibandingkan kebohongan yang disimpan sekian lama.

Sedikit yang saya sayangkan adalah kurangnya perspektif dari Paul, si saudara kembar yang juga menjadi korban dalam drama keluarga ini. Ada sih, bab-bab yang membahas tentang Paul, tapi menurut saya masih bisa digali lebih dalam lagi.

Saya membaca edisi terjemahan buku ini yang meski ada kesan kaku di sana sini tapi masih tetap bisa dinikmati. Namun saya jadi bertanya-tanya sendiri apa kabarnya ya penerbit yang menerbitkan buku ini? Sepertinya tidak pernah terdengar lagi kiprahnya (atau mungkin saya yg tidak mengikuti perkembangan penerbit lokal).

Kim Edwards merupakan salah satu penulis yang agak underrated menurut saya, gayanya mirip gaya bercerita Jodi Picoult namun dengan eksekusi yang lebih baik, tapi entah kenapa namanya kurang bergaung dibandingkan Picoult atau beberapa penulis drama kontemporer lainnya.

Saya merekomendasikan The Memory Keeper’s Daughter untuk yang menyukai kisah rahasia keluarga, drama domestik yang intens serta ending yang mengharu-biru ๐Ÿ™‚

Submitted for:

Category: A book with characters who are twins

 

 

 

 

The Gunslinger by Stephen King

30 Tuesday Oct 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

bahasa indonesia, fantasy, fiction, Gramedia, horror, movie tie in, popsugar RC 2018, science fiction, series, terjemahan

Judul: The Gunslinger (Sang Gunslinger), The Dark Tower #1

Penulis: Stephen King

Penerjemah: Femmy Syahrani

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2016)

Halaman: 304p

Beli di: HobbyBuku (IDR 91k, disc 20%)

The Gunslinger merupakan buku pertama dari serial The Dark Tower, yang adalah salah satu masterpiece karya Stephen King. Di sini kita diperkenalkan kepada Roland Deschain, Gunslinger (penyandang pistol???) terakhir dari Gilead. Dunianya amat sangat sunyi, dan tujuan hidupnya cuma satu: memburu si lelaki berbaju hitam, iblis yang mampu membangkitkan orang mati dan memorakporandakan sisa dunia yang sudah sekarat ini. Apa yang terjadi sebelum dunia menjadi seperti ini, dikisahkan dengan amat perlahan melalui kilas balik memori si Gunslinger.

Namun dalam perjalanannya, Roland bertemu dengan beberapa karakter yang akan mengubah kehidupannya, meski tekadnya masih tetap sama: mengejar si lelaki berbaju hitam, dan mencapai destinasi terakhir, Menara Gelap, yang masih menjadi misteri hingga buku pertama ini selesai.

Menikmati Gunslinger haruslah dengan kehati-hatian, tidak perlu buru-buru apalagi berharap dengan adegan chaos dan twist yang terus menerus. Unsur ketegangannya tetap terasa, dan kadang hadir melalui kejutan penuh adegan gory yang tidak disangka-sangka. Bagaimanapun, Stephen King tetaplah rajanya kisah fiksi horor fantasi yang tidak tersaingi. Hanya saja dalam buku ini, terlihat sekali kemampuannya mengolah unsur tegang tadi dalam kisah yang sunyi dan lambat, bahkan kadang terkesan monoton. B

Bahasa yang digunakan juga banyak yang merupakan metafora yang kadang sulit dibedakan dari bagian yang ditulis dengan kalimat non metafora, saking absurdnya setting yang dipakai. Saya sendiri awalnya sangsi akan bisa menikmati The Gunslinger. Apalagi karena memang saya belum familiar sama sekali dengan serial Dark Tower, yang digadang-gadang sebagai karya terbesar King sepanjang kariernya.

Tapi ternyata, tanpa ekspektasi yang berlebih, saya malah bisa lumayan menikmati kisah Roland yang sunyi dan mencekam. Setting Gilead dan dunia aneh yang Roland tempati, awalnya memang bikin depresi karena kekelamannya dan nuansa tanpa harapan yang menguasai keseluruhan cerita. Namun belakangan, setelah mengenal Roland lebih dalam (meski sosoknya masih menyimpan banyak sekali misteri), saya mau tidak mau jadi bersimpati dengannya dan menyemangati tujuan pengejarannya (meski, sekali lagi, banyak misteri yang menyelubungi misi tersebut). Beberapa karakter yang ia temui di sepanjang perjalanannya, baik yang hanya singkat maupun yang cukup lama mendampinginya, juga membawa warna tersendiri yang membuat saya bertanya-tanya apakah mereka akan mempunyai peran lebih lanjut di seri berikutnya.

Bagaimanapun, The Gunslinger berhasil membuat saya tergelitik untuk menguak kisah Dark Tower lebih jauh, dan voila, buku kedua (yang juga sudah diterjemahkan oleh GPU) berhasil saya genggam. Pertanyaannya tinggal: kapan saya akan melanjutkan kisah petualangan Roland ya? โ˜บ

The Movie

The Gunslinger diangkat ke layar lebar tahun 2017 lalu, dengan Idris Elba sebagai pemeran Roland, dan Matthew McConaughey sebagai si Lelaki Berbaju Hitam. Saya sendiri belum menonton film besutan Nicolaj Arcel ini, tapi berdasarkan beberapa review yang saya baca, sepertinya film ini kurang mendapatkan sambutan yang baik. Beberapa kritik mengatakan kalau film ini terlalu segmented, tidak bisa dimengerti oleh penonton yang belum membaca serial Dark Tower. Namun ada juga kritik yang mengatakan kalau film ini juga tidak memuaskan dari sudut pandang fans Stephen King dan Dark Tower.

Saya sendiri belum berminat menonton filmnya, meski cukup penasaran juga dengan sosok Idris Elba sebagai si Gunslinger ๐Ÿ™‚

Submitted for:

Category: A book set on a different planet

 

The Mystery of the Blue Train by Agatha Christie

19 Friday Oct 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, mystery, popsugar RC 2018, terjemahan, thriller

Judul: The Mystery of the Blue Train (Misteri Kereta Api Biru)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Ny. Suwarni A.S.

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014, cetakan ke-9)

Halaman: 376p

Beli di: HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)

Seumur hidupnya, Katherine bekerja keras menjadi pendamping wanita tua dan orang sakit. Namun nasib baik menghampirinya saat ia mendapatkan warisan yang lumayan dari wanita tua yang ia dampingi selama 10 tahun terakhir. Katherine bertekad ingin menggunakan uangnya untuk bepergian melihat-lihat tempat yang belum pernah dikunjunginya.

Perjalanan ke Riviera dengan Kereta Api Biru menjadi pilihannya, namun ia tak menduga sama sekali kalau perjalanan tersebut berubah menjadi petualangan yang mendebarkan.

Berawal dari pertemuannya dengan seorang lelaki misterius, pembicaraannya dengan perempuan kaya raya yang mendadak curhat padahal Katherine tidak mengenalnya sama sekali, pembunuhan mengejutkan di dalam kereta, permata-permata yang hilang, dan seorang detektif lucu bernama Hercule Poirot.

Bersama Poirot, Katherine tiba-tiba terlibat dalam penyelidikan pembunuhan wanita tersebut, yang ternyata menyimpan banyak rahasia dalam hidupnya. Hidup Katherine mendadak jadi penuh drama, belum lagi harus memilih di antara dua pria yang sama-sama jatuh cinta kepadanya- namun ada kemungkinan salah satu dari mereka adalah sang pembunuh!

Jangan berharap Misteri Kereta Api Biru akan sefenomenal, secanggih, dan semengejutkan Pembunuhan di Orient Express yang sama-sama mengambil setting cerita di kereta api mahal. Kisah misteri di kereta biru jauh lebih sederhana dan mudah ditebak, dengan penyelesaian yang menurut saya agak terlalu dipaksakan. Peran Poirot sendiri di sini agak kurang kuat, karena Christie tampak lebih ingin memusatkan fokus pada Katherine sebagai karakter utama.

Saya sendiri lumayan suka dengan Katherine yang digambarkan sebagai karakter perempuan muda mandiri yang mencari nafkah sendiri, satu hal yang cukup jarang terjadi di masa tersebut. Namun plot romans yang diselipkan jadi membawa alur kisah sedikit klise. Menurut saya, alangkah baiknya bila pada akhirnya Katherine tidak memilih salah satu dari laki-laki yang memujanya itu ๐Ÿ™‚

Plot misterinya sendiri terasa agak familiar buat saya, dan memang agak mirip dengan salah satu cerita pendek yang pernah saya baca di buku Christie lainnya (Plymouth Express). Bahkan penyelesaiannya pun bisa dibilang hampir sama, hanya ada sempalan plot baru di sana-sini. Mengembangkan cerita pendek menjadi novel panjang memang bukan hal baru bagi Agatha Christie, karena ia pernah melakukannya beberapa kali.

Overall, a nice short read, bukan yang terbaik dari Christie namun masih bisa untuk dinikmati terutama bila tidak ingin dipusingkan oleh kasus yang terlalu rumit!

Setting alat transportasi

Selain Misteri Kereta Api Biru, Agatha Christie pernah menulis beberapa kisah dengan setting alat transportasi lainnya. Berikut beberapa di antaranya:

Death on The Nile

Berkisah tentang pembunuhan gadis muda dan cantik, Linnet Ridgeway, di atas kapal pesiar yang sedang menyusuri Sungai Nil. Untung ada Papa Poirot yang siap beraksi! Buku ini akan diangkat ke layar lebar dan rencananya rilis tahun 2020, dengan Gal Gadot sebagai Linnet. Can’t wait!

Death in the Clouds

Kali ini Christie nekat berimajinasi tentang pembunuhan di atas pesawat terbang – dengan panah beracun sebagai alatnya!! Agak terlalu fantastis, memang, tapi tidak mengurangi keseruan buku ini, apalagi saat Poirot, sebagai salah satu penumpang, sempat ikut dijadikan tersangka ๐Ÿ˜€

Murder on the Orient Express

Buku ini banyak disebut sebagai salah satu karya terbaik Christie, karena sangat out of the box. Sudah diangkat beberapa kali ke layar lebar, terakhir di tahun 2017 dengan Kenneth Branagh sebagai sutradara sekaligus pemeran Hercule Poirot.

Submitted for:

Category: A book with your favorite color in the title

Laut Bercerita by Leila S. Chudori

10 Monday Sep 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

bahasa indonesia, borrowed, fiction, historical fiction, indonesia, indonesia asli, literature, politics, popsugar RC 2018, tragedy

Judul: Laut Bercerita

Penulis: Leila S. Chudori

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG, cetakan ketiga, Januari 2018)

Halaman: 379p

Pinjam dari: Althesia

Kisah ini dituturkan oleh Biru Laut, mahasiswa aktivis yang kuliah di Yogya, yang pada tahun 1998 hilang diculik oknum tak dikenal dan selama berbulan-bulan disiksa, diinterogasi, dipukuli, disetrum dan ditindas, dipaksa untuk menjawab pertanyaan aparat mengenai gerakan aktivis yang ingin menggulingkan pemerintahan saat itu.

Laut mengajak kita untuk berkilas balik menelusuri kehidupannya. Awal perkenalannya dengan teman-teman yang nantinya akan berjuang bersamanya. Keluarganya yang saling mencintai, yang seringkali harus ia korbankan demi hasratnya memperjuangkan Indonesia yang lebih demokratis. Pertemuannya dengan cinta pertamanya, Anjani. Kegemarannya akan makanan dan obsesinya menyempurnakan resep warisan keluarga, mulai dari tengkleng hingga kuah Indomie istimewa yang menjadi ciri khasnya.

Laut adalah bagian dari sejarah Indonesia. Lewat penuturannya, kita diajak untuk menyelami masa-masa kelam penuh ancaman dan suasana mencekam selama diktator Orde Baru berkuasa. Tanpa mahasiswa seperti Laut dan teman-temannya, kenikmatan hidup bebas berdemokrasi saat ini tak akan pernah kita rasakan.

Secara pribadi, saya sendiri jauh lebih menyukai buku Laut Bercerita dibandingkan buku Leila sebelumnya yang juga sedikit menyinggung tentang perjuangan reformasi, Pulang. Laut Bercerita memiliki ramuan yang pas antara karakter-karakter yang digambarkan cukup dalam dan tidak terkesan klise, konflik yang tidak bertele-tele dan tentu saja, ending yang kepingin bikin berteriak-teriak saking emosionalnya. Kisah Laut sukses membuat air mata saya mengalir, perasaan tercabik-cabik dan hati yang remuk seolah saya sendiri berada di sana, ikut berjuang bersama para sahabat tersebut.

Tidak seperti dalam Pulang, Leila cukup konsisten menjaga tempo cerita dan karakter-karakternya sehingga tetap memikat hingga akhir. Meski ia berganti narator beberapa kali, namun semua babnya masih enak untuk diikuti. Ditambah lagi, tidak ada aura romans yang terlalu kental, atau cinta segitiga dan sejenisnya di sini. Semuanya diceritakan seperlunya saja, dan fokus kisah tentang perjuangan reformasi, serta persahabatan di antara para aktivis, cukup terjaga baik.

Buku ini saya rekomendasikan untuk segenap masyarakat Indonesia yang kerap lupa, yang seringkali bercanda tentang enaknya zaman Soeharto dan impian untuk kembali ke Orde Baru, untuk anak-anak muda yang bahkan tidak bisa membayangkan kengerian yang dialami oleh Laut dan teman-temannya, karena kengerian terbesar mereka mungkin hanyalah kehilangan wifi gratisan. Buku ini saya rekomendasikan untuk mereka yang masih butuh pengingat tentang pahlawan-pahlawan tanpa nama, yang bahkan hingga hari ini masih tidak diketahui keberadaannya. Buku ini saya rekomendasikan untuk yang masih ingin berjuang menyelesaikan pekerjaan rumah menumpuk yang masih dimiliki Indonesia. Buku ini saya rekomendasikan untuk siapapun yang masih mengaku mencintai Indonesia dan ingin yang terbaik bagi negara ini.

#menolaklupa

Dalam catatan penulis, Leila menyebutkan salah satu inspirasinya dalam menulis buku ini adalah the real reformation heroes, para mahasiswa dan aktivis yang berjuang hingga Indonesia bisa menikmati kebebasan demokrasi seperti saat ini. Dan di antara mereka, hingga kini masih ada 13 aktivis yang hilang (selain juga 9 korban penculikan yang berhasil kembali). Ada juga korban yang akhirnya ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap kasus-kasus penculikan ini? Bagaimana nasib ke-13 aktivis tersebut? Ini adalah PR besar pemerintah Indonesia, yang sayangnya hingga kini mashi mentok dan belum berhasil menemukan titik terang (alias belum memproses secara hukum para pelaku dan otak kejahatan ini). Bayangkan apa rasanya menjadi keluarga para aktivis korban penculikan ini, yang hingga kini bahkan tidak tahu nasib orang-orang yang mereka sayangi, bahkan memakamkan dengan layak pun mereka tidak bisa.

It’s a dark history of Indonesia. And please, do not ever forget.

Submitted for:

popsugarRC2018button

Category: A book by a local author

 

 

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • Lethal White by Robert Galbraith
    Lethal White by Robert Galbraith
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
    The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
  • Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker
    Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...