Tags

, , , , , , , ,

Judul: Abarabarat 2at 2 (Days of Magic, Nights of War)

Penulis: Clive Barker

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2004)

Penerjemah:Tanti Lesmana

Halaman: 508p

Beli di: Ika (IDR25k, bargain!)

Beruntungnya saya, karena buku Abarat no. 2 saya lenyap entah ke mana, dan sempat stress juga karena bukunya sudah lumayan susah dicari. Tapi berkat jaringan BBI yang luar biasa resourceful, saya mendapatkan buku ini dari Ika yang berdomisili di Semarang. Luar biasa kan BBI? 🙂

Buku kedua mengambil waktu 2 minggu setelah Candy dan Malingo melarikan diri di akhir buku pertama. Dikisahkan petualangan mereka dari pulau ke pulau di Abarat, menikmati pemandangan dan keajaiban yang ditawarkan kepulauan Jam ini. Namun di antara perjalanan mereka, orang-orang suruhan Christopher Carrion si Penguasa Tengah Malam sekaligus musuh bebuyutan Candy, tetap tak kenal lelah dalam pengejarannya.

Candy sendiri menemukan berbagai fakta menarik yang sedikit demi sedikit menjawab pertanyaannya tentang mengapa Abarat terasa sangat familiar baginya, anak perempuan yang seumur Hidup tinggal di kota Chickentown, Minnesota. Ia mengumpulkan potongan demi potongan puzzle yang membawanya kepada sejarah kelam Abarat, serta tebakan tentang apa peranannya selama ini, termasuk rahasia di hari kelahirannya yang selama ini selalu disembunyikan oleh Ibunya, Melissa.

Sementara itu, kerajaan Tengah Malam semakin kuat menyusun kekuatannya, bahkan bersiap meluncurkan pasukan super mengerikan yang akan membawa Tengah Malam Absolut di kepulauan Abarat. Kita diajak mengenal lebih jauh sosok Christopher Carrion, Pangeran Kegelapan yang ternyata biarpun menyebalkan dan jahat, masih memiliki kisah yang dapat meraih simpati saya. Karakter antihero yang tidak bisa diremehkan begitu saja.

Dan di balik Carrion, ada Mater Motley yang sangat, amat mengerikan dan kejam. Perempuan tua ini adalah nenek Christopher yang menjadi sumber ide dari segala rencana jahat pulau Tengah Malam yang ingin menguasai Abarat dengan kegelapan abadi. Dan ia sudah tidak sabar lagi untuk meluncurkan rencananya, bahkan bila itu berarti ia harus berduel dengan cucunya sendiri!

Buku kedua Abarat masih tetap seru seperti buku pertamanya. kita mengenal lebih jauh karakter-karakter dari buku pertama, sekutu dan lawan Candy, sekaligus diperkenalkan pada sosok-sosok baru yang nantinya akan ambil bagian besar dalam petualangan Candy. Clive Barker masih tetap menggila dalam imajinasinya, membawa kita berjalan lebih jauh lagi mengarungi setiap pulau, dari mulai yang menyenangkan seperti Babilonium (taman ria raksasa yang selalu ditingkahi keramaian), sampai yang dipenuhi horror seperti Piramida Xuxux (yang isi di dalamnya amat sangat misterius).

Ilustrasi yang  gelap dan gory juga menunjang deskripsi adegan yang kadang memang terlalu brutal untuk ukuran buku fantasi anak. Pembunuhan, pembantaian, kematian, monster dan makhluk jadi-jadian, semuanya dijamin akan menjadi mimpi buruk setiap anak yang membaca buku Abarat  🙂 Buku ini memang bukan dongeng‎ sebelum tidur!

Adegan klimaks buku kedua ini mungkin merupakan yang paling epik, meski bukan favorit saya, saat tokoh-tokoh Abarat membawa pertarungan besar mereka ke Chickentown, ‎menyatukan dua dunia yang sangat berbeda ini dan membawa alur kisah ke arah yang lain sama sekali.

Apakah buku ketiga Abarat sama memuaskannya dengan buku pertama dan kedua? Tunggu review saya berikutnya ya!