• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: classic

The Man in the Brown Suit by Agatha Christie

07 Monday Feb 2022

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

adventures, africa, agatha christie, british, classic, english, fiction, mystery/thriller, read christie 2022, romance, south africa, travel

Judul: The Man in the Brown Suit

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollinsPublishers (2017)

Halaman: 311p

Beli di: Kinokuniya (IDR 135k)

Tema #ReadChristie2022 adalah travel, dan untuk bulan Januari, buku yang terinspirasi dari perjalanan Agatha Christie. Buku pilihan resminya adalah The Man in the Brown Suit, yang terinspirasi perjalanan Agatha Christie ke Afrika Selatan.

Saya pernah membaca buku ini, dan jujur saja, bukan merupakan favorit saya. Kisahnya sendiri memang cukup berbeda dari tipikal buku Agatha Christie. Anne Beddingfeld yang haus akan petualangan, secara tidak sengaja terlibat dalam pengalaman menegangkan saat ia menyaksikan seorang pria tewas ditabrak kereta bawah tanah. Anne yakin, sebelum terjatuh ke rel, pria tersebut kaget melihat seorang laki-laki berjas cokelat yang membuatnya terpeleset dan tersambar kereta.

Anne pun bertekad untuk menemukan si pria berjas cokelat, apalagi saat ia menemukan secarik kertas jatuh dari kantong pria tersebut, yang membawanya berlayar dengan kapal Kilmorden Castle yang menuju ke Afrika Selatan. Di atas kapal, Anne mengalami banyak kejadian misterius, bertemu karakter-karakter yang tak kalah mencurigakan, mulai dari misionaris yang menyimpang rahasia, jutawan yang rumahnya baru-baru ini menjadi lokasi pembunuhan (yang dicurigai melibatkan si pria berjas cokelat), sekretarisnya yang selalu gugup, serta seorang pemuda misterius yang hanya muncul di saat-saat tertentu saja, dan yang membuat Anne jatuh cinta setengah mati.

Dan beginilah buku ini – penuh petualangan berbumbu kisah asmara, dengan latar belakang kapal pesiar serta Afrika Selatan yang eksotik. Kisah misterinya sendiri bukan merupakan inti buku ini, karena memang agak terlalu bombastis, apalagi karena Anne yang terlalu polos seolah berhasil mengelabui sepasukan kriminal profesional 😀

Tapi kalau ingin menikmati kisah yang berbeda, tanpa terlalu peduli plot, dan sedang ingin membaca romans berbumbu petualangan, The Man in the Brown Suit memang pilihan yang tepat. Dan menurut saya, memang buku yang tepat untuk #ReadChristie2022 bulan ini, karena nuansa travelingnya yang sangat kental memang menjadi kekuatan utamanya.

Rate: 3/5

Recommended if you like: adventures, romance, traveling, different Agatha, exotic settings

Submitted for:

Insipred by Agatha’s travels

Midsummer Mysteries by Agatha Christie

16 Tuesday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, english, fiction, poirot, read christie 2021, short stories, summer

Judul: Midsummer Mysteries

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins Publisher (2021)

Halaman: 255p

Beli di: Waterstones.com (£ 14.99)

First of all – the cover art of this edition is gorgeous!!! Dari mulai pemilihan font yang playful, kombinasi warna kuning dan biru cerah yang berkesan amat summery, sampai desain endpapers nya, semua terasa pas dan menjadikan buku ini amat collectible.

Dan memang, ke-12 kisah berlatar belakang musim panas dalam buku ini sudah pernah diterbitkan di buku atau kumpulan cerpen Agatha Christie sebelumnya, sehingga tujuan utama saya membeli buku ini (selain ikut dalam #ReadChristie2021 edisi bulan Agustus) memang untuk mengoleksinya. Kebetulan, saya juga membeli Midwinter Murders dengan edisi cover yang sama.

Midsummer Mysteries, sesuai dengan judulnya, dikurasi berdasarkan musim yang melatarbelakangi cerita, yaitu musim panas. Dan memang, aura kisah-kisah dalam buku ini kebanyakan lebih ringan dan ceria dibandingkan karya Christie pada umumnya. Pemilihan kisahnya sendiri cukup bervariasi, ada yang menampilkan Poirot, Miss Marple, Parker Pyne, Tommy dan Tuppence, bahkan Mr. Quin yang jarang-jarang muncul.

Beberapa favorit saya termasuk “Jane in Search of a Job”, yang ringan dan berbau petualangan, tentang seorang gadis yang ditawarkan pekerjaan unik, namun ternyata memiliki konsekuensi yang sinister. Lalu ada juga Rajah’s Emerald, mungkin merupakan salah satu kisah paling kocak yang pernah ditulis Christie, tentang seorang pemuda bernama James Bond (really!) yang menemukan permata curian saat sedang berlibur di pantai.

Tidak semua kisah dalam buku ini berbau petualangan seru dengan bumbu romans, karena ada beberapa cerita yang lebih gelap, sangat kontras dengan latar belakang musim panas yang biasanya ceria. “The Idol House of Astarte” diambil dari kumpulan kisah The Thirteen Problems yang menampilkan Miss Marple, bercerita tentang pembunuhan yang terjadi saat malam musim panas yang dihantui oleh legenda superstitions setempat. Lalu ada juga “The Incredible Theft”, di mana Poirot menangani sebuah kasus yang amat kental muatan politiknya, dan tema mata-mata serta pengkhianatan menjadi bumbu utamanya.

Secara keseluruhan, meski ke-12 kisah dalam buku ini tidak bisa dibilang karya kelas A Agatha Christie, namun nuansanya sangat pas dengan tema Midsummer Mystery. Saya merekomendasikannya untuk pembaca yang ingin membaca karya-karya underrated Christie, atau yang ingin bersantai ditemani segelas air jeruk dingin.

Rating: 4/5

Recommended if you want to read: summery stories, light mysteries, underrated Agatha’s with various detectives

Submitted for:

August: A Story Set by the Seaside

Nemesis by Agatha Christie

13 Friday Aug 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, english, fiction, mystery, read christie 2021, reread, twist

Judul: Nemesis

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins (2002 Signature Edition)

Halaman: 367p

Beli di: Kinokuniya (IDR 137k)

Miss Marple terkejut saat mendapat pesan dari Mr. Rafiel, kenalan yang sempat ia jumpai saat berlibur ke Karibia. Mr. Rafiel yang baru meninggal dunia, mewariskan sejumlah uang pada Miss Marple, dengan catatan, ia harus memecahkan suatu kasus yang berhubungan dengan masa lalu Mr. Rafiel.

Masalahnya, Mr. Rafiel sangat tidak jelas dalam wasiatnya. Kasus seperti apa, dan bagaimana ia mengharapkan Miss Marple bisa mengusut sampai tuntas, tidak dirinci sama sekali. Miss Marple hanya dipesankan tiket untuk mengikuti tur berkeliling Inggris mengunjungi rumah dan taman terkenal.

Maka, di usianya yang sudah lanjut, Miss Marple memberanikan diri keluar dari comfort zonenya, dan bergabung bersama peserta tur. Beberapa peserta tur menarik perhatiannya, ada mantan kepala sekolah yang ternyata mengenal Mr. Rafiel, ada sepasang wanita paruh baya yang sangat mencurigakan, juga ada orang asing yang kelihatannya menyembunyikan sesuatu. Miss. Marple juga tertarik pada The Old Manor House, bangunan tua yang ditempati oleh tiga bersaudara yang mengenal Mr. Rafiel. Dan di sana, Miss Marple mulai mendengar beberapa kasus kematian dan tragedi di masa lalu, yang sepertinya berkaitan dengan perburuannya.

Nemesis tidak seperti kisah Miss Marple yang biasa. Tidak ada St. Mary Mead yang familiar, karakter-karakter yang sudah amat dikenal, ataupun gosip para spinster dan warga desa. Awalnya, buku ini terasa agak lambat, terutama di beberapa bab pertama yang dihabiskan untuk membahas dan menebak apa keinginan Mr. Rafiel. Dan butuh kesabaran hingga akhirnya kita dibawa pada penyelidikan Miss Marple.

Kasus pembunuhan yang terjadi juga tidak terlalu menarik, sebenarnya. Yang lebih menarik adalah kisah yang melatarbelakangi kejahatan tersebut, yang erat kaitannya dengan cinta dan hubungan manusia. Dan memang, nuansa melankoli amat kuat di sepanjang buku ini, termasuk penyelesaiannya yang cukup membuat tercekat.

Satu hal yang bisa saya sarankan bila ingin membaca Nemesis adalah silakan membaca Caribbean Mystery terlebih dahulu, supaya bisa lebih nyambung dengan ceritanya, karena banyak kilas balik yang menceritakan asal usul hubungan Miss Marple dengan Mr. Rafiel, yang terjadi di buku Caribbean Mystery. Kita juga bisa lebih mengenal karakter Mr. Rafiel lewat buku tersebut.

Read my old review here.

Rating: 4/5

Recommended for: Agatha Christie lovers, Miss Marple enthusiasts, if you like cozy mysteries and British atmosphere

Submitted for:

June: a story featuring garden

Lord Edgware Dies by Agatha Christie

21 Wednesday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, mystery, poirot, read christie 2021, rereading, twist, whodunnit

Judul: Lord Edgware Dies

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins (2016, first published in 1933)

Halaman: 280p

Beli di: Kinokuniya Tokopedia (IDR 137k)

Jane Wilkinson sering mengutarakan keinginannya untuk membunuh suaminya, Lord Edgware, yang dia anggap menghalangi keinginannya untuk menikah dengan sang pujaan hati, Duke of Merton.

Suatu malam, Jane kembali berokar-koar tentang hal ini, kali ini di hadapan Poirot dan Hastings yang ia undang makan malam setelah menghadiri pertunjukan teater Carlotta Adams, bintang muda berbakat yang sangat mahir menirukan berbagai karakter, termasuk Jane sendiri.

Jane, yang adalah seorang aktris, dianggap Poirot hanya membual saja, sesuai dengan sifatnya yang melodramatis dan memang egoistis. Namun alangkah terkejutnya Poirot dan Hastings ketika tidak lama setelah pesta makan malam tersebut, Japp mendatangi mereka untuk meminta bantuan memecahkan kasus pembunuhan Lord Edgware! Yang lebih menakjubkan, saksi mata berani bersumpah kalau Jane Wilkinson lah yang terakhir melihat Lord Edgware dalam keadaan hidup, dan ia yang memiliki motif, bahkan menggembar-gemborkan ke semua orang kalau ia akan membunuh suaminya.

Namun- alibi Jane juga sangat solid, karena saat Lord Edgware terbunuh, Jane sedang duduk di antara belasan orang lain di sebuah pesta makan malam di rumah bangsawan terkenal, Sir Montagu. Siapa sebenarnya yang membunuh Lord Edgware?

Saya membaca ulang buku ini dalam rangka mengikuti #ReadChristie2021. Dan ternyata saya cukup menikmati kisah ini, karena sudah agak lama saya tidak membaca buku Agatha Christie yang dinarasikan oleh Kapten Hastings. Meski agak lamban, namun Hastings yang lucu selalu menambah kekocakan penyelidikan Poirot. Saya suka bantering antar Poirot dan Hastings, dan meski Hastings seringkali sebal dengan kecongkakan Poirot, pada akhirnya kekagumannya terhadap Poirot dan rasa sayang Poirot terhadap Hastings selalu menyelamatkan persahabatan mereka.

Saya juga suka dengan runutan penyelidikan Poirot di sini. Penuturan kisah Lord Edgware termasuk klasik Christie, di mana kita diajak mengikuti jalan pikiran Poirot yang kadang ajaib, pertanyaan-pertanyaan aneh dan tak masuk akal yang menurutnya merupakan bagian penting dari puzzle (dan selalu membuat Hastings bingung), serta interview dengan berbagai saksi dan tersangka yang selalu menyimpan clue di sana-sini, baik yang memang asli maupun hanya red herring.

And speaking about red herring, banyak sekali bertebaran di buku ini, meski tentu kita tidak menyadari bahwa petunjuk-petunjuk tersebut ternyata hanya pengalih perhatian semata. Sehingga twistnya pun, yang dirancang sedemikian rupa, berhasil mengelabui kebanyakan pembaca, dan cara Poirot mereveal pelakunya mungkin adalah salah satu yang paling kocak dan iseng dari semua kisahnya.

Overall, a nice experience with Poirot and Hastings!

Rating: 4/5

Recommended if you like: Poirot, red herrings, clever whodunit, British narrator, bro-bantering

Submitted for:

March: a story starring a society figure

The Valley of Adventure by Enid Blyton

09 Tuesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

adventures, british, children, classic, historical fiction, mystery, series

Judul: The Valley of Adventure

Penulis: Enid Blyton

Penerbit: Macmillan Children’s Books (2015)

Halaman: 278p

Beli di: Big Bad Woolf, part of the bundle

Philip, Dinah, Jack, dan Lucy-Ann – serta burung mereka, Kiki, kembali terlibat petualangan yang menegangkan. Awalnya, mereka hanya mau berlibur bersama teman baik mereka, Bill, naik pesawatnya yang baru. Namun, suatu kejadian menyebabkan mereka naik pesawat yang salah, dan malah terdampar di lembah tersembunyi yang misterius.

Anehnya, tidak ada orang di lembah tersebut, kecuali kedua orang pilot yang membawa mereka ke sana tanpa sengaja. Penyelidikan Philip dan kawan-kawan mengungkap adanya harta tersembunyi di lembah itu, dan kedua pilot ternyata berusaha mencari harta tersebut, meski dengan cara-cara yang menyeramkan.

Dibandingkan dengan dua buku sebelumnya, The Valley of Adventure terasa lebih seru, petualangannya lebih mencekam, dengan setting yang juga cukup membuat bulu kuduk meremang. Ada yang aneh dengan lembah tempat mereka terdampar, dan sepertinya penjelasannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Isu tentang harta tersembunyi yang ternyata disembunyikan saat Perang Dunia II berlangsung juga lumayan dark, sedikit berbeda dari buku-buku sebelumnya. Di sini, Blyton menyinggung sedikit tentang peran Nazi di Perang Dunia, meski tidak secara terang-terangan. Biasanya, Blyton tidak terlalu sering memasukkan unsur politik ke dalam buku-bukunya, kecuali beberapa kali membahas isu mata-mata, misalnya di kisah Lima Sekawan, tapi itu pun tidak spesifik menyebutkan negara ataupun isu yang menjadi inti cerita.

Saya sendiri mulai bisa lebih menikmati petualangan keempat anak ini (plus Kiki). Meski, saya juga menyadari, hubungan keempat anak ini memiliki dinamika yang agak berbeda dibandingkan dengan hubungan antar karakter di buku Lima Sekawan atau Pasukan Mau Tahu. Banyak kalimat yang cukup kasar diucapkan terutama oleh Dinah kepada kakaknya, Philip. Tapi Dinah juga beberapa kali bersikap kasar pada Lucy Ann. Tidak seperti George yang suka ngambek, Dinah terkesan lebih kasar dan bahkan suka memukul.

Saya sendiri tidak tahu apakah karena buku yang saya baca adalah versi Bahasa Inggris, sehingga tidak diperhalus (saya belum pernah membaca buku serial Petualangan dalam Bahasa Indonesia), atau memang dinamika hubungan anak-anak di serial ini agak lebih brutal dibandingkan serial petualangan Blyton lainnya. Interesting to find that out, though.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: adventures, British children classics, kids doing their stuff, stories full of food and picnic 🙂

Evil Under the Sun by Agatha Christie

21 Wednesday Oct 2020

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, cozy mystery, poirot, popsugar summer RC 2020, series, twist ending, whodunnit

Judul: Evil Under the Sun (Pembunuhan di Teluk Pixy)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Joyce K. Isa

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014, cetakan ke-6)

Halaman: 288p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundle Agatha Christie)

Hercule Poirot sedang berlibur, dan seperti biasa, kejahatan tetap menghampirinya. Kadang-kadang saya tidak mengerti dengan para pembunuh yang ngotot melakukan pembunuhan padahal sudah tahu ada Poirot di sana XD

Evil Under the Sun berkisah tentang pembunuhan seorang perempuan “penggoda” di Teluk Pixy yang sunyi. Yang menarik, orang-orang yang paling dicurigai dan memiliki motif kuat untuk membunuh, justru adalah orang-orang yang mempunyai alibi paling kuat.

Ada suami Arlena (si korban), yang sedang mengetik surat saat pembunuhan berlangsung. Ada juga Patrick, korban terbaru Arlena yang tergila-gila dengannya, namun saat pembunuhan berlangsung ia sedang menunggu Arlena di pantai, dengan banyak saksi.

Tapi ada beberapa tersangka lain yang memiliki motif yang tidak terlalu mencolok, namun entah bagaimana Poirot bisa menemukannya 🙂 Dan seperti biasa, hanya Poirot lah yang bisa melihat dengan jelas sejak awal bagaimana sebenarnya kepribadian sang korban, mengapa ia perlu mati, dan siapa yang paling mungkin membunuhnya (dan tentu saja, cara pembunuhan dilakukan!).

Evil Under the Sun bukanlah karya paling superior dari Agatha Christie. Malah, plot dan pemecahan misterinya yang mengandalkan drama rumah tangga, romansa, dan kecemburuan, dibungkus oleh beberapa motif-motif lain yang tak terduga, sudah pernah dipakai di beberapa buku lain (yang agak sejenis misalnya Death on the Nile dan Endless Night). Tapi bukan Christie namanya kalau tidak bisa mendaur ulang bahan-bahannya menjadi suatu buku baru yang tak kalah gemilang.

Setting liburan di sini lumayan menghibur, terutama karena Poirot sering mengeluh tentang banyak hal, yang sudah menjadi ciri khasnya. Dan teman-teman bergosipnya di pantai juga menghadirkan dialog kocak meski agak stereityping.

Overall, buku ini cukup bisa dinikmati kalau kita sedang kangen dengan kisah klasik Poirot, karena di sini ia diberi porsi cukup banyak untuk menyelidiki, bercakap-cakap, dan tentu saja – membuat kesimpulan yang menakjubkan.

Submitted for:

Category: A book with “sun”,”sand”, or “waves” in the title

Three Act Tragedy by Agatha Christie

16 Wednesday Sep 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, fiction, Gramedia, murder mystery, mystery, poirot, popsugar summer RC 2020, rereading, series, terjemahan

Judul: Three Act Tragedy

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Mareta

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014, cetakan kelima)

Halaman: 288p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundle Agatha Christie)

Poirot ingin pensiun! Tapi sekali lagi, kasus pembunuhan mengikutinya ke manapun ia pergi, sehingga rencana pensiun harus ditunda lagi dan lagi 🙂 Meski terdengar familiar, namun premis seperti ini tidak pernah menjadi basi di tengah tangan dingin Agatha Christie. Dan tentu saja sebagai pencinta Poirot, kita tidak mau sepak terjangnya berakhir, dan rencana pensiun yang batal selalu disambut baik 🙂

Kali ini, dalam sebuah acara pesta koktail di kediaman Charles Cartwright, aktor terkenal, seorang hamba Tuhan yang baik hati, tidak mempunyai musuh dan disukai semua orang, menjadi korban peracunan yang kejam. Poirot, yang juga hadir di acara tersebut, dibingungkan oleh bagaimana cara racun tersebut disusupkan, karena semua tamu menenggak minuman yang sama, dan gelas-gelas pun diedarkan secara random.

Belum lagi kasus ini terpecahkan, pembunuhan kembali terjadi, kali ini korbannya adalah dokter spesialis saraf terkenal, Sir Bartholomew Strange. Metode yang digunakan sama, dan daftar tamu yang hadir di pesta makan malam saat terjadi pembunuhan juga mirip dengan di kejadian pertama.

Menurut saya, Three Act Tragedy bukanlah kisah terbaik Poirot. Agak mediocre, dengan beberapa kebetulan yang agak dipaksakan di sana-sini. Namun ada dua hal yang membuat saya merasa buku ini masih layak untuk dinikmati.

Yang pertama adalah kehadiran Mr. Satterthwaite. Agak jarang sang pengamat kehidupan tampil di buku yang sama dengan Poirot, dan kombinasi kedua karakter yang cukup bertolak belakang ini lumayan menarik untuk diikuti. Poirot yang sangat keasing-asingan, dengan Mr. Satterthwaite yang merupakan gentleman Inggris sejati, seringkali melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Namun keduanya tampak cukup klop di sini, meski itu berarti jatah Poirot memang jadi agak berkurang, dan kisah ini lebih didominasi oleh Mr. Satterthwaite.

Hal kedua yang menurut saya cukup menarik dalam buku ini adalah motif pembunuhannya. Memang agak terlalu fantastis, tapi cukup sesuai dengan tone keseluruhan buku ini yang cukup dramatis. Sayang, saya tidak bisa menjelaskan lebih dari ini kalau tidak mau dibilang spoiler! XD

Oiya, saya membaca buku ini sudah lebih dari satu kali, dan keuntungan rereading buku-buku Madam Christie adalah kita jadi diberi kesempatan untuk mengamati detail dengan lebih tajam, mengikuti metode berpikir Poirot, dan mencoba mencari-cari loopholes (yang biasanya sangat jarang terjadi!). Kalau ada penulis yang karyanya tidak akan pernah membuat saya bosan untuk membaca ulang, Agatha Christie adalah salah satunya.

Anyway, a refreshing read from The Queen of Crime and Papa Poirot 🙂

Submitted for:

Category: A book with a summer drink or cocktail on the cover

A Caribbean Mystery by Agatha Christie

21 Tuesday Jul 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, cozy mystery, fiction, Gramedia, mystery, popsugar summer RC 2020, series, terjemahan, whodunnit

Judul: A Caribbean Mystery (Misteri Karibia)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Sudarto

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014, cetakan keenam)

Halaman: 320p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)

A Caribbean Mystery adalah kisah Miss Marple yang tidak seperti biasanya. Kali ini Miss Marple (dengan biaya dari keponakannya, Raymond) berlibur ke Pulau St Honore di daerah Hindia Barat, dan tinggal di sebuah resort yang terdiri dari pasangan serta keluarga yang sedang berlibur.

Biasanya, bukua Agatha Christie dengan setting yang eksotik seperti ini lebih sering diperuntukkan bagi Hercule Poirot – dengan kegemarannya berjalan-jalan dan menikmati hidup, yang selalu diselingi dengan memecahkan berbagai kasus. Namun kali ini, Christie seperti ingin memberikan porsi bagi Miss Marple untuk keluar dari zona nyamannya di desa St. Mary Mead.

Miss Marple sendiri awalnya terasa agak kagok berada di tempat yang sangat asing baginya. Namun, setelah sukses membuat perbandingan dan persamaan antara para tamu resort dengan penduduk St. Mary Mead, Miss Marple mulai bisa menikmati suasana di sekelilingnya, terutama ketika ia menyadari kalau manusia di mana saja memiliki sifat-sifat yang sama.

Dan meski berada jauh dari rumah, Miss Marple tetap alert saat terjadi beberapa kematian tak terduga di resort tersebut. Dibantu oleh Mr. Rafiel, jutawan kaya raya yang merupakan tamu tetap di resoirt tersebut, Miss Marple berusaha menguak misteri pembunuhan yang melingkupi liburan mereka – berbekal pengetahuannya yang luar biasa tentang karakter dan sifat manusia. Dan memang benar- manusia di mana-mana memang sama saja, hanya bungkusnya saja yang berbeda.

Misteri Karibia memiliki beberapa elemen yang sudah tidak asing lagi bagi para pembaca Christie: karakter-karakter beraneka ragam dengan drama masing-masing (perselingkuhan, cinta segi tiga, keserakahan, dendam, dan sejenisnya), ditambah dengan motif yang berakar di masa lalu – kali ini, diawali dengan kisah Majjor Palgrave yang mengaku pernah kenal dengan seorang pembunuh- dan tak lama setelah pengakuan itu, ia sendiri pun meninggal tiba-tiba.

Berkat insting tajam Miss Marple, untunglah misteri berhasil dipecahkan. Yang menarik, kali ini partner Miss Marple adalah jutawan tua yang lumayan misogynist, Mr. Rafiel, yang awalnya menyebalkan tapi lama-lama mengundang simpati. Oya, nantinya nama Mr. Rafiel juga masih muncul di salah satu buku Miss Marple, Nemesis.

Beberapa bagian buku ini agak sedikit dipaksakan, terutama pembunuhan di bagian akhir, serta motif yang agak kurang kuat dari si pembunuh. Tapi suasana resort tepi pantai dengan beragam tamunya menjadi salah satu kekuatan buku ini, yang membuatnya tidak terlalu membosankan untuk diikuti, meski ada beberapa bagian yang bisa ditebak dengan mudah.

Komplain terbesar saya adalah terjemahan buku ini, yang merupakan salah satu yang terburuk dari buku-buku Agatha Christie terbitan Gramedia (GPU). Namun setelah saya konfirmasi ke pihak GPU, ternyata mereka sudah memperbaiki terjemahan buku ini (dan buku lainnya) di edisi mereka yang terbaru. Sebenarnya sih tetap disayangkan, karena edisi yang saya baca ini, yang merupakan bagian dari bundel Agatha Christie, sudah merupakan edisi keenam. Harusnya mereka sudah merivisi terjemahannya sejak edisi sebelum-sebelumnya, mengingat seringnya GPU mencetak ulang buku-buku Christie.

Masa sih saya harus beli lagi edisi cetakan terbaru gara-gara terjemahan yang berbeda? XD

Submitted for:

Category: A book set at the resort or hotel

Appointment with Death by Agatha Christie

17 Wednesday Jun 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery/thriller, popsugar RC 2020, series, terjemahan

Judul: Appointment with Death (Perjanjian dengan Maut)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Indri K. Hidayat

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 272p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)

“Kau mengerti, kan, bahwa dia mesti dibunuh?”

Mungkin dari semua buku-buku karya Agatha Christie, buku ini memiliki salah satu kalimat pembuka yang paling sensasional, menjanjikan drama juicy dan kasus yang pelik.

Meski bukan merupakan karyanya yang terbaik, Appointment with Death tetap memiliki beberapa unsur yang membuatnya menjadi buku yang cukup berkesan.

Unsur pertama adalah keluarga Boynton, mungkin merupakan salah satu keluarga yang paling terkenal dari semua keluarga ciptaan Christie. Keluarga Boynton berasal dari Amerika Serikat, sedang melakukan perjalanan liburan ke Timur Tengah. Namun mereka bukan keluarga biasa, karena sang kepala keluarga, Mrs. Boynton, memiliki sifat kejam, berkuasa, dan mengekang anak-anaknya sehingga tidak bisa lepas darinya, baik secara mental maupun finansial.

Saat mereka berada di Petra, Mrs. Boynton ditemukan meninggal dunia di depan guanya, ditusuk dengan suntikan digitalis yang membuat jantungnya berhenti bekerja. Yang langsung dicurigai tentu saja adalah anggota keluarganya: Lennox, anak tertua yang selalu tampak pasrah, Nadine istri yang lembut namun memiliki karakter kuat dan sudah tidak tahan berada dalam cengkeraman ibu mertuanya, kakak beradik Raymond dan Carol yang bertekad ingin melepaskan diri dari ibu mereka, serta Ginny, anak paling kecil yang sepertinya menderita halusinasi akibat tekanan ibunya.

Namun selain keluarga Boynton, ada beberapa tamu di perkemahan yang mungkin memiliki motivasi tersembunyi untuk membunuh Mrs. Boynton, termasuk Sarah King, dokter muda yang jatuh cinta dengan Raymond, atau Jefferson Cope yang merupakan teman lama keluarga tersebut.

Untunglah ada Hercule Poirot, dengan sepatu kulitnya yang amat tidak cocok dengan setting kota Petra yang eksotik, siap menyelidiki kasus tersebut. Poirot seolah kembali berada dalam situasi rumit yang sudah pernah ia jumpai sebelumnya: korban yang kematiannya diinginkan semua orang, yang kematiannya lebih banyak membawa kebaikan daripada keburukan. Namun apakah hal tersebut menjadi justifikasi yang cukup untuk tidak mengungkap siapa pembunuh yang sesungguhnya? Kerumitan makin bertambah ketika banyak alibi yang tidak akurat, serta keinginan setiap orang yang terlibat untuk melindungi orang yang mereka anggap bersalah. (Hint: Orient Express!!)

Appointment with Death lebih merupakan suatu studi karakter yang menarik, karena Christie benar-benar menciptakan suatu keluarga yang menarik, memorable dan unik – dan Christie adalah ahlinya menciptakan karakter keluarga dysfunctional! Kisah misterinya sendiri menurut saya masih terbilang biasa, twistnya agak terlalu sensasional meski masih bisa diterima, namun bagian epilog yang menceritakan keluarga ini beberapa tahun kemudian terasa cukup menyenangkan.

Satu lagi, setting Petra adalah salah satu setting terbaik yang dipakai Christie, dan disesuaikan dengan tone keseluruhan kisah yang cukup gelap. Merinding rasanya membayangkan Mrs. Boynton yang bertubuh besar duduk sendirian di depan guanya, ditemani bayang-bayang petang, dan ternyata – sudah tidak bernyawa!

Submitted for:

Kategori: A book with a great first line

The Island of Adventure by Enid Blyton

19 Tuesday May 2020

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

adventures, boxset, british, children, classic, english, enid blyton, fiction, popsugar RC 2020, series

Judul: The Island of Adventure

Penulis: Enid Blyton

Penerbit: Macmillan Children’s Books (2015)

Halaman: 276p

Beli di: Big Bad Wolf Jakarta (IDR 420k, part of a bundle)

The Adventure series dari Enid Blyton tidaklah seterkenal karya-karya sejenisnya yang lain, seperti Lima Sekawan atau Pasukan Mau Tahu. Tidak ada yang terlalu orisinil dengan kisah petualangan ini, karakter-karakternya medioker, dan jalan ceritanya pun mudah ditebak.

Namun, karena saya baru saja kehilangan banyak sekali koleksi buku Enid Blyton akibat banjir yang melanda rumah awal tahun kemarin, saya bertekad untuk mengumpulkan ulang buku-buku Blyton. Dan ketika saya melihat satu set bundel serian Adventures ini di bazaar buku Big Bad Wolf beberapa bulan lalu, saya tak pikir panjang untuk membelinya. Kebetulan covernya pun menarik, dan diterbitkan ulang sebagai bagian dari perayaan 70 tahun serial Adventure.

Kisahnya simpel: Philip harus mengikuti sekolah musim panas karena ia sempat sakit dan ketinggalan pelajaran semester yang lalu. Di sana, ia berkenalan dengan kakak beradik yang unik, Jack dan Lucy-Ann, serta burung kakaktua piaraan Jack yang bernama Kiki. Karena Jack dan Lucy-Ann adalah anak yatim piatu yang tidak bahagia tinggal bersama paman mereka yang galak, mereka memutuskan untuk kabur dan ikut dengan Philip pulang ke rumah Craggy-Tops, tempat Philip tinggal bersama Dinah, adiknya, serta paman dan bibinya. Ayah Philip juga sudah meninggal, sedangkan ibunya bekerja di kota lain untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Craggy-Tops, seperti namanya yang mengasyikkan, merupakan rumah menyerupai kastil tua peninggalan zaman dahulu yang terletak di puncak tebing. Banyak sekali petualangan yang menanti kelompok mereka: mulai dari berenang di laut, menjelajahi gua, hiking ke bukit, bahkan belajar berlayar.

Sayangnya Joe, laki-laki yang membantu Aunt Polly di Craggy-Tops, bukanlah orang yang menyenangkan. Ia tidak mengizinkan anak-anak meminjam perahu layarnya, dan ia bahkan selalu merecoki dan membuntuti mereka seolah ingin merusak setiap kesenangan yang ada.

Untunglah, anak-anak bertemu dengan Bill, pria yang tinggal di bukit. Bill mengajari mereka berlayar, namun mereka harus berjanji tidak akan pergi ke pulau misterius Isle of Gloom. Tapi tentu saja bukan Enid Blyton bila tidak ada petualangan seru di pulau misterius, lengkap dengan sinyal cahaya di waktu malam, lorong rahasia, dan orang-orang berbahaya yang berkeliaran di pulau itu.

Membaca kisah ini memang rasanya seperti membaca kisah petualangan Lima Sekawan rasa KW alias versi tiruan XD

Philip, Dinah, Jack dan Lucy-Ann bukanlah anak-anak yang digambarkan memiliki karakter khas seperti George dan sepupu-sepupunya. Philip penyayang binatang, Jack pencinta burung, Dinah pemarah dan sering bertengkar dengan Philip, sedangkan Lucy-Ann mengingatkan saya pada Anne, sangat penurut dan memuja abangnya. Namun bagaimanapun formula Enid tetaplah menyenangkan untuk diikuti, terutama bila sedang mencari bacaan ringan dengan unsur nostalgia yang kental.

Tidak ada misteri yang terlalu mengejutkan di sini, tapi penyelesaiannya dibuat dengan cukup baik, lengkap dengan adegan penangkapan yang menegangkan, kejar-kejaran dan sejenisnya. Oiya, settingnya juga menyenangkan, sedikit lebih liar dari Pulau Kirrin, namun masih menyisakan kenangan akan ciri khas Enid Blyton.

Not remarkable, but quite enjoyable. A great choice for comfort reading in this difficult time.

Submitted for:

Kategori: A book by an author who has written more than 20 books

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
    The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
  • Circe by Madeline Miller
    Circe by Madeline Miller
  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Matilda
    Matilda

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...