• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: popsugar RC 2020

The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy by Douglas Adams

10 Friday Jul 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

english, fiction, modern classics, popsugar RC 2020, science fiction, series

Judul: The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy

Penulis: Douglas Adams

Penerbit: Macmillan Children’s Books (2009)

Halaman: 184p

Beli di: Bookdepository.com (IDR 100,465)

Saya sudah sering mendengar dan membaca review buku ini, tapi belum tertarik membacanya karena science fiction bukanlah termasuk genre favorit saya. Tapi karena Popsugar Reading Challenge, saya akhirnya membaca buku yang sudah menjadi kategori klasik ini.

Arthur Dent, tokoh utama buku ini, mengalami hari yang buruk. Rumahnya akan dihancurkan (tanpa pemberitahuan yang memadai sebelumnya), dan ia mendapat info kalau hari itu Bumi juga akan hancur (karena posisinya menghalangi jalan bebas hambatan yang sedang dibangun di galaksi!)

Namun sedikit keberuntungan masih menyertai Arthur karena temannya, Ford Prefect, ternyata adalah alien yang sudah terdampar di Bumi bertahun-tahun lamanya, dan ia mengajak Arthur untuk bersama-sama kabur dari Bumi sebelum planet itu dihancurkan. Caranya? Dengan menumpang (hitchhike) pesawat luar angkasa yang ditugaskan untuk menghancurkan Bumi.

Dari sana mulailah petualangan Arthur menjelajahi galaksi dan luar angkasa yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Bermodalkan selembar handuk, seekor ikan kuning kecil, dan buku panduan hitchhiking di luar angkasa (yang salah satu kontributornya adalah Ford Prefect), Arthur berusaha menerima kenyataan bahwa planet yang merupakan kampung halamannya sudah lenyap, dan ia kini harus menjadikan luar angkasa sebagai rumahnya.

Kebetulan dan ketidakmungkinan menjadi teman Arthur dan Ford dalam menjalani petualangan mereka, menumpang dari satu pesawat ke pesawat lain, yang akhirnya membawa mereka ke sebuah planet misterius yang kabarnya merupakan tempat diciptakannya planet-planet lain di seluruh universe. Dan Arthur pun terlibat dalam konspirasi aneh yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy merupakan kisah science fiction klasik yang sarat humor dan fantasi yang luar biasa. Tak heran buku ini tetap berjaya meski sudah puluhan tahun sejak diterbitkan pertama kali. Serial ini pun sudah diadaptasi dan ditulis ulang, baik oleh penulis original maupun penerusnya, menjadi beragam bentuk, termasuk serial televisi, film, sandiwara radio, dan sebagainya. Akhirnya terciptalah cannon yang membingungkan, bahkan Douglas Adams sendiri mengaku kerepotan bila harus menjelaskan asal mula kisah ini dan dari mana kita harus memulainya.

Yang menarik dari buku ini adalah karakter-karakternya yang unik, serta imajinasi liar Douglas dalam menciptakan beragam planet, pesawat luar angkasa dan karakter alien, yang bisa dibayangkan dengan cukup mudah, meski kisahnya sendiri (seperti genre scifi pada umumnya) penuh dengan logika dan scientific details yang kadang membuat bingung.

Bagaimanapun, kisah ini termasuk menyenangkan untuk diikuti, bahkan untuk non penggemar science fiction seperti saya. Masih ada 4 buku lagi dalam serial ini yang menurut saya layak untuk diteruskan.

Submitted for:

Kategori: A book with a robot, cyborg, or AI character

Hattie Big Sky by Kirby Larson

07 Tuesday Jul 2020

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

america, english, fiction, historical fiction, middle grade, newbery, popsugar RC 2020, secondhand books, western, young adult

Judul: Hattie Big Sky

Penulis: Kirby Larson

Penerbit: Delacorte Press (2006)

Halaman: 289p

Beli di: Second Story Books, Washington DC (USD 6)

Hattie Brooks adalah seorang anak yatim piatu yang dibesarkan oleh paman dan bibinya di Iowa. Meski ia selalu berusaha untuk bersyukur, Hattie seringkali merasa ingin memiliki hidup yang lebih baik, dengan tujuan dan masa depan yang jelas. Suatu hari, keinginannya terkabul, saat ia mendapat warisan tanah di Montana dari seorang paman yang tak pernah ia kenal.

Meski banyak yang meragukannya, Hattie bertekad untuk membuktikan pada semua kalau ia mampu mengelola tanah warisan tersebut, biarpun itu berarti ia harus berjuang sendiri di tanah Barat yang masih liar, dan melakukan hal-hal yang sama sekali tidak ia ketahui sebelumnya, seperti bercocok tanam dan beternak.

Di Montana, meski berat dan menantang, Hattie dibantu oleh teman-teman baru yang sekaligus menjadi keluarganya. Ada keluarga Mueller yang super baik, meski selalu menerima cemoohan warga sekitar akibat masih keturunan Jerman, dan saat itu Amerika sedang berperang melawan Jerman di Perang Dunia I. Ada juga Traft Martin, pemuda kaya yang menjadi frenemy Hattie- chemistry mereka seringkali berujung ke arah hubungan romans, namun niat Traft untuk membeli tanah Hattie membuat hubungan mereka senantiasa penuh pertengkaran.

Di tengah segala situasi politik lokal, perang dunia, wabah flu, dan berbagai tantangan lainnya, Hattie selalu siap untuk mengatasi segalanya, menjadi teman yang baik dan petani daerah Barat yang tangguh. Dan ia tetap setia menulis surat pada teman baiknya dari Iowa, yang sedang bertempur di medan perang, Charlie.

Hattie Big Sky adalah buku yang memiliki semua keunggulan yang diharapkan dari buku-buku Young Adult/Middle Grade dengan genre historical fiction: karakter heroine yang menyenangkan, mandiri, dan tangguh, meski tetap humanis dan tak lepas dari flaws; setting yang memikat dan deskriptif; konflik dan masalah yang digambarkan dengan jelas dan masuk akal; serta penyelesaian yang tidak klise.

Kirby Larson adalah pencerita yang baik, dan mampu membuat saya sebagai pembaca langsung masuk ke dalam kisah hidup Hattie, meski banyak hal seperti teknik cocok tanam, bertani, panen, beternak dan mengelola tanah di area Barat yang tidak familiar bagi saya. Awalnya saya kira akan banyak bagian yang membosankan terutama yang berhubungan dengan hal-hal tersebut, namun Larson mengolah kisahnya dengan apik, dan tidak ada adegan yang terbuang sia-sia atau terlalu bertele-tele.

Tidak heran Hattie Big Sky menerima penghargaan Newbery Honor tahun 2007. Endingnya yang tidak biasa juga mengundang kita untuk terus mengikuti sepak terjang Hattie di bukunya yang kedua, Hattie Ever After.

Submitted for:

Kategori: A Western

The Clockmaker’s Daughter by Kate Morton

01 Wednesday Jul 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

arts, bargain, british, english, fiction, historical fiction, magical realism, mystery, popsugar RC 2020, romance, tragedy

Judul: The Clockmaker’s Daughter

Penulis: Kate Morton

Penerbit: Mantle (2018)

Halaman: 582p

Beli di: Kinokuniya Grand Indonesia (IDR 321k, disc 50%)

Kate Morton adalah salah satu penulis autobuy dan autoread versi saya, terutama di genre historical fiction. Hampir semua bukunya saya suka, sayang setahu saya belum ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Gaya Morton yang menggabungkan kisah misteri, sejarah keluarga, dengan setting gothic yang sangat atmospheric, mengingatkan saya akan buku karya Dianne Setterfield.

Dari premisnya, The Clockmaker’s Daughter sepertinya masih masuk ke dalam jajaran calon buku favorit saya. Kisahnya tentang tragedi misterius yang terjadi pada musim panas tahun 1862 di Birchwood Manor. Sekeolmpok muda-mudi, yang kebanyakan adalah seniman, dipimpin oleh pelukis berbakat Edward Radcliffe, menghabiskan musim panas di rumah tersebut sambil menyelesaikan karya masterpiece masing-masing. Namun rencana mereka terganggu oleh suatu kejadian menghebohkan: seorang perempuan tewas tertembak, seorang lagi menghilang, permata pusaka keluarga lenyap, dan karier Edward terancam hancur.

Seratus lima puluh tahun kemudian, seorang archivist di London, Elodie Winslow, menemukan sebuah tas berisi buku sketsa serta foto misterius yang menuntunnya ke Birchwood Manor. Apakah ia berhasil mengungkap misteri yang terjadi satu abad yang lalu? Dan mengapa Birchwood Manor terasa sangat familiar baginya?

Terus terang, saya tidak bisa menikmati buku ini seperti karya-karya Morton sebelumnya. Mungkin karena alurnya terlalu panjang dan terkesan terlalu berbelit-belit. Dari hampir 600 halaman buku ini, saya rasa sebenarnya Morton bisa memangkasnya hingga hampir separonya saja. Biasanya, Morton terasa sangat efektif menggunakan taji-nya, yaitu karakter yang semuanya penting, serta konsep alur waktu yang berselang-seling antara masa lalu dan masa kini, yang akan bertemu di tengah-tengah dan memberikan jawaban yang rapi dan memuaskan.

Namun di Clockmaker’s Daughter, Morton sepertinya ingin mencoba sesuatu yang lain. Ia menggabungkan sedikit unsur magical realisme, dengan menempatkan hantu sebagai salah satu naratornya, yang sebenarnya masih bisa dimaklumi, kalau saja tidak membuatnya jadi seolah kehilangan pegangan untuk menjaga alur kisah utamanya. Bermain-main dengan unsur baru malah membuat Morton seolah melupakan gaya penuturannya yang selalu ditunggu-tunggu oleh pembacanya.

Banyak karakter yang kurang penting ditampilkan di sini, kadang dieksplor dengan agak berlebihan padahal tidak memiliki peran yang penting, malah menjadi distraksi saja. Sementara karakter yang cukup penting justru hanya setengah-setengah saja dieksplorasi, membuat kita jadi agak sulit terhubung dan bersimpati dengan para karakter utamanya, termasuk Elodie dan sang narator hantu.

Mencoba gaya baru tentu adalah hak setiap penulis, apalagi jika tujuannya memang ingin mengembangkan karyanya, tentu harus didukung oleh penggemarnya. Namun saya menyayangkan Kate Morton yang meninggalkan gaya lamanya yang sudah amat dicintai oleh pembacanya, sehingga buku ini tidak se-memikat karya-karya sebelumnya yang membuat saya jatuh cinta pada tulisannya.

Submitted for:

Kategori: A book with more than 20 letters in its title.

Inside Out by Demi Moore

26 Friday Jun 2020

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

autobiography, celebrity author, gift, hollywood, memoir, non fiction, popsugar RC 2020, secondhand books

Judul: Inside Out

Penulis: Demi Moore

Penerbit: Fourth Estate (2019)

Halaman: 304p

Beli di: @BaliBooks (free book!)

Demi Moore adalah salah satu sosok aktris modern paling legendaris di Hollywood. Bukan hanya pencapaian profesionalnya dikenang oleh para penggemarnya, namun juga kehidupan personalnya yang tidak kalah sensasional.

Demi dibesarkan dalam keluarga yang tidak bisa dibilang stabil. Ayah dan ibunya bukanlah tipe orang tua bertanggung jawab yang peduli dengan kesejahteraan dan masa depan anak-anaknya. Sifat egois dan kekanak-kanakan kerap membuat rumah tangga mereka kacau balau, terpecah belah, dipenuh dengan drama yang tak jarang berakhir dengan tragedi dan kekerasan. Perpisahan pun kerap terjadi, baik yang sifatnya sementara maupun cukup permanen.

Masa kecil yang serba tak pasti ini membuat Demi tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, tidak jelas ingin melangkah ke mana, terlebih tidak ada sosok mentor yang bisa ia jadikan pegangan. Saat remaja, Demi tinggal bersama ibunya di Los Angeles, untuk pertama kalinya mendekati area yang nantinya akan membesarkan namanya.

Setelah itu, hidup Demi mulai berubah. Bertemu dengan para pria yang satu per satu akan merebut hatinya, memberinya nama baru, keluarga baru, bahkan status baru di Hollywood. Yang paling dikenang orang mungkin adalah pernikahannya dengan Bruce Willis di saat keduanya sedang berada di puncak karier. Dekade Hollywood 80 dan 90-an tidak akan pernah sama tanpa kehadiran mereka. Mereka dengan cepat menjadi salah satu pasangan paling legendaris di Hollywood.

Namun kehidupan Demi seolah tidak pernah berhenti dari drama- pernikahannya dengan Bruce berakhir, dan ia bertemu dengan Ashton Kutcher, aktor yang sedang menanjak kariernya, beberapa puluh tahun lebih muda, namun Demi yakin mereka adalah soulmate. Tapi seperti yang kita semua tahu – ini pun tidak berakhir dengan kebahagiaan untuk Demi.

Buku ini, sesuai dengan pengakuan Demi, lebih seperti terapi baginya. Ia mencurahkan seluruh keluh kesah, kepedihan, penyesalan, kemarahan dan semua emosi yang selama ini terpendam dalam hatinya, yang membentuk hidupnya seperti sekarang ini. Ia mengakui segala kesalahannya yang membuatnya menjadi istri dan ibu yang tidak baik, bahkan sempat berhenti bicara dengan anak-anaknya.

Secara materi, buku autobiography ini dipenuhi dengan detail yang juicy, yang saking dramatisnya kadang terasa sudah seperti film Hollywood. Namun tak bisa dipungkiri, saya merasa ada yang kurang dengan cara penyampaian Demi. Mungkin karena ia bukan seorang penulis, dan tidak ingin bukunya dipengaruhi terlalu kuat oleh ghostwriter maupun editor. Hasilnya memang jadi lumayan datar. Kesan emosional yang kuat tidak saya tangkap di sini, dan bahkan beberapa bagian terasa seperti hanya merupakan wadah Demi mengeluarkan unek-unek saja.

Yang juga cukup terasa adalah betapa singkat halaman yang didedikasikan Demi untuk menceritakan tentang hubungannya dengan Ashton, dari sejak awal mereka jatuh cinta hingga pengkhianatan sang suami. Sepertinya Demi masih merasa amat sakit hati dan belum bisa membuka diri terlalu dalam di bagian kisah hidupnya yang ini. Kesan yang saya dapatkan adalah bagian akhir buku ini terasa ditulis dengan terburu-buru, dan saya kurang memperoleh kesan refleksi Demi di sini. Sayang memang, karena mungkin inilah salah satu hal yang menjadikan kisah hidup Demi layak untuk dibaca. Karena semua ingin rooting untuk kebahagiaan Demi. Namun yang saya rasakan, Demi seperti seorang teman yang belum rela membuka diri seutuhnya.

Submitted for:

Kategori: A book with the same title as a movie or TV show but is unrelated to it

Appointment with Death by Agatha Christie

17 Wednesday Jun 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery/thriller, popsugar RC 2020, series, terjemahan

Judul: Appointment with Death (Perjanjian dengan Maut)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Indri K. Hidayat

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 272p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)

“Kau mengerti, kan, bahwa dia mesti dibunuh?”

Mungkin dari semua buku-buku karya Agatha Christie, buku ini memiliki salah satu kalimat pembuka yang paling sensasional, menjanjikan drama juicy dan kasus yang pelik.

Meski bukan merupakan karyanya yang terbaik, Appointment with Death tetap memiliki beberapa unsur yang membuatnya menjadi buku yang cukup berkesan.

Unsur pertama adalah keluarga Boynton, mungkin merupakan salah satu keluarga yang paling terkenal dari semua keluarga ciptaan Christie. Keluarga Boynton berasal dari Amerika Serikat, sedang melakukan perjalanan liburan ke Timur Tengah. Namun mereka bukan keluarga biasa, karena sang kepala keluarga, Mrs. Boynton, memiliki sifat kejam, berkuasa, dan mengekang anak-anaknya sehingga tidak bisa lepas darinya, baik secara mental maupun finansial.

Saat mereka berada di Petra, Mrs. Boynton ditemukan meninggal dunia di depan guanya, ditusuk dengan suntikan digitalis yang membuat jantungnya berhenti bekerja. Yang langsung dicurigai tentu saja adalah anggota keluarganya: Lennox, anak tertua yang selalu tampak pasrah, Nadine istri yang lembut namun memiliki karakter kuat dan sudah tidak tahan berada dalam cengkeraman ibu mertuanya, kakak beradik Raymond dan Carol yang bertekad ingin melepaskan diri dari ibu mereka, serta Ginny, anak paling kecil yang sepertinya menderita halusinasi akibat tekanan ibunya.

Namun selain keluarga Boynton, ada beberapa tamu di perkemahan yang mungkin memiliki motivasi tersembunyi untuk membunuh Mrs. Boynton, termasuk Sarah King, dokter muda yang jatuh cinta dengan Raymond, atau Jefferson Cope yang merupakan teman lama keluarga tersebut.

Untunglah ada Hercule Poirot, dengan sepatu kulitnya yang amat tidak cocok dengan setting kota Petra yang eksotik, siap menyelidiki kasus tersebut. Poirot seolah kembali berada dalam situasi rumit yang sudah pernah ia jumpai sebelumnya: korban yang kematiannya diinginkan semua orang, yang kematiannya lebih banyak membawa kebaikan daripada keburukan. Namun apakah hal tersebut menjadi justifikasi yang cukup untuk tidak mengungkap siapa pembunuh yang sesungguhnya? Kerumitan makin bertambah ketika banyak alibi yang tidak akurat, serta keinginan setiap orang yang terlibat untuk melindungi orang yang mereka anggap bersalah. (Hint: Orient Express!!)

Appointment with Death lebih merupakan suatu studi karakter yang menarik, karena Christie benar-benar menciptakan suatu keluarga yang menarik, memorable dan unik – dan Christie adalah ahlinya menciptakan karakter keluarga dysfunctional! Kisah misterinya sendiri menurut saya masih terbilang biasa, twistnya agak terlalu sensasional meski masih bisa diterima, namun bagian epilog yang menceritakan keluarga ini beberapa tahun kemudian terasa cukup menyenangkan.

Satu lagi, setting Petra adalah salah satu setting terbaik yang dipakai Christie, dan disesuaikan dengan tone keseluruhan kisah yang cukup gelap. Merinding rasanya membayangkan Mrs. Boynton yang bertubuh besar duduk sendirian di depan guanya, ditemani bayang-bayang petang, dan ternyata – sudah tidak bernyawa!

Submitted for:

Kategori: A book with a great first line

Convenience Store Woman by Sayaka Murata

09 Tuesday Jun 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

asia, culture, english, japan, lovely heroine, novella, popsugar RC 2020, translation, women

Judul: Convenience Store Woman

Penulis: Sayaka Murata

Penerjemah: Ginny Tapley Takemori 

Penerbit: Portobello Books (2018)

Halaman: 163p

Beli di: @therebutforthebooks (IDR 200k)

Keiko Furukura adalah seorang perempuan yang simpel. Sejak kecil, dia tidak memiliki ambisi dan cita-cita yang tinggi, menjalani hidup hari demi hari. Orangtuanya merasa Keiko tidak akan berhasil hidup di dunia nyata, dan mereka bahagia saat Keiko mendapatkan pekerjaan sambilan di convenience store (semacam minimart yang banyak bertebaran di Jepang) ketika ia kuliah.

Namun, setelah lulus dari universitas, Keiko tak kunjung mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Ia kadung merasa betah, nyaman, dan menjadi bagian yang menyatu dengan toko tempatnya bekerja. Di toko itu, Keiko merasa memiliki tujuan hidup. Ia berfungsi dengan baik, dan mampu mengerjakan semua tugasnya dengan sempurna; dari mulai menyusun stok barang, memilah-milah mana yang harus habis dijual, membuat makanan cepat saji, hingga menjadi kasir dan melayani pelanggan. Keiko seolah menjelma menjadi mesin yang berguna, bagian dari sistem yang amat ia pahami dan cintai.

Ia tahu, orang tua dan teman-temannya ingin ia berkembang, meniti karier yang jelas atau setidaknya mulai memikirkan untuk mencari suami dan memiliki anak. Keiko sadar, meski hati kecilnya memberontak, ia harus berusaha memenuhi harapan orang-orang di sekitarnya, dan mengacu pada norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat Jepang pada umumnya. Keiko selalu dianggap aneh, dan meski ia sendiri tidak merasa aneh, namun ia tahu, demi kebaikan semua orang, ia harus berubah.

Tema pencarian jati diri serta memenuhi norma yang ditentukan oleh masyarakat, merupakan topik yang diangkat oleh Sayaka Murata dengan amat memikat. Walaupun hanya berjumlah 160an halaman, sehingga buku ini mungkin lebih cocok disebut novella, Convenience Store Woman merupakan kisah yang menarik, pas, tidak bertele-tele, namun tetap menyajikan studi psikologis yang mendalam, terutama tentang sosok perempuan di mata masyarakat Jepang. Nilai-nilai apa yang seharusnya dianut, dan yang kenyataannya terjadi dalam hidup Keiko, dan bagaimana pertentangan itu menciptakan masalah, sebenarnya bukan dari pihak Keiko, namun dari orang-orang di sekitarnya yang berusaha untuk membuatnya menjadi orang yang “lebih baik.”

Meski tidak sama persis dengan kondisi di Indonesia, ada beberapa bagian dari buku ini yang menurut saya cukup menyentil keadaan kita di sini. Sosok perempuan yang diharapkan harus menikah atau meniti karier, standar-standar tertentu yang ditetapkan oleh keluarga dan masyarakat, semuanya terasa cukup familier, mungkin memang kurang lebih mirip di banyak negara di Asia.

Saya sendiri sangat bersimpati dengan Keiko dan berharap ada akhir yang bahagia untuknya, meski itu berarti ia memngambil jalan yang tidak sesuai dengan harapan orang-orang di sekelilingnya.

Oiya, membaca buku ini juga membuat saya terkenang perjalanan ke Jepang, dengan kunjungan ke minimart yang tidak mungkin terlewatkan. Mulai dari membeli sarapan onigiri hingga memilih minuman teh kaleng dalam berbagai merek dan rasa, kunjungan ke minimart memang sangat spesial, dan bisa dianggap sebagai bagian dari ritual budaya masyarakat Jepang. Di buku ini, Sayaka menggambarkan suasana minimart dengan amat sempurna, sehingga rasanya kita langsung terbayang-bayang suasana di dalamnya, lampu yang terang, deretan rapi produk yang dijual, serta sapaan hangat dan seragam dari para staffnya 🙂

Submitted for:

Kategori: A book set in Japan, host of the 2020 Olympics

The President is Missing by Bill Clinton & James Patterson

02 Tuesday Jun 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

america, english, fiction, mystery/thriller, politics, popsugar RC 2020, secondhand books, suspense

Judul: The President is Missing

Penulis: Bill Clinton & James Patterson

Penerbit: Arrow Books (2019)

Halaman: 513p

Beli di: @BaliBooks (IDR 80k)

Apa jadinya bila dua nama besar berkolaborasi dalam satu buku? Yang satu adalah penulis best seller yang karya-karyanya sudah dikenal di seluruh dunia, sementara yang seorang lagi adalah mantan presiden Amerika Serikat, politikus andal yang juga terkenal karena salah satu skandal terbesar di White House.

Saya sendiri penasaran ketika pertama kali mendengar tentang kolaborasi ini. Saya sudah membaca beberapa karya James Patterson, dan meskipun tidak semuanya masuk ke kategori wow, namun rata-rata bukunya dikemas dalam kisah cepat penuh twist yang memang bikin ketagihan. Sedangkan Bill Clinton? Saya malah tidak bisa membayangkan eks POTUS tersebut menulis buku, apalagi yang bergenre thriller!

Ternyata, hasilnya adalah kisah thriller bertema terorisme yang merupakan page turner, bikin penasaran dan deg-degan sampai akhir. Yang membuatnya beda dari buku Patterson lainnya adalah detail-detail kepresidenan, mulai dari setting di White House hingga intrik politik dan protokoler yang terkesan sangat akurat, karena memang dibuat berdasarkan pengalaman Clinton saat menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.

Kisahnya adalah tentang seorang Presiden yang menghadapi ancaman mengerikan dari teroris, yang bisa berakibat pada hancurnya sistem internet, dan basically, semua sistem peradaban manusia modern. Cyber terrorism adalah topik yang in, dan memang mungkin terjadi di masa sekarang ini, sehingga semua detail di buku ini seolah memang terjadi di dunia nyata, menambah kesan mencekam di sepanjang cerita.

Ancamana ini membuat sang Presiden harus mengambil langkah-langkah tidak biasa, termasuk bernegosiasi dengan salah satu pemimpin kelompok terorisme paling terkenal, bekerja sama dengan hacker yang diragukan kesetiannya, hingga menghilang dan beraksi seorang diri. Langkah-langkahnya tentu saja dikritik sejumlah pihak, termasuk rivalnya di dunia politik, dari mulai juru bicara Congress hingga bahkan Wakil Presiden-nya sendiri yang seolah ingin mencari kesempatan di tengah kesempitan.

Kisah semakin rumit dan tak tertebak ketika muncul sosok pembunuh misterius, serta orang dalam yang merupakan pengkhianat alias musuh dalam selimut.

Juicy dan menegangkan, dengan intrik rumit namun pemecahan yang cukup mengesankan, menurut saya buku kolaborasi pertama ini bisa dibilang cukup berhasil. Biasanya, Patterson memang piawai menyusun kisah thriller cepat, tapi seringkali mengabaikan beberapa detail penting dan menyisakan lubang-lubang dalam plotnya. Hal inilah yang berhasil diimbangi oleh Clinton, yang menyumbangkan expertise-nya dan membuat kisah terjalin dengan lebih rapat, dengan karakter-karakter dunia politik yang meyakinkan.

Next collab?

Berangkat dari kesuksesan ini, Patterson dan Clinton baru-baru ini mengumumkan rencana mereka menerbitkan kolaborasi yang kedua di bulan Juni 2021. Kisahnya adalah tentang penculikan anak perempuan mantan presiden (dari buku pertama). Sepertinya akan sama serunya dengan buku sebelumnya!

Submitted for:

Kategori: A fiction or nonfiction book about a world leader

Geek Love by Katherine Dunn

27 Wednesday May 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, circus, drama, dysfunctional family, english, fiction, popsugar RC 2020, secondhand books, tragedy

Judul: Geek Love

Penulis: Katherine Dunn

Penerbit: Vintage Contemporary Edition (2002)

Halaman: 348p

Beli di: @therebutforthebooks (IDR 120k)

Keluarga Binewski bukanlah keluarga biasa. Papa dan Mama Binewski merupakan visioner yang berambisi menjadi keluarga sirkus paling sukses dan terkenal di seantero Amerika Serikat. Tidak tanggung-tanggung, saking berambisinya, mereka memiliki metode tertentu untuk memastikan semua anak yang mereka lahirkan memiliki keunikan yang bisa menjadi aset besar sirkus mereka.

Arturo the Aquaboy lahir dengan sirip alih-alih tangan dan kaki, mengingatkan saya akan Deni si Manusia Ikan 🙂 Namun kelebihan utama Arturo adalah kharismanya yang luar biasa, mampu memengaruhi orang hingga ia memiliki serombongan groupies yang kerap mengikutinya saat sirkus berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya.

Si kembar siam Iphy dan Elly selalu ditunggu-tunggu penampilannya, bukan saja karena duet piano mereka yang menakjubkan, tapi lebih karena kecantikan mereka yang terlihat makin menonjol dengan kondisi tubuh mereka yang unik.

Narator kisah ini, Oly, dianggap kurang memuaskan karena nyaris terlihat normal dibandingkan saudara-saudaranya, kalau saja ia tidak memiliki punuk di punggungnya serta kondisi albino yang membuatnya terlihat agak seperti bagian dari kisah horror. Namun, Oly merasa ia tidak memiliki bakat apapun seperti saudara-saudaranya.

Sedangkan anak termuda keluarga mereka, Chick, terlihat amat sangat normal seperti anak laki-laki pada umumnya, namun ternyata menyimpan kekuatan paling luar biasa yang membuat saudara-saudaranya (terutama Arturo) merasa terancam.

Kisah dimulai dengan narasi Oly yang sudah menginjak usia dewasa, ia tinggal di rumah kos dengan ibunya, Lil, yang sudah dementia dan tidak mengenali Oly sebagai anaknya, serta Miranda, pelukis muda yang -menurut Oly- adalah anak perempuannya namun tidak mengetahui fakta tersebut.

Bagaimana sampai Oly tiba di situasi itu? Di mana anggota keluarganya yang lain?

Oly perlahan-lahan membawa kita menelusuri kisah keluarga Binewski, dari sejak awal terbentuknya sirkus hingga menjadi salah satu atraksi paling terkenal di zamannya. Dari sana sedikit demi sedikit Oly juga membuka kisah kelam yang mengakibatkan kejatuhan keluarga Binewski. Sementara itu, Oly berusaha berdamai dengan masa lalunya dan ingin memastikan Miranda memiliki kehidupan yang lebih baik.

Geek Love adalah buku yang padat, dengan cerita penuh detail tentang salah satu keluarga teraneh yang pernah saya temui di dunia fiksi. Gaya penuturan Katherine Dunn kadang terasa agak lambat, dengan pilihan kata dan kalimat pretensius yang banyak memiliki makna filosofis. Saya sendiri cukup lama menamatkan buku ini karena ada beberapa bagian yang memerlukan waktu lebih untuk dicerna.

Namun kepiawaian Dunn mengolah kisah drama keluarga dysfunctional di sini memang patut diacungi jempol. Emosi saya ikut teraduk-aduk karena saya tidak memiliki satu karakter yang benar-benar saya sukai, semuanya memiliki porsi menyebalkan yang sama, yang membuat saya gemas sekaligus kasihan dengan mereka, terutama anak-anak yang tidak memiliki pilihan dilahirkan seperti kondisi mereka.

Saya memilih buku ini untuk Popsugar Challenge untuk kategori Seven Deadly Sins, dan saya benar-benar menemukan banyak sekali contoh dosa-dosa tersebut di buku ini. Ada Arturo, dengan jealousy dan pride nya, selalu ingin jadi yang utama, semacam memiliki megalomania sindrom yang mengerikan. Kemudian si kembar yang memanfaatkan kondisi tubuh mereka untuk memuaskan lust orang-orang yang penasaran, dan juga Papa dengan greed nya, selalu ingin sirkus mereka menjadi yang lebih dan lebih lagi, bahkan mengorbankan anak-anaknya untuk itu.

A great, albeit difficult read, about humanity and how close we are to create our own doom.

Submitted for:

Kategori: A book featuring one of the seven deadly sins

The Island of Adventure by Enid Blyton

19 Tuesday May 2020

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

adventures, boxset, british, children, classic, english, enid blyton, fiction, popsugar RC 2020, series

Judul: The Island of Adventure

Penulis: Enid Blyton

Penerbit: Macmillan Children’s Books (2015)

Halaman: 276p

Beli di: Big Bad Wolf Jakarta (IDR 420k, part of a bundle)

The Adventure series dari Enid Blyton tidaklah seterkenal karya-karya sejenisnya yang lain, seperti Lima Sekawan atau Pasukan Mau Tahu. Tidak ada yang terlalu orisinil dengan kisah petualangan ini, karakter-karakternya medioker, dan jalan ceritanya pun mudah ditebak.

Namun, karena saya baru saja kehilangan banyak sekali koleksi buku Enid Blyton akibat banjir yang melanda rumah awal tahun kemarin, saya bertekad untuk mengumpulkan ulang buku-buku Blyton. Dan ketika saya melihat satu set bundel serian Adventures ini di bazaar buku Big Bad Wolf beberapa bulan lalu, saya tak pikir panjang untuk membelinya. Kebetulan covernya pun menarik, dan diterbitkan ulang sebagai bagian dari perayaan 70 tahun serial Adventure.

Kisahnya simpel: Philip harus mengikuti sekolah musim panas karena ia sempat sakit dan ketinggalan pelajaran semester yang lalu. Di sana, ia berkenalan dengan kakak beradik yang unik, Jack dan Lucy-Ann, serta burung kakaktua piaraan Jack yang bernama Kiki. Karena Jack dan Lucy-Ann adalah anak yatim piatu yang tidak bahagia tinggal bersama paman mereka yang galak, mereka memutuskan untuk kabur dan ikut dengan Philip pulang ke rumah Craggy-Tops, tempat Philip tinggal bersama Dinah, adiknya, serta paman dan bibinya. Ayah Philip juga sudah meninggal, sedangkan ibunya bekerja di kota lain untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Craggy-Tops, seperti namanya yang mengasyikkan, merupakan rumah menyerupai kastil tua peninggalan zaman dahulu yang terletak di puncak tebing. Banyak sekali petualangan yang menanti kelompok mereka: mulai dari berenang di laut, menjelajahi gua, hiking ke bukit, bahkan belajar berlayar.

Sayangnya Joe, laki-laki yang membantu Aunt Polly di Craggy-Tops, bukanlah orang yang menyenangkan. Ia tidak mengizinkan anak-anak meminjam perahu layarnya, dan ia bahkan selalu merecoki dan membuntuti mereka seolah ingin merusak setiap kesenangan yang ada.

Untunglah, anak-anak bertemu dengan Bill, pria yang tinggal di bukit. Bill mengajari mereka berlayar, namun mereka harus berjanji tidak akan pergi ke pulau misterius Isle of Gloom. Tapi tentu saja bukan Enid Blyton bila tidak ada petualangan seru di pulau misterius, lengkap dengan sinyal cahaya di waktu malam, lorong rahasia, dan orang-orang berbahaya yang berkeliaran di pulau itu.

Membaca kisah ini memang rasanya seperti membaca kisah petualangan Lima Sekawan rasa KW alias versi tiruan XD

Philip, Dinah, Jack dan Lucy-Ann bukanlah anak-anak yang digambarkan memiliki karakter khas seperti George dan sepupu-sepupunya. Philip penyayang binatang, Jack pencinta burung, Dinah pemarah dan sering bertengkar dengan Philip, sedangkan Lucy-Ann mengingatkan saya pada Anne, sangat penurut dan memuja abangnya. Namun bagaimanapun formula Enid tetaplah menyenangkan untuk diikuti, terutama bila sedang mencari bacaan ringan dengan unsur nostalgia yang kental.

Tidak ada misteri yang terlalu mengejutkan di sini, tapi penyelesaiannya dibuat dengan cukup baik, lengkap dengan adegan penangkapan yang menegangkan, kejar-kejaran dan sejenisnya. Oiya, settingnya juga menyenangkan, sedikit lebih liar dari Pulau Kirrin, namun masih menyisakan kenangan akan ciri khas Enid Blyton.

Not remarkable, but quite enjoyable. A great choice for comfort reading in this difficult time.

Submitted for:

Kategori: A book by an author who has written more than 20 books

Washington Black by Esi Edugyan

14 Thursday May 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

africa, bargain book!, british, canada, english, fiction, historical fiction, popsugar RC 2020, science, slavery

Judul: Washington Black

Penulis: Esi Edugyan

Penerbit: Knopf (2018)

Halaman:334p

Beli di: Periplus.com (IDR 100k, discount!)

Buku ini berkisah tentang perjalanan hidup seorang budak bernama George Washington Black, yang kerap dipanggil Wash, mulai dari masa kecilnya di perkebunan tebu di Barbados, hingga petualangan demi petualangan tak terduga yang terus mengikutinya sepanjang hidupnya.

Wash adalah karakter yang mudah untuk disukai. Keluguannya yang tanpa dosa diimbangi dengan beberapa flaws yang tetap menjadikannya karakter yang membumi dan realistis. Pertemuan Wash dengan adik majikannya, Christopher alias Titch, membelokkan hidupnya ke arah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Titch adalah seorang naturalis yang amat mengidolakan ayahnya yang merupakan penjelajah alam legendaris. Titch bertekad akan melakukan suatu perjalanan fenomenal dengan balon udara yang membuat ayahnya bangga.

Ia meminta bantuan Wash, namun suatu kejadian mengejutkan membuat mereka harus melarikan diri dari perkebunan di Barbados dan bersembunyi dari orang-orang yang mengejar Wash. Perjalanan membawa Wash hingga ke daerah Kutub Utara yang dingin, Nova Scotia yang mempertemukannya dengan perempuan yang akan semakin mengubah hidupnya, hingga ke Inggris, tempat Wash berusaha menguak masa lalu dan jati dirinya.

Berkat Titch, Wash menemukan bakat menggambar yang menjadikannya seorang ilustrator andal yang mengkhususkan dirinya pada ilmu alam. Namun latar belakangnya sebagai budak, ditambah dengan dunia sains yang masih rasis, menyebabkan karya Wash belum bisa dihargai sepenuhnya.

Esi Edugyan adalah seorang pencerita yang baik. Dengan gaya bahasa yang deskriptif namun efektif, ia berhasil menggambarkan setting petualangan Wash dengan sangat hidup – perkebunan tebu yang panas, daratan Arctic yang dingin menggigit, hingga London di era 1800-an yang masih kuno dan kaku. Perjalanan Wash mencari jati dirinya, yang juga digambarkan seiring dengan perjalanannya mencari Titch – membuat kita mau tidak mau mendukungnya, berharap akan akhir yang bahagia.

Meski masih mengangkat tema slavery dan rasisme, Washington Black tidak sesuram Underground Railroad atau beberapa buku lain sejenisnya. Jadi kalau memang masih belum tahan membaca buku yang bikin ngilu seperti Underground Railroad, saya merekomendasikan kalian untuk memulai dari Washington Black saja dulu 🙂

Submitted for:

Kategori: A bildungsroman

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • The Secret History
    The Secret History
  • Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
    Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
  • The Monogram Murders by Sophie Hannah
    The Monogram Murders by Sophie Hannah
  • Puddin' by Julie Murphy
    Puddin' by Julie Murphy

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...