• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: slavery

The Water Dancer by Ta-Nehisi Coates

24 Wednesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

african american, america, historical fiction, magical realism, popsugar RC 2021, slavery, tragedy

Judul: The Water Dancer

Penulis: Ta-Nehisi Coates

Penerbit: One World (2019)

Halaman: 403p

Beli di: Periplus (IDR 55k, bargain!)

Saya memang belum pernah membaca buku Ta-Nehisi Coates yang paling terkenal, Between the World and Me, dan ada di semua list wajib bacaan terkait Black Lives Matter (BLM). Saya langsung loncat membaca buku fiksi pertamanya, The Water Dancer. Namun dari buku ini, saya bisa mengerti mengapa Coates disebut-sebut sebagai salah satu penulis kulit hitam paling fenomenal di generasinya.

The Water Dancer berkisah tentang Hiram, pemuda kulit hitam yang dilahirkan sebagai budak di sebuah pertanian di Virginia. Hiram muda sudah mengalami banyak sekali hal-hal tragis dalam hidupnya. Ibunya dijual ke tempat lain saat ia kecil, sedangkan ayahnya adalah laki-laki kulit putih pemilik pertanian yang tidak menganggapnya sebagai anak. Namun Hiram tumbuh menjadi anak yang kuat, bertekad ingin membuktikan pada dunia kalau ia pun berharga.

Setiap kali menghadapi pertistiwa penting, terutama yang mengancam keselamatannya, Hiram dikaruniai kemampuan yang bisa membuatnya berpindah tempat. Hal ini ternyata ia warisi dari neneknya yang juga memiliki kemampuan yang sama. Kemampuan ini membuat Hiram dilirik oleh organisasi bawah tanah yang berjuang untuk pembebasan para budak. Dan organisasi ini semakin berjuang keras terutama untuk para budak di Virginia. Saat itu, kondisi ekonomi di Virginia makin memburuk, karena produksi pertaniannya semakin menurun. Banyak budak yang terancam akan dijual ke daerah yang lebih selatan, yang terkenal dengan kekejamannya yang jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan Virginia yang terletak agak lebih di utara. Dan di organisasi underground inilah Hiram menemukan panggilan hidupnya, namun ternyata tidak semudah itu menguasai kemampuan yang sudah dikaruniakan kepadanya.

Buku ini kental dengan nuansa magical realism, semacam gabungan history of slave dengan sepercik sentuhan superhero. Namun, dengan piawai Coates mampu menyatukan berbagai elemen yang terlihat tidak masuk akal ini ke dalam kisah yang powerful, menyentuh, dan sarat dengan fakta sejarah penting, termasuk perjuangan Harriet Tubman yang legendaris.

Hiram adalah narator yang mudah mengundang simpati tapi tidak terkesan pathetic. Keinginannya untuk bebas tidak membuatnya melupakan keluarga yang masih terjebak lingkaran perbudakan. Dan petualangan-pteualangannya ke berbagai tempat di Amerika, baik yang anti perbudakan maupun yang masih melegalkan perbudakan, membawa banyak bahan pemikiran.

This is a wonderful, beautiful read. And now I believe in Ta-Nehisi Coates’s reputation 😀

Rating: 4/5

Recommended for: history buff, magical realism enthusiast, if you want to learn about slavery in America, sympathetic narrator, heartbreaking story

Submitted for:

Category: A book that has the same title as a song

Washington Black by Esi Edugyan

14 Thursday May 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

africa, bargain book!, british, canada, english, fiction, historical fiction, popsugar RC 2020, science, slavery

Judul: Washington Black

Penulis: Esi Edugyan

Penerbit: Knopf (2018)

Halaman:334p

Beli di: Periplus.com (IDR 100k, discount!)

Buku ini berkisah tentang perjalanan hidup seorang budak bernama George Washington Black, yang kerap dipanggil Wash, mulai dari masa kecilnya di perkebunan tebu di Barbados, hingga petualangan demi petualangan tak terduga yang terus mengikutinya sepanjang hidupnya.

Wash adalah karakter yang mudah untuk disukai. Keluguannya yang tanpa dosa diimbangi dengan beberapa flaws yang tetap menjadikannya karakter yang membumi dan realistis. Pertemuan Wash dengan adik majikannya, Christopher alias Titch, membelokkan hidupnya ke arah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Titch adalah seorang naturalis yang amat mengidolakan ayahnya yang merupakan penjelajah alam legendaris. Titch bertekad akan melakukan suatu perjalanan fenomenal dengan balon udara yang membuat ayahnya bangga.

Ia meminta bantuan Wash, namun suatu kejadian mengejutkan membuat mereka harus melarikan diri dari perkebunan di Barbados dan bersembunyi dari orang-orang yang mengejar Wash. Perjalanan membawa Wash hingga ke daerah Kutub Utara yang dingin, Nova Scotia yang mempertemukannya dengan perempuan yang akan semakin mengubah hidupnya, hingga ke Inggris, tempat Wash berusaha menguak masa lalu dan jati dirinya.

Berkat Titch, Wash menemukan bakat menggambar yang menjadikannya seorang ilustrator andal yang mengkhususkan dirinya pada ilmu alam. Namun latar belakangnya sebagai budak, ditambah dengan dunia sains yang masih rasis, menyebabkan karya Wash belum bisa dihargai sepenuhnya.

Esi Edugyan adalah seorang pencerita yang baik. Dengan gaya bahasa yang deskriptif namun efektif, ia berhasil menggambarkan setting petualangan Wash dengan sangat hidup – perkebunan tebu yang panas, daratan Arctic yang dingin menggigit, hingga London di era 1800-an yang masih kuno dan kaku. Perjalanan Wash mencari jati dirinya, yang juga digambarkan seiring dengan perjalanannya mencari Titch – membuat kita mau tidak mau mendukungnya, berharap akan akhir yang bahagia.

Meski masih mengangkat tema slavery dan rasisme, Washington Black tidak sesuram Underground Railroad atau beberapa buku lain sejenisnya. Jadi kalau memang masih belum tahan membaca buku yang bikin ngilu seperti Underground Railroad, saya merekomendasikan kalian untuk memulai dari Washington Black saja dulu 🙂

Submitted for:

Kategori: A bildungsroman

Beloved by Toni Morrison

07 Tuesday Apr 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

african american, america, bargain book!, classics, english, fiction, historical fiction, popsugar RC 2020, slavery

Judul: Beloved

Penulis: Toni Morrison

Penerbit: Vintage International (2004)

Halaman: 324 p

Beli di: Periplus (IDR 50k, bargain price!)

Saya sudah sering mendengar tentang kehebatan Toni Morrison dalam meramu kisah, track recordnya di dunia literatur dari mulai mendapat penghargaan Pulitzer sampai Nobel. Tapi saya masih suka merasa tidak pede untuk membaca karya-karya sang penulis legendaris ini.

Namun kebetulan salah satu bukunya yang sudah ada di timbunan sejak lebih dari lima tahun lalu, bisa masuk ke dalam salah satu kategori Popsugar Reading Challenge yang sedang saya ikuti, yaitu kategori A book that passes the Bechdel test – artinya, buku ini karakternya sebagian besar perempuan.

Beloved merupakan masterpiece Toni Morrison, berkisah tentang Sethe, seorang perempuan yang lahir sebagai budak, namun berhasil melarikan diri dan tinggal bersama mertuanya di Ohio. Namun bertahun-tahun setelah Sethe lepas dari perbudakan, ia belum merasa bebas sepenuhnya. Kenangannya akan Sweet Home, pertanian tempatnya bekerja, terus menghantuinya, termasuk suaminya yang tak kunjung menyusul ke Ohio (padahal mereka berjanji melarikan diri bersama-sama), serta teman-temannya sesama budak yang nasibnya entah bagaimana.

Bukan hanya masa lalunya sebagai budak yang menghantui Sethe, namun ada tragedi lain yang dia alami selama tinggal di rumahnya di Ohio, yang menyebabkan rumah tersebut dihantui oleh anaknya yang paling kecil, yang ia panggil Beloved.

Beloved menghantui Sethe dan anak perempuannya yang lain, Denver, hingga suatu hari ada tamu tak terduga datang ke rumah mereka: Paul D, yang pernah menjadi budak bersama Sethe di Sweet Home. Setelah kehadiran Paul D, arwah gentayangan Beloved pergi. Namun tak lama kemudian, sesosok perempuan muda hadir di rumah mereka. Apakah ini adalah Beloved yang menjelma menjadi manusia?

Butuh mood yang sangat pas untuk bisa mencerna dan menikmati buku ini. Karena ini adalah pengalaman pertama saya membaca karya Morrison, saya tidak bisa membandingkannya dengan buku-bukunya yang lain. Tapi gaya penulisan Morrison yang menggabungkan historical fiction, magical realism, dan topik penting seperti perbudakan dan kebebasan, diramu dengan kentalnya metafora yang bertebaran di sepanjang buku, menjadikan Beloved memang sebuah kisah yang cukup berat, sulit dipahami dan dinikmati, meski tetap terasa keindahan prosa dan kejeniusan sang penulis.

Awalnya saya masih meraba-raba mau dibawa ke mana cerita ini. Morrison membawa pembaca perlahan-lahan menelusuri masa lalu Sethe di Sweet Home, lalu memakai alur maju-mundur hingga menguak tragedi yang menyebabkan sosok Beloved menghantui rumah mereka. Dan semakin lama, semakin liar jugalah kekejaman dan peristiwa seram yang diungkapkan oleh Morrison, sehingga saya sempat tidak bisa membedakan mana yang merupakan realisme dan mana unsur magisnya, saking tipisnya batas di antara keduanya.

Beloved bukanlah kisah ringan yang dapat dinikmati begitu saja, namun perlu perenungan cukup dalam bahkan lama setelah buku ini usai. Betapa mahalnya harga kebebasan, dan betapa mengerikannya bila pilihan kematian terasa jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan kenyataan yang harus dihadapi sebagai seorang budak

Submitted for:

Kategori: A book that passes the Bechdel test

March by Geraldine Brooks

24 Thursday Aug 2017

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

america, bbi review reading 2017, english, fiction, historical fiction, literature, popsugar RC 2017, pulitzer prize, retelling, slavery

Judul: March

Penulis: Geraldine Brooks

Penerbit: Penguin Books (2006)

Halaman: 280p

Gift from: DCM Brian McFeeters 🙂

Little Women adalah salah satu buku klasik yang tidak pernah bosan saya baca ulang maupun tonton kembali versi filmnya. Jo March merupakan salah satu karakter perempuan favorit saya sepanjang masa.

Karena itulah saya tertarik membaca March, kisah tentang Mr.March, ayah keluarga March yang digambarkan pergi jauh ke medan perang dalam buku Little Women. Sosok ayah yang ‘hilang’ dari kisah Louisa May Alcott yang sangat kental nuansa feminin tersebut, kini direka ulang oleh penulis berbakat Geraldine Brooks.

Kita diajak mengikuti perjalanan hidup Mr.March, mulai dari masa mudanya saat ia bekerja keras mengumpulkan uang sebagai pedagang keliling yang berkelana ke rumah-rumah orang kaya di daerah selatan, hingga berjumpa dengan seorang budak perempuan yang akan mengubah keseluruhan pandangan hidupnya.

Kisah pertemuannya dengan Mrs. March yang cerdas dan idealis juga diangkat dengan detail di sini, dan bagaimana perjuangan mereka membangun keluarga di tengah pergolakan Perang Saudara yang semakin memanas. Jalan hidup Mr. March akhirnya menempatkannya sebagai sosok pendeta yang memutuskan untuk ikut berjuang di medan perang. Dan mulailah lika-liku adegan perang yang kejam dan nyaris merenggut nyawa Mr. March, serta membuka satu rahasia kelam yang tidak disinggung sama sekali dalam buku Little Women.

March seolah menjelma sebagai kisah yang amat berlawanan dengan Little Women. Jika dalam Little Women kita disuguhi oleh nuansa hangat yang feminin, kisah keluarga dan coming of age story anak-anak perempuan keluarga March, di sini justru kehangatan itu tidak terasa sama sekali. March adalah buku yang kelam, dingin, maskulin, dengan beberapa adegan cukup gory dari suasana perang dan juga sisa-sisa perbudakan yang masih mewarnai Amerika di bagian selatan.

Yang juga menarik adalah interpretasi Geraldine Brooks terhadap sosok Mr. March itu sendiri. Louisa May Alcott pernah mengungkap bahwa sosok Mr. March memang terinspirasi dari karakter ayahnya. Dan fakta inilah yang dikupas habis oleh Brooks, termasuk membuat Mr. March memiliki pandangan yang sama dengan Mr. Alcott terhadap perbudakan, Perang Saudara, dan bahkan mengangkat hubungan pertemanannya dengan penulis di era tersebut seperti Ralph Waldo Emerson dan Henry David Thoreau. Menarik juga menangkap sekilas hubungan antar penulis yang nantinya akan menjadi sosok-sosok bersejarah dunia literatur Amerika.

March termasuk buku yang cukup padat, meski tidak tergolong panjang namun berisi berbagai topik yang kadang cukup sulit dan berat. Tak heran buku ini berhasil menggondol penghargaan Pulitzer di tahun 2006. Hanya saja saya cukup heran, mengapa Hollywood belum melirik kisah ini untuk diangkat ke layar lebar ya?

Submitted for:

Category: A book with a month or day of the week in the title

Kategori: Award Winning Books

 

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Circe by Madeline Miller
    Circe by Madeline Miller
  • The Secret History
    The Secret History
  • Heartless by Marissa Meyer
    Heartless by Marissa Meyer
  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...