• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: twist

Then She was Gone by Lisa Jewell

06 Wednesday Oct 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, domestic thriller, english, psychological thriller, secondhand books, thriller, twist

Judul: Then She was Gone

Penulis: Lisa Jewell

Penerbit: Arrow Books (2017)

Halaman: 426p

Beli di: @therebutforthebooks (IDR 80k)

Sepuluh tahun lalu, Laurel kehilangan segalanya. Ellie, puteri bungsu yang amat ia sayangi, menghilang dari rumah ketika menuju perpustakaan. Polisi menyimpulkan kalau itu adalah kasus melarikan diri dari rumah, tapi Laurel yakin, Ellie tidak akan kabur, apalagi di tengah kehidupannya yang bahagia dan penuh rencana masa depan.

Tragedi menghilangnya Ellie membuat Laurel berubah menjadi pribadi yang obsesif, sehingga ia menelantarkan anak perempuannya yang lain, Hanna, dan bahkan pernikahannya pun berujung pada perceraian.

Namun, sepuluh tahun setelah kejadian tersebut, Laurel bertemu dengan Floyd, yang memikat hatinya dan membuatnya jatuh cinta kembali, bahkan berani berharap akan datangnya kebahagiaan. Namun, satu hal yang mengusik Laurel, anak perempuan Floyd amat sangat mirip dengan Ellie!

Buat saya, premis buku ini cukup menarik, tapi eksekusinya kurang menggigit. Not the strongest of Lisa Jewell’s, but I think I’m the minority here, karena rating buku ini termasuk tinggi di Goodreads.

Saya sebenarnya berharap lebih, ada satisfying twist, unexpected ending atau genius revealing di bagian akhir buku, tapi sepertinya, buku ini memang termasuk thriller straightforward yang lumayan predictable sejak bagian pertengahan cerita. Vilainnya sudah jelas terungkap, dan meski ada adegan dark yang lumayan bikin kaget (dan ngilu), crime nya sendiri termasuk gampang ditebak meski terkesan mustahil. Tadinya saya masih berharap tebakan saya salah, at least ada penjelasan yang lebih masuk akal di bagian akhir buku, tapi memang Lisa Jewell kelihatannya tidak berusaha terlalu keras untuk membuat buku ini masuk ke dalam kategori thriller cerdas XD

Yang agak mengganggu juga adalah karakter-karakternya yang memang kurang menarik. Saya tidak bisa relate dengan Laurel, sedangkan Poppy, anak yang mirip Ellie, juga cukup annoying dan menyebalkan.

Bagaimanapun, Lisa Jewell tetap merupakan penulis yang andal, yang bisa dengan mudah membuat saya tetap terpaku di buku yang bahkan tidak terlalu saya nikmati sepenuhnya. Buku ini termasuk page turner, dan tetap terjaga unsur thrillingnya hingga akhir.

Rating: 3/5

Recommended if you like: thriller that is a bit unplausible, dark and twisted mystery, British setting

Nemesis by Agatha Christie

13 Friday Aug 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, english, fiction, mystery, read christie 2021, reread, twist

Judul: Nemesis

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins (2002 Signature Edition)

Halaman: 367p

Beli di: Kinokuniya (IDR 137k)

Miss Marple terkejut saat mendapat pesan dari Mr. Rafiel, kenalan yang sempat ia jumpai saat berlibur ke Karibia. Mr. Rafiel yang baru meninggal dunia, mewariskan sejumlah uang pada Miss Marple, dengan catatan, ia harus memecahkan suatu kasus yang berhubungan dengan masa lalu Mr. Rafiel.

Masalahnya, Mr. Rafiel sangat tidak jelas dalam wasiatnya. Kasus seperti apa, dan bagaimana ia mengharapkan Miss Marple bisa mengusut sampai tuntas, tidak dirinci sama sekali. Miss Marple hanya dipesankan tiket untuk mengikuti tur berkeliling Inggris mengunjungi rumah dan taman terkenal.

Maka, di usianya yang sudah lanjut, Miss Marple memberanikan diri keluar dari comfort zonenya, dan bergabung bersama peserta tur. Beberapa peserta tur menarik perhatiannya, ada mantan kepala sekolah yang ternyata mengenal Mr. Rafiel, ada sepasang wanita paruh baya yang sangat mencurigakan, juga ada orang asing yang kelihatannya menyembunyikan sesuatu. Miss. Marple juga tertarik pada The Old Manor House, bangunan tua yang ditempati oleh tiga bersaudara yang mengenal Mr. Rafiel. Dan di sana, Miss Marple mulai mendengar beberapa kasus kematian dan tragedi di masa lalu, yang sepertinya berkaitan dengan perburuannya.

Nemesis tidak seperti kisah Miss Marple yang biasa. Tidak ada St. Mary Mead yang familiar, karakter-karakter yang sudah amat dikenal, ataupun gosip para spinster dan warga desa. Awalnya, buku ini terasa agak lambat, terutama di beberapa bab pertama yang dihabiskan untuk membahas dan menebak apa keinginan Mr. Rafiel. Dan butuh kesabaran hingga akhirnya kita dibawa pada penyelidikan Miss Marple.

Kasus pembunuhan yang terjadi juga tidak terlalu menarik, sebenarnya. Yang lebih menarik adalah kisah yang melatarbelakangi kejahatan tersebut, yang erat kaitannya dengan cinta dan hubungan manusia. Dan memang, nuansa melankoli amat kuat di sepanjang buku ini, termasuk penyelesaiannya yang cukup membuat tercekat.

Satu hal yang bisa saya sarankan bila ingin membaca Nemesis adalah silakan membaca Caribbean Mystery terlebih dahulu, supaya bisa lebih nyambung dengan ceritanya, karena banyak kilas balik yang menceritakan asal usul hubungan Miss Marple dengan Mr. Rafiel, yang terjadi di buku Caribbean Mystery. Kita juga bisa lebih mengenal karakter Mr. Rafiel lewat buku tersebut.

Read my old review here.

Rating: 4/5

Recommended for: Agatha Christie lovers, Miss Marple enthusiasts, if you like cozy mysteries and British atmosphere

Submitted for:

June: a story featuring garden

The Girls in the Garden by Lisa Jewell

22 Thursday Jul 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, crime, dysfunctional family, e-book, english, fiction, mystery, psychology, thriller, twist

Judul: The Girls in the Garden

Penulis: Lisa Jewell

Penerbit: Atria Books (2015, Kindle edition)

Halaman: 321p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99, bargain!)

Saya pertama kali familiar dengan Lisa Jewell ketika ia masih menulis novel bergaya chicklit, dengan tema drama domestik berbumbu romance. Namun beberapa tahun terakhir ini, nama Jewell justru besar karena genre thriller/mystery, dan ia termasuk produktif menerbitkan buku hampir setiap tahun.

The Girls in the Garden adalah buku pertama Jewell yang saya baca setelah sekian tahun, terutama yang bergenre misteri. Kesan pertama saya adalah alangkah unik dan menariknya setting yang dipakai Jewell di buku ini. Lingkungan perumahan komunal, dengan rumah teras/apartemen bergaya Victoria, yang kini ditempati banyak keluarga muda yang mencari affordable housing, maupun pemilik lama yang tidak mau berpisah dari tempat tinggal keluarga yang sudah diwariskan turun temurun. Yang membedakan Virginia Terrace dari lingkungan perumahan sejenis adalah adanya taman komunal yang bisa diakses oleh penghuni.

Area taman ini memiliki playground, taman bunga, bahkan pojok cantik untuk duduk-duduk membaca buku. Saya sendiri senang dengan referensi peta yang digambarkan di bagian awal buku, sehingga memudahkan saya untuk membayangkan setting kisah ini.

Sayangnya, di taman yang terlihat tenteram dan damai inilah sebuah tragedi terjadi, seusai pesta midsummer yang diadakan oleh para penghuni. Grace, yang baru pindah ke Virginia Terrace, ditemukan tergeletak tak sadarkan diri dan setengah telanjang. Apa yang terjadi? Bukankah lingkungan mereka adalah lingkungan perumahan yang aman?

Pip, adik Grace yang berusia 11 tahun, merasa ada yang aneh dengan para penghuni Virginia Terrace. Adele dan Leo, beserta anak-anak mereka, yang terlihat seperti keluarga sempurna namun menyimpan rahasia masa lalu yang gelap, Dylan yang ditaksir Grace, beserta kakaknya yang memiliki kondisi mental terbelakang, serta Tyler, anak perempuan sok jago yang selalu merasa paling tahu tentang segalanya. Semuanya memiliki dinamika yang aneh, yang menurut Pip menguarkan aura sinis, mungkin karena ia dan keluarganya adalah pendatang baru yang tidak mengerti sejarah masa lalu para penghuni lama Virginia Terrace.

Dan meski kulminasi The Girls in the Garden adalah tentang misteri kejahatan yang menimpa Grace, serta siapa yang berada di balik insiden tersebut, namun saya merasa Jewell lebih fokus untuk menggali drama dan dinamika antara karakter para penghuni Virginia Terace. Masa lalu mereka, tragedi mirip yang pernah terjadi sebelumnya, tokoh-tokoh yang sudah meninggal, yang kembali lagi setelah sekian tahun, atau yang masih menetap di perumahan tersebut, semua memiliki kisah menarik yang cukup berhasil diramu oleh Jewell.

Tapi, menurut saya, Jewell jadi agak keteteran di bagian unsur misternya sendiri, karena crime yang terjadi rasanya tidak bisa dikategorikan ke dalam genre psychological suspense atau thriller yang selama ini digadang-gadang sebagai spesialisasi Jewell. Saya sendiri mengategorikan kisah ini lebih seperti kisah-kisah drama domestik ala Lianne Moriarty atau Jodi Picoult. Juicy, page turner, tapi tidak memiliki gigitan yang sama dengan crime stories pada umumnya.

Let’s see if I have another opinion with Jewell’s other books.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: mystery, juicy neighbor drama, domestic semi-thriller, tamped down crime story, unique setting, other side of London’s life

A Pocket Full of Rye by Agatha Christie

14 Wednesday Jul 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classics, cozy mystery, english, fiction, mystery, read christie 2021, reread, twist

Judul: A Pocket Full of Rye

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins Publishers (2016)

Halaman: 249p

Beli di: Kinokuniya (IDR 137k)

Sing a song of sixpence,
A pocket full of rye,
Four and twenty blackbirds
Baked in a pie.

When the pie was opened
The birds began to sing—
Wasn’t that a dainty dish
To set before the king?

The king was in the counting-house
Counting out his money,
The queen was in the parlor
Eating bread and honey

The maid was in the garden
Hanging out the clothes.
Along came a blackbird
And snipped off her nose.

Nursery rhyme adalah salah satu tools yang sering dipakai oleh Agatha Christie, dengan hasil yang cukup beragam. Ada yang berhasil karena temanya pas, ada juga yang agak sedikit maksa.

Menurut saya, A Pocket Full of Rye masuk ke kategori pertama, karena antara nursery rhyme dengan plot kisah pembunuhan dalam buku ini sangat berkaitan erat.

Kisahnya diawali dari Rex Fortescue, pengusaha kaya yang meninggal mendadak di kantornya setelah minum secangkir teh. Hasil autopsi mendapatkan jejak tanaman yew yang beracun di tubuh Rex. Siapa yang ingin membunuh Rex Fortescue?

Jawabannya, ternyata: banyak. Ada istrinya yang masih muda dan disinyalir memiliki affair dengan laki-laki lain, ada anak sulungnya yang merasa sang ayah merugikan perusahaan, ada anak laki-laki yang sudah sekian lama menghilang dan kini kembali untuk memulihkan hubungannya dengan keluarganya, dan ada dendam masa lalu dari sosok misterius yang sepertinya kembali menghantui keluarga Rex Fortescue.

Ketika setelahnya kembali terjadi beberapa pembunuhan, sesuai dengan skenario nursery ryhme di atas, Miss Marple, yang mengenal salah satu korban, akhirnya mendatangi Yew Lodge dan bertekad akan menyelidiki kasus tersebut. Serunya, kali ini ia bekerja sama dengan Inspektur Neele, yang tidak seperti kebanyakan polisi yang ditemui Miss Marple dalam kasus-kasus lain, cukup menghargai kehadiran Miss Marple dan bahkan menganggapnya sebagai partner yang setara.

Di buku ini, peran Miss Marple juga cukup berarti, dan seperti biasa, deduksi dan analisisnya benar-benar on point. Kalau dibandingkan dengan kasus-kasus Poirot yang seringkali spektakular dan pemecahannya out of the box, biasanya kasus-kasus Miss Marple lebih down to Earth, semua memiliki penjelasan dan pemecahannya pun sebenarnya tidak terlalu aneh, hanya saja kelengahan kita membuatnya tetap menjadi twist yang mengejutkan.

Keluarga Fortescue adalah keluarga kaya dysfunctional yang tidak bahagia, salah satu ciri khas keluarga ciptaan Christie yang juga muncul di beberapa kisah lain.

Saya sendiri amat menikmati A Pocket Full of Rye, dan ternyata perasaan ini tidak berubah sejak saya menulis review di blog ini beberapa tahun lalu.

Rating: 4/5

Recommended if you like: cozy mystery, dysfunctional family, murder with some twists, juicy plot

Submitted for:

February: a story featuring tea

Once Upon a River by Diane Setterfield

17 Monday May 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, fantasy, historical fiction, magical realism, mystery, popsugar RC 2021, twist

Judul: Once Upon a River

Penulis: Diane Setterfield

Penerbit: Emily Bestler Books/Atria (2018, Hardcover)

eventfictionadultyoung readersgiveawaylistmememy storynon fictionpoetryread alongreadathonshoppingUncategorizedAdd New Category

Tags

Halaman: 464p

Beli di: Big Bad Wolf Tokopedia (IDR 70k)

Diane Setterfield telah memukau saya lewat karya masterpiecenya, The Thirteenth Tale (harus reread untuk direview, nih!). Dan dengan segala ekspektasi saya yang di atas rata-rata untuk sang penulis, untungnya Once Upon a River tidak mengecewakan.

The Swan adalah sebuah penginapan tua yang terletak di pinggir sungai Thames, tepatnya di daerah Radcot. The Swan terkenal karena di tempat ini orang-orang saling berbagi kisah, dari mulai legenda Battle of Radcot Bridge yang terkenal, sampai ke kisah-kisah lain, yang biasanya awalnya disampaikan oleh Joe Bliss, suami Margot Ockwell si pemilik penginapan.

Suatu malam, kisah-kisah tersebut dipotong oleh kejadian luar biasa, yang nantinya akan diteruskan menjadi salah satu kisah paling melegenda di sepanjang Thames. Di malam yang berangin, di tengah musim dingin, seorang pria tiba-tiba masuk ke The Swan, pingsan mendadak, dan menggendong seorang anak perempuan kecil yang tidak sadar.

Rita, perawat yang dipanggil ke The Swan, menyatakan anak perempuan tersebut sudah meninggal dunia, karena tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan lagi, termasuk detak jantung dan napas yang berhenti. Tapi ternyata, anak tersebut perlahan-lahan kembali bernapas, dan bahkan akhirnya hidup kembali, meski tidak bisa berbicara.

Belum hilang kekagetan orang-orang, anak tersebut kini menjadi rebutan beberapa pihak yang mengklaimnya sebagai anak mereka yang hilang. Mr. dan Mrs. Vaughan mengklaim anak tersebut adalah Amelia, anak perempuan mereka yang diculik orang beberapa tahun lalu. Robin Armstrong, yang baru kehilangan istrinya, berpikir bahwa anak perempuan tersebut adalah Alice, anaknya yang menghilang bersama sang istri. Sedangkan Lily, yang dihantui tragedi bertahun-tahun lalu, berharap anak itu adalah adik perempuannya yang dianggap sudah meninggal dunia.

Siapa identitas anak perempuan misterius tersebut menjadi kisah utama buku ini, namun tidak sesederhana kelihatannya, karena di balik kisah tersebut, terdapat lapisan kisah-kisah karakter lain yang tersangkut paut, bahkan hingga ke masa lalu. Dilatarbelakangi dengan setting sungai Thames, yang digambarkan seolah menjadi karakter tersendiri, Once Upon a River terasa amat magical, dan kembali mengukuhkan reputasi Setterfeld sebagai penulis andal.

Saya sendiri amat menikmati buku ini, berkenalan dengan karakter-karakternya, yang masing-masing memiliki rahasia kelam dan kelemahan yang menantang mereka untuk mengambil keputusan terbaik. Saya juga amat menyukai setting kisah ini, rasanya saya bisa mendengar aliran sungai yang menderas, merasakan kabut di musim dingin dan melihat beragam binatang yang bermunculan di musim panas. Once Upon a River tidak se-gothic The Thirteenth Tale, dan twistnya pun tidak segila buku tersebut, tapi tetap memiliki nuansa misterius dan magical yang membuat saya enggan berhenti membacanya, dan merasa kehilangan saat menutup halaman terakhir buku ini.

Rating: 4/5

Recommended if you love: magical realism, fairytale, mysterious stories, great character descriptions, beautiful setting

Submitted for:

Category: The book on your TBR list with the prettiest cover

Lord Edgware Dies by Agatha Christie

21 Wednesday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, mystery, poirot, read christie 2021, rereading, twist, whodunnit

Judul: Lord Edgware Dies

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins (2016, first published in 1933)

Halaman: 280p

Beli di: Kinokuniya Tokopedia (IDR 137k)

Jane Wilkinson sering mengutarakan keinginannya untuk membunuh suaminya, Lord Edgware, yang dia anggap menghalangi keinginannya untuk menikah dengan sang pujaan hati, Duke of Merton.

Suatu malam, Jane kembali berokar-koar tentang hal ini, kali ini di hadapan Poirot dan Hastings yang ia undang makan malam setelah menghadiri pertunjukan teater Carlotta Adams, bintang muda berbakat yang sangat mahir menirukan berbagai karakter, termasuk Jane sendiri.

Jane, yang adalah seorang aktris, dianggap Poirot hanya membual saja, sesuai dengan sifatnya yang melodramatis dan memang egoistis. Namun alangkah terkejutnya Poirot dan Hastings ketika tidak lama setelah pesta makan malam tersebut, Japp mendatangi mereka untuk meminta bantuan memecahkan kasus pembunuhan Lord Edgware! Yang lebih menakjubkan, saksi mata berani bersumpah kalau Jane Wilkinson lah yang terakhir melihat Lord Edgware dalam keadaan hidup, dan ia yang memiliki motif, bahkan menggembar-gemborkan ke semua orang kalau ia akan membunuh suaminya.

Namun- alibi Jane juga sangat solid, karena saat Lord Edgware terbunuh, Jane sedang duduk di antara belasan orang lain di sebuah pesta makan malam di rumah bangsawan terkenal, Sir Montagu. Siapa sebenarnya yang membunuh Lord Edgware?

Saya membaca ulang buku ini dalam rangka mengikuti #ReadChristie2021. Dan ternyata saya cukup menikmati kisah ini, karena sudah agak lama saya tidak membaca buku Agatha Christie yang dinarasikan oleh Kapten Hastings. Meski agak lamban, namun Hastings yang lucu selalu menambah kekocakan penyelidikan Poirot. Saya suka bantering antar Poirot dan Hastings, dan meski Hastings seringkali sebal dengan kecongkakan Poirot, pada akhirnya kekagumannya terhadap Poirot dan rasa sayang Poirot terhadap Hastings selalu menyelamatkan persahabatan mereka.

Saya juga suka dengan runutan penyelidikan Poirot di sini. Penuturan kisah Lord Edgware termasuk klasik Christie, di mana kita diajak mengikuti jalan pikiran Poirot yang kadang ajaib, pertanyaan-pertanyaan aneh dan tak masuk akal yang menurutnya merupakan bagian penting dari puzzle (dan selalu membuat Hastings bingung), serta interview dengan berbagai saksi dan tersangka yang selalu menyimpan clue di sana-sini, baik yang memang asli maupun hanya red herring.

And speaking about red herring, banyak sekali bertebaran di buku ini, meski tentu kita tidak menyadari bahwa petunjuk-petunjuk tersebut ternyata hanya pengalih perhatian semata. Sehingga twistnya pun, yang dirancang sedemikian rupa, berhasil mengelabui kebanyakan pembaca, dan cara Poirot mereveal pelakunya mungkin adalah salah satu yang paling kocak dan iseng dari semua kisahnya.

Overall, a nice experience with Poirot and Hastings!

Rating: 4/5

Recommended if you like: Poirot, red herrings, clever whodunit, British narrator, bro-bantering

Submitted for:

March: a story starring a society figure

The Muse by Jessie Burton

14 Wednesday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

arts, europe, historical fiction, mystery, popsugar RC 2021, twist, war, women

Judul: The Muse

Penulis: Jessie Burton

Penerbit: Picador (2016)

Halaman: 445p

Beli di: Big Bad Wolf Tokopedia (IDR 70k)

London, Juli 1967

Odelle Bastien baru saja diterima bekerja di Skelton gallery, di bawah pengawasan bosnya yang cerdas namun penuh misteri, Marjorie Quick. Sebagai imigran dari Trinidad, Odelle bertekad akan membuktikan kemampuan dirinya bertahan di London, dan suatu saat nanti mempublikasikan novelnya. Suatu hari, sebuah lukisan misterius datang kepadanya melalui laki-laki yang baru ia kenal, Lawrie. Disinyalir, lukisan tersebut adalah salah satu lukisan Isaac Robles, pelukis Spanyol yang karya-karyanya termasuk langka, serta keburu menghilang sebelum namanya sempat mendunia. Yang membuat Odelle bingung adalah reaksi Marjorie terhadap lukisan tersebut, yang menggambarkan singa beserta dua orang perempuan. Ada hubungan apa antara Marjorie dan lukisan itu?

Spanyol, 1936

Keluarga Schloss baru pindah ke daerah pedesaan Spanyol, setelah insiden menyangkut sang Ibu, Sarah, mengharuskannya beristirahat dan menyepi. Anak mereka, Olive, memiliki ambisi yang ia sembunyikan dari kedua orang tuanya, terutama ayahnya yang adalah seorang art dealer. Kehidupan keluarga Schloss berubah total saat kakak beradik Teresa dan Isaac menjadi bagian dari kehidupan mereka di Spanyol, terutama menjelang pecahnya Civil War di negara tersebut.

Agak sulit menjabarkan plot buku ini tanpa memberikan spoiler yang cukup penting. The Muse (seperti juga buku Jessie Burton sebelumnya, The Miniaturist), menggabungkan kisah sejarah dan seni, mengukuhkan Jessie Burton sebagai salah satu penulis historical fiction yang selalu konsisten dengan tema-temanya. Saya sendiri lebih menyukai The Muse dibandingkan dengan The Miniaturist, karena kisahnya lebih menggigit dan penggambaran karakter-karakternya lebih menarik, meskipun endingnya tetap membuat emosi seperti The Miniaturist. Penuturan Burton termasuk enak diikuti, sehinggal timeline yang berganti-ganti antara tahun 1936 dan 1967 tidak terasa membingungkan.

Namun menurut saya, The Muse berusaha mengangkat terlalu banyak topik atau isu, sehingga agak keteteran di beberapa bagian. Beberapa isu dalam buku ini adalah tentang imigran, rasisme dan perjuangan minoritas seperti Odelle di tengah kerasnya London; sejarah Civil War di Spanyol; profesi seniman atau pelukis di era 1930-an yang masih amat didominasi oleh kaum laki-laki; serta sejarah lukisan itu sendiri. Kekuatan utama Burton adalah menyajikan kisahnya dengan cukup meyakinkan (saya sampai meng-Google Isaac Robles untuk melihat apakah ia adalah seorang pelukis nyata atau fiksi), namun kelemahannya adalah ingin mengangkat terlalu banyak topik, sehingga kadang kurang bisa menjaga pace cerita. Di awal, kisah terasa lambat karena begitu banyak hal yang ingin dibahas, tapi di bagian akhir, endingnya terasa agak “crammed” karena diburu-buru.

Saya sendiri lebih simpati dengan Odelle dibandingkan tokoh perempuan lainnya di buku yang lumayan kental nuansa feminisnya ini. Tapi porsi Odelle tidak sebanyak kisah keluarga Scholls dan Robles, sehingga saya merasa saya kurang diberi waktu untuk bisa lebih relate dengan Odelle.

Bagaimanapun, The Muse termasuk kisah fiksi sejarah yang cukup solid, terutama untuk para penggemar sejarah seni.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: historical fiction, arts fiction, women inspired fiction, dual timeline

Submitted for:

A book about art or an artist

The Plot is Murder by V.M. Burns

05 Monday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, book about books, cozy mystery, e-book, mystery, series, twist

Judul: The Plot is Murder (Mystery Bookshop #1)

Penulis: V.M. Burns

Penerbit: Kensington (2017, Kindle edition)

Halaman: 231p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99, bargain!)

Salah satu genre guilty pleasure saya adalah cozy mystery. Kombinasi dari kisah misteri yang ringan tapi juicy, setting yang menyenangkan, dan kesan nyaman yang kental, membuat cozy mystery cocok dinikmati kalau saya lagi malas membaca buku-buku berat, semacam untuk plate cleansing begitulah.

Kali ini, pilihan saya jatuh pada serial Mystery Bookshop, karena settingnya di toko buku dan karakter utamanya adalah pemiliki toko tersebut, ditambah lagi plotnya masih berhubungan dengan buku, it seemed perfect. Apalagi, saya memang lagi mencari penulis cozy mystery berkulit hitam, sekalian memperingati Black History Month bulan Februari lalu.

Plotnya lumayan menjanjikan. Sepeninggal suaminya, Samantha Washington bertekad ingin mewujudkan impian lama mereka, yaitu memiliki sebuah toko buku misteri. Sebagai penggemar kisah misteri (terutama yang berhubungan dengan British cozy mystery), Samantha merasa ini adalah pekerjaan yang sempurna untuknya, selain melanjutkan novel misteri yang dia harap bisa diterbitkan suatu hari nanti.

Sam pun membeli bangunan tua merangkap apartemen tempat ia akan tinggal di atas toko buku. Namun tidak semua berjalan selancar yang ia harapkan, karena pengusaha real estate yang menjual bangunan tersebut tiba-tiba menyulitkan dan bahkan menerornya, dan suatu hari, sang realtor mati terbunuh di belakang toko buku Sam. Karena dicurigai oleh polisi, Sam bertekad akan memecahkan kasus ini, dibantu oleh neneknya, dan teman-teman neneknya dari panti jompo yang masih amat lincah.

Sebenarnya, plot ini lumayan bisa dikembangkan, apalagi dengan kehadiran nenek Sam dan teman-temannya yang seru. Karakter-karakternya, termasuk para tersangka, juga cukup memorable. Tapi, satu hal yang amat sangat mengganjal buat saya adalah selingan berupa novel yang sedang ditulis oleh Sam. Sam menulis kisah misteri berlatar belakang historical Inggris zaman Victoria, seperti genre favoritnya. Tapi kisahnya alih-alih menambah bobot keseluruhan buku, malah jadi mengganggu dan membingungkan. Apalagi gaya penulisan Sam (entah disengaja oleh V.M Burns atau tidak) terkesan nanggung dan amatiran, sama sekali tidak seperti “buku dalam buku” yang kadang dipakai sebagai device para penulis misteri.

Secara keseluruhan, buku ini lumayan mengecewakan, karena kita serasa disuguhi dua kisah misteri serba tanggung dan tidak jelas. Sayang memang, karena setting dan karakter buku ini cukup menjanjikan. Saya sendiri tidak tertarik untuk melanjutkan serialnya 😦

Rating: 2/5

I don’t really recommend this book, but if you want to try cozy mysteries with similar theme or setting, I would recommend Book Club Mystery series, which is more engaging and has better plot 🙂

Parker Pyne Investigates by Agatha Christie

03 Wednesday Mar 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classics, mystery, read christie 2021, short stories, twist

Judul: Parker Pyne Investigates

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins (2017, first published in 1934)

Halaman: 260p

Beli di: Kinokuniya (IDR 135k)

Bulan Februari kemarin, tema #readchristie2021 adalah bukua Agatha Christie yang memiliki unsur romens atau percintaan, dan pilihan resmi dari @officialagathachristie adalah Parker Pyne Investigates. Saya sendiri sudah pernah membaca buku ini versi terjemahan Bahasa Indonesia-nya, tapi ini kali pertama saya membacanya dalam versi bahasa Inggris.

Mr. Parker Pyne adalah pensiunan pegawai negeri, tepatnya departmen statistik, yang membuka biro konsultasi pribadi. Iklan yang ia pasang di koran sangat singkat namun mengena:

Are you happy? If not, consult Mr. Parker Pyne, 17 Richmond Street.

And that’s it! Tidak ada keterangan apa pun, tapi justru karena itulah orang jadi penasaran, dan untuk mereka yang merasa tidak berbahagia (dengan berbagai alasan), terinspirasi untuk menyambangi Mr.Pyne. Menurut Mr. Pyne, ada 5 penyebab utama seseorang tidak bahagia, dan meski ia menyebutkan beberapa di antaranya, Mr. Pyne tidak pernah menerangkan dengan jelas apa 5 penyebab ini, membuat saya bertanya-tanya di sepanjang buku.

Kisah-kisah dalam buku ini merupakan kumpulan kasus-kasus yang pernah ditangani oleh Mr. Pyne, dan meski judul buku ini menyiratkan kasus-kasus yang melibatkan penyelidikan, tidak semua cerita mengandung unsur misteri atau kriminal. Beberapa kisah (yang super hilarious) justru lebih kental nuansa dramanya, baik itu percintaan, rumah tangga atau domestik hubungan ibu dan anak. Meski demikian, semuanya masih tetap bisa dinikmati meski sedikit berbeda dari kisah Agatha Christie pada umumnya.

Bagian kedua buku ini mengambil setting di Timur Tengah, karena Parker Pyne sedang berlibur. Dan seperti juga Poirot, Mr, Pyne tidak bisa berlibur dengan tenang karena pasti dihadapkan pada kasus, dari mulai pembunuhan hingga penipuan.

Buku Parker Pyne Investigates mungkin adalah salah satu buku Christie yang tidak terlalu “aging well” – karena beberapa cerita di dalamnya memang cukup ketinggalan jaman, dan tidak semua metode Mr. Pyne terasa masuk akal bila dilihat dari perspektif masa kini. Karena itu, saya menyarankan pembaca untuk menikmati buku ini with a grain of salt. Tidak usah terlalu kritis, karena ingat saja kalau buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1934. Beberapa contoh kisah yang agak absurd misalnya adalah kisah penukaran identitas di “The Case of the Rich Woman” – terasa mustahil bila dilakukan saat ini, dan bahkan bisa dituntut karena memalsukan identitas dianggap sebagai tindakan penipuan. Lalu di kisah “The Case of Discontented Soldier”, Christie memakai tokoh kulit hitam (yang disebut Negroes atau Darkies) sebagai penjahat yang sangat stereotype.

Namun, ada beberapa kisah yang termasuk favorit saya – seperti “The Case of Middle-Aged Wife” dan “The Case of rge Discontented Husband” yang lumayan mirip, namun berbeda sudut pandang saja (sama-sama tentang pernikahan yang tidak memuaskan, satu dari sudut pandang sang istri dan satu dari suami). Saya juga lumayan suka beberapa kisah misteri berlatar belakang Timur Tengah, yang mengingatkan saya akan kisah-kisah Poirot.

Yang juga unik, ada beberapa tokoh di buku ini yang nantinya juga akan muncul di kisah-kisah Poirot – Mrs. Oliver membantu Mr. Pyne membuatkan skrip untuk kasus-kasusnya, sementara Miss Lemon muda yang sudah terlihat efisien berperan sebagai sekretaris Mr. Pyne. Saya menyayangkan Mr. Pyne tidak diberi kesempatan bertemu dan berkolaborasi dengan Poirot, karena pasti akan seru juga melihat kedua pria brilian ini bekerja sama memecahkan kasus-kasus!

Rating: 3/5

Recommended if you want to try: lighter Agatha Christie, cheeky short stories, delightful mysteries, Roald Dahl plot twist vibes, funny characters

Submitted for:

February: a story featuring love

Golden Hill by Francis Spufford

04 Thursday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

america, historical fiction, mystery, new york, twist

Judul: Golden Hill

Penulis: Francis Spufford

Penerbit: Faber&Faber Limited (2016, paperback edition)

Halaman: 344p

Beli di: @BaliBooks (IDR 40k)

New York, 1746. Amerika Serikat belum terbentuk, dan King George masih berkuasa. New York hanyalah sebuah kota kecil, dusun koloni baru yang penduduknya tidak mencapai 10,000 orang.

Di suatu malam berhujan, seorang pemuda tampan tiba dari Inggris dengan kapal laut, langsung menuju counting-house (semacam bank) di area Golden Hill. Tujuannya adalah menguangkan cek sejumlah 1,000 pound. Namun asal usulnya yang tidak jelas membuat sang bankir (serta semua orang di New York) bertanya-tanya tentang dirinya. Sang pemuda, Richard Smith, digadang-gadang merupakan pewaris kaya, tapi ada juga yang menyebut ia sebagai seorang penipu.

Kesepakatan pun diambil, dan Mr. Lovell berjanji akan mengumpulkan uang tersebut sebelum Natal, asalkan Smith bisa menunjukkan bukti-bukti meyakinkan tentang keabsahan identitasnya.

Namun, dalam selang waktu dua bulan tersebut, Smith mengalami banyak peristiwa di New York. Ia jatuh cinta, bertemu teman sekaligus musuh, dituduh melakukan kejahatan, dan menjadi target gosip penduduk kota. Namun hingga akhir, tidak ada yang bisa menebak identitas Smith yang sesungguhnya, dan kisah di balik uang 1,000 pound yang sudah menghebohkan seisi kota New York.

Golden Hill, meski ditulis oleh penulis kontemporer di era modern, memiliki sentuhan khas yang biasanya ditemui di buku-buku klasik. Gaya bahasa berbunga-bunga, penjabaran karakter yang panjang namun vague, juga kontemplasi moral yang dialami si tokoh utama dan orang-orang di sekelilingnya, kerap kali membuat saya lupa kalau saya sedang membaca buku yang bukan ditulis oleh Dickens 🙂

Penggambaran kota New York yang dianggap masih “kampungan” dan penduduknya tidak sekeren penduduk London, terasa amat real dan detail, sehingga saya bisa dengan mudah membayangkannya. New York, seperti semua kota metropolis dunia, berawal dari sejarah yang sederhana. Tidak ada gedung pencakar langit, bahkan Central Park yang terkenal pun belum ada tanda-tandanya. New York adalah tempat melarikan diri orang-orang yang ingin memulai hidup yang baru, dan rela berjudi dengan nasib yang tidak menentu.

Memang, buku ini terasa agak lambat dan bertele-tele di beberapa bagian. Namun, ada juga bagian-bagian seru yang membuat kita terus bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya Richard Smith. Dan saya suka endingnya juga sih, meski agak tertebak sejak pertengahan buku. Ini adalah pertama kalinya saya membaca karya Francis Spufford (mendengar namanya pun belum pernah), dan ternyata pengalaman ini cukup menyenangkan.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: classics vibes, New York City, history, charming characters, sarcastic humor, and nice endings.

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Circe by Madeline Miller
    Circe by Madeline Miller
  • The Secret History
    The Secret History
  • Heartless by Marissa Meyer
    Heartless by Marissa Meyer
  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...