• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: suspense/thriller

One by One by Ruth Ware

07 Monday Jun 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, ebook, english, europe, fiction, mystery/thriller, suspense/thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: One by One

Penulis: Ruth Ware

Penerbit: Scout Press (2020, Kindle Edition)

Halaman: 384p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99, bargain!)

I have an up and down relationship with Ruth Ware’s books. Beberapa bukunya berhasil memikat saya, mengukuhkannya sebagai “the modern Agatha Christie”. Tapi beberapa buku lainnya terasa amat amatiran, membosankan, predictable, bahkan terlalu mengada-ngada.

Untungnya One by One masuk ke dalam kategori yang pertama. Berlokasi di sebuah kabin penginapan di pegunungan Prancis, kisah ini diawali dengan serombongan eksekutif muda perusahaan startup Snoop yang mengadakan company retreat di penginapan tersebut. Awalnya, Erin, pengurus penginapan, serta Danny, chef yang juga teman baiknya, menyangka akan menghadapi akhir pekan yang biasa saja. Penuh dengan anak-anak muda entitled yang kaya raya, mungkin, tapi itu bukan sesuatu yang luar biasa bagi Erin dan Danny.

Namun, ketika terjadi kecelakaan tragis saat acara ski, diikuti oleh kematian mendadak yang jelas-jelas merupakan pembunuhan, Erin pun panik. Apalagi saat badai salju menerjang dan penginapan mereka terisolir dari dunia luar. Tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya – karena pembunuhnya ada di antara mereka!

One by One terasa sebagai homage untuk kisah Agatha Christie, khususnya And Then There Were None yang polanya mirip, pembunuhan satu per satu sekelompok orang yang terdampar di penginapan terpencil yang terputus komunikasinya dari dunia luar. Tapi plot klasik tersebut dimodernisasi oleh Ruth Ware di sini, dengan kehadiran sekelompok anak muda dari perusahaan startup, lengkap dengan detail aplikasi musik yang dijabarkan dengan cukup meyakinkan, serta konflik dan politik dalam bisnis mereka yang terasa sangat masa kini.

Yang paling saya sukai di buku ini adalah settingnya yang terasa amat atmosferik, saya seolah bisa merasakan suasana isolasi yang dialami oleh para tokohnya, kabin yang nyaman dan berubah menjadi sarang pembunuh, serta badai yang memutus hubungan dengan dunia luar. Beberapa adegan kejar-kejaran di salju juga digambarkan dengan cepat, membuat saya seakan-akan ikut berada di tengah kejar-kejaran tersebut.

Dan tentu saja Ware bermain-main dengan unreliable narrator di sini – semua karakter terlihat mencurigakan, menyimpan rahasia, tak terkecuali beberapa tokoh utama merangkap narator buku ini. Saya sudah bisa menebak twistnya dari bagian pertengahan buku, tapi tetap saja penantian penyelesaian misterinya cukup membuat deg-degan.

Anyway, one of Ruth Ware’s best books menurut saya, selevel dengan Turn of the Keys dan The Death of Mrs. Westaways yang sebelumnya mendapat ponten cukup tinggi juga dari saya. Look forward to her next books!

Rating: 4/5

Recommended if you want to read: fast paced thrillers, isolated murder mystery, unreliable narrators, whacky twist, atmospheric setting suspense

The Night Swim by Megan Goldin

29 Thursday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, bargain book!, ebook, lovely heroine, mystery/thriller, psychology, social issues, social media, suspense/thriller, twist ending, women

Judul: The Night Swim

Penulis: Megan Goldin

Penerbit: St. Martin’s Press (2020, Kindle Edition)

Halaman: 352p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99, bargain!)

Rachel Krall adalah seorang podcast host yang terkenal dengan liputan true crime nya. Bahkan, di season pertamanya, Rachel berhasil memecahkan kasus yang sudah dianggap selesai, dan membebaskan orang tak bersalah yang sudah dihukum penjara. Kini, di season terbaru, Rachel berangkat ke Neapolis, kota kecil di pesisir North Carolina, untuk meliput salah satu pengadilan terheboh di tahun itu.

Kasusnya adalah pemerkosaan oleh seorang atlet renang muda yang menjadi idola seisi kota, terhadap murid SMA yang juga cucu mantan kepala polisi kota tersebut. Kasus yang sensitif ini membuat panas penduduk kota, yang terbagi menjadi dua kubu yang masing-masing meyakini teorinya lah yang paling benar. Rachel sendiri berusaha bersikap netral, dan hanya ingin menyajikan kebenaran terhadap pendengarnya, lewat interview, investigasi, dan liputan live jalannya persidangan yang ditunggu-tunggu oleh para pendengarnya.

Namun di tengah kasus panas tersebut, Rachel dikejutkan dengan adanya penguntit, seorang perempuan misterius bernama Hannah, yang ngotot ingin meminta pertolongan Rachel memecahkan kasus yang terjadi bertahun-tahun silam. Kakak perempuan Hannah meninggal secara misterius, semua orang yakin itu merupakan kecelakaan karena ia berenang di laut malam-malam, apalagi reputasi sang kakak yang dinilai sebagai party goers dan penggoda laki-laki. Namun Hannah yakin kalau kakaknya tidak meninggal karena kecelakaan, melainkan dibunuh. Dan Hannah yakin, satu-satunya yang bisa menolongnya membuktikan hal ini adalah Rachel.

Ini adalah pertama kalinya saya membaca buku karya Megan Goldin. And I WAS HOOKED! Saya suka penyajiannya yang pas, dengan selingan episode podcast Rachel yang sangat hidup, sampai-sampai saya bisa membayangkan suara Rachel sendiri yang membawakan skripnya. Saya juga suka dengan penggambaran karakter Rachel, yang tidak dibuat sebagai superhero di sini, tapi justru mewakili kita para pembaca yang ingin mengetahui kejelasan kasus-kasus ini sampai akhir. Rachel tidak mendistraksi kita dengan agenda personalnya, sehingga cukup konsisten dari awal hingga akhir berperan menjadi detektif amatir yang cukup bisa relate dengan pembaca.

Saya juga suka bagaimana Goldin meramu dua kasus yang sama-sama berkaitan dengan pemerkosaan, walaupun berlangsung di dua timeline yang berbeda. Penyatuan dua kasus ini hingga akhirnya memiliki kejelasan yang memuaskan, adalah salah satu kekuatan utama buku ini. Goldin juga membahas secara cukup detail tentang sulitnya posisi korban dalam kasus pemerkosaan, yang tidak akan terjadi di kasus dengan jenis kejahatan lainnya. Betapa stigma yang melekat di korban pada kasus pemerkosaan terasa amat memberatkan: dituduh pembohong, disalahkan, dijatuhkan reputasinya. Ini adalah isu yang sangat relevan, dan miris rasanya karena tidak banyak yang berubah sejak masa lampau hingga sekarang.

Overall, a very recommended book. Saya langsung ingin mencari buku-buku Megan Goldin yang lain ๐Ÿ™‚

Rating: 4/5

Recommended if you like: psychological thriller, controversial cases, dramatic court scenes, twisted ending, sympathetic main character

Spooktober Read (1): Rebecca by Daphne du Maurier

19 Thursday Nov 2020

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

british, classics, english, fiction, lovely heroine, movie tie in, romance, spooktober, suspense/thriller, twist ending

I dedicated October to read spooky books, even though I am a scaredy cat and usually prefer not to read stories that will make me hard to sleep at night XD

Because I’m not a fan of ghost and gory stories, I focused more on the gothic genre. Spooky houses, vague thrills, suspense and -sometimes- murders – those are my stuff!! I will try to review some of the best ones, and this is my first entry, and one of the best books I’ve read in October: Rebecca, by Daphne du Maurier.

Title: Rebecca

Writer: Daphne du Maurier

Publisher: Avon (2002, mass market paperback)

Pages: 380p

Bought at: BookDepository (IDR 135k)

Genre: Gothic, Suspense, Romance, Mystery

I’ve heard a lot about this book, it’s all over the best of classics lists. But I was never really interested in reading it, not until Netflix decided to make a movie based on the book. As a firm believer that the book will always be better, I’ve decided to read it before watching the movie.

One of my favorite things from gothic books is the atmospheric setting – especially the magnificent old houses that usually become a separate character by its own. And Rebecca didn’t disappoint me, because Manderley is wonderful, and probably one of the strongest and most memorable settings I’ve ever read in a book.

The story began with an anonymous girl from a poor family who worked as a companion of a rich lady and accompanied her to Monte Carlo for a vacation. The girl (whose name was not revealed at all in the book) met with a mysterious handsome gentleman, Mr. Maxim de Winter, and quickly fell for him. Because this was in 1920s, things were moving rather fast, and the girl (without any hints or preparations), suddenly became the next Mrs. de Winter.

But what happened with the previous Mrs. de Winter? Rebecca was her name, and she was all over the book without really being there in person. She was dead about a year ago, drown in the sea near Manderley. But her personality was too strong to just diminish with her body. And that’s where the story became more and more interesting.

The young Mrs. de Winter, inexperienced that she was, came to Manderley, Maxim’s family heirloom, a grand house near the sea, with so many rooms and the garden like paradise. But of course, she wasn’t prepared at all. Especially when she met with Mrs. Danvers – a Rebecca loyalist, full of hatred and jealousy that her former lady was replaced by this so called urchin girl, with no proper background and education and especially lack of ladylike attitude.

And this is where things were getting juicy – with the devilish Mrs. Danvers who always had suspicious tricks for Mrs. de Winter, and Manderley itself, with Rebecca’s footprints everywhere (from her writing in the desk to her immaculate bedroom) – felt very threatening for the young mistress. Moreover, she was inexperienced and very insecure too, and I think one of the best parts about the book was the way Daphne du Maurier portrayed the insecurities perfectly, therefore making us voluntarily became her allies. You can’t help but sympathize with her.

The ending itself was quite dramatic, but somehow fit excellently with the vibe of the story.

Netflix movie

So do I think Netflix did justice to Rebecca? Hmm.. I honestly can’t 100% agree with it. For me, the experience of being inside the head of Mrs. de Winter, her helpless love of Maxim, and her neverending fear of Rebecca, was what made the book feel superior. Nothing can compare to that feeling, and the movie certainly can’t make me feel that way.

Moreover, the movie changed Mrs. de Winter’s character into someone who was becoming braver and more independent, something that was not in the book at all and inadvertently changed the whole tone of the movie. But – the castings are great, I love Lily James and Armie Hammer, and the setting is wonderful, especially Manderley.

If you haven’t read the book though, I would suggest you to read it first before watching the movie, because the sensation is different ๐Ÿ™‚

I recommend Rebecca if you like:

  • suspenseful romance
  • 1920 gothic vibes
  • atmospheric setting (especially old houses!)
  • strong, detailed characterizations
  • British snobs
  • dark, gloomy man (and mysterious ex!)
  • twisted ending

My Sister, the Serial Killer by Oyinkan Braithwaite

21 Tuesday Apr 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

africa, crime, culture, english, fiction, popsugar RC 2020, suspense/thriller, women

Judul: My Sister, the Serial Killer

Penulis: Oyinkan Braithwaite

Penerbit: Atlantic Books (2019)

Halaman: 226p

Beli di: Readings Melbourne (AUD 19.99, disc 25%)

Judul buku ini sangat menarik. Premisnya, tentang seorang perempuan yang berusaha melindungi adiknya yang adalah seorang pembunuh berantai, juga menguak rasa ingin tahu. Dan settingnya di Nigeria pun merupakan sesuatu yang unik dan termasuk jarang ditemui di jejeran buku best seller international.

Intinya, semua tentang buku ini meneriakkan pesan “READ ME, YOU’LL BE SATISFIED!”

Namun, entah ekspektasi saya yang jadi terlalu tinggi, atau memang buku ini kurang nendang (saya menemukan beberapa review di Goodreads yang satu pandangan dengan saya), yang jelas kesan saya memang datar-datar saja terhadap buku ini.

Korede, tokoh utama di buku ini, bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Lagos. Korede adalah perempuan yang serius, bertanggung jawab, dan bisa diandalkan, terutama setelah keluarganya bergantung padanya sepeninggal sang Ayah.

Namun, Korede memiliki masalah besar. Adiknya, Ayoola, memiliki kebiasaan buruk: membunuh para pria yang dekat dengannya, dengan alasan self defense. Apakah ini merupakan alasan yang bisa dibenarkan atau tidak, Korede tidak pernah tahu. Namun ia terpaksa selalu membereskan masalah Ayoola, ikut membersihkan TKP dan menciptakan alibi bagi adiknya. Apapun alasan Ayoola menjadi seorang pembunuh berantai, Korede hanya tahu satu hal: ia harus melindungi adiknya.

Apa alasan Korede mengambil keputusan seperti itu, sampai-sampai ia rela mengorbankan kariernya dan bahkan memilih untuk tidak dekat dengan lelaki manapun? Perlahan-lahan, sejarah keluarga Korede dan Ayoola dibuka, dan kita diajak masuk menyelami rahasia yang membuat kakak beradik ini mengambil keputusan-keputusan yang tak bisa dipahami sebelumnya.

Sampai di satu titik, Ayoola jatuh cinta dengan Tade, dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan Korede, dan yang sudah dicintai oleh Korede diam-diam sejak lama. Apakah Korede masih mau melindungi adiknya, dengan resiko Tade juga akan menjadi korban selanjutnya? Atau sudah saatnya Korede mengambil sikap yang akan mengubah hubungannya dengan Ayoola?

Satu hal yang saya sayangkan dari buku ini adalah minimnya pendalaman karakter-karakter yang ada. Buku ini menggunakan sudut pandang Korede sebagai narator, namun saya tidak pernah bisa merasa terhubung dengannya. Seolah Korede yang kita kenal hanyalah di permukaan saja, sehingga apapun keputusan yang ia ambil, saya jadi tidak begitu merasa peduuli.

Oversimplified mungkin adalah kata yang paling bisa menggambarkan kesan saya terhadap buku ini. Entah mengapa, Braithwaite lebih senang menggunakan kalimat-kalimat dan bab yang serba singkat. Kadang satu bab hanya terdiri dari dua halaman, dengan penggalan kalimat-kalimat pendek yang serba menggantung. Mungkin ini dianggap sebagai gaya penulisan yang modern atau penuh terobosan? Namun menurut saya malah jadi kurang kena ke plot keseluruhan buku. Karena jenis buku seperti ini, yang masuk ke ranah thriller dan misteri, masalah gaya penulisan yang serba modern bukanlah concern utama pembaca. Yang saya cari adalah plot yang rapi, karakterisasi yang mendalam, dan twist yang mengejutkan.

Sayangnya, saya tidak merasakan elemen-elemen tersebut di buku ini. Unsur kultur nya pun tidak dikupas sedemikian mendalam. Ya, memang sempat dibahas tentang KDRT dan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang menjadi salah satu isu utama di Nigeria. Tapi harapan saya akan penggambaran mendetail (mungkin sejenis buku-buku thriller dan crime dari Jepang yang suka bermain dengan tema yang sama), tidak kesampaian.

Semoga saja buku-buku selanjutnya dari Oyinkan Braithwaite akan lebih “kena” ke ekspektasi saya, karena sebenarnya potensi penulis ini masih amat besar.

Submitted for:

Kategori: A book published the month of your birthday

The Woman in Cabin 10 by Ruth Ware

10 Tuesday Apr 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, english, fiction, mystery/thriller, popsugar RC 2018, secondhand books, suspense/thriller, travel

Judul: The Woman in Cabin 10

Penulis: Ruth Ware

Publisher: Scout Press (2017)

Halaman: 340p

Beli di: Better World Books ( USD 6.48)

Lo Blacklock (love the name!) adalah jurnalis majalah travel yang ketiban rejeki ketika ditugasi menggantikan bosnya untuk meliput pelayaran super eksklusif cruise Aurora yang dimiliki oleh jutawan Skandinavia, Richard Bullmer.

Namun pengalaman mengerikan sebelum keberangkatannya merusak mood Lo, yang memang sudah menderita anxiety parah, menjadi semakin paranoid.

Kejadian misterius yang dialami Lo di Aurora tidak membantu meredakan kepanikannya. Ia sempat bicara dengan seorang perempuan di kabin 10 yang terletak di sebelah kabinnya. Namun tidak seorangpun di kapal mau mengakui kalau ada perempuan menempati kabin yang seharusnya kosong itu. Lebih parah lagi, Lo mendengar jeritan dan suara benda jatuh ke laut di malam hari, dan ia yakin- meski tidak ada bukti sama sekali- ada kejahatan terjadi di Aurora, dengan korban seorang perempuan misterius yang keberadaannya tidak diakui siapapun. Insting jurnalis Lo membuatnya bertekad ingin menyelidiki misteri tersebut, namun ia tidak menyadari betapa berbahayanya tindakan itu! Mendadak saja, semua penumpang kapal, dari mulai para jurnalis lain, kru hingga si pemilik sendiri, terlihat amat mencurigakan dan menyimpan rahasia, sampai-sampai Lo yakin tidak ada yang bisa ia percaya.

Ketika saya meminta rekomendasi tentang buku-buku misteri ala Agatha Christie namun dengan sentuhan modern, hampir semua sumber menyarankan saya untuk mencoba membaca Ruth Ware, yang disebut-sebut sebagai the new Queen of Crime. Ruth Ware gemar menciptakan kisah suspence misteri dengan memanfaatkan setting yang kuat, mirip dengan gaya Agatha Christie dalam meramu kisah-kisahnya.

Woman in Cabin 10 memiliki premis yang amat menarik. Bukan saja karena setting kisahnya yang di atas kapal pesiar (Death on the Nile, anyone??), tapi juga tokoh detektifnya yang merupakan jurnalis dan bukan polisi, sehingga seharusnya kita bisa lebih mudah merasa relate dengannya.

Namun ada beberapa hal yang membuat saya kurang sreg dengan buku ini. Yang pertama: loopholes. Lumayan banyak kejadian yang kurang masuk akal namun terasa dipaksakan untuk mencapai solusi akhir yang diinginkan. Memang tidak terlalu mengganggu sekali sih, tapi kita harus mengacuhkannya kalau tidak mau merasa terganggu dengan beberapa plot yang kurang masuk akal ini. Yang kedua, agak sulit untuk menyukai karakter Lo karena kepribadiannya memang tidak mudah untuk membuat kita terhubung dengannya. Selain sering marah-marah karena menderita anxiety akut, Lo juga seringkali melakukan tindakan-tindakan tidak konsisten, dan bisa dibilang termasuk kateogri drama queen. Jadi memang agak sulit untuk rooting for her, satu hal yang agak fatal dalam sebuah kisah misteri.

Tapi overall, saya masih lumayan menikmati buku ini. Tidak spektakuler sih, tapi cukup enjoyable, masih termasuk fast-paced dan lumayan seru kalau sedang kangen kisah-kisah suspense. Saya sendiri masih tertarik untuk membaca buku-buku Ruth Ware yang lain.

Submitted for:

Category: A book set at sea

 

 

 

Lelaki Harimau by Eka Kurniawan

14 Thursday Apr 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

fiction, indonesia asli, literature, magical realism, man booker prize, suspense/thriller

lelaki harimauJudul: Lelaki Harimau

Penulis: Eka Kurniawan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2016, cetakan keempat)

Halaman: 191p

Beli di: Gramedia Mal Taman Anggrek (IDR 50k)

Ini pertama kalinya saya membaca buku Eka Kurniawan, dan jujur saja, alasan saya membaca Lelaki Harimau adalah karena buku ini masuk ke Longlist Man Booker International Prize 2016, salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia sastra.

Lelaki Harimau berkisah tentang peristiwa yang menggemparkan sebuah desa kecil tempat Margio tinggal. Margio adalah pemuda penangkap babi yang terkenal pendiam dan baik-baik saja. Karenanya, seisi desa terkejut saat Margio terperosok dalam suatu insiden pembunuhan berdarah- di mana ia menggigit korbannya sampai mati, seolah seekor harimau tengah merasukinya.

Dari peristiwa naas tersebut, Eka Kurniawan membawa kita kembali menelusuri kehidupan Margio, mulai dari pertemuan kedua orang tuanya, kakeknya yang misterius, kehidupan keluarganya yang penuh kekerasan, sampai kisah hubungan romantisnya dengan anak perempuan tetangganya. Sekilas, tak ada yang aneh dari kehidupan Margio, yang meski banyak diwarnai penderitaan, tapi sebenarnya jamak ditemui pada kehidupan masyarakat desa tersebut.

Namun, perlahan-lahan kita diajak mengetahui lebih dalam, apa yang memicu Margio hingga melakukan tindakan membunuh tersebut. Apakah benar ada harimau di dalam dirinya?

Buku ini mungkin tidak tepat bila disebut sebagai buku thriller atau misteri, karena toh memang sejak dari kalimat pembuka pun kita sudah tahu pelaku dan korban pembunuhannya. Tapi cara Eka Kurniawan membawa kita pelan-pelan menelusuri alasan di balik itulah yang membuat buku ini jadi begitu penuh suspense dan membuat penasaran.

Banyak juga pendapat yang mengatakan kalau Lelaki Harimau terlalu overrated, tapi kali ini saya tidak setuju dengan mereka. Saya begitu menikmati plot yang padat, karakter yang tidak tersia-sia, diksi yang dimainkan layaknya simfoni, dan tentu saja, kepiawaian Eka dalam meramu kronologis kisah sehingga pembaca merasa klimaksnya terbangun perlahan-lahan, sampai meledak singkat di halaman terakhir buku. A perfect bookgasm, if I may say ๐Ÿ™‚

Saya juga suka dengan detail yang amat kaya, baik dari penokohan maupun setting tempat, sehingga meski Eka tidak menuturkan secara jelas tentang nama lokasi maupun setting waktu dalam cerita ini, saya tidak merasa kesulitan untuk membayangkannya dan ikut larut dalam kisah Margio.

Terima kasih Eka Kurniawan, yang sudah membuka kembali mata saya terhadap kekayaan literatur Indonesia ๐Ÿ™‚

 

The Winter People by Jennifer McMahon- and the Santa’s Revealed!

30 Saturday Jan 2016

Posted by astrid.lim in adult, event, fiction

≈ 30 Comments

Tags

2016, BBI, event, fiction, horror, posbar, qanita, secret santa, suspense/thriller, terjemahan

winter peopleJudul: The Winter People

Penulis: Jennifer McMahon

Penerbit: Qanita (2015)

Penerjemah: Angelic Zai-zai

Halaman: 448p

Gift from: Secret Santa!

Ruthie selalu membenci West Hall, kota kecil tempat tinggalnya di Vermont. Ia juga membenci kondisi rumahnya: hidup terpencil dan pas-pasan, dengan ibunya yang harus bekerja keras setelah ayahnya meninggal dunia.

Ditambah lagi, banyak kengerian terjadi di West Hall sejak jaman dahulu. Entah hanya legenda atau memang ada sesuatu yang menyeramkan berkeliaran di sekitar West Hall, terutama di Devil’s Hand, hutan angker yang terletak di belakang rumah Ruthie. Yang jelas, memang banyak orang menghilang atau meninggal secara misterius selama puluhan tahun di daerah itu.

Suatu malam setelah tahun baru, kengerian tersebut juga menimpa Ruthie, saat ibunya tiba-tiba menghilang begitu saja, tanpa jejak, meninggalkan Ruthie berdua dengan Fawn, adik perempuannya yang masih kecil.

Ketika sedang mencari-cari petunjuk, Ruthie menemukan sebuah buku harian tua yang ditulis oleh Sara Harrison Shea, penduduk West Hall yang meninggal secara tragis di tahun 1900-an. Ruthie menyadari dengan ngeri kalau kisah Sara ternyata masih berkaitan dengan keluarga dan masa lalunya, dan bahkan mungkin merupakan cara satu-satunya untuk menemukan ibunya. Meski itu berarti ia harus berhadapan dengan kengerian yang sudah menghantui West Hall selama bertahun-tahun!

Awalnya, saya kaget setengah mati saat sadar kalau buku The Winter People ini adalah separo thriller dan separo kisah hantu-hantuan. Saya pikir buku ini masuk ke ranah thriller misteri pembunuhan yang memang menjadi salah satu favorit saya. Tapi ternyata, saya malah dihadapkan dengan kisah horror yang biasanya selalu saya hindari!

Ya, mau bagaimana lagi. Buku ini dihadiahkan oleh Santa dan saya harus menyelesaikannya, meski diiringi rasa takut yang mencekam saya terutama saat membacanya di malam hari.

Namun lama kelamaan saya malah menikmati kisah kelam yang ditawarkan The Winter People. Penuturan yang rapi adalah salah satu daya tarik utama buku ini. Jennifer McMahon dengan lihai berpindah-pindah narasi, dari mulai kisah Sara di masa lalu, sampai kisah Ruthie di masa kini, yang semuanya sama menegangkannya. Dilengkapi dengan setting kota kecil yang suram di tengah musim dingin- lengkaplah sudah!

Memang ada beberapa bagian, terutama yang menyangkut hantu-hantu, yang membuat saya agak sebal. Tapi sebenarnya kisahnya sendiri masih terasa pas dengan misteri pembunuhan dan tragedi di kota kecil West Hall. Yang pasti, buku ini cukup menguji nyali saya yang termasuk penakut, dan bahkan berhasil membuat saya menyematkan 4 bintang di akhir kisah.

Terjemahan Angelic Zai Zai juga cukup baik, awalnya saya agak khawatir kenikmatan saya membaca terganggu dengan hasil terjemahan, apalagi sejak dulu sebenarnya saya sudah memasukkan Winter People versi bahasa Inggris di daftar wishlist saya. Tapi ternyata terjemahannya memuaskan, pas, dan tidak menghilangkan unsur tegang yang bertebaran di sepanjang cerita. Very recommended!

 

secret santa 2015

Who’s My Santa?

Dan sekarang, tibalah waktu yang ditunggu-tunggu untuk menebak identitas sang Santa. Sebelumnya, mari kita telaah kembali petunjuk riddle yang sudah diberikan Santa saya ya:

โ€œPilih di antara N atau M

Di mana hewan menggonggong menyerukan suara maut

Menyebabkan tiga babak cerita menyedihkan

Bergema nyaring dalam rumah

Tak perlu mencari dalam barisan iklan koran

Karena sajak anak2 yang terkenal itu akan mengakhiri semuanyaโ€

Setelah konsultasi dengan Papa Poirot, saya mendapat bisikan kalau setiap kalimat di riddle tersebut mewakili judul buku Agatha Christie dalam edisi terjemahannya. Dan inilah hasil analisis saya:

Pilih di antara N atau M : Ini bisa huruf N atau M, pending decision.

Di mana hewan menggonggong menyerukan suara maut: Anjing Kematian

Menyebabkan tiga babak cerita menyedihkan : Tragedi Tiga Babak

Bergema nyaring dalam rumah : Rumah Gema

Tak perlu mencari dalam barisan iklan koran : Iklan Pembunuhan

Karena sajak anak2 yang terkenal itu akan mengakhiri semuanya : Sepuluh Anak Negro

Naaahhh… setelah semua judul tersusun, mari kita telaah huruf pertama masing-masing judul: N/M-A-T-R-I-S. Karena tidak ada anggota BBI bernama Natris, maka saya menyimpulkan kalau identitas Santa saya adalah…. MATRIS!

Untuk meyakinkan diri, saya membaca ulang juga kartu Natal yang dikirimkan si Santa. Ternyata di sela ucapannya, ada kalimat ini:

“Maafkan jika kadonya terlambat soalnya harus menempuh perjalanan panjang”

Hmmmm… guess what? Matris memang tinggal nun jauh di sana, di Papua! Naaah kurang jauh apa lagi coba? ๐Ÿ˜€

Semoga saja tebakan saya benar ya, kalau nggak rasanya saya harus pensiun sebagai murid Papa Poirot ๐Ÿ˜€

Tapi kalaupun salah, saya mohon maaf sama Santa saya, dan mengucapkan selamat karena berhasil mengecoh saya melalui riddle Agatha Christie XD

Dan siapapun kamu, Santa saya yang super baik hati, terima kasih sebesar-besarnya karena sudah meramaikan Natal saya ๐Ÿ™‚ See you in real life, I hope!

Submitted for:

Banner Posbar 2016

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
    Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
  • The Rainmaker by John Grisham
    The Rainmaker by John Grisham
  • A Dance with Dragons by George R.R. Martin
    A Dance with Dragons by George R.R. Martin
  • The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
    The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
  • The Secret History
    The Secret History

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...