Tags

, , , , , , , ,

noel d'amour2Judul: Noel d’amour 2

Penulis: Peri Penulis (Maria Ch Michaela, Stephie Anindita, Yohanna Yang, Devina Kwan, Fonny Jodikin, Biondy Alfian)

Penerbit: Smart Writing

Halaman: 229p

Gift from: Biondy

Ini adalah posting yang sedikit terlambat dari salah satu Christmas Read-ku tahun lalu (ciye, mentang-mentang udah 2014. langsung ngomong “tahun lalu” aja). Buku cantik ini terdiri dari sebelas cerita pendek yang ditulis oleh enam orang Peri Penulis.

Uniknya, ada benang merah dari ke-11 kisah disini: semuanya bertema Natal, semuanya memiliki hubungan dengan postcard, dan karakter-karakternya saling berhubungan satu sama lain. Jadi jangan kaget kalau seorang tokoh yang disebut sekilas di suatu cerita, ternyata menjadi karakter utama di cerita yang lain. Hal ini jadi membuatku memperhatikan lebih jeli nama-nama yang muncul dan hubungan antar tokoh.

Kisah favoritku dalam buku ini adalah Saat Aku Jadi Papa, serta Satu Hari Yang Cerah, keduanya ditulis oleh Biondy Alfian (ini bukan bias karena Biondy adalah sesama fellow blogger lho!! :D). Kedua cerita ini berkisah tentang hubungan anak laki-laki dengan ayahnya yang memburuk karena sang anak tidak ingin mengikuti keinginan ayahnya. Yang indah dari kedua cerita ini adalah perbedaan sudut pandang yang digunakan. Yang satu menggunakan sudut pandang si anak, dan yang satu lagi menggunakan sudut pandang si ayah. Intinya sama, keluarga jauh lebih berharga dari apapun juga.

Kisah lainnya yang aku suka adalah kisah yang menjadi pembuka buku ini, I’ll Be Home For Christmas , yang bercerita tentang kerinduan seorang laki-laki untuk kembali ke London, ke tempat kekasihnya berada, sementara rumah sesungguhnya berada di tengah keluarganya di Bandung. Dan kembali kita diajak untuk merenungkan makna keluarga yang sesungguhnya.

Secara keseluruhan, kisah-kisah dalam buku ini sangat menghangatkan hati, terutama bila dibaca menjelang Natal. Sarat akan makna kebersamaan, cinta kasih dan keluarga, setiap cerita memiliki kekuatannya masing-masing. Sedikit masukan yang bisa kuberikan mungkin hanya menyangkut editingnya. Banyak sekali typo bertebaran, juga paragraf berulang, kesalahan tata bahasa dan masalah-masalah kecil yang cukup mengganggu.

Misalnya saja, sudut pandang orang ketiga tiba-tiba berubah sebentar menjadi orang pertama, atau beberapa nama yang diucapkan tertukar-tukar satu sama lain. Mungkin di masa depan, proses editing ini bisa dilakukan dengan lebih teliti lagi. Saran lainnya yang bisa aku berikan adalah mengenai keberagaman latar belakang. Sebagian besar cerita di buku ini mengambil setting kota Bandung, sedangkan gereja yang paling sering disebut adalah Katedral. Mungkin akan lebih menarik juga jika kisah-kisah Natal ini menggunakan berbagai latar belakang gereja, termasuk yang bukan Katolik, sehingga settingnya lebih bervariasi. Tapi aku juga tidak yakin apakah memang latar Katolik ini ada hubungannya dengan penerbit atau target pembaca buku.

Aku berharap akan ada lagi edisi-edisi berikutnya (karena hasil penjualan buku ini juga digunakan untuk amal) dengan kualitas yang makin membaik.