• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: anthology

Wonderland: An Anthology by Marie O’Regan and Paul Kane

12 Friday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

anthology, english, fantasy, fiction, popsugar RC 2021, retelling, science fiction, short stories

Judul: Wonderland: An Anthology

Editor: Marie O’Regan dan Paul Kane

Penerbit: Titan Books (2019)

Halaman: 384p

Beli di: Periplus BBFH (IDR90k)

Saya termasuk penggemar Alice in Wonderland. Saya menonton banyak versi adaptasi filmnya, dan membaca bukunya dari yang original sampai beberapa retelling. Makanya begitu mengetahui ada antologi yang terinspirasi dari kisah Alice, saya langsung bersemangat.

Namun ternyata, karena hampir semua penulis kisah antologi ini adalah penulis dengan genre fantasi atau sci-fi, maka rata-rata cerita pendek dalam Wonderland memiliki genre yang sejenis. Sayangnya, banyak dari kisah tersebut yang tidak terlalu berhubungan dengan Alice, atau memiliki hubungan tapi sangat tipis sehingga terkesan agak dipaksakan. Dan karena kebanyakan cerita bergenre fantasi atau sci-fi, rata-rata temanya memang agak terlalu outlandish untuk saya, yang mengharapkan kisah yang lebih realistis, atau fantasi dengan sentuhan realistic fiction.

Untungnya masih ada beberapa cerita yang menjadi favorit saya, salah satunya adalah “Smoke ‘Em if You Got ‘Em” (Angela Slatter), yang bergenre ala western, dengan Alice sebagai perempuan tangguh yang mengejar White Rabbit, penjahat kawakan, hingga ke ujung bumi. Saya juga suka “Six Impossible Things” (Mark Chadbourn) yang amat nostalgic, dan merupakan salah satu dari segelintir kisah dalam antologi ini yang masih amat setia dengan dunia original Wonderland. Sementara itu “The Hunting of the Jabberwock” (Jonathan Green), meski tidak spesifik bercerita tentang Alice atau teman-temannya, mengambil latar Wonderland yang berbeda, yang berfokus pada perburuan Jabberwocky, monster legendaris yang meneror semua orang. Namun, latar belakang sang monster menjadi kisah yang mengejutkan di sini.

Ada beberapa cerita yang menjadikan kisah Alice sama sekali out of the box, meski saya masih bisa merasakan aura Wonderlandnya. “The White Queen’s Pawn” (Genevieve Cogman) menggabungkan unsur politik, perang, militer, dan sedikit dystopia, dan membuat kita melihat Wonderland sebagai tempat yang sama sekali berbeda. A brave approach, but still acceptable. Namun ada beberapa cerita yang sama sekali bukan tentang Alice, hanya mengambil judul yang samar-samar berbau Wonderland, atau yang menjadikan Wonderland terlalu jauh dari inspirasi originalnya. Buat saya, kisah-kisah itu agak merusak aura keseluruhan buku.

Mudah-mudahan akan ada antologi lain yang mengambil latar Alice dan Wonderland, dengan pendekatan unik namun tetap setia pada kisah aslinya. Tidak mudah memang, tetapi tidak ada salahnya berharap, kan? 🙂

Rating: 3/5

Recommended if you like: Alice retelling, fantasy and science fiction stories, out of the box plots, intriguing settings

Submitted for:

Category: A book that has a heart, diamond, club, or spade on the cover

Cerita-Cerita Jakarta by Maesy Ang and Teddy W. Kusuma

03 Thursday Jun 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

anthology, bahasa indonesia, indonesia asli, short stories

Judul: Cerita- Cerita Jakarta

Editor: Maesy Ang & Teddy W. Kusuma

Penerbit: POST Press (2021)

Halaman: 213p

Beli di: @post_santa (IDR 80k)

Cerita-Cerita Jakarta berisi sepuluh cerita pendek yang semuanya bermuara pada kota megapolis kita tercinta ini. Genrenya beraneka ragam, memenuhi selera paling biasa atau paling absurd dari setiap pembacanya.

Beberapa favorit saya adalah Aroma Terasi (Hanna Francisca), tentang seorang wanita keturunan Tionghoa yang pergi ke kantor imigrasi untuk mengurus paspor, masih di zaman Orde Baru yang serba rempong dan diskriminatif. Meski dibantu oleh seorang calo jagoan, pengalaman wanita ini jauh dari mulus. Dan gaya menulis Hanna Francisca yang kocak, santai, dan sedikit satir, membuat saya ngakak berat, terutama karena kisahnya cukup relate dengan keluarga saya yang selalu ada drama setiap berhubungan dengan kantor imigrasi, apalagi dengan embel-embel marga Lim di ujung nama kami 😀

Kisah kocak lainnya yang berhasil membuat saya tertawa adalah Buyan (utiuts), yang bergenre fantasi dystopia- Jakarta di masa depan, meski sudah memiliki armada taksi online tanpa supir, masih harus berjibaku dengan kondisi banjir yang semakin menggila. Kreatif dan refreshing.

Selain kisah-kisah kocak nan absurd, saya juga menyukai beberapa kisah yang dituturkan dengan gaya yang lebih bersahaja, apa adanya namun tetap memikat. Suatu Hari dalam Kehidupan Seorang Warga Depok yang Pergi ke Jakarta (Yusi Avianto Pareanom) merupakan kisah sehari-hari namun amat relatable dari suara hari seorang penduduk suburban yang menghabiskan satu hari untuk membereskan beberapa urusan di Jakarta. Dari tema yang amat standar ini lahir kisah yang hangat, lucu, dan dekat dengan hati pembaca, baik yang merupakan komuter maupun bukan.

Sedangkan Haji Syiah (Ben Sohib) menyentil tentang agama dan hipokrisi, serta nilai-nilai berbeda yang dianut oleh generasi masa lalu dan masa kini. Again, ada sentuhan kocak meskipun tone keseluruhan cerita ini termasuk ironis dan membuat miris.

Selain judul-judul di atas, saya cukup terkesan dengan Anak-Anak Dewasa (Ziggy Zezsyazeoviennazabriskie), yang juga memiliki tone future dystopian yang cukup absurd, serta Rahasia dari Kramat Tunggak (Kharisma Michellia) yang berbau-bau thriller misteri, dengan latar belakang Kramat Tunggak yang bersejarah kelam.

Meski saya suka dengan hampir semua kisah di buku ini, ada juga cerita yang menurut saya agak meh atau malah terlalu pretensius, seperti B217AN yang nggak jelas apa maksudnya, juga Masalah yang agak kurang sreg dengan gaya narasinya.

Anyway, keapikan koleksi cerita pendek ini tidak lepas dari tangan dingin para editornya, Maesy Ang dan Teddy W Kusuma yang menggawangi POST Press. Saya juga bersyukur membaca buku ini dalam bahasa Indonesia, karena menurut saya beberapa pemilihan diksi, detail setting dan suasana, serta dialognya banyak yang sangat khas Jakarta, dan meski banyak yang juga memuji hasil terjemahan buku ini ke dalam bahasa Inggris, menurut saya membaca dalam bahasa aslinya justru memiliki nilai tambah tersendiri yang sulit tergantikan.

Rating: 4/5

Recommended if you like: Indonesian stories, short stories, diverse genre, absurd plot, funny little gems, and everything about Jakarta

Goodbye to All That: Writers on Loving and Leaving New York by Sari Botton

29 Wednesday Nov 2017

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 1 Comment

Tags

anthology, bbi review reading 2017, memoir, new york, non fiction, NYC, popsugar RC 2017, travel

Judul: Goodbye to All That: Writers on Loving and Leaving New York

Editor: Sari Botton

Penulis: Ann Hood, Dani Shapiro, Cheryl Strayed, Emma Straub, et al

Penerbit: Seal Press (2013)

Halaman: 269p

Beli di: BookBook, NYC (USD 16)

I always love New York City. Kalau ada kota di dunia di mana saya boleh memilih untuk tinggal, NYC lah pilihan saya. Dan karena sampai sekarang kesempatan itu belum ada (well, ada kisah tentang NYU dan what could have been; tapi itu cerita lain), maka saya harus cukup puas untuk menikmati kota ini lewat buku dulu.

Premis buku ini sangat menarik: 28 kisah singkat yang ditulis oleh para penulis perempuan tentang pengalaman mereka jatuh cinta pada NY, tinggal di kota NY, dan akhirnya -karena berbagai alasan- harus mengucapkan selamat tinggal pada kota tersebut. Tapi ada satu kesamaan mereka: pernah menganggap New York City sebagai rumah.

Beberapa kisah memang terasa agak mirip-mirip sehingga malah akhirnya terlupakan begitu saja. Kebanyakan bercerita tentang betapa NY ternyata mengecewakan mereka karena tidak seindah yang dibayangkan, atau karena justru mereka terusir dengan paksa akibat biaya hidup yang tak terjangkau.

Namun beberapa cerita cukup berkesan untuk saya dan malah membuat saya jadi semakin kangen dan penasaran dengan kota yang tak pernah tidur ini.

Hope Edelman bercerita tentang kejadian absurd yang dialaminya: ketika ia masih remaja, ia jatuh cinta dengan sebuah brownstone- apartemen bata khas NY- di Manhattan, dan kejadian serta takdir benar-benar membawanya tinggal di sana bertahun-tahun kemudian.

Emma Straub, tidak seperti penulis lainnya, adalah penduduk asli kota NY, a native New Yorker, yang lahir dan besar di kota tersebut dan tidak mengenal rumah lain selain NYC. Di suatu titik ia merasa harus keluar dari kota itu untuk mencari rumah lain- namun pesona NY kerap menariknya pulang.

Hal yang mirip dialami juga oleh Lauren Elkin, yang besar di Manhattan dan memutuskan untuk pindah ke Paris. Akhirnya ia diberi kesempatan untuk melihat NY dari jendela yang lain, dari sudut pandang berjarak yang membuat ia mencintai NY dengan cara-cara yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.

Yang paling berkesan untuk saya adalah kisah Emily St. John Mandel, yang ternyata sempat hidup dalam kemiskinan di Kanada dan hanya bermodalkan nekat lah ia lari ke NY dan menemukan jalan hidupnya.

Membaca kisah-kisah di buku ini memang sedikit mengingatkan saya pada cerita Carrie Bradshaw di Sex and the City, hanya saja tentu lebih terasa real dan kadang dengan nuansa yang cukup kelam (banyak kisah tragedi dan depresi yang dialami para penulis buku ini).

Karena beberapa kisah terasa cukup mirip, ada kesan klise yang diperoleh bila kita membaca buku ini sekaligus. Yang akhirnya bisa menimbulkan kesan sinis seperti “ya, ya, kamu merasa bisa menaklukkan NY, pindah ke NY, gagal, dan pindah ke kota lain dan somehow menjelek-jelekkan NY dan jadi membencinya”. Makanya saran saya buku ini memang harus dibaca pelan-pelan saja dan beri jeda setelah beberapa kisah, supaya tidak merasa dicekoki dengan kisah klise ala NY. Apalagi kadang gaya menulis para penulis perempuan ini cukup pretensius dan tidak semuanya mudah untuk disukai atau relatable.

Saya sendiri cukup menyukai buku ini dan penasaran dengan companion booknya, Never Can Say Goodbye: Writers on Their Unshakable Love of New York, yang menghadirkan kisah lebih variasi dari para penulis yang juga bervariasi (ada penulis laki-laki selain perempuan), dan masih berkisah seputar kota New York.

Trivia:

Kumpulan kisah ini terinspirasi dari essay terkenal Joan Didion (1967) yang memiliki judul sama, Goodbye to All That. Essay tersebut bercerita tentang pengalaman Didion pindah pertama kalinya ke kota New York (yang selalu menjadi kiblat atau aspirasi para penulis pemula), tinggal dan berjuang di kota tersebut, hingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya. Sayang esaaynya tidak disertakan juga di dalam buku ini, karena sebenarnya bisa menambahkan nuansa melankoli dan memberikan konteks yang lebih dalam untuk kisah-kisah yang ada.

Submitted for:

Category: A book with a subtitle

Kategori Hobby Non Fiction

 

Wishful Wednesday [202]

03 Wednesday Aug 2016

Posted by astrid.lim in meme

≈ 3 Comments

Tags

anthology, meme, new york, wishful wednesday, wishlist

wishful wednesday

Halo! Maafkan keterlambatan postingan Wishful Wednesday kali ini ya 🙂

Hari ini, lagi kepingin buku yang satu ini, biasalah tentang New York, karena satu dan lain hal kota ini sedang banyak mengganggu pikiran saya 😀

never can say goodbye

Never Can Say Goodbye: Writers on Their Unshakable Love for New York (Sari Botton):

From the editor of the celebrated anthology Goodbye to All That: Writers on Loving and Leaving New York, comes a new collection of original essays on what keeps writers tethered to New York City.

The charming first anthology Goodbye to All That inspired by Joan Didion’s classic essay about loving and leaving Manhattan chronicled the difficulties and disappointments inherent in loving New York, while Never Can Say Goodbye is a celebration of the city that never sleeps, in the tradition of E.B. White’s classic essay, Here Is New York.

Featuring contributions from such luminaries as Elizabeth Gilbert, Susan Orlean, Nick Flynn, Adelle Waldman, Phillip Lopate, Owen King, Amy Sohn, and many others, this collection of essays is a must-have for every lover of New York, regardless of whether or not you call the Big Apple home.

Pinginnnn.. semoga bisa nemu dengan harga murah, amin 😀

Yuk ikutan share WW mu 🙂

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

 

 

Wishful Wednesday [102]

19 Wednesday Mar 2014

Posted by astrid.lim in meme

≈ 15 Comments

Tags

anthology, meme, mystery/thriller, sherlock holmes, short stories, wishful wednesday, wishlist

wishful wednesdaySelamat hari Rabu 🙂 Semoga minggumu menyenangkan ya! Supaya semakin menyenangkan, yuk kita bermimpi-mimpi lagi.

Gara-gara keasyikan baca Sherlock Holmes kemarin ini, saya jadi cukup penasaran dengan buku-buku tentang detektif ini, yang tidak ditulis oleh Conan Doyle. Dan waktu lagi browsing-browsing, ketemu nih satu buku yang menarik banget menurut saya, A Study in Sherlock.

Buku ini adalah antologi yang terinspirasi dari kisah-kisah Sherlock Holmes, dan ditulis oleh para penulis yang sudah tidak usah diragukan lagi namanya. Ada Neil Gaiman, Lee Child, Alan Bradley dan banyak lagi. Penasaran!

What would happen if you asked eighteen top writers who don’t normally write about Sherlock Holmes to write about Sherlock Holmes? What if you wrote to them, saying:

In 19th century England, a new kind of hero–a consulting detective–blossomed in the mind of an underemployed doctor and ignited the world’s imagination. In the thirteen decades since A Study in Scarlet first appeared, countless variations on that theme have been played, from Mary Russell to Greg House, from ‘Basil of Baker Street’ to the new BBC Holmes-in-the-internet-age.

We suspect that you have in the back of your mind a story that plays a variation on the Holmes theme…

And what if these great writers read that proposal and decided that yes, they did have that kind of tale in the back of their minds?

The result is A Study in Sherlock, Stories Inspired by the Sherlock Holmes Canon, with stories by Alan Bradley, Tony Broadbent, Jan Burke, Lionel Chetwynd, Lee Child, Colin Cotterill, Neil Gaiman, Laura Lippman, Gayle Lynds and John Sheldon, Phillip and Jerry Margolin, Margaret Maron, Thomas Perry, S.J. Rozan, Dana Stabenow, Charles Todd, and Jacqueline Winspear.

study in sherlock

Reviewnya memang beraneka ragam, dan memang banyak yang bilang kalau buku ini (seperti normalnya antologi) memiliki beberapa kisah yang bagus, yang lumayan, dan yang jelek. Tapi nggak apa-apa lah. Tetap penasaran kok. Covernya juga keren 😀

Kalau kamu, apa wishmu minggu ini? Oiya, siapa tahu kepingin wishmu bisa dikabulkan? Jangan lupa ikutan Giveaway Hop BBI 2014 ya, silakan klik di sini 🙂

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

Noel d’amour 2 by Peri Penulis

03 Friday Jan 2014

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 4 Comments

Tags

anthology, bahasa indonesia, christmas, christmas read, fiction, gift, indonesia, review 2014, short stories

noel d'amour2Judul: Noel d’amour 2

Penulis: Peri Penulis (Maria Ch Michaela, Stephie Anindita, Yohanna Yang, Devina Kwan, Fonny Jodikin, Biondy Alfian)

Penerbit: Smart Writing

Halaman: 229p

Gift from: Biondy

Ini adalah posting yang sedikit terlambat dari salah satu Christmas Read-ku tahun lalu (ciye, mentang-mentang udah 2014. langsung ngomong “tahun lalu” aja). Buku cantik ini terdiri dari sebelas cerita pendek yang ditulis oleh enam orang Peri Penulis.

Uniknya, ada benang merah dari ke-11 kisah disini: semuanya bertema Natal, semuanya memiliki hubungan dengan postcard, dan karakter-karakternya saling berhubungan satu sama lain. Jadi jangan kaget kalau seorang tokoh yang disebut sekilas di suatu cerita, ternyata menjadi karakter utama di cerita yang lain. Hal ini jadi membuatku memperhatikan lebih jeli nama-nama yang muncul dan hubungan antar tokoh.

Kisah favoritku dalam buku ini adalah Saat Aku Jadi Papa, serta Satu Hari Yang Cerah, keduanya ditulis oleh Biondy Alfian (ini bukan bias karena Biondy adalah sesama fellow blogger lho!! :D). Kedua cerita ini berkisah tentang hubungan anak laki-laki dengan ayahnya yang memburuk karena sang anak tidak ingin mengikuti keinginan ayahnya. Yang indah dari kedua cerita ini adalah perbedaan sudut pandang yang digunakan. Yang satu menggunakan sudut pandang si anak, dan yang satu lagi menggunakan sudut pandang si ayah. Intinya sama, keluarga jauh lebih berharga dari apapun juga.

Kisah lainnya yang aku suka adalah kisah yang menjadi pembuka buku ini, I’ll Be Home For Christmas , yang bercerita tentang kerinduan seorang laki-laki untuk kembali ke London, ke tempat kekasihnya berada, sementara rumah sesungguhnya berada di tengah keluarganya di Bandung. Dan kembali kita diajak untuk merenungkan makna keluarga yang sesungguhnya.

Secara keseluruhan, kisah-kisah dalam buku ini sangat menghangatkan hati, terutama bila dibaca menjelang Natal. Sarat akan makna kebersamaan, cinta kasih dan keluarga, setiap cerita memiliki kekuatannya masing-masing. Sedikit masukan yang bisa kuberikan mungkin hanya menyangkut editingnya. Banyak sekali typo bertebaran, juga paragraf berulang, kesalahan tata bahasa dan masalah-masalah kecil yang cukup mengganggu.

Misalnya saja, sudut pandang orang ketiga tiba-tiba berubah sebentar menjadi orang pertama, atau beberapa nama yang diucapkan tertukar-tukar satu sama lain. Mungkin di masa depan, proses editing ini bisa dilakukan dengan lebih teliti lagi. Saran lainnya yang bisa aku berikan adalah mengenai keberagaman latar belakang. Sebagian besar cerita di buku ini mengambil setting kota Bandung, sedangkan gereja yang paling sering disebut adalah Katedral. Mungkin akan lebih menarik juga jika kisah-kisah Natal ini menggunakan berbagai latar belakang gereja, termasuk yang bukan Katolik, sehingga settingnya lebih bervariasi. Tapi aku juga tidak yakin apakah memang latar Katolik ini ada hubungannya dengan penerbit atau target pembaca buku.

Aku berharap akan ada lagi edisi-edisi berikutnya (karena hasil penjualan buku ini juga digunakan untuk amal) dengan kualitas yang makin membaik.

Singgah

14 Thursday Nov 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 8 Comments

Tags

anthology, bahasa indonesia, dramatic, fiction, Gramedia, short stories

singgahJudul: Singgah

Penulis: Jia Effendie, Taufan Gio, Alvin Agastia Zirtaf, Yuska Vonita, Adellia Rosa, Dian Harigelita, Anggun Prameswari, Aditia Yudis, Bernard Batubara, Putra Perdana, Artasya Sudirman

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 232p

Pinjam dari: Ferina

“Karena hidup adalah persinggahan.”

Tiga belas cerita pendek dalam buku ini memiliki satu benang merah: tema tentang persinggahan. Ada yang mengambil setting di bandara, terminal, stasiun maupun pelabuhan, di mana orang-orang bertemu dan berpisah, mengalami perjumpaan singkat namun penuh makna, atau berada di persimpangan jalan hidupnya.

Seperti layaknya kumpulan cerpen, beberapa kisah di buku ini terasa lebih berkesan bagiku dibandingkan yang lain, beberapa lebih kusukai dan beberapa ada yang kurang sesuai dengan seleraku. Salah satu favoritku adalah Dermaga Semesta karya Taufan Gio. Bercerita tentang seorang laki-laki yang melakukan napak tilas perjalanan terakhir kekasihnya yang sudah tiada, hingga berlabuh di sebuah dermaga. Kesan melankoli sangat terasa dalam cerita ini, dan setting pulau kecil dengan dermaganya benar-benar menunjang aura mellow tersebut.

Satu lagi yang cukup berkesan buatku adalah kisah berjudul Menunggu Dini dari Alvin Agastia Zirtaf, tentang seorang bapak tua yang menunggu istrinya yang tak kunjung datang di stasiun Jogja. Tak perlu firasat tajam untuk menebak akhir cerita yang sudah pasti tak kalah sedih ini. Dan meski endingnya cukup predictable, tapi penuturan kisah ini masih cukup enak untuk diikuti.

Entah kenapa, sebagian besar cerita dalam buku ini memang bernuansa kelam, sad ending, dan heartbreaking. Apa memang persinggahan identik dengan kesan mellow ya?

Satu dari segelintir kisah yang masih memiliki ending optimistik adalah Moksha, karya Yuska Vonita (yang juga anggota BBI, yeay, proud of you!). Yuska menghadirkan cerita yang kental dengan nuansa India- di mana seorang gadis keturunan India sedang bergumul antara mengikuti tradisi keluarga atau kata hatinya. Aku suka ide cerita ini, dan endingnya juga menyenangkan, ditambah dengan banyak pengetahuan baru tentang tradisi dan budaya India. Namun berbagai istilah khas India yang dipakai disini terasa agak terlalu banyak menurutku. Meski dilengkapi catatan kaki sehingga tetap bisa dimengerti artinya, tapi terasa sedikit mengganggu kenikmatan kisah ini, seperti saus yang menutupi rasa hidangan yang sebenarnya sudah terasa lezat. Tapi kisah ini termasuk favoritku juga, dan no worries, aku yakin masih akan banyak karya Yuska yang bisa kunikmati ke depannya 🙂

Kebanyakan cerita dalam buku ini memiliki unsur drama yang kental, namun ada juga beberapa yang mencoba tampil beda- seperti Para Hantu & Jejak-jejak di Atas Pasir (Adellia Rosa)- kisah tentang sepasang anak kembar yang berusaha menghilangkan kesedihan masa lalu dan diceritakan dengan gaya ala fairy tale. Ada juga Koper (Putra Perdana) yang memiliki pace cepat dan sangat bernuansa action, namun entah mengapa terasa terlalu familiar dan bergaya ala Holywood banget.

Secara keseluruhan, Singgah merupakan kumpulan cerpen yang masih enak untuk dinikmati, meski tidak semuanya sesuai dengan seleraku (kisah Jantung-nya Jia Effendie, misalnya, yang menjadi cerpen pembuka buku ini, terlalu absurd menurut seleraku dan sedikit melenceng dari tone keseluruhan buku). Tapi membaca buku ini membuatku cukup optimis dengan masa depan sastra Indonesia. Mudah-mudahan akan lebih banyak antalogi bermutu karya penulis lokal di masa mendatang. Oiya, satu lagi, aku suka desain covernya yang berwarna cokelat hangat 🙂

 

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • Lethal White by Robert Galbraith
    Lethal White by Robert Galbraith
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
    The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
  • Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker
    Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...