Penulis: Rachel Hartman
Penerbit: Doubleday (2012)
Pages: 368p
Gift from: @pdini
Buku ini adalah salah satu bukti nyata dari “Don’t judge a book by its cover”. Sejujurnya, cover model-model seperti ini, dengan tokoh perempuan sebagai titik sentral, ditambah aura-aura layaknya film seri remaja, hmmm…not my cup of tea.
Tapi karena ditawarkan oleh Mbak Dini yang baik hati, tentu aku nggak mau menolak donk. (Makasih bangeeeet mbak!!) Dan ternyata…I was speechless. Buku dengan genre high fantasy, tokoh utama perempuan dengan masa lalu suram, dan premis cinta segitiga, nggak lantas membuat aku merasa seperti membaca buku-buku YA kebanyakan.
Menurutku ada tiga kekuatan utama buku ini:
1. Settingnya yang memukau, tapi sangat believable. Rachel Hartman jago banget deh menciptakan realm Goredd, di mana manusia dan naga hidup berdampingan dengan damai. Tapi jangan membayangkan naga ala Harry Potter yang terbang melayang sambil menyemburkan api, naga disini justru hidup dalam wujud manusia, yang mereka sebut Saar. Seraphina sendiri bekerja sebagai asisten musik kerajaan, dan tempat tinggal maupun tempat bekerjanya di lingkungan istana digambarkan dengan detail yang membuat pembaca mudah membayangkannya.
2. Plot yang enchanting. Menciptakan dunia di mana manusia dan naga hidup berdampingan saja sudah cukup brilian menurutku, tapi Rachel Hartman menambahkan beberapa intrik politik, rasial, dan tentu bumbu-bumbu cinta di dalamnya (yang untungnya porsinya masih cukupan lah, nggak sampai menye-menye). Seraphina yang memiliki masa lalu misterius harus menjaga rahasia asal-usulnya supaya tidak dicurigai oleh kerajaan. Mentornya Orma adalah orang yang paling ia percaya dan sayangi, namun sosok Orma yang sebenarnya adalah naga membuat Seraphina putus asa kadang-kadang, karena naga tidak boleh memiliki emosi seperti manusia. Sementara itu, terjadi peristiwa misterius di kerajaan: Pangeran Rufus ditemukan meninggal dengan kepala terpenggal (nagakah pelakunya?), ayah Orma yang sudah lama menghilang tiba-tiba dicurigai muncul untuk menghancurkan perdamaian antara manusia dan naga, dan di tengah segala intrik dan kekacauan ini, pemimpin kaum naga, Ardmagar Comonot, datang ke Goredd untuk merayakan 40 tahun perdamaian antara naga dan manusia. Seru!!
3. A very lovable heroine. Kunci dari sebuah buku terletak pada karakternya. Mau seindah apapun jalinan kata dalam buku, atau seseru apapun plotnya, kalau karakternya menyebalkan atau membosankan, rasanya malas untuk menyelesaikan buku tersebut. Dan syukurlah, Seraphina cukup bisa menarik simpatiku. Terjebak dalam masa lalu yang kelam, Seraphin dipaksa untuk terus berbohong dan berusaha untuk tidak menarik perhatian. Namun bakat musiknya membuat ia semakin dikenal orang, dan pengetahuannya yang luas tentang naga malah membawanya ke dalam penyelidikan bersama Pangeran Lucian Kiggs, kepala penjaga kerajaan. Seraphina berhasil memadukan ketangguhan dengan kerapuhan, dan menunjukkan kalau tokoh sentral cerita tidak selalu harus sempurna. Sejak Katniss Everdeen, sudah lama juga aku tidak bertemu tokoh utama perempuan yang bisa mengundang simpati.
Ketiga unsur tersebutlah yang menurutku bisa membuat Seraphina layak dinobatkan menjadi salah satu buku fantasi YA terbaik di tahun 2012 kemarin. And I just can’t wait to read the sequel, Dracomachia, that will be published at the end of the year!
Ps: Review ini dibuat dalam rangka posting bersama BBI bulan Maret 2013 dengan tema Fantasy.
PPs: Kalau mau membaca Seraphina, jangan lupa membuka glossary di bagian belakang buku, tempat sang penulis menjelaskan arti dari kata-kata yang berasal dari realm Goredd. Aku sendiri telat menyadari adanya glossary ini, yang membuatku bertanya-tanya dan menebak-nebak arti dari beberapa kata.
PPPs: This is a debut from Rachel Hartman, can you believe it? So much talent! And the talent reminds me of Seraphina’s genius musicality.
tezar said:
ini yang mau diterjemahin Gramedia ya kak
astrid.lim said:
gosip2nya sih gitu hehehe we’ll see ya!
Peri Hutan said:
pertanyaanku sama nih kayak mas Tezar, apakah buku ini mau diterjemahin mbak? *minta bocoran* :))
bugot said:
kalau diterjemahin semoga bpakai cover yang satunya ya mbak 😀
astrid.lim said:
iyaaa mudah2an yaaa…lebih keren soalnya!
astrid.lim said:
mudah2an ya liiisss…gosipnya sih gitu hihihi
Sinta Nisfuanna said:
manusia-naganya semacam yang di firelight Mbak Astrid?
astrid.lim said:
nah, aku malah belum baca firelight lho…kalo seraphina ini naganya bisa berubah bentuk jadi manusia, tapi nggak boleh punya emosi…
Sinta Nisfuanna said:
di firelight, naganya juga bisa berubah jadi manusia Mbak, cuman disitu punya emosi sih 😀
Althesia said:
membaca dari reviewmu..buku ini harus segera diterjemahin nih sama penerbit manapun lah, pastinya harus dengan terjemahan yang mengalir lancar, kalau gak pasti merusak deh hehehhe
astrid.lim said:
hahaha iya si, gosipnya siiiihhhh…GPU bakal nerjemahin kok 🙂 we’ll see ya!
mide said:
novel dengan heroine banyak yang bagus loh mbak (walau aku lebih suka cowok yang jadi karakter utamanya, tehe!), sayang aja jarang yang bener-bener aku suka diterbitin di Indo ;^; Mercy Thompson Series aja masih stuck di buku no. 1.
astrid.lim said:
iyaaa tokoh cw itu suka nyebelin (Bella Swan!). Tapi seneng kalo pas dapet yang nyenengin kayak gini..
Yudith said:
Haiiii Mbak,
wah seneng banget udah ada yang baca buku Seraphina nihhh…
dan sepertinya untuk buku Seraphina bakal terbit nih gak lama lagi.. YIHAAAA!
senangnya ada perempuan tangguh selain Katnis
Perkenalkan ya mbak.
Yudith (Ms)
Markom Fiksi Gramedia Publishers
astrid.lim said:
halooo mba yudith, salam kenal dan makasih udah mampir ke sini 🙂 iya, seraphina baguuus…dan semoga cepet diterjemahkan ya, sepertinya banyak yang nungguin tuh 🙂