Tags
anthology, bbi review reading 2017, memoir, new york, non fiction, NYC, popsugar RC 2017, travel
Judul: Goodbye to All That: Writers on Loving and Leaving New York
Editor: Sari Botton
Penulis: Ann Hood, Dani Shapiro, Cheryl Strayed, Emma Straub, et al
Penerbit: Seal Press (2013)
Halaman: 269p
Beli di: BookBook, NYC (USD 16)
I always love New York City. Kalau ada kota di dunia di mana saya boleh memilih untuk tinggal, NYC lah pilihan saya. Dan karena sampai sekarang kesempatan itu belum ada (well, ada kisah tentang NYU dan what could have been; tapi itu cerita lain), maka saya harus cukup puas untuk menikmati kota ini lewat buku dulu.
Premis buku ini sangat menarik: 28 kisah singkat yang ditulis oleh para penulis perempuan tentang pengalaman mereka jatuh cinta pada NY, tinggal di kota NY, dan akhirnya -karena berbagai alasan- harus mengucapkan selamat tinggal pada kota tersebut. Tapi ada satu kesamaan mereka: pernah menganggap New York City sebagai rumah.
Beberapa kisah memang terasa agak mirip-mirip sehingga malah akhirnya terlupakan begitu saja. Kebanyakan bercerita tentang betapa NY ternyata mengecewakan mereka karena tidak seindah yang dibayangkan, atau karena justru mereka terusir dengan paksa akibat biaya hidup yang tak terjangkau.
Namun beberapa cerita cukup berkesan untuk saya dan malah membuat saya jadi semakin kangen dan penasaran dengan kota yang tak pernah tidur ini.
Hope Edelman bercerita tentang kejadian absurd yang dialaminya: ketika ia masih remaja, ia jatuh cinta dengan sebuah brownstone- apartemen bata khas NY- di Manhattan, dan kejadian serta takdir benar-benar membawanya tinggal di sana bertahun-tahun kemudian.
Emma Straub, tidak seperti penulis lainnya, adalah penduduk asli kota NY, a native New Yorker, yang lahir dan besar di kota tersebut dan tidak mengenal rumah lain selain NYC. Di suatu titik ia merasa harus keluar dari kota itu untuk mencari rumah lain- namun pesona NY kerap menariknya pulang.
Hal yang mirip dialami juga oleh Lauren Elkin, yang besar di Manhattan dan memutuskan untuk pindah ke Paris. Akhirnya ia diberi kesempatan untuk melihat NY dari jendela yang lain, dari sudut pandang berjarak yang membuat ia mencintai NY dengan cara-cara yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.
Yang paling berkesan untuk saya adalah kisah Emily St. John Mandel, yang ternyata sempat hidup dalam kemiskinan di Kanada dan hanya bermodalkan nekat lah ia lari ke NY dan menemukan jalan hidupnya.
Membaca kisah-kisah di buku ini memang sedikit mengingatkan saya pada cerita Carrie Bradshaw di Sex and the City, hanya saja tentu lebih terasa real dan kadang dengan nuansa yang cukup kelam (banyak kisah tragedi dan depresi yang dialami para penulis buku ini).
Karena beberapa kisah terasa cukup mirip, ada kesan klise yang diperoleh bila kita membaca buku ini sekaligus. Yang akhirnya bisa menimbulkan kesan sinis seperti “ya, ya, kamu merasa bisa menaklukkan NY, pindah ke NY, gagal, dan pindah ke kota lain dan somehow menjelek-jelekkan NY dan jadi membencinya”. Makanya saran saya buku ini memang harus dibaca pelan-pelan saja dan beri jeda setelah beberapa kisah, supaya tidak merasa dicekoki dengan kisah klise ala NY. Apalagi kadang gaya menulis para penulis perempuan ini cukup pretensius dan tidak semuanya mudah untuk disukai atau relatable.
Saya sendiri cukup menyukai buku ini dan penasaran dengan companion booknya, Never Can Say Goodbye: Writers on Their Unshakable Love of New York, yang menghadirkan kisah lebih variasi dari para penulis yang juga bervariasi (ada penulis laki-laki selain perempuan), dan masih berkisah seputar kota New York.
Trivia:
Kumpulan kisah ini terinspirasi dari essay terkenal Joan Didion (1967) yang memiliki judul sama, Goodbye to All That. Essay tersebut bercerita tentang pengalaman Didion pindah pertama kalinya ke kota New York (yang selalu menjadi kiblat atau aspirasi para penulis pemula), tinggal dan berjuang di kota tersebut, hingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya. Sayang esaaynya tidak disertakan juga di dalam buku ini, karena sebenarnya bisa menambahkan nuansa melankoli dan memberikan konteks yang lebih dalam untuk kisah-kisah yang ada.
Submitted for:

Category: A book with a subtitle

Kategori Hobby Non Fiction
Pingback: 2017: A Year in Books |