Tags

, , , , , ,

Judul: The Postmistress

Penulis: Sarah Blake

Penerbit: Elex Media Komputindo (2012)

Halaman: 598 p

Beli di: PestaNovel Gramedia Palmerah (IDR 62,800 disc 20%)


Salah satu hasil kekalapan di #PestaNovel Gramedia beberapa bulan yang lalu =)

Cerita berlatar belakang Perang Dunia selalu menarik untukku, simply karena tidak terbayangkan penderitaan yang dialami oleh jutaan orang saat itu, baik secara langsung maupun tidak langsung. The Postmistress menarik perhatianku karena mengangkat kisah yang jarang dijumpai di buku lainnya: seorang kepala kantor pos perempuan di kota kecil di pesisir timur Amerika Serikat, yang memiliki kekuasaan penuh atas surat-menyurat yang merupakan sarana komunikasi paling penting di era Perang Dunia.

Iris James adalah kepala kantor pos yang sempurna: teratur, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Tidak ada yang perlu khawatir suratnya tidak sampai ke tujuan di kala Iris sedang bertugas, karena tujuan hidupnya adalah untuk memastikan semua surat sampai ke tangan-tangan yang seharusnya. Sampai suatu hari, ada sebuah surat yang mengusik hatinya, membuatnya memutuskan untuk menyimpan dan tidak meneruskannya ke si penerima. Apakah isi surat tersebut?

Sementara itu di seberang benua, Frankie Bard, wartawan perempuan Amerika, sibuk memberitakan kisah-kisah sedih perang yang menimpa ribuan keluarga di Eropa. Tekadnya adalah menyampaikan kebenaran pada pendengarnya, mengumpulkan kisah demi kisah, sepedih apapun itu. Namun ternyata, ada satu kisah yang tidak dapat disampaikannya dengan jujur pada orang yang seharusnya mendengar berita tersebut. Frankie mengalami dilema berat: menjadi pembawa kebenaran, atau pembawa ketenangan?

Secara keseluruhan, Postmistress bisa menangkap secara jeli suasana Perang Dunia II di dua tempat yang berbeda: kekacauan, chaos penuh ledakan bom dan orang-orang yang diliputi ketakutan di London serta kota-kota Eropa lainnya; serta suasana tenang namun penuh penantian tersembunyi di sebuah kota kecil yang tenang di pesisir Amerika (meski ketenangan tersebut sebenarnya hanya semu belaka). Aku bisa merasakan kepedihan Frankie, dilema Iris, dan keburukan perang, yang menyentuh siapapun itu, baik langsung maupun tidak langsung.

Namun, di pertengahan cerita, Sarah Blake mulai sedikit kehilangan arah. Ke mana ia akan membawa kisah ini? Benang merah berupa perempuan cantik bernama Emma, istri dokter yang tinggal di kota kecil tersebut, sebenarnya sudah merupakan langkah awal yang baik. Namun kurang bisa dikembangkan dengan sempurna. Mungkin karakter Iris yang terlalu dingin, dan Frankie yang terlalu meledak-ledak, kurang bisa dibuat real oleh si penulis, sehingga aku sebagai pembaca tidak merasa relate dengan mereka. Satu-satunya karakter yang terasa dekat adalah Emma, istri sang dokter yang mengalami berbagai kejadian pedih. Rapuh, lovable, dan mampu mengundang simpati. Sayang porsinya tidak sebanyak Iris maupun Frankie.

Sempat terpikir, seandainya buku ini digarap oleh Tatiana de Rosnay (Sarah’s Key), mungkin akan menimbulkan kesan berbeda. Buatku, Postmistress rasanya seperti makan popcorn, cukup renyah sih, tapi yaaa, nggak mengenyangkan. Dan cepat sekali terlupakan setelah selesai dibaca =p Satu lagi yang cukup mengganggu dari edisi terjemahan ini adalah typo nya yang cukup banyak dan agak parah. Untungnya bahasa terjemahannya masih lumayan enak untuk dibaca. Aku juga cukup suka dengan covernya, a bit sweet without being too unyu-unyu =)

About Sarah Blake (taken from Goodreads)

Sarah taught high school and college English for many years in Colorado and New York. She has taught fiction workshops at the Fine Arts Works Center in Provincetown, MA, The Writer’s Center, in Bethesda MD, The University of Maryland, and The George Washington University. She lives in Washington DC with her husband, the poet Joshua Weiner, and their two sons.