Tags

, , ,

Judul: The Old Curiosity Shop

Penulis: Charles Dickens

Penerbit: Wordsworth Classics (2001)

Pages: 570 p

Beli di: Kinokuniya Plaza Senayan (IDR 31k)

 

Kisah buku ini berawal dari sebuah toko kuno yang menjual barang-barang antik dan rombeng di kota London, bernama Old Curiosity Shop. Di toko tersebut, tinggallah Nell, gadis kecil manis dan baik hati, bersama dengan kakeknya. Sebenarnya, hidup mereka walaupun sederhana, namun cukup bahagia.

 

Sayangnya kebahagiaan tersebut dirusak oleh kecanduan sang Kakek terhadap judi. Bahkan, saking merasuknya “iblis” berupa godaan berjudi ini, Kakek akhirnya harus kehilangan seluruh kekayaannya, sehingga terpaksa meminjam uang pada sesosok manusia kerdil jahat bernama Daniel Quilp. Ironisnya, kengototan Kakek memperoleh banyak uang dari berjudi dipicu oleh keinginannya untuk membahagiakan Nell, meski Nell selalu menegaskan kalau ia tak butuh uang untuk bahagia.

 

“…Oh hear me pray that we may beg, or work in open roads or fields, to earn a scanty living, rather than live as we do now” p.70

 

Akhirnya mereka terpaksa merelakan toko sekaligus rumah mereka disita oleh Quilp karena hutang yang tak terbayar. Penderitaan ini membuat Kakek jatuh sakit lumayan parah, sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk pergi jauh, mengembara hingga menemukan tempat dimana mereka dapat hidup tenang. Ini berarti meninggalkan kehidupan yang sudah sangat dikenal Nell, termasuk Kit, satu-satunya sahabat yang dikasihinya.

 

Dalam perjalanan inilah Nell dan kakeknya bertemu orang-orang dengan berbagai karakter dan latar belakang. Ada yang baik hati dan menolong mereka, seperti Short dan Mr. Codlin yang merupakan artis pertunjukan keliling, juga Mrs. Jarley, pemilik pameran boneka lilin (yang adalah tokoh nyata dan memiliki asosiasi dengan Museum Madame Tussauds!); namun ada juga yang “menguji” ketahanan Kakek dan berusaha menjebaknya kembali dalam dunia gelap judi. Dickens seolah menghadirkan beragam karakter dalam bentuk malaikat dan iblis, namun mengingatkan bahwa musuh terbesar sebenarnya berasal dari dalam hati manusia sendiri.

 

Sementara itu, cerita juga bergulir di antara orang-orang yang ditinggalkan Nell dan kakeknya. Quilp sendiri menjadi karakter jahat paling sentral dalam buku ini. Kebenciannya terhadap orang-orang tulus seperti Kit yang tetap setia pada Nell, membuatnya merencanakan berbagai kejahatan. Salah satunya melibatkan Dick Swiveller,teman dari kakak Nell, Frederick Trent. Frederick yang curiga kakeknya masih menyimpan kekayaan, mendesak Dick untuk mendekati Nell dan menikah dengannya. Quilp, meski tahu kondisi Kakek dan Nell yang sudah lebih parah dari bangkrut, karena berniat jahat, malah mendukung rencana ini sepenuh hati. Kisah semakin rumit dan seru saat muncul kehadiran seorang laki-laki misterius yang ngotot ingin menemukan Nell dan kakeknya. Siapakah dia sebenarnya?

 

Kelebihan Dickens adalah menciptakan karakter yang begitu hidup dan kaya, sehingga kisah sederhana seperti ini pun bisa menjadi kompleks. Pembaca diajak masuk ke dalam benak Quilp, dan merinding sendiri membaca pikiran-pikirannya. Kejahatannya bahkan terlihat juga dari sikapnya yang kasar pada istri dan ibu mertuanya. Sementara itu, Nell melambangkan gadis kecil yang murni seperti malaikat. Selalu memaafkan dan siap menolong, menjadi penopang kakeknya bahkan di usia yang masih amat muda. Karakter yang berada di tengah-tengah adalah Dick Swiveller. Betapa pada awalnya Dick terasa sangat menjengkelkan, namun lama-kelamaan sifatnya berubah jadi mengundang simpati. Lewat karakter ini, Dickens sepertinya hendak memberikan contoh metamorfosis yang tidak mustahil bagi manusia, seberapapun menjengkelkannya orang tersebut.

 

The Old Curiosity Shop ditulis setelah Dickens kehilangan adik iparnya yang masih muda,Mary Hogarth, dan lewat kisah ini sepertinya Dickens ingin berkabung, karena tema kematian tampak begitu menonjol dalam keseluruhan cerita. Beberapa kali Nell berpapasan dengan orang-orang yang sedang sekarat, yang sedang berduka, atau yang takut ditinggalkan orang terkasih.

 

“..Nothing innocent or good, that dies, and is forgotten. Let us hold to that faith, or non. An infant, a prattling child, dying in its craddle, will live again in the better thought of those who loved it..” (p399)

 

The (Real) Old Curiosity Shop in London =)

Ini merupakan pengalaman pertamaku membaca Dickens. Meski alur yang cukup lambat di awal cerita, serta kata-kata berbahasa Inggris yang lumayan sulit, membuatku menghabiskan lebih dari dua minggu membaca buku ini, namun semua terasa worth it. Menurutku, kisah sederhana Nell dan kakeknya yang dirangkum dengan indah merupakan pilihan tepat bagi pembaca yang ingin mencicipi karya Dickens untuk pertama kalinya. Apalagi edisi Wordsworth Classics ini adalah edisi unabridge yang sesuai dengan kisah aslinya, dilengkapi dengan introduction yang memuat fakta menarik, ilustrasi yang menghibur, dan 331 buah notes/penjelasan yang kebanyakan adalah referensi kutipan Alkitab dan karya Shakespeare. Harganya yang murah juga membuat buku ini sangat recommended.

 

Tak salah kalau 4 bintang kusematkan pada kisah yang mengenalkanku dengan sang maestro klasik, Charles Dickens, sekaligus menjalani salah satu pengalaman membaca paling rewarding.

 

Review ini juga dibuat untuk memeriahkan Bulan Dickens dan ikut serta dalam lomba Review Dickens yang diadakan oleh komunitas @bacaklasik, untuk memperingati 200 tahun Charles Dickens.

 

Click this for more info: http://klasikfanda.blogspot.com/2012/01/bulan-dickens-perayaan-200-tahun.html

 

Thanks @bacaklasik untuk pengalaman manis sepanjang Februari ini. You really made my days!