Tags

, , , ,

BBIANNIV_guestposting

Halo semua 🙂 Masih dalam rangka merayakan ulang tahun Blogger Buku Indonesia ke-3 yang jatuh tanggal 13 April 2014, kali ini Books to Share berpartisipasi dalam event Guest Post, dan tamu yang mampir di sini adalah Biru Cahya Imanda, member BBI yang kini sedang kuliah semester akhir di jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Airlangga, Surabaya. Serunya, saya sama sekali nggak mengenal Biru sebelumnya, jadi Guest Post ini benar-benar jadi ajang perkenalan yang menyenangkan buat saya. Mau tahu apa yang bakal dibahas sama Biru? Simak penuturannya di bawah ini yuk! (Jangan lupa baca juga interview saya dengan Biru di bagian akhir postingan ini ya)

biru

Banyak teman saya yang paham, maklum banget dengan kegemaran saya dalam membaca. Kalau saya udah pegang satu buku (kecuali buku kuliah :p), terus mendadak saya ketawa atau jejeritan atau heboh sendiri, teman-teman saya biasanya hanya berdecak keras sambil geleng-geleng kepala. Kadang-kadang mereka ngomel sedikit, sih, tapi yang jelas mereka udah ngerti banget kalau saya nggak bisa (dan nggak mau) diganggu ketika membaca buku. And I thank them so much for that.

Nah, ada beberapa dari teman-teman saya itu yang juga lumayan doyan membaca. Mereka pernah beberapa kali bertanya ke saya, “Kamu tau dari mana, sih, kalau buku ini bagus?”Hmm….biasanya saya jadi agak gelagapan kalau ditanya begitu. Mendadak jadi bingung sendiri, padahal di sisi lain saya tau mau menjawab apa. Takut aja kalau nantinya mereka nggak paham dengan apa yang saya bicarain, since Im not so good with talking.

Maka, ketika tau bahwa BBI mengadakan proyek ‘BBI Anniversary Guest Post 2014’ untuk event BBI Anniversary 2014, saya memutuskan untuk ikut. Selain agar saya bisa lebih berpartisipasi di event-event BBI, saya juga bisa sekalian berbagi pikiran—dan perasaan—tentang buku, terutama hal-hal yang saya pertimbangkan ketika membeli buku. Sebetulnya saya bisa aja langsung menulis di blog sendiri. Tapi, karena saya orangnya suka menunda-nunda, makanya nggak kesampaian mulu. Dan proyek ‘BBI Anniversary Guest Post 2014’ berhasil jadi “cambuk”saya untuk menulis.

Soooo…. here are the things that I usually consider before buying any books:

1. Penulis

Kalau saya udah suka banget, cinta mati sama penulisnya, rasanya saya bakal beli karya apapun yang mereka tulis. Bahkan seandainya mereka merilis catatan belanja sehari-hari pun, kemungkinan besar akan saya beli dan baca juga. Sitta Karina, misalnya, merupakan salah satu penulis favorit saya yang karyanya selalu saya tunggu. Baru-baru ini, ia menerbitkan ulang serial novel Magical Seira dengan berbagai revisi dan cover baru. Saya sudah punya versi lamanya, tapi toh saya tetap membeli versi barunya. Karena ya itu tadi; saya udah mabok kepayang dengan penulisnya. Atau gaya menulisnya. Atau karya-karyanya. Begitulah.

2. Rekomendasi

Ada, kan, teman-teman atau keluarga yang juga suka membaca dan seleranya sama dengan kita? Atau mereka yang tau betul dengan selera bacaan kita? Nah, saya punya beberapa teman dan sepupu yang, asiknya, punya selera bacaan sama dengan saya. Kami saling bertukar informasi tentang buku-buku yang menurut kami bagus untuk dibaca. Makanya, saya percaya dengan rekomendasi-rekomendasi mereka—dan jarang merasa kecewa dengan buku-buku yang mereka rekomendasikan.

3. Review di Internet dan Media Massa

Bergabung di BBI benar-benar menambah pengetahuan saya tentang buku. Dan sejujurnya timbunan saya jadi makin menumpuk karena tergiur dengan berbagai macam review buku yang ditulis anggota-anggota BBI. Selain itu, Goodreads juga menjadi sumber rujukan lain yang biasa saya tuju ketika akan membeli buku baru. Resensi di majalah juga kadang membantu, meskipun kini saya udah jarang banget membaca majalah.

4. Cover & Sinopsis

Ketiga hal yang saya sebutkan sebelumnya membuat saya sering kali sudah punya kepastian mau membeli buku apa ketika berada di toko buku. Jadi, biasanya saya bakal langsung menuju rak tempat buku yang saya cari. Tapi, tentu saya nggak langsung bablas ke kasir begitu aja. Saya keliling dulu, lihat-lihat buku-buku lain yang ditata sedemikian rupa di sana. Hal pertama yang selalu bikin saya tertarik untuk mengambil suatu buku dari rak adalah cover. Well, sometimes I do judge a book by its cover. Hehehe. Baru setelah itu saya baca sinopsis di bagian belakang bukunya. Kalau merasa cocok dan klik, baru biasanya akan saya bawa ke meja kasir.

Kalau ternyata buku yang saya beli dan baca nggak sesuai dengan ekspektasi saya…. yah, tergantung sih. Kalau saya menikmati tulisannya, saya bakal terus membaca sampai halaman terakhir. Tapi, kalau saya merasa kayak “dipaksa”membaca, biasanya saya berhenti, nggak melanjutkan membaca meskipun ceritanya belum habis. Nggak semua orang punya sikap yang sama kayak saya. Tapi, menurut saya, membaca, kan, aktivitas yang seharusnya menyenangkan. Jadi, kalau di tengah perjalanannya malah merasa nggak asik, lebih baik di-drop aja, kan? Bukunya, maksud saya, bukan aktivitas membacanya. Hehehe.

Well, intinya sih. just keep reading, just keep reading!

Sekilas tentang Biru

Cerita dikit donk, tentang asal mula namamu yang unik 🙂

Saya selalu bingung sendiri kalau ditanya pertanyaan model begini, hahaha. Saya pernah tanya ortu, tentang kenapa mereka ngasih nama Biru (dan Jingga, nama adik saya), dan mereka bilang karena biar beda dari yang lain. Tapi, saya nggak puas sama jawaban itu. Suatu hari, ortu akhirnya cerita tentang sejarah di balik pemberian nama ‘Biru’, meskipun menurut saya nggak nyambung-nyambung amat.

Pada awalnya, ortu mau ngasih nama saya ‘Selagi Mentari Biru’. ‘Selagi’ merupakan kependekan dari Selasa Legi karena saya lahir pada hari itu. ‘Mentari Biru’ karena…. well, yang ini saya kurang tau, padahal saya lahir malam hari. Tunggu. Apa mentari warnanya biru ya kalau malam? Ah, lupakan. Nggak penting *digetok Mbak Astrid*. Tapi, Yangti (Ibunya Papa) nggak suka dengan nama tersebut karena menurut beliau, ‘Selagi Mentari Biru’ terdengar kayak judul sinetron. Akhirnya, ortu memutuskan untuk tetap mengambil nama ‘Biru’, sedangkan nama kepanjangan disumbang oleh Yangti dan Uti (Ibunya Mama). Jadilah Biru Cahya Imanda. Nggak kebayang juga kalau beneran dikasih nama ‘Selagi Mentari Biru’. :))

Masalah warna favorit…. mungkin secara nggak langsung saya jadi terdoktrin sendiri bahwa dengan nama Biru, harusnya saya juga suka warna biru, dong? Hahahah geblek banget memang. Jadi, ya gitu, kamar dan barang-barang pribadi saya yang lain kebanyakan berwarna biru, biar matching sama namanya. :)) Tapi, makin gede, saya malah jadi bosen sendiri lihat warna biru melulu.

Next, pertanyaan standar nih…Sejak kapan kamu suka membaca, dan apa genre favoritmu?

Hmm, saya udah suka membaca dari SD, meskipun yang dibaca semacam buku-buku cerita bergambar Winnie the Pooh, komik, dan novel mini Kecil-Kecil Punya Karya dari Mizan. Tapi, saya mulai agak maniak (lebay, woy!) dan baca buku yang agak tebal itu pas kelas I SMP. Awalnya, saya sama teman-teman masing-masing beli satu novel teenlit dengan judul berbeda, biar setelahnya bisa tuker-tukeran. Sejak saat itu, saya jadi makin sering beli dan baca buku, baik fiksi maupun non-fiksi, meskipun jauh lebih sering fiksi sih hehehe. Dan sejauh ini, romance dan YA jadi genre favorit bacaan saya. Saya nggak membatasi genre buku yang saya baca, tapi kedua genre tersebut yang paling banyak membawa kenikmatan (((CIYEH KENIKMATAN))) dalam membaca buat saya.

Nah, terus gimana asal mulanya terbentuk blog buku Buku-Buku Biru?

Kadang, sebelum membeli buku, saya suka cari-cari review-nya di internet. Saya lupa waktu itu kecantol di blog-nya siapa, yang jelas blog itu mencantumkan banner BBI. Dari situ, saya mulai tertarik dan cari-cari tau tentang BBI, yang ternyata adalah komunitas blogger pecinta buku dan menuliskan review-nya pada blog buku. Nah, di sisi lain, saya udah lumayan sering menulis review buku-buku yang saya baca di blog pribadi saya. Jadi, saat itu, saya lebih sering meng-update blog pribadi saya dengan review buku daripada postingan berbau kehidupan sehari-hari. Terus, saya pikir, kenapa nggak saya bikin blog buku aja yang khusus berisi review buku dan hal-hal lain terkait tentang buku? Saya bisa berbagi pengalaman membaca saya sekaligus mengasah kemampuan menulis. Akhirnya, lahir blog ‘Buku-Buku Biru’ dan saya memutuskan untuk bergabung di BBI pada tahun 2012.

Bergabung di BBI bikin saya kenal dengan orang-orang keren yang juga doyan membaca, meskipun saya belum pernah sekali pun betemu langsung dengan mereka atau ikutan kopdar. Yang jelas, pengetahuan saya akan buku jadi meningkat. Belum lagi kalau sudah main-main ke blog mereka, wah asli timbunan saya jadi makin banyak. Banyaknya events dan challenges yang dibuat BBI juga secara pribadi bikin saya tertantang untuk terus menulis, meskipun untuk yang satu ini saya merasa masih kurang berpartisipasi (ampuuuun!). Tapi, yang paling saya suka, ya itu; bisa kenal dengan orang-orangyang punya hobi sama dan ngobrol seru tentang buku. :’D

Nah, saya ini suka minder sendiri kalau lagi main-main ke blog anggota BBI yang lain, karena saya merasa tulisan review saya kurang detail lah, nggak pernah ikut challenge lah, ini lah, itu lah, dll. Saya jadi termotivasi, sebenernya, untuk menulis lebih rajin dan berpartisipasi lebih sering di events atau challenges BBI. Tapi tapi tapi, niat mulia itu selalu terkalahkan oleh penyakit nomor wahid saya, yaitu procrastinating. Saya suka menunda-nunda, dan pada akhirnya nggak jadi saya lakuin. BBI memang memberi batas waktu maksimal dalam meng-update blog sih, cuma kan ini masalah tanggung jawab dan kesadaran diri. Jadi, ya gitu, dukanya adalah ketika lagi males-malesnya mau nge-review ditambah penyakit saya itu kambuh. Double combo.

Kalau disuruh memilih 5 buku favoritmu sepanjang masa, apa saja tuh?

Waduh, ini pertanyaan sulit. Sebentar, cari wangsit dulu….

  1. Pesan dari Bintang – Sitta Karina

Sitta Karina merupakan salah satu penulis favorit saya, dan buat saya, ‘Pesan dari Bintang’ adalah masterpiece-nya sejauh ini. Saya suka gimana cerita sahabat-jadi-cinta yang banyak saya jumpai di berbagai novel, bisa dikemas lewat tulisan Sitta Karina yang engaging, nagih banget. Belum lagi karakter-karakter yang terasa “hidup”. Top!

  1. Eleanor & Park – Rainbow Rowell

Saya suka plot-nya; dua anak sekolah yang lama-lama jadi saling suka karena setiap hari duduk bersebelahan di kursi bus. Saya juga suka dengan konflik-konfliknya, yang jadi membuat novel ini nggak sekadar cinta-cintaan. Salut dengan karakter Eleanor yang meskipun terlihat rapuh dan insecure, tapi sebenarnya kuat dan tegar banget.

  1. The Tiny Book of Tiny Stories – Joseph-Gordon Levitt

Buku imut-imut ini terdiri dari tiga volume. Saya sendiri baru baca yang volume dua dan tiga, karena cari yang volume pertama belum nemu. Buku ini berisi tentang cerita-cerita yang amat sangat pendek (semacam fiksi mini) dan dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi cantik. Meski cepat habis dibaca, saya sukaaa banget gimana kata-kata di dalamnya sering bikin saya merenung sendiri. Mungkin ada yang mau ngebeliin saya volume pertamanya? *disorakin* *ampuuuun*

  1. Looking for Alaska – John Green

Buku ini sukses menjungkirbalikkan perasaan saya, sungguhan! Di halaman tertentu masih senyum-senyum bahagia campur haru, di halaman berikutnya udah yang mendekati mewek karena sedih. Karena, sumpah, sedihnya itu mengejutkan.

  1. The Fault in Our Stars – John Green

Ini memang pilihan yang mainstream banget, tapi ya apa mau dikata, saya sudah kepalang cinta sama buku ini. Saya bahkan udah beberapa kali baca TFiOS tanpa sekali pun merasa bosan. Kalau Looking for Alaska berhasil menjungkirbalikkan perasaan, maka TFiOS bisa membuat saya merasakan dua perasaan di saat bersamaan. Di satu sisi, buku ini heartwarming, tapi juga heartbreaking di waktu yang sama. Belum lagi karakter Gus dan Hazel yang minta disayang banget.

List 5 buku favorit tersebut bisa berubah-ubah, tapi untuk saat ini, saya rasa kelima buku itu cukup mewakili. 😀

Terakhir nih, share donk harapan dan kesan/pesanmu untuk BBI tercinta 🙂

Hmm…. apa, yaaaa…. Semoga BBI terus berkembang, bisa ngasih manfaat ke banyak orang, syukur-syukur kalau bisa bikin orang dari yang tadinya nggak suka membaca, jadi doyan membaca. Semoga BBI panjang umur. Semoga BBI semakin dikenal dan lebih banyak yang bergabung. Semoga BBI makin sering ngadain event-event seru, baik online maupun offline. Selamat ulang tahun, ya, BBI! :’D

Klik juga guest posting lainnya di sini ya!