• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: unreliable narrator

Eight Perfect Murders by Peter Swanson

18 Thursday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

bargain, book about books, ebook, english, fiction, murder mystery, mystery, thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: Eight Perfect Murders

Penulis: Peter Swanson

Penerbit: William Morrow (2020, Kindle edition)

Halaman: 271p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99, bargain!)

Premis buku ini benar-benar menarik, terutama untuk para pencinta buku misteri dan thriller seperti saya. Malcolm Kershaw, pemilik toko buku Old Devils Bookstore di Boston, pernah membuat list buku misteri dengan plot pembunuhan terbaik, dan menamainya sebagai “Eight Perfect Murders”. Menurut Malcolm, bila pembunuhan dalam buku-buku itu dilakukan di dunia nyata, tidak ada yang bisa memecahkannya.

Namun, bertahun-tahun setelah ia memposting list tersebut di blog toko bukunya, Malcolm dikejutkan oleh kehadiran seorang agen FBI, yang sedang menyelidiki serangkaian pembunuhan yang menurutnya terinspirasi dari buku-buku yang masuk ke dalam list Malcolm.

Awalnya, Malcolm mengira ini hanya sekadar kebetulan. Namun rangkaian pembunuhan yang terjadi membuat Malcolm terpaksa mengakui kalau listnya sudah dipakai semena-mena oleh seorang pembunuh berantai. Pertanyaannya, apakah hal ini berhubungan dengan kehidupan personal Malcolm dan masa lalunya yang gelap?

Saya selalu menyukai book about books, alias buku yang bercerita atau mengambil tema tentang buku. Apalagi bila genrenya misteri atau thriller. Dan di atas kertas, Eight Perfect Murders tampak perfect untuk saya.

Mungkin karena ekspektasi saya kelewat tinggi juga, pada akhirnya saya malah merasa buku ini agak kurang maksimal. Premis yang seru tidak diimbangi dengan eksekusi yang mumpuni, sehingga ceritanya pun agak setengah-setengah. Terutama endingnya yang menurut saya agak terlalu far fetched. Beberapa pembunuhan yang terjadi di buku ini juga tidak terlalu sesuai dengan buku yang menjadi inspirasinya, sehingga saya malah sibuk berusaha mencocokkan pembunuhan di buku ini dengan buku yang menjadi referensinya XD

Concern saya yang lain adalah betapa banyaknya spoiler yang bertebaran di buku ini, terutama tentang 8 buku yang masuk ke dalam list Malcolm. Sebenarnya bisa dipahami sih, karena buku ini membahas secara mendalam metode, motif, dan segala detail pembunuhan dalam buku-buku fiksi tersebut untuk memecahkan pembunuhan yang menjadi inti kasus Eight Perfect Murders. Tapi, kalau memang belum membaca ke-8 buku tersebut dan masih niat untuk membacanya tanpa terganggu spoiler, sebaiknya tunda dulu membaca buku ini.

Kedelapan buku yang masuk ke dalam list Malcolm adalah:

  1. The A.B.C Murders by Agatha Christie
  2. Strangers on a Train by Patricia Highsmith
  3. Death Trap by Ira Levin
  4. Red House Mystery by A.A. Milne
  5. Malice Aforethought by Anthony Berkeley Cox
  6. Double Indemnity by James M. Cain
  7. The Drowner by John D. Macdonald
  8. The Secret History by Donna Tartt

Sekali lagi, tidak semua kasus dalam buku ini benar-benar setia pada referensi buku-buku di atas, tapi semua buku di atas memang dibahas dari segi plot dan pelaku pembunuhan, jadi siap-siap saja membaca banyak spoiler dalam buku ini.

However, saya tetap merasa buku ini memiliki banyak kelebihan. Tema dan settingnya menarik, terutama untuk para bookworm, dan ada beberapa adegan yang lumayan menegangkan. Still recommended if you are a thriller lover.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: book about books, unreliable narrator, bookstore setting, twisted ending

The Last Time I Lied by Riley Sager

19 Thursday Aug 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

bargain book!, ebook, english, summer, thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: The Last Time I Lied

Penulis: Riley Sager

Penerbit: Dutton (2018, Kindle edition)

Halaman: 384p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99, bargain!)

Emma Davis memiliki pengalaman buruk di Camp Nigthingale, saat ia dikirim untuk menghabiskan musim panasnya 15 tahun yang lalu. Hilangnya tiga anggota kabinnya menyebabkan trauma mendalam dalam diri Emma, yang ia tuangkan ke dalam lukisan, dan ironisnya, malah menjadikannya seniman yang sukses dan terkenal.

Karya Emma mempertemukannya kembali dengan Francesca Harris-White, pemilik sekaligus ikon Camp Nightingale yang ingin kembali membuka camp tersebut setelah ditutup akibat tragedi yang terjadi di sana 15 tahun lalu. Meski tidak ingin kembali ke sana, Emma juga merasa ia perlu melakukan napak tilas, dan diam-diam berharap bisa menemukan jejak teman-teman sekabinnya yang masih tidak diketahui keberadaannya, terutama Vivian, yang menjadi semacam sosok figur kakak perempuan idola bagi Emma.

Maka, Emma pun kembali ke Camp Nightingale, kali ini sebagai instruktur seni. Namun ketika tragedi yang sama terulang kembali, dan tiga orang anak yang dekat dengannya menghilang tanpa jejak, kecurigaan beralih pada dirinya. Dan Emma harus melakukan segala sesuatu untuk membuktikan dirinya tidak bersalah.

Riley Sager sudah resmi menjadi penulis auto-read saya sekarang ini, dan sepertinya apapun yang dia tulis bakal saya baca juga, dengan hasil yang rata-rata cukup memuaskan. The Last Time I Lied menjadi salah satu buku dengan unreliable narrator yang paling baik yang pernah saya baca. Vague tapi tidak membuat bingung, mencurigakan tapi memiliki penjelasan masuk akal, dan yang pasti tidak terasa memanipulasi pembaca. So, all things checked for a great thriller book!

Saya juga menyukai setting yang disuguhkan Sager di sini. Camp musim panas, karena memang bukan merupakan hal yang biasa di Indonesia, selalu membuat saya tertarik. Mengirimkan anak-anak selama satu atau dua bulan, bergabung dengan sekelompok anak lain, berbagi kabin, melakukan kegiatan outdoor maupun aktivitas seni dan sejenisnya, menurut saya adalah sesuatu yang luar biasa. Terbayang berpisah dengan anak-anak sekian lama, ditambah lagi kita harus benar-benar percaya dengan pihak penyelenggara. Dan tidak heran banyak kisah horror dan thriller era 80-90an mengambil setting di summer camp.

Setting yang hidup dan mudah dibayangkan menjadi kekuatan utama buku ini. Dan meski Emma tidak terlalu membuat saya bersemangat, tapi karakter-karakter lain, terutama anak-anak yang menghilang saat ia menjadi konselor, mampu menghidupkan buku ini dengan dialog-dialog yang real.

What a nice treat for a summer read! Can’t wait for the next Sager’s books!

Rating: 4/5

Recommended if you like: thriller, summer books, unreliable narrators, twisted endings, quirky characters

The Reluctant Fundamentalist by Mohsin Hamid

06 Tuesday Jul 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

9/11, america, english, fiction, middle east, popsugar RC 2021, religion, thought provoking, unreliable narrator

Judul: The Reluctant Fundamentalist

Penulis: Mohsin Hamid

Penerbit: Penguin Books (2008)

Halaman: 209p

Beli di: @bruziati (lupa harganya,LOL)

This is a quick read, but a thought provoking one. Kita diajak untuk menemui seorang pria misterius di sebuah kafe di Lahore, Pakistan. Sambil duduk minum teh (yang dilanjutkan makan malam), pria tersebut bercerita tentang masa lalunya.

Ternyata, di balik penampilannya yang konservatif, ia adalah pria yang memiliki segudang pengalaman di dunia barat, khususya Amerika Serikat. Lulus dari universitas bergengsi di Amerika, bekerja di perusahaan top dengan gaji besar, yang memungkinkannya traveling ke berbagai tempat.

Namun beberapa kejadian, yang memuncak pada peristiwa 9/11, membuat pria ini mengubah pola pikirnya, yang tadinya terpengaruh dengan cara pandang kapitalis ala Amerika, menjadi bertolak belakang. Ia memikirkan betapa jomplangnya kehidupan keluarganya di Pakistan, dan menimbang ulang apa yang menurutnya lebih penting.

Judul The Reluctant Fundamentalist sendiri merupakan gaya bercanda Mohsin Hamid, karena fundamentalis di sini ternyata tidak seperti yang kita bayangkan ketika membaca sinopsis buku yang bersetting di Pakistan ini. Stereotyping adalah salah satu topik yang dibahas oleh Hamid di sini, dan menantang kita untuk membuka pikiran luas-luas saat membaca tulisannya.

Gaya bahasa yang mengalir merupakan kekuatan utama buku ini, meski ditulis seperti monolog dari si pria misterius, kisahnya jauh dari membosankan, dan hebatnya, Hamid mampu menghadirkan setting yang sangat nyata, mulai dari suasana Lahore, udara panasnya, aroma masakan, dan atmosfer yang kadang berubah cepat – dari perasaan aman di sore hari menjadi perasaan tidak aman saat matahari sudah tenggelam. Hamid juga menghadirkan kontras yang cukup berhasil saat menggambarkan kota New York, serta pekerjaan si pria misterius yang serba glamor.

The Reluctant Fundamentalist adalah buku yang bisa dibaca berulang-ulang dan kita tetap akan menemukan hal baru di dalamnya. Satu-satunya komplen saya hanyalah ending cerita yang terkesan buru-buru dan dibuat menggantung, menyisakan sedikit rasa tidak puas setelah terpikat dengan 200-an halaman kisah sang fundamentalis.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: unique narrator, unusual storytelling, Middle East lit, strong setting, cliffhanger ending

Submitted for:

Category: A book by a Muslim American author (actually Mohsin Hamid is a Muslim British author, but I knew this too late XD )

One by One by Ruth Ware

07 Monday Jun 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, ebook, english, europe, fiction, mystery/thriller, suspense/thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: One by One

Penulis: Ruth Ware

Penerbit: Scout Press (2020, Kindle Edition)

Halaman: 384p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99, bargain!)

I have an up and down relationship with Ruth Ware’s books. Beberapa bukunya berhasil memikat saya, mengukuhkannya sebagai “the modern Agatha Christie”. Tapi beberapa buku lainnya terasa amat amatiran, membosankan, predictable, bahkan terlalu mengada-ngada.

Untungnya One by One masuk ke dalam kategori yang pertama. Berlokasi di sebuah kabin penginapan di pegunungan Prancis, kisah ini diawali dengan serombongan eksekutif muda perusahaan startup Snoop yang mengadakan company retreat di penginapan tersebut. Awalnya, Erin, pengurus penginapan, serta Danny, chef yang juga teman baiknya, menyangka akan menghadapi akhir pekan yang biasa saja. Penuh dengan anak-anak muda entitled yang kaya raya, mungkin, tapi itu bukan sesuatu yang luar biasa bagi Erin dan Danny.

Namun, ketika terjadi kecelakaan tragis saat acara ski, diikuti oleh kematian mendadak yang jelas-jelas merupakan pembunuhan, Erin pun panik. Apalagi saat badai salju menerjang dan penginapan mereka terisolir dari dunia luar. Tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya – karena pembunuhnya ada di antara mereka!

One by One terasa sebagai homage untuk kisah Agatha Christie, khususnya And Then There Were None yang polanya mirip, pembunuhan satu per satu sekelompok orang yang terdampar di penginapan terpencil yang terputus komunikasinya dari dunia luar. Tapi plot klasik tersebut dimodernisasi oleh Ruth Ware di sini, dengan kehadiran sekelompok anak muda dari perusahaan startup, lengkap dengan detail aplikasi musik yang dijabarkan dengan cukup meyakinkan, serta konflik dan politik dalam bisnis mereka yang terasa sangat masa kini.

Yang paling saya sukai di buku ini adalah settingnya yang terasa amat atmosferik, saya seolah bisa merasakan suasana isolasi yang dialami oleh para tokohnya, kabin yang nyaman dan berubah menjadi sarang pembunuh, serta badai yang memutus hubungan dengan dunia luar. Beberapa adegan kejar-kejaran di salju juga digambarkan dengan cepat, membuat saya seakan-akan ikut berada di tengah kejar-kejaran tersebut.

Dan tentu saja Ware bermain-main dengan unreliable narrator di sini – semua karakter terlihat mencurigakan, menyimpan rahasia, tak terkecuali beberapa tokoh utama merangkap narator buku ini. Saya sudah bisa menebak twistnya dari bagian pertengahan buku, tapi tetap saja penantian penyelesaian misterinya cukup membuat deg-degan.

Anyway, one of Ruth Ware’s best books menurut saya, selevel dengan Turn of the Keys dan The Death of Mrs. Westaways yang sebelumnya mendapat ponten cukup tinggi juga dari saya. Look forward to her next books!

Rating: 4/5

Recommended if you want to read: fast paced thrillers, isolated murder mystery, unreliable narrators, whacky twist, atmospheric setting suspense

Final Girls by Riley Sager

05 Wednesday May 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, contemporary, mystery/thriller, popsugar RC 2021, psychology, thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: Final Girls

Penulis: Riley Sager

Penerbit: Dutton (paperback, 2018)

Halaman: 339p

Beli di: Books and Beyond (IDR 147,500)

Saya jatuh cinta berat dengan Riley Sager saat membaca Home Before Dark tahun lalu, dan langsung berniat membaca semua bukunya yang lain. Final Girls, meski tidak sefenomenal Home, tetap memiliki keseruannya sendiri.

Final girls merujuk pada sebutan untuk beberapa perempuan yang menjadi korban kejahatan pembunuhan massal, namun berhasil menjadi satu-satunya penyintas. Quincy adalah salah satu dari final girls yang berhasil selamat dari pembunuhan massal yang terjadi saat ia dan teman-temannya berlibur di sebuah kabin. Quincy memblok memorinya akan apa yang terjadi di malam naas itu, dan ia tergantung sepenuhnya dengan Xanax untuk bisa melanjutkan hidupnya.

Kini Quincy tinggal di New York, bersama pacarnya Jeff, dan mendedikasikan hidupnya untuk website bakingnya. Satu-satunya yang masih menghubungkannya dengan tragedi masa lalunya adalah Coop, polisi yang menyelamatkan hidupnya dan menjadi tempat curhat Quincy saat mengalami hari yang buruk.

Ketenangan hidup Quincy terusik saat salah satu Final Girls lain, Lisa, ditemukan meninggal dunia secara misterius, dan Sam, Final Girl yang selama ini menghilang, tiba-tiba muncul di depan apartemen Quincy. Quincy pun terpaksa mengingat kembali peristiwa mengerikan yang terjadi bertahun-tahun lalu, terutama karena ia sadar nyawanya pun terancam bahaya.

Final Girls adalah salah satu buku thriller pertama yang ditulis oleh Riley Sager, dan memang, tone serta gaya menulisnya belum se-mature buku-buku setelahnya, terutama Home Before Dark. Tapi Final Girls tetap seru untuk dinikmati dan memiliki elemen-elemen yang penting untuk buku thriller sejenis. Karakter yang misterius, narator yang unreliable, setting yang spooky, berbagai twist dan turn yang agak bisa sedikit tertebak tapi masih tetap mengejutkan. Sager sendiri mengaku sangat menyukai film dan kisah pembunuhan/slasher yang marak di tahun 90an seperti Scream dan I Know What You Did Last Summer, dan nuansa slasher tersebut terasa cukup jelas di buku ini.

Now I will just read whatever Sager writes, and fortunately, there are still quite many of them because he is such a productive writer 🙂

Rating: 3.5/5

Recommend if you like: suspense, unreliable narrator, 90s slasher movie vibes, twisted ending

Submitted for:

Category: A book you think your best friend would like

His & Hers by Alice Feeney

02 Tuesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

bargain book!, british, domestic thriller, ebook, mystery/thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: His & Hers

Penulis: Alice Feeney

Penerbit: Flatiron Books (2020, Kindle Edition)

Pages: 308p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99, bargain!)

Two sides, one story.

Who will you believe?

Pembunuhan di kota Blacktown awalnya tampak seperti kejadian kriminal biasa, namun ternyata setelah itu, menyusul beberapa pembunuhan lain yang mengincar para perempuan yang dulu bersekolah di sekolah yang sama. Motif apakah yang dimiliki si pembunuh?

Kisah yang tampak seperti kisah serial killer standar ini dibuat tidak biasa dengan penuturan dari dua sudut pandang berbeda, yaitu mantan suami istri yang sedikit banyak terlibat dalam persitiwa ini.

She adalah Anna Andrews, reporter BBC yang hidup sendirian di London. Suatu tragedi di masa lalu membuatnya menjadi perempuan yang tidak bahagia, kerap melarikan diri dari masalahnya melalui alkohol. Krisis di tempat kerja membawanya meliput berita pembunuhan di Blacktown, namun rekan-rekan kerjanya tidak tahu kalau Blacktown adalah kampung halaman Anna, tempat ibunya masih tinggal dan tempat tragedi besar pernah terjadi dalam hidupnya.

He adalah Detective Chief Inspector Jack Harper, mantan suami Anna yang pindah ke Blacktown setelah perceraian mereka. Ia bertugas menangani pembunuhan yang amat sangat jarang terjadi di kota kecil tersebut, namun penyelidikannya tidak lepas dari conflict of interest, karena ia mengenal para korban dan bahkan menemukan beberapa barang bukti di mobilnya sendiri.

Narasi yang ditulis silih berganti antara Anna dan Jack merupakan daya tarik utama buku ini, terlebih karena keduanya merupakan unreliable narrators. Banyak bagian yang sengaja mereka hilangkan dari narasi, membuat kita bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa yang tidak jujur?

Buku ini lumayan dark juga, dan pembunuhannya dideskripsikan dengan cukup detail. Di antara kedua narator, ada juga narasi dari “sang pembunuh” yang misterius, yang cukup ambigu dan membuat kita mencoba mencocokkan karakternya dengan beberapa karakter mencurigakan di buku ini.

Overall, His & Hers lumayan memuaskan untuk genre domestic thriller yang penuh dengan twists. Endingnya pun – meski masih bisa tertebak – dijelaskan dengan cukup pas dan masuk akal. Tidak banyak lubang-lubang yang tak terjelaskan, dan semua red herring masih bisa diterima.

Rating: 4/5

Recommended if you like: domestic thriller, unreliable narrators, twisted ending, some British dry plot, serial killer plot, satisfying twists.

All the Missing Girls by Megan Miranda

28 Tuesday Jul 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, english, fiction, mystery, popsugar summer RC 2020, secondhand books, summer, thriller, twist, unreliable narrator

Judul: All the Missing Girls

Penulis: Megan Miranda

Penerbit: Simon & Schuster (2016)

Halaman: 369p

Beli di: @therebutforthebooks

Nicolette Farrell meninggalkan kota kelahirannya, Cooley Ridge di North Carolina, setelah ia lulus SMA, dan Corinne, sahabat baiknya, menghilang tiba-tiba. Tragedi itu memaksanya untuk melupakan tentang kampung halamannya dan membuka lembaran baru, hingga 10 tahun kemudian ia menetap di Philadelphia, meniti karier sebagai konselor di sekolah, dan bertunangan dengan pengacara sukses yang ganteng, Everett.

Namun kondisi ayah Nic yang semakin memburuk, serta rencana keluarganya menjual rumah mereka, membuat Nic mau tidak mau harus kembali ke Cooley Ridge dan menghabiskan musim panas di sana. namun peristiwa menghilangnya Corinne 10 tahun lalu seolah terulang kembali, saat seorang gadis tetangga Nic yang bernama Annaleise, juga menghilang tanpa jejak.

Nic serasa deja vu, apalagi kebanyakan orang yang dicurigai terlibat dalam kasus menghilangnya Corinne masih tinggal di Cooley Ridge dan secara mencurigakan juga terhubung dengan Annaleise. Mulai dari ayah Nic yang di ambang dementia namun sepertinya menyimpan rahasia penting, Tyler, mantan pacar Nic yang sempat berkencan dengan Annaleise, serta Daniel, kakak Nic yang memiliki temperamen panas. Apakah salah satu dari mereka mengetahui apa yang terjadi pada Corinne, dan apakah hal tersebut berhubungan dengan menghilangnya Annaleise?

Yang menarik dari All the Missing Girls sebenarnya bukan kasusnya – yang terbilang cukup “biasa” untuk buku-buku thriller. Yang tidak biasa adalah alur cerita yang dibawa mundur, mulai dari 2 minggu setelah Annaleise menghilang, lalu perlahan-lahan mundur hingga saat terjadinya peristiwa tersebut. Dan apa yang kita ketahui di awal cerita ternyata bukan pijakan yang tepat karena semuanya memiliki makna yang berbeda setelah kita tiba di penghujung buku.

Usaha Megan Miranda patut diacungi jempol, karena memang kisah ini jadi lebih seru dan membuat penasaran dengan alurnya yang mundur tersebut. Hanya saja, memang di beberapa bagian ada yang terasa agak berantakan, a little bit of mess here and there, beberapa loopholes yang lupa ditutup, beberapa penjelasan yang kurang memuaskan. Juga ada beberapa fakta yang agak melenceng dari yang diungkapkan di awal buku. Tapi secara keseluruhan, masih terbilang oke.

Nic adalah unreliable narrator yang meski sering membuat bingung tapi masih bisa relate dengan pembaca. Setidaknya, kisah cinta segitiganya dengan Tyler dan Everett juga tidak diblow up out of proportion dan membuat buku ini terlalu kental nuansa romansnya (satu hal yang saya agak malas dari buku-buku thriller kontemporer!!).

Di sini semuanya masih balance – dan penuturan Megan Miranda cukup enak untuk diikuti. Saya jadi penasaran membaca beberapa bukunya yang lain, yang sepertinya mendapat review yang cukup bagus di mana-mana.

Submitted for:

Category: A summer-set thriller

Eleanor Oliphant is Completely Fine by Gail Honeyman

16 Friday Mar 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

british, contemporary, english, fiction, lovely heroine, mental health, scotland, unreliable narrator

Judul: Eleanor Oliphant is Completely Fine

Penulis: Gail Honeyman

Penerbit: HarperCollinsPublishers (2017)

Halaman: 385p

Beli di: Periplus.com (IDR 109,500)

Pasti sangatlah sulit menulis kisah dengan narator yang unik, memiliki banyak flaws, namun bisa tetap disukai. Dan lebih sulit lagi menulis kisah dengan narator yang ingin kita jadikan teman baik, bahkan setelah ia melakukan hal-hal menyebalkan yang membuat kita menepok jidat saking gemasnya.

Tapi itulah yang berhasil dilakukan Gail Honeyman dengan gemilang lewat buku debutnya ini. Somehow, Gail berhasil menciptakan tokoh Eleanor Oliphant yang awalnya membuat bingung dan bahkan sebal, namun sedikit demi sedikit menimbulkan simpati bahkan rasa sayang dari pembacanya.

Eleanor tinggal sendirian di apartemen kecilnya di kota Glasgow. Ia menjalani rutinitas hariannya (bekerja sebagai akuntan di kantornya, belanja di Tesco, menonton acara dokumenter di TV, pergi ke terapis) tanpa ada seorang pun yang menjadi temannya. Kadang Eleanor bisa tidak bicara dengan siapapun sepanjang akhir pekan, dan pita suaranya seperti serak saat ia menggunakannya kembali di hari Senin.

Masa lalu Eleanor sangat misterius, ada kejadian tragis yang mempengaruhi hidupnya hingga ia menjadi sosok Eleanor yang sekarang ini, yang terisolasi dari dunia luar dan seperti tidak membutuhkan orang lain sama sekali. Namun alih-alih terjebak dengan kisah misteri ala unreliable narrator, Gail justru menggunakan kisah misteri Eleanor sebagai alat untuk kita lebih mengenal dan peduli padanya.

Hidup Eleanor berubah saat ia menonton suatu konser band dan jatuh cinta dengam vokalisnya. Ia bertekad akan mengenal vokalis itu dan menjadikan pasangan hidupnya. Maka dimulailah proyek baru Eleanor, yang melibatkan kejadian konyol, seru namun sangat relatable, seperti kunjungannya ke tempat waxing atau usahanya melakukan makeover. Karena tidak memiliki emosi alias datar, tanggapan Eleanor terhadap setiap kejadian memang jadi campuran antara kasihan, lucu dan miris.

Namun selama melakukan proyeknya, Eleanor justru dikejutkan oleh berbagai pengalaman tak terduga yang ia alami, orang-orang baru yang ia jumpai yang ternyata bisa menjadi temannya. Dan sedikit demi sedikit ia mulai menyadari kalau hidup sendirian dan tak butuh orang lain itu tak selamanya enak. Dan sebagai manusia, wajar saja bila ia membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

Eleanor Oliphant is Completely Fine adalah sebuah kisah bersahaja yang sederhana, tidak over the top, dengan plot yang biasa saja, namun berhasil ditulis dengan amat baik, dengan indah, dengan pas, sehingga di akhir buku, saya hanya ingin yang terbaik untuk Eleanor dan berharap bisa berteman dengannya.

Buku ini adalah kejutan yang menyenangkan buat saya, karena biasanya saya kurang cocok dengan gaya penulis Inggris (atau Scottish kalau di sini) yang serba suram, kering dan lambat. Namun entah kenapa Gail Honeyman sama sekali tidak masuk ke stereotipe tersebut. Padahal kisah Eleanor berpotensi kuat menjadi kisah yang suram dan lambat, apalagi hanya berfokus pada satu karakter dengan tingkat depresi tinggi.

Satu hal lagi: Gail Honeyman adalah contoh nyata dari pepatah klise tidak ada kata terlambat dalam mengejar mimpi. Ia menulis novel pertamanya setelah merayakan ulang tahun ke-40, dan sejauh ini Eleanor Oliphant sudah memenangkan berbagai penghargaan termasuk Costa Award yang bergengsi. Jadi… nothing is impossible, and age is just a number!

The Movie?

Berita baiknya, perusahaan baru Reese Witherspoon, Hello Sunshine, yang memang spesialisasi produksi film dari adaptasi novel, sudah membeli hak buku ini untuk dijadikan film. Rata-rata film yang diproduksi oleh Hello Sunshine menuai sukses dan meski diadaptasi dari novel, jarang mendapat kritikan tajam seperti kebanyakan film berbasis buku pada umumnya. Mungkin karena Reese memang seorang kutu buku (yang juga memiliki bookclub beken di Instagram), yang tidak rela buku favoritnya dirusak saat diangkat ke layar lebar. Way to go, Reese!

Submitted for:

Category: A book from a celebrity book club

 

Sorry to Disrupt the Peace by Patty Yumi Cottrell

19 Tuesday Sep 2017

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

america, bbi review reading 2017, contemporary, debut, dysfunctional family, english, fiction, popsugar RC 2017, special needs, unreliable narrator

Judul: Sorry to Disrupt the Peace

Penulis: Patty Yumi Cottrell

Penerbit: Mcsweeney’s San Francisco (2017)

Halaman: 263p

Beli di: Kramerbooks and Afterwords (USD 24)

Helen Moran berusia 32 tahun, single, tidak punya anak, lulusan universitas, dan bekerja sebagai pendamping bagi remaja bermasalah di New York.

Dari awal, kita disuguhi oleh narasi yang aneh, tidak meyakinkan, dan sangat gloomy, oleh sosok Helen yang penuh misteri. Sepanjang kisah kita diajak menebak-nebak ada apa yang salah dengan diri Helen. Dan semakin jauh kita dibawa ke dunia Helen, makin banyak pula lapisan absurditas yang terbuka satu demi satu.

Drama dimulai saat Helen menerima kabar dari seorang kerabatnya bahwa adik angkatnya meninggal dunia karena bunuh diri. Kabar ini mengejutkan Helen, meski ia sudah cukup lama tidak berhubungan dengan keluarga angkatnya yang tinggal di Milwaukee, di kota kecil bagian tengah Amerika Serikat.

Helen memutuskan untuk datang sendiri ke Milwaukee, menghadiri pemakaman adiknya dan menyelidiki alasan mengapa adiknya memutuskan untuk bunuh diri. Ia bertekad akan memecahkan misteri ini hingga selesai.

Namun perjalanan ke kota masa kecilnya membuat Helen mengalami flashback dan distraksi yang kerap mengganggunya dari penyelidikannya. Kedua orang tua angkatnya yang selalu bersikap dingin, para tetangga yang mencurigakan dan bahkan teman-teman adiknya yang tidak banyak, ternyata belum bisa memberikan pencerahan bagi Helen tentang misteri kematian adik angkatnya.

Namun perjalanan pulang ini juga membuka mata Helen tentang hidupnya sendiri, masa lalunya dan segala hal yang memengaruhi masa kini dan masa depannya. Dan ia harus bisa menerima kenyataan sepahit apapun itu, dan mengambil keputusan yang akan mengubah pandangannya tentang hidupnya dan hidup adik angkatnya.

Sorry to Disrupt the Peace adalah novel debut Patty Yumi Cottrell, yang menurut saya cukup berani bereksperimen dengan gaya penulisan yang tidak biasa. Nuansa gelap, depresif dan murung menjadi tone yang kuat menguasai keseluruhan kisah. Helen Moran adalah narator yang tidak bisa dipercaya, dengan suara yang kurang bisa disukai, tapi toh tetap memikat dengan keanehannya. Tidak adanya tanda baca yang menandai dialog menyebabkan buku ini terasa sunyi, sedikit mirip dengan kesan yang didapatkan saat membaca The Road (Cormac McCarthy).

Keunikan-keunikan Helen dan kehidupannya yang absurd juga membuat buku ini kadang terasa sulit untuk diikuti, karena pembaca akan dibuat bingung ke mana buku ini akan membawa mereka. Saran saya, lower your expectation and just enjoy the ride. Anggap saja perjalanan penuh kejutan yang akan membawa kita ke destinasi yang tak terduga.

Bukan debut yang terbaik, tapi cukup menjanjikan di kancah literatur kontemporer.

Submitted for:

Category: A book you bought on a trip

Kategori: Debut Authors

The Dinner by Herman Koch

27 Thursday Apr 2017

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

bbi review reading 2017, dutch, english, europe, fiction, mystery, popsugar RC 2017, psychology, twist, unreliable narrator

Judul: The Dinner

Penulis: Herman Koch

Penerjemah: Sam Garrett (dari Bahasa Belanda)

Penerbit: Hogarth (2009)

Halaman: 292p

Beli di: Better World Books (USD 7, disc 20%)

Dua pasang suami istri makan malam bersama di sebuah restoran mewah di Amsterdam. Paul (narator kisah ini) dan istrinya Claire, sebenarnya tidak terlalu suka dengan rencana ini, namun mereka tidak punya pilihan lain dan akhirnya menuruti saran Serge dan istrinya Babette untuk bertemu di restoran tersebut.

Topik penting yang harus mereka bicarakan menyangkut kedua anak laki-laki mereka yang sudah remaja, yang sedang menghadapi masalah besar. Namun mereka kerap menunda inti persoalan dan malah membicarakan hal-hal lain yang kurang penting, dari mulai film terbaru Woody Allen sampai rumah peristirahatan di Prancis. Seiring hidangan demi hidangan mewah yang disajikan oleh pelayan restoran, ketegangan pun semakin memuncak dan pembaca diajak untuk bertanya-tanya, kapankah masalah sesungguhnya akan terkuak?

Sementara itu, di sela-sela pembicaraan, Paul mengajak pembaca untuk menelusuri masa lalu, dan kembali ke awal mula terjadinya masalah. Sedikit demi sedikit, misteri mulai terbuka dan kita dihadapkan pada kejutan demi kejutan.

Saya sebenarnya cukup kagum dengan ide Herman Koch yang menggabungkan unsur misteri keluarga dengan setting restoran mewah. Simbol-simbol hidangan, dari aperitif hingga dessert, cukup bisa mewakili memuncaknya konflik secara perlahan-lahan sampai akhirnya meledak di bagian akhir.

Namun terus terang saja, plotnya sendiri menurut saya kurang meyakinkan dan agak sedikit dipaksakan. Berikut beberapa complaint saya:

Pertama, Paul sebagai unreliable narrator digambarkan kurang konsisten. Memang, narator model begini (seperti pada buku Gone Girl atau The Girl in The Train) seringkali sengaja diciptakan seperti itu oleh para penulis, untuk mengecoh pembaca dan menciptakan twist seru di sepanjang kisah. Tapi penggambaran karakter Paul sendiri menurut saya agak off, kurang bisa digali lebih dalam, sehingga berbagai fakta tentang dirinya yang terkuak di sepanjang buku, terasa seperti random facts yang dipaksakan.

Kedua, rasanya aneh juga mengapa dua pasangan ini, yang berkerabat dekat, memutuskan untuk bertemu di restoran mewah untuk membicarakan hal yang begitu pribadi. Apalagi Serge digambarkan sebagai public figure yang kehadirannya selalu menarik perhatian orang banyak. Mengapa mereka tidak bicara di rumah saja? Atau kalau ingin tempat yang lebih netral, menyewa ruangan khusus di sebuah restoran? Toh Serge mampu untuk melakukan semua itu. Ketidakkonsistenan inilah yang menurut saya menjadi kelemahan utama kisah The Dinner, yang menjadikan setting restoran sebagai plot dan tools utamanya dalam berkisah, tetapi tidak memberikan latar belakang yang cukup meyakinkan sehingga kita serasa hanya disodorkan dengan paksa setting tersebut tanpa boleh bertanya alasan di baliknya.

Ketiga, ending. Endingnya!!! Saya tahu, ending happily ever after sudah kurang laku di zaman sekarang, apalagi untuk kisah psychology mystery yang disajikan oleh unreliable narrator. Tapi… apa ngga ada ending yang lebih mending ya? Sudah karakternya sulit untuk disukai, endingnya membuat kita ingin menggetok para karakter tersebut. Benar-benar bikin depresi.

Kesimpulannya? Untuk yang suka kisah-kisah ajaib dengan unreliable narrator dan karakter yang unlikable, silakan mencicipi The Dinner. Tapi kalau saya pribadi, masih tidak mengerti kenapa buku ini menggondol lumayan banyak penghargaan. Hmm…

TRIVIA

Bulan Mei ini, film The Dinner akan dirilis, dengan pemain utama Richard Gere sebagai Stan (bukan Serge!) Lohman, dan Steve Coogan sebagai Paul Lohman. Anehnya, nama Serge dan Babette diganti menjadi Stan dan Katelyn di buku ini. Entah apa alasannya 😀

Submitted for:

Category: A book with an unreliable narrator

Kategori: Buku Pengarang Lima Benua (Eropa)

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • The Girl of Ink & Stars by Kiran Millwood Hargrave
    The Girl of Ink & Stars by Kiran Millwood Hargrave
  • The Secret History
    The Secret History
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
    Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...