• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: summer

Midsummer Mysteries by Agatha Christie

16 Tuesday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

agatha christie, british, classic, english, fiction, poirot, read christie 2021, short stories, summer

Judul: Midsummer Mysteries

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollins Publisher (2021)

Halaman: 255p

Beli di: Waterstones.com (£ 14.99)

First of all – the cover art of this edition is gorgeous!!! Dari mulai pemilihan font yang playful, kombinasi warna kuning dan biru cerah yang berkesan amat summery, sampai desain endpapers nya, semua terasa pas dan menjadikan buku ini amat collectible.

Dan memang, ke-12 kisah berlatar belakang musim panas dalam buku ini sudah pernah diterbitkan di buku atau kumpulan cerpen Agatha Christie sebelumnya, sehingga tujuan utama saya membeli buku ini (selain ikut dalam #ReadChristie2021 edisi bulan Agustus) memang untuk mengoleksinya. Kebetulan, saya juga membeli Midwinter Murders dengan edisi cover yang sama.

Midsummer Mysteries, sesuai dengan judulnya, dikurasi berdasarkan musim yang melatarbelakangi cerita, yaitu musim panas. Dan memang, aura kisah-kisah dalam buku ini kebanyakan lebih ringan dan ceria dibandingkan karya Christie pada umumnya. Pemilihan kisahnya sendiri cukup bervariasi, ada yang menampilkan Poirot, Miss Marple, Parker Pyne, Tommy dan Tuppence, bahkan Mr. Quin yang jarang-jarang muncul.

Beberapa favorit saya termasuk “Jane in Search of a Job”, yang ringan dan berbau petualangan, tentang seorang gadis yang ditawarkan pekerjaan unik, namun ternyata memiliki konsekuensi yang sinister. Lalu ada juga Rajah’s Emerald, mungkin merupakan salah satu kisah paling kocak yang pernah ditulis Christie, tentang seorang pemuda bernama James Bond (really!) yang menemukan permata curian saat sedang berlibur di pantai.

Tidak semua kisah dalam buku ini berbau petualangan seru dengan bumbu romans, karena ada beberapa cerita yang lebih gelap, sangat kontras dengan latar belakang musim panas yang biasanya ceria. “The Idol House of Astarte” diambil dari kumpulan kisah The Thirteen Problems yang menampilkan Miss Marple, bercerita tentang pembunuhan yang terjadi saat malam musim panas yang dihantui oleh legenda superstitions setempat. Lalu ada juga “The Incredible Theft”, di mana Poirot menangani sebuah kasus yang amat kental muatan politiknya, dan tema mata-mata serta pengkhianatan menjadi bumbu utamanya.

Secara keseluruhan, meski ke-12 kisah dalam buku ini tidak bisa dibilang karya kelas A Agatha Christie, namun nuansanya sangat pas dengan tema Midsummer Mystery. Saya merekomendasikannya untuk pembaca yang ingin membaca karya-karya underrated Christie, atau yang ingin bersantai ditemani segelas air jeruk dingin.

Rating: 4/5

Recommended if you want to read: summery stories, light mysteries, underrated Agatha’s with various detectives

Submitted for:

August: A Story Set by the Seaside

The Last Time I Lied by Riley Sager

19 Thursday Aug 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

bargain book!, ebook, english, summer, thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: The Last Time I Lied

Penulis: Riley Sager

Penerbit: Dutton (2018, Kindle edition)

Halaman: 384p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99, bargain!)

Emma Davis memiliki pengalaman buruk di Camp Nigthingale, saat ia dikirim untuk menghabiskan musim panasnya 15 tahun yang lalu. Hilangnya tiga anggota kabinnya menyebabkan trauma mendalam dalam diri Emma, yang ia tuangkan ke dalam lukisan, dan ironisnya, malah menjadikannya seniman yang sukses dan terkenal.

Karya Emma mempertemukannya kembali dengan Francesca Harris-White, pemilik sekaligus ikon Camp Nightingale yang ingin kembali membuka camp tersebut setelah ditutup akibat tragedi yang terjadi di sana 15 tahun lalu. Meski tidak ingin kembali ke sana, Emma juga merasa ia perlu melakukan napak tilas, dan diam-diam berharap bisa menemukan jejak teman-teman sekabinnya yang masih tidak diketahui keberadaannya, terutama Vivian, yang menjadi semacam sosok figur kakak perempuan idola bagi Emma.

Maka, Emma pun kembali ke Camp Nightingale, kali ini sebagai instruktur seni. Namun ketika tragedi yang sama terulang kembali, dan tiga orang anak yang dekat dengannya menghilang tanpa jejak, kecurigaan beralih pada dirinya. Dan Emma harus melakukan segala sesuatu untuk membuktikan dirinya tidak bersalah.

Riley Sager sudah resmi menjadi penulis auto-read saya sekarang ini, dan sepertinya apapun yang dia tulis bakal saya baca juga, dengan hasil yang rata-rata cukup memuaskan. The Last Time I Lied menjadi salah satu buku dengan unreliable narrator yang paling baik yang pernah saya baca. Vague tapi tidak membuat bingung, mencurigakan tapi memiliki penjelasan masuk akal, dan yang pasti tidak terasa memanipulasi pembaca. So, all things checked for a great thriller book!

Saya juga menyukai setting yang disuguhkan Sager di sini. Camp musim panas, karena memang bukan merupakan hal yang biasa di Indonesia, selalu membuat saya tertarik. Mengirimkan anak-anak selama satu atau dua bulan, bergabung dengan sekelompok anak lain, berbagi kabin, melakukan kegiatan outdoor maupun aktivitas seni dan sejenisnya, menurut saya adalah sesuatu yang luar biasa. Terbayang berpisah dengan anak-anak sekian lama, ditambah lagi kita harus benar-benar percaya dengan pihak penyelenggara. Dan tidak heran banyak kisah horror dan thriller era 80-90an mengambil setting di summer camp.

Setting yang hidup dan mudah dibayangkan menjadi kekuatan utama buku ini. Dan meski Emma tidak terlalu membuat saya bersemangat, tapi karakter-karakter lain, terutama anak-anak yang menghilang saat ia menjadi konselor, mampu menghidupkan buku ini dengan dialog-dialog yang real.

What a nice treat for a summer read! Can’t wait for the next Sager’s books!

Rating: 4/5

Recommended if you like: thriller, summer books, unreliable narrators, twisted endings, quirky characters

The Cousins by Karen M.McManus

05 Tuesday Jan 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

dysfunctional family, mystery, mystery/thriller, popsugar RC 2021, summer, twist, young adult

Title: The Cousins

Writer: Karen M. McManus

Publisher: Penguin Books (2020)

Pages: 325p

Bought at: Periplus (IDR 147k, disc 10%)

Karen M. McManus adalah salah satu penulis yang cukup konsisten dan produktif, hampir setiap tahun menelurkan buku baru dengan genre yang sama, young adult thriller/mystery. Ciri khasnya adalah karakter generasi millenials atau Gen-Z, dengan latar belakang kota kecil atau komunitas sempit yang penuh dengan orang-orang mencurigakan dan rahasia masa lalu suram, dan tentu saja – kejahatan yang biasanya berhubungan dengan pembunuhan.

Meski formulanya terasa mirip-mirip, McMannus cukup kreatif untuk mengolahnya menjadi kisah dengan sudut pandang baru yang lumayan menyegarkan. Tak terkecuali di buku The Cousins, yang kali ini berkisah tentang keluarga kaya, the Storys, yang memiliki rahasia masa lalu yang mengubah kehidupan generasi mendatang secara drastis.

Keluarga Story terkenal karena memiliki resort mewah di sebuah pulau kecil di wilayah East Coast. Namun tak lama setelah kematian Mr. Story, Mrs. Story memutuskan hubungan dengan keempat anaknya, dan menghapus mereka dari daftar pewaris keluarga. Alasannya sangat misterius, hanya disampaikan oleh pengacaranya lewat sepucuk surat singkat dengan kalimat aneh “You know what you did”.

Namun, keempat anak Story merasa tidak tahu apa yang sudah mereka perbuat hingga membuat ibu mereka murka dan memutuskan hubungan dengan mereka. Keempatnya pun mencari jalan hidup masing-masing. Adam, si sulung, menjadi penulis buku yang terjebak dalam writer block, Anders terlibat kasus investasi mencurigakan, Alyson tinggal di NYC namun bercerai dari suami yang sebenarnya amat baik, sedangkan Archer si bungsu menghilang entah ke mana.

Namun di suatu musim panas, ketiga cucu keluarga Story menerima surat dari nenek mereka, Mildred, yang meminta mereka datang ke resort untuk bekerja selama musim panas, sekaligus saling mengenal lebih dekat. Maka para sepupu yang sudah lama tidak bertemu pun akhirnya bereuni kembali. Aubrey (anak Adam), Milly (anak Alyson), dan Jonah (anak Anders) tidak tahu apa yang akan mereka hadapi, namun masing-masing mendapatkan beban dan orang tua mereka, untuk mengambil hati sang Nenek dan mengembalikan mereka ke daftar pewaris keluarga Story.

Kisah ini agak mengingatkan saya dengan We Were Liars, karakter keluarga kaya yang memiliki pulau di East Coast, para sepupu dengan hubungan unik, dan masa lalu misterius yang mengubah nasib keluarga tersebut. Bagaimanapun, saya cukup menikmati buku ini. Saya suka dinamika antara Aubrey, Milly, dan Jonah, serta menebak-nebak rahasia kelam keluarga (yang sebenarnya cukup bisa tertebak, tapi beberapa red herring lumayan membuat seru kisah ini). Ada plot yang agak terlalu fantastis di bagian akhir, namun penjelasan yang diberikan masih bisa diterima.

Overall, this is a pretty decent book, cukup ringan namun tidak terlalu klise, dan tidak seperti kebanyakan buku thriller YA, karakter-karakternya tidak terlalu annoying.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: dysfunctional family stories, snobbish people, dark but not too gritty mysteries, East Coast setting, summer thrillers, and twisted endings.

Submitted for:

Category: A book with a family tree

Camp by Lev A.C. Rosen

23 Friday Oct 2020

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

camp, LGBT, popsugar summer RC 2020, romance, summer, vacation, young adult

Judul: Camp

Penulis: L.C. Rosen

Penerbit: Little, Brown Books (Kindle Edition, 2020)

Halaman: 384p

Beli di: Amazon.com (USD 7.99)

Camp mungkin adalah salah satu buku paling “Gen-Z” yang pernah saya baca. Seluruh isi ini seolah ingin meneriakkan identitasnya sebagai buku yang sarat dengan isu-isu kekinian yang dianggap penting oleh generasi sekarang.

Isu identitas, gender, equality, diversity, inclusion, dan sejenisnya, dikupas habis di sini, dengan latar belakang summer camp khusus untuk anak-anak queer.

Randy merupakan pengunjung tetap camp ini sejak ia berusia 12 tahun (dan sudah coming out di hadapan orang tua yang sangat suportif)- namun tahun ini ia mengubah total identitasnya, dari mulai penampilannya (yang sekarang lebih maskulin dan berotot), namanya (dia minta dipanggil Del), dan bahkan aktivitasnya (Randy adalah anak teater sejati, sedangkan Del lebih “tertarik” dengan aktivitas sporty).

Alasan Randy alias Del bertransformasi total adalah karena ia ingin merebut perhatian Hudson, cowok super ganteng yang sudah menjadi gebetannya di camp sejak dulu, namun tidak pernah menaruh perhatian padanya. Randy bertekad ingin menaklukkan Hudson yang terkenal sebagai cowok playboy, dan membuat Hudson ingin menjalin hubungan serius dengannya.

Namun – apakah segala perubahan dan transformasi ini worth it? Apa gunanya bila ia berhasil menggaet Hudson, tapi yang disukai Hudson adalah Del, sosok alter ego Randy yang bahkan amat sangat berbeda dengan sosoknya yang asli?

Camp merupakan buku coming of age bertema LGBT yang sangat sweet – selain unsur romance yang pas (tidak terlalu menye-menye tapi tetap manis), karakter-karakter yang meyakinkan (semuanya terasa seperti teman sendiri), Camp juga membuat saya aware dengan kompleksitas isu LGBTQ. Dari mulai perbedaan identitas masing-masing orang (ada panseksual, demiseksual, non binary, dan banyak lagi), serta masalah yang mereka hadapi dalam mengekspresikan identitas tersebut ke dunia luar.

Bahkan Hudson yang kelihatannya adalah just another jock boy (although he’s gay), ternyata menyimpan banyak isu yang rumit, seperti pandangan ayahnya yang seolah menerima identitasnya sebagai gay, asalkan ia bisa menjadi gay yang maskulin (so – there’s no theatre, musical, drag queen, glitters, etc). Dan kompleksitas ini terasa real, karena karakter-karakter yang ada juga terasa sangat real.

Meski saya sering merasa agak terlalu tua membaca buku yang amat kental isu kekiniannya ini, saya merasa bersyukur juga bisa menemukan buku seperti ini, yang membuka wawasan saya lebih lagi, terutama catching up dengan generasi sekarang yang kadang terasa melaju terlalu cepat.

Oiya, ada beberapa adegan seksual yang cukup eksplisit di sini, meski menurut saya porsinya masih cukup pas karena berkaitan erat dengan jalan ceritanya, tapi mungkin memang perlu ada batasan umur yang jelas dan ke-mature-an dari pembaca untuk bisa mengerti isi buku ini 🙂

Submitted for:

Category: A book involving a summer romance

To Night Owl from Dogfish by Holly Goldberg Sloan & Meg Wolitzer

13 Tuesday Oct 2020

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

children, english, family, fiction, holiday, LGBT, middle grade, popsugar summer RC 2020, summer

Judul: To Night Owl from Dogfish

Penulis: Holly Goldberg Sloan & Meg Wolitzer

Penerbit: Egmont (2019)

Halaman: 304p

Beli di: Bookdepository (IDR 145,375)

This is probably one of the cutest books I’ve ever read.

Avery dan Bett adalah dua anak perempuan yang sepertinya tidak memiliki banyak persamaan. Avery tinggal di New York, Bett di California. Avery adalah seorang introvert sejati, sementara Bett merupakan contoh sempurna dari seorang extrovert. Avery takut hampir segala hal, memiliki banyak jenis alergi, sedangkan Bett adalah seorang petualang yang gemar mencoba hal-hal baru.

Namun dunia mereka yang sangat berbeda mendadak harus dipersatukan karena kedua ayah mereka (yang gay dan sama-sama single father), bertemu dan jatuh cinta, dan memutuskan (secara sepihak) bahwa kedua anak mereka harus bersahabat, dan saling mengenal lewat camp CIGI selama musim panas ini.

Avery dan Bett tentu saja tidak mau menerima keputusan ini, apalagi karena mereka merasa tidak ada kecocokan satu sama lain. Namun kedua ayah mereka sepakat mengirim anak perempuan mereka ke CIGI, sementara mereka berlibur ke China.

Lewat korespondensi email, kita disuguhi percakapan Bett dan Avery, yang awalnya saling antipati, namun lama kelamaan malah menjadi dekat. Bahkan setelah bertemu di Camp, hubungan mereka bertambah erat, meski keduanya sadar mereka amat berbeda.

Namun – seperti layaknya film The Parent Trap – saat mereka sudah merasa seperti kakak beradik, datang kabar mengejutkan dari ayah mereka, yang akan mengancam rencana masa depan mereka membentuk keluarga baru. Maka, rencana demi rencana pun disusun, dengan bantuan ibu Avery, nenek Bett, serta banyak sahabat yang sudah menjadi seperti keluarga mereka.

Buku ini adalah buku yang sangat manis, kental dengan suasana musim panas, aroma persahabatan dan kekeluargaan. Konflik yang muncul terasa pas, tidak terlalu dramatis dan masih realistis. Karakter-karakternya pun menyenangkan, mudah untuk merasa relate dengan mereka, meski buku ini ditulis lewat format email dan surat, yang seringkali terjebak dalam kekurangan penggambaran para karakternya. Untungnya, Night Owl tidak seperti itu, karena kita masih diberi kesempatan mengenal para karakternya lewat komunikasi email yang cukup efektif.

Saya juga suka endingnya yang bittersweet, tidak klise dan terasa pas dengan tone keseluruhan buku, yang memiliki pesan singkat: kamu bisa memilih keluargamu sendiri.

Heartwarming and full of summer vibes, this book is a perfect reading for kids and adults alike 🙂

Submitted for:

Category: A book about camping or summer camp

Summer Sisters by Judy Blume

14 Monday Sep 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, coming of age, english, fiction, popsugar summer RC 2020, rereading, romance, summer

Judul: Summer Sisters

Penulis: Judy Blume

Penerbit: Dell Publishing (2001)

Halaman: 399p

Beli di: Hawaii, 2003 🙂

Kalau ada satu novel bersetting summer yang bisa membuat saya diserang wabah nostalgia hebat, itu adalah Summer Sisters. Judy Blume memang paling piawai menulis buku dengan tema coming of age, persahabatan, cinta pertama, dan segala hal remeh temeh masa remaja hingga dewasa, terutama dengan setting tahun 80 atau 90-an.

Saya pertama kali membeli dan membaca buku ini di tahun 2003, saat terdampar di Hawaii secara tak terduga. Dikelilingi oleh pantai dan suasana menjelang summer, namun belum benar-benar memasuki musim panas, buku ini benar-benar cocok dengan keadaan saya waktu itu. Dan kini, saat saya memutuskan untuk rereading buku ini lebih dari 15 tahun kemudian, perasaan itu tetap tak berubah.

Premis kisah Summer Sisters cukup simple, seperti kebanyakan buku karya Judy Blume. Yang membuatnya istimewa adalah gaya menulis Blume yang seolah effortless, membawa kita masuk ke dalam setiap karakternya dan seolah benar-benar berada bersama mereka.

Musim panas tahun 1977 mengubah hidup Vic yang pendiam dan biasa-biasa saja, ketika Caitlin Somers, anak perempuan populer di sekolahnya, memilih Vic untuk ikut menghabiskan liburan musim panas di rumah ayahnya di Martha’s Vineyard. Vic yang berasal dari keluarga pas-pasan tidak pernah membayangkan akan menghabiskan liburan bersama keluarga Caitlin yang termasuk keluarga kaya lama.

Liburan tersebut merupakan awal persahabatan Vic dengan Caitlin, yang mengangkatnya sebagai “the summer sister”. Mereka menghabiskan tahun demi tahun di liburan musim panas untuk bertumbuh dewasa, mengenali hati dan tubuh mereka, bahkan jatuh cinta dengan cowok-cowok pulau yang merupakan penduduk lokal Martha’s Vineyard.

Persahabatannya dengan Caitlin juga membuka pintu masa depan Vic, yang seolah menemukan keluarga angkat yang terus mensupportnya untuk meraih cita-citanya lewat pendidikan terbaik, sesuatu yang tidak pernah Vic bayangkan sebelumnya. Namun konflik antara memilih karier, jodoh, dan persahabatannya dengan Caitlin, kerap mewarnai hidup Vic dan bahkan sempat membuat persahabatannya dengan Caitlin terganggu.

Hingga suatu hari, Caitlin menghubunginya dan mengabari rencananya menikah dengan cinta pertama Vic…

Summer Sisters benar-benar buku yang gampang diikuti karena kita seolah larut dalam kehidupan para karakternya. Blume sering kali berfokus pada karakter berbeda di setiap chapternya, sehingga kita tidak hanya melihat dari sudut pandang Vic saja. Efeknya adalah saya jadi merasa lebih relatable dengan karakter lainnya, termausk karakter-karakter pendukung seperti kakak lak-laki Caitlin, saudara dan ibu tirinya, hingga cinta pertama Vic yang bernama Bru.

Tentu saja buku ini tidak akan terlalu relevan bila dibaca oleh generasi masa kini. Ada kesan kuno dan nostalgic yang sangat kental, yang membuat Summer Sisters seolah terpatri di era 80-90an. Settingnya, judul lagu yang menjadi pengantar chapter di periode yang berbeda, hingga karakter-karakternya yang hampir 100% kulit putih – it won’t really sell in this era, for sure. Tapi saya sendiri masih amat menikmati membaca ulang buku ini, yang membawa saya seolah kembali ke masa 90an yang tenang, damai, dan bahagia 🙂 This is a true escapism for me.

Submitted for:

Category: A book that makes you nostalgic for summer (rereads welcome)

The Summer of Bad Ideas by Kiera Stewart

04 Friday Sep 2020

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

adventures, america, english, family, fiction, lovely heroine, middle grade, popsugar summer RC 2020, summer

Judul: The Summer of Bad Ideas

Penulis: Kiera Stewart

Penerbit: HarperCollins Publishers (2017)

Halaman: 296p

Beli di: Big Bad Wolf (IDR 70k)

Di belahan dunia Barat, khususnya Amerika Serikat, buku-buku summer menjadi “genre” tersendiri yang kerap ditunggu-tunggu kehadirannya. Mungkin karena summer di sana identik dengan masa santai atau liburan panjang, khususnya bagi anak sekolah dan kuliah, yang kadang panjangnya bisa lebih dari dua bulan.

Karenanya summer seringkali dijadikan waktu untuk bertualang, berefleksi, membawa perubahan ataupun membuka lembaran baru sebelum memulai cycle baru. Saya sendiri cukup menyukai buku-buku bergenre summer, yang biasanya memiliki gaya bahasa yang santai, setting yang hangat, dan tema yang inspiratif.

The Summer of Bad Ideas merupakan buku bersetting summer yang ditujukan bagi pembaca middle grade, dan menurut saya berhasil memenuhi ekspektasi sebagai buku summer yang menyenangkan.

Edie, sang karakter utama, terpaksa mengikuti orang tuanya berlibur di Florida, untuk membereskan rumah mendiang neneknya yang akan dijual. Meski kecewa tidak bisa menghabiskan musim panas dengan sahabatnya, Taylor, Edie cukup bersemangat untuk mengenal Rae, sepupu yang belum pernah ia temui dan masuk dalam kategori anak cool.

Edie yang pada dasarnya introvert dan nerdy, ingin membuat Rae terkesan, dengan mengusulkan kegiatan musim panas yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia menemukan list berisi kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan oleh Petunia, nenek mereka yang adventurous saat ia masih seusia mereka.

Menangkap ular dengan tangan kosong, menemukan harta terpendam, membuat wish saat bintang jatuh, dan memeluk seseorang yang tidak ingin kau peluk – adalah sebagian isi daftar yang Edie dan Rae coba untuk lakukan, sekaligus mengenang kehidupan Petunia yang penuh warna.

Namun ternyata, mencentang daftar tersebut tidaklah mudah, dan Edie menemukan banyak kendala yang bahkan merusak hubungannya dengan Rae. Namun di tengah semua tantangan tersebut, Edie juga menemukan banyak pengalaman baru, teman-teman baru, dan hal baru tentang dirinya sendiri.

The Summer of Bad Ideas menurut saya merupakan buku yang cukup solid, memiliki elemen-elemen yang pas untuk buku middle grade: interesting heroine, strong character development, great adventures, dan setting yang digambarkan dengan cukup detail dan unik. Kisah penemuan jati diri atau sejenisnya memang cukup klise, tapi Kiera Stewart adalah penulis yang baik, yang bisa menyajikan kisahnya dengan hidup, menimbulkan rasa simpati kita pada Edie, dan terhubung dengan keluarganya yang aneh namun menyenangkan. A recommended summer book, indeed.

Submitted for:

Category: A book with “summer” in the title

The Loose Ends List by Carrie Firestone

04 Tuesday Aug 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

death, dysfunctional family, ebook, english, fiction, new adult, popsugar summer RC 2020, romance, sicklit, summer, travel, vacation

Judul: The Loose Ends List

Penulis: Carrie Firestone

Penerbit: Little, Brown Books (2016, Kindle Edition)

Halaman: 368p

Beli di: Amazon.com

Maddie memiliki banyak rencana untuk musim panas terakhirnya sebelum memulai kuliah. Terutama, ia ingin melakukan hal-hal yang sudah ia catat di “loose ends list” – nya, yaitu hal-hal yang masih harus dilakukan, masih membutuhkan closure, dan lain-lain, sebelum ia mengawali fase baru dalam hidupnya.

Namun rencananya berantakan saat tiba-tiba nenek yang sangat disayanginya mengumumkan kalau ia mengidap penyakit kanker stadium akhir dan sedang sekarat, dan sebagai hadiah terakhir bagi keluarganya, ia ingin mereka semua menghabiskan dua bulan musim panas berlayar keliling dunia dengan Wishwell Cruise.

Namun itu bukan sembarang pelayaran, karena cruise tersebut khusus diperuntukkan bagi orang-orang yang sedang sekarat atau menderita penyakit yang sudah tidak mungkin disembuhkan, dan memberi kesempatan pada mereka untuk menghabiskan hari-hari terakhir bersama keluarga, sebelum akhirnya mereka mengambil tindakan euthanasia. Seperti kata nenek Maddie, ini adalah cara untuk pergi dari dunia dengan penuh integritas dan harga diri. Karena ia (seperti juga banyak orang yang bergabung di Wishwell), tidak ingin hari-hari terakhirnya dihabiskan di rumah sakit, dengan obat-obatan dan menyusahkan keluarga serta orang lain.

Maka dimulailah petualangan Maddie, sekaligus mencari cara untuk melepaskan neneknya, dan menemukan banyak teman baru yang membuka pikiran dan hatinya.

Yang saya suka dari buku ini adalah temanya yang unik. Pelayaran khusus untuk orang-orang sekarat? Euthanasia di tengah samudera? Dan sambil bersenang-senang, pula, melihat berbagai tempat dan negara yang menarik dan eksotis. Carrie Firestone merupakan penulis yang luwes, menggambarkan dengan ringan suasana di atas kapal pesiar serta negara-negara yang mereka kunjungi, sehingga menambahkan kesan liburan musim panas dengan amat jelas, dan cukup kontras dengan maksud dari pelayaran tersebut, yang tentu saja berkaitan dengan tema kematian.

Namun ada hal-hal yang saya kurang sreg juga dari buku ini. Karakter utamanya, Maddie, bukanlah orang yang mudah mengundang simpati. Cewek kulit putih dari keluarga kaya raya, yang seringkali annoying tapi anehnya dipuja semua anggota keluarga (dan cowok gebetannya di kapal pesiar). Keluarganya pun sama saja, dengan segala first world problem yang menunjukkan privilege mereka. Meski ada beberapa bagian yang lucu, dan gaya penulisan Firestone yang ceria, namun ada dialog-dialog dan jokes yang menurut saya disajikan dengan kurang pas, terutama yang menyangkut disabilitas dan perbedaan budaya. Saya rasanya mau mengamuk saat Maddie mengeluh tentang makanan Taiwan yang memuakkan, serta penggambaran masyarakatnya yang seolah masih terbelakang. Padahal Taiwan adalah salah satu negara paling maju di Asia!

Anyway – The Loose Ends List bukan buku yang buruk, sebenarnya, hanya saja menurut saya banyak hal yang perlu direconsider oleh sang penulis, termasuk banyak sekali penis jokes yang sanga immature XD Oh well.

Submitted for:

Category: A book that takes place during the summer before high school or college

All the Missing Girls by Megan Miranda

28 Tuesday Jul 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, english, fiction, mystery, popsugar summer RC 2020, secondhand books, summer, thriller, twist, unreliable narrator

Judul: All the Missing Girls

Penulis: Megan Miranda

Penerbit: Simon & Schuster (2016)

Halaman: 369p

Beli di: @therebutforthebooks

Nicolette Farrell meninggalkan kota kelahirannya, Cooley Ridge di North Carolina, setelah ia lulus SMA, dan Corinne, sahabat baiknya, menghilang tiba-tiba. Tragedi itu memaksanya untuk melupakan tentang kampung halamannya dan membuka lembaran baru, hingga 10 tahun kemudian ia menetap di Philadelphia, meniti karier sebagai konselor di sekolah, dan bertunangan dengan pengacara sukses yang ganteng, Everett.

Namun kondisi ayah Nic yang semakin memburuk, serta rencana keluarganya menjual rumah mereka, membuat Nic mau tidak mau harus kembali ke Cooley Ridge dan menghabiskan musim panas di sana. namun peristiwa menghilangnya Corinne 10 tahun lalu seolah terulang kembali, saat seorang gadis tetangga Nic yang bernama Annaleise, juga menghilang tanpa jejak.

Nic serasa deja vu, apalagi kebanyakan orang yang dicurigai terlibat dalam kasus menghilangnya Corinne masih tinggal di Cooley Ridge dan secara mencurigakan juga terhubung dengan Annaleise. Mulai dari ayah Nic yang di ambang dementia namun sepertinya menyimpan rahasia penting, Tyler, mantan pacar Nic yang sempat berkencan dengan Annaleise, serta Daniel, kakak Nic yang memiliki temperamen panas. Apakah salah satu dari mereka mengetahui apa yang terjadi pada Corinne, dan apakah hal tersebut berhubungan dengan menghilangnya Annaleise?

Yang menarik dari All the Missing Girls sebenarnya bukan kasusnya – yang terbilang cukup “biasa” untuk buku-buku thriller. Yang tidak biasa adalah alur cerita yang dibawa mundur, mulai dari 2 minggu setelah Annaleise menghilang, lalu perlahan-lahan mundur hingga saat terjadinya peristiwa tersebut. Dan apa yang kita ketahui di awal cerita ternyata bukan pijakan yang tepat karena semuanya memiliki makna yang berbeda setelah kita tiba di penghujung buku.

Usaha Megan Miranda patut diacungi jempol, karena memang kisah ini jadi lebih seru dan membuat penasaran dengan alurnya yang mundur tersebut. Hanya saja, memang di beberapa bagian ada yang terasa agak berantakan, a little bit of mess here and there, beberapa loopholes yang lupa ditutup, beberapa penjelasan yang kurang memuaskan. Juga ada beberapa fakta yang agak melenceng dari yang diungkapkan di awal buku. Tapi secara keseluruhan, masih terbilang oke.

Nic adalah unreliable narrator yang meski sering membuat bingung tapi masih bisa relate dengan pembaca. Setidaknya, kisah cinta segitiganya dengan Tyler dan Everett juga tidak diblow up out of proportion dan membuat buku ini terlalu kental nuansa romansnya (satu hal yang saya agak malas dari buku-buku thriller kontemporer!!).

Di sini semuanya masih balance – dan penuturan Megan Miranda cukup enak untuk diikuti. Saya jadi penasaran membaca beberapa bukunya yang lain, yang sepertinya mendapat review yang cukup bagus di mana-mana.

Submitted for:

Category: A summer-set thriller

The Vacationers by Emma Straub

13 Monday Jul 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

dramatic, dysfunctional family, english, fiction, holiday, summer, travel, vacation

vacationers 2Judul: The Vacationers

Penulis: Emma Straub

Penerbit: Picador (2014)

Halaman: 292p

Beli di: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 18.95) — thanks to my Dad!

Ini seharusnya menjadi liburan keluarga yang epic. Dua minggu di sebuah vila mewah di pulau terpencil, sinar matahari musim panas, kuliner dan budaya Eropa.. Sempurna.

Namun, itu semua hanya tampak luarnya saja. Dari dalam, keluarga Post memiliki banyak masalah (seperti keluarga lainnya) yang akhirnya memuncak dalam liburan di Majorca tersebut.

Jim dan Franny sedang berada di ujung krisis pernikahan mereka – terutama sejak rahasia affair Jim dengan perempuan yang lebih muda terbongkar dan mengakibatkannya kehilangan pekerjaan (dan sepertinya,akan kehilangan keluarganya juga).

Anak perempuan mereka, Silvia, sama sekali tidak bahagia- ia tidak sabar untuk segera memulai kuliah, lepas dari keluarganya yang khas keluarga snob Manhattan, dan ia benci dengan kedua orang tuanya yang seolah ingin menyembunyikan masalah mereka dan menganggapnya anak kecil. Sebuah summer fling dengan cowok Spanyol benar-benar satu hal yang ia butuhkan di liburan ini.

Bobby, anak laki-laki Jim dan Franny, juga datang bersama Carmen, pacarnya yang bekerja sebagai instruktur fitness dan sangat addicted dengan sports. Tentu, Franny menganggap Carmen jauh di bawah level keluarga mereka- tapi ia tidak tahu ada masalah yang lebih mengkhawatirkan dari sekadar status sosial Carmen.

Liburan keluarga Post juga dihadiri oleh Charles, sahabat karib Franny (yang disayanginya lebih dari keluarganya sendiri) dan pasangannya, Lawrence. Mereka sedang menunggu suatu keputusan yang akan mengubah hidup mereka – namun liburan dengan keluarga Post malah membuat hubungan mereka terancam berakhir.

Saya membaca buku ini ketika liburan ke Pulau Ora di Maluku beberapa bulan lalu, karena sepertinya buku ini adalah buku yang cocok untuk dibawa berlibur: pantai, tema musim panas, intrik keluarga- semuanya sesuai dengan bacaan juicy musim liburan. Tapi ternyata- buku ini adalah jenis buku yang terlihat ceria, namun akhirnya malah membuat depresi.

Karakter-karakternya tidak ada yang bisa disukai (kecuali mungkin Carmen, karakter paling jujur di buku ini menurut saya- so what kalau dia terobsesi dengan olah raga dan makanan sehat?) – semuanya tipikal orang kaya yang hipokrit, yang sudah terlalu lama menikmati hidup mewah sehingga lupa bagaimana mereka bisa sampai ke sana, dan semuanya adalah orang-orang yang judgmental. Susah bersimpati dengan mereka, dan akhirnya saya malah berharap semua masalah yang ada tidak perlu diselesaikan, biarkan saja membuat mereka menderita.

Untuk saya, sulit menyukai sebuah buku kalau karakternya membuat saya ingin melempar buku ini ke laut. Ending kisah ini pun tidak membawa pencerahan yang diharapkan, karakternya tidak berkembang dan menjadi lebih dewasa setelah liburan 2 minggu yang seharusnya mengubah hidup mereka – hanya kulit mereka saja yang lebih gosong karena kebanyakan berjemur.

Satu-satunya penyelamat buku ini adalah setting yang memang dibuat sangat vivid, sangat detail, oleh Emma Straub. Laut yang jernih, tebing tinggi, vila mewah, kota kecil penuh warna dan budaya Spanyol yang menggairahkan dengan kulinernya yang bikin lapar- itu saja yang membuat buku ini layak tampil sebagai buku liburan musim panas.

the real vacationer!!

the real vacationer!!

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • The Secret History
    The Secret History
  • Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
    Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
  • The Monogram Murders by Sophie Hannah
    The Monogram Murders by Sophie Hannah
  • Puddin' by Julie Murphy
    Puddin' by Julie Murphy

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...