• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: review 15

The Naked Traveler 1-Year Round The World Trip by Trinity

07 Thursday May 2015

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

baca bareng, BBI, blog, humor, latin america, non fiction, posbar, review 15, series, south america, travel

TNT part1TNT part2Judul: The Naked Traveler 1-Year Round The World Trip

Penulis: Trinity

Penerbit: B First

Halaman: 246p (part 1), 262 (part 2)

Beli di: Gramedia Taman Anggrek (IDR 69k-part 1), gift from Ika (part 2)

Buku-buku Trinity selalu bikin mupeng, penasaran, dan ngiri berat, terutama karena pengalaman-pengalamannya yang luar biasa selama menjelajahi berbagai tempat di dunia. Saya sendiri sudah mengikuti sepak terjangnya sejak masih travel blogger, sampai sudah menerbitkan lebih dari 5 buku seperti sekarang ini.

Karena merupakan pionir travel blogger, Trinity berhasil mengumpulkan massa dan membuat namanya melambung jauh sebelum munculnya travel blogger di era sekarang ini. Keuntungannya? Ia bisa melakukan hal-hal yang bagi travel blogger lain masih sebatas mimpi. Salah satunya, traveling keliling dunia.

Melalui petualangan terbaru yang dibagi ke dalam dua buku ini, Trinity mengisahkan perjalanan gilanya ke negara-negara di Eropa Timur, Amerika Selatan dan Amerika Tengah, hingga berakhir di Amerika Serikat.Selama 6 bulan, Trinity (ditemani oleh Yasmin, teman seperjalanannya) menjelajahi berbagai tempat yang buat sebagian besar dari kita, masih sebatas angan-angan.

Di buku pertama, Trinity berkisah tentang petualangannya di negara-negara Eropa Timur (termasuk Rusia, Lithuania, Estonia), serta beberapa negara di Amerika Selatan, yaitu Brazil, Cile, Peru, dan Ekuador. Melalui kisah-kisahnya, mata saya jadi terbuka lebar tentang betapa uniknya negara-negara yang selama ini kurang begitu saya perhatikan. Misalnya, Brazil memiliki banyak pantai, Cile malah terletak di dataran tinggi, sedangkan Ekuador- well, sesuai namanya, memang terletak persis di garis khatulistiwa.

Sedangkan di buku kedua, perjalanan Trinity dilanjutkan ke Kolombia, Kuba, Jamaika, Meksiko, dan Guatemala. Kebanyakan negara ini terletak di bagian Amerika Tengah, dan kulturnya ternyata sudah berbeda juga dengan negara-negara di Amerika Selatan. Semacam peralihan dari Amerika Selatan ke Utara, dan Trinity membuktikan bahwa stereotip yang selama ini melekat di tiap negara (Kolombia dengan kartel narkoba nya, atau Kuba dengan komunismenya), justru menyisakan sisi lain yang tak kalah menarik.

Petualangan Trinity, seperti biasa, selalu diselingi oleh berbagai kejadian seru, aneh, sampai kocak. Salah satu favorit saya adalah “Perjalanan Sial 32 Jam” – tentang gilanya perjalanan darat menuju Guatemala beserta para imigran gelap ๐Ÿ˜€ Dijamin bakal bikin ketawa deh baca cerita ini, meski banyak deg-degannya juga.

Sementara itu, banyak juga kisah Trinity yang menjadi kritik untuk negara kita, meski itu ia lakukan karena mencintai Indonesia, terlebih setelah melihat sisi lain dunia, negara-negara yang sama juga merupakan dunia ketiga. Trinity sempat bercerita tentang anggota DPR yang doyan jalan-jalan, KBRI serba mewah, juga melempemnya paspor Indonesia terutama untuk mendapatkan visa.

Saya merasa perbedaan buku TNT RTW ini dibanding buku-buku sebelumnya adalah Trinity lebih banyak mendeskripsikan tempat-tempat yang ia kunjungi. Jadi tidak melulu berkisah tentang pengalaman kultur atau petualangan, tapi juga spesifik tentang pemandangan dan keindahan alam yang ia saksikan. Bagusnya lagi, banyak foto berwarna yang disertakan dalam buku ini, suatu kemajuan dibandingkan buku-buku sebelumnya yang pelit foto dan gambar.

Meski kadang gaya berbahasa Trinity masih ada yang terasa kurang sreg bagi saya (kadang deskripsinya terlalu panjang, satu kalimat bisa terdiri dari beberapa baris), namun secara keseluruhan saya dapat menikmati isi buku ini. Sayangnya, semua kisah yang telah dibukukan, sudah tidak bisa lagi ditengok di blog The Naked Traveler. Hanya segelintir postingan (tanpa sensor) saja yang masih dipertahankan di blog karena tidak bisa tampil di dalam buku, misalnya postingan tentang Hotel Esek-Esek yang lumayan bisa bikin mesem-mesem ๐Ÿ™‚

Submitted for:

Baca Bareng April, Tema Buku dari Online

Baca Bareng April, Tema Buku dari Online

 

 

Emerald City by Jennifer Egan

10 Tuesday Mar 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

bargain book!, challenge 15, english, gentle spectrum, review 15, short stories, WIN2015

emerald cityTitle: Emerald City

Writer: Jennifer Egan

Publisher: Corsair (2012), first published in 1993

Page: 170p

Bought at: Periplus FX (IDR 20k, bargain price!)

Eleven short stories written by the Pulitzer winner, Jennifer Egan, all told tales about longing, empty feelings, broken hearts and homesickness. What makes this collection special is the setting of each story that embedded nicely into the plot. The setting became a crucial part of the stories, even more like a character that supports the whole tone of the stories.

One of my favorites is Emerald City, telling a story about the life of models in New York City. Their yearning to become the best, their competitiveness to be the most exotic, beautiful, and famous. To travel the world and define themselves as a supermodel. But then again, still they feel insecure, trapped, and lonely. With NYC as a perfect setting, this story is heartbreaking yet feels so true.

Another favorite is Passing The Hat, about a woman who is in the middle of transition phase in her life, trying to accept the reality that her marriage has ended, life goes on, even her old house is now occupied by a new family. Again, loneliness and self discovery became the main theme here and I can’t help but to sympathize with her.

The other one is Letter to Josephine, that tells a story about a woman named Lucy, who married one of the richest (and nicest) guys around, embarking into a new life full of luxury, traveling to exotic places and living in a wonderful house. But in Bora-Bora, she met a girl who introduced her to the new meaning of freedom. And suddenly Lucy remembered her old friend Josephine, and missed her terribly.

Jennifer Egan is a wonderful writer, and her short stories are the kind of stories that I wish I could’ve written. But again, like her other books, I found this short stories collection is not as memorable as I thought it would be. Yes, the stories are intriguing with some kind of sense of wonder that I always like, but still it lacks of strong character, memorable message and the story did not always linger.

Also because the tone and theme of the stories are pretty similar, I found it hard to remember which one is which, and they started to blend with one another in my mind.

I like the cover, though, it suits the tone of the book, with the vintage touch and the glittery colors.

Submitted for:

Limitless Pallet and Stones category

Limitless Pallet and Stones category

Category: A colour

Category: A colour

The Imperfectionists by Tom Rachman

27 Friday Feb 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 7 Comments

Tags

baca bareng, bargain books, BBI, dramatic, english, europe, fiction, literature, review 15

imperfectionistsJudul: The Imperfectionists

Writer: Tom Rachman

Penerbit/Edisi: Quercus paperback edition (2011)

Halaman: 355p

Beli di: Book Depository (USD3.88, bargain price!!)

Buku ini berkisah tentang sebuah kantor surat kabar berbahasa Inggris yang berpusat di Roma, Italia. Surat kabar ini awalnya didirikan pada tahun 1950-an dengan penuh passion oleh seorang pengusaha Amerika, sebagai bukti cintanya pada perempuan yang dikasihinya.

Tahun demi tahun berlalu dan surat kabar ini mengalami masa kejayaannya, saat berita koran masih dihargai dan kompetitor koran sejenis dalam bahasa Inggris masih sedikit. Namun kini, memasuki abad ke-21 dengan kehadiran internet dan berita instan, eksistensi surat kabar (termasuk koran ini) mulai terancam, apalagi mereka yang tidak memiliki website sendiri.

Dan The Imperfectionists mengisahkan dengan indah cerita perjuangan sebuah kantor surat kabar yang berusaha bertahan dalam kebersahajaannya, melalui 11 tokoh yang terlibat langsung di seputar surat kabar ini.

Kesebelas chapter yang ada sebenarnya masing-masing bisa menjadi cerita pendek tersendiri, karena memiliki tone yang berbeda, meski masih merupakan bagian dari sebuah kisah besar.

Melalui mereka, kita dibawa masuk langsung ke dalam hiruk-pikuk keseharian surat kabar yang hampir kolaps, dengan berbagai masalah dan keseruan sehari-hari, mulai dari kurangnya dana untuk mempekerjakan stringer di luar negeri, intrik antar redaktur yang memperebutkan posisi yang lebih bergengsi, sampai pihak manajemen yang harus mengambil keputusan sulit dalam memecat karyawannya akibat pemotongan budget.

Hectic, namun tetap poignant di dalam penceritaannya, Tom Rachman sepertinya bakal menjadi calon penulis favorit saya selanjutnya. Saya sendiri, karena dulu pernah bekerja sebagai wartawan (meski bukan di media surat kabar), sempat bernostalgia tentang hari-hari seru yang sudah berlalu. Ada sesuatu tentang profesi sebagai pekerja media yang memang tidak akan ditemukan di profesi lainnya: panggilan untuk menggali kebenaran, menuangkannya dalam tulisan yang akan membuat orang terkesan, meski mungkin sehari kemudian sudah terlupakan ๐Ÿ™‚

Love this cover!

Love this cover!

Inside the Papers

Apa saja sih profesi yang digeluti oleh orang-orang yang bekerja di surat kabar? Tom Rachman membahas beberapa di antaranya dengan begitu jeli namun mudah untuk dibayangkan, meski oleh orang-orang yang tidak pernah berkecimpung di dunia media sekalipun. Berikut sebagian yang cukup menarik:

  1. Editor-In-Chief, alias pemimpin redaksi, yang di buku ini diwakili oleh karakter bernama Kathleen Solson. Ini adalah posisi tertinggi di kantor redaksi, yang langsung berada di bawah lini direktur/manajemen. Tugasnya tentu saja menentukan headline apa yang akan ditampilkan di edisi selanjutnya, memutuskan keseluruhan tone serta angle yang ingin diangkat oleh koran mereka.
  2. News Editor– tugasnya mengumpulkan dan mengedit berita secara keseluruhan dari para reporter. Biasanya para news editor ini adalah orang-orang yang workaholic, dan di buku ini, digambarkan dengan sempurna oleh karakter Craig Menzies.
  3. Corrections Editor– bertugas sebagai proofreader yang mengurusi ejaan penulisan seluruh artikel yang akan diterbitkan. Biasanya, surat kabar memiliki “kamus” sendiri sebagai panduan penulisan dan penggunaan kata-kata. Di buku ini, Herman Cohen si Corrections Editor menyebutnya sebagai “Bible”.
  4. Copy Editor– bertugas menata layout akhir sebelum koran bisa dicetak. Kadang-kadang, mereka harus menyesuaikan judul yang sudah ditulis editor dengan space yang ada tanpa mengubah keseluruhan konten. Copy editor seringkali diremehkan meski sebenarnya pekerjaan mereka sangat penting, satu fakta yang sangat dibenci oleh mereka, termasuk oleh Ruby Zaga di buku ini.
  5. Stringer– semacam kontributor lepas yang biasanya bertugas langsung di daerah-daerah di mana surat kabar tidak bisa mengirimkan reporternya langsung. Stringer haruslah tangguh, independen dan memiliki inisiatif tinggi dalam mendapatkan berita untuk disetorkan ke kantor surat kabar. Di buku ini, diceritakan kisah stringer newbie, Winston Cheung, yang kesulitan memperoleh berita di Cairo.

Masih banyak lagi yang diangkat oleh Rachman dalam buku ini, semuanya melalui kisah sehari-hari yang juga menggambarkan bagaimana profesi para pekerja koran ini mempengaruhi kehidupan pribadi mereka. A heartwarming, delightful read for all book lovers.

Submitted for:

Baca Bareng Februari, Tema Profesi

Baca Bareng Februari, Tema Profesi

Neil Patrick Harris Choose Your Own Autobiography

26 Thursday Feb 2015

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 7 Comments

Tags

english, gentle spectrum, humor, memoir, non fiction, review 15

NPR memoirTitle: Neil Patrick Harris Choose Your Own Autobiography

Writer: Neil Patrick Harris

Publisher/Edition: Crown Archetype First Edition (2014)

Pages: 294p

Bought at: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 44.95)

Who doesn’t love Neil Patrick Harris (NPH)? From his cute acting as a genius prodigy, Doogie Howser, MD, to his most legen (wait for it) dary role, Barney Stinson, he never stopped to amaze me. And while his hosting the most current Academy Awards had got various reviews, I considered him to be pretty successful in that area, too.

NPH is a talented artist (he can act, sing, dance, perform magic, and even write), and the way he wrote his autobiography captured his unique and witty personality really well.

NPH admitted that he loved the “Choose Your Own Adventures” series when he was a kid, and he was inspired to write his autobiography in similar way. Guess what? I love the series too, Neil! So I hoped you wouldn’t disappoint me ๐Ÿ™‚

Turned out, NPH didn’t disappoint me. This is one of the most daring, honest, and fun autobiography I’ve ever read so far. NPH told his life story, starting from his childhood as a kid from New Mexico who discovered his own talent and passion since a very young age, and have a very supportive family. After that, he is honestly telling his ups and downs- from the successful Doogie Howser to some flop B-movies.

How it felt to live as a child celebrity in Hollywood, how he developed his talents into many things, how he (almost) never refused any challenges coming his way (Challenge Accepted!!)- from magic tricks to Broadway performance to hosting various award shows. He had some failures, learned some lessons, made another mistake, and kept on growing. I can’t help but admiring him more and more.

Another issue that NPH tackled is about his self discovery as a gay man in Hollywood, from the early denial until he met with his soulmate, David Burtka. It’s funny to read how NPH still can’t believe that he is now in the famous Elton John’s circle.

His sense of humor is wonderful, especially when he made fun of himself, and -afterwards- tried to turn the table by doing some humble-brags ๐Ÿ™‚ Some of the endings are fictional, but will make you genuinely laughing out loud or widely cringing. You can’t help but trying all the juicy, suspicious options at the end of each chapter.

Here are some examples:

If, despite Barney’s perpetual youth, you want to get older, turn to page 280.

If, despite Barney’s lady-killer status, you want to get gay, turn to page 78.

 

Or this one:

To hear from Barney Stinson, go on to the next page.

To kill someone, turn to page 165.

 

NPH is one of the most versatile, successful artists in our time, and he is successfully captured his rich life into this funny, memorable book.

If you want to have a great time with NPH, read this book! (I can lend you if you’d like to)

If you just want to snore with another boring book, please choose other biography ๐Ÿ™‚

Submitted for:

Humorous Category

Humorous Category

Kategori Genre 101: Biografi

Kategori Genre 101: Biografi

The Scarlet Letter by Nathaniel Hawthorne

24 Tuesday Feb 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 3 Comments

Tags

america, borrowed, classic, english, fiction, gentle spectrum, reading challenge, review 15, romance

scarlet letterTitle: The Scarlet Letter

Writer: Nathaniel Hawthorne

Publisher: Penguin Popular Classics (1994, first published in 1850)

Pages: 224p

Borrowed from: Fanda

Hester Prynne has waited for two years for her husband to join her in New England settlement. The husband arrived just to find her wife with a small baby and a big scarlet letter A (for Adultery) worn on her breast as the punishment from the settlers for her sin.

Hester and her daughter Pearl were isolated from the neighborhood and lived through each other company only. Even though Hester had been pushed by everyone to tell who was the father of her daughter, Hester never revealed it. She insisted to keep the secret within her heart, to protect the man she loved. Her silence made the husband crazy with hatred and vengeance, and he started to plot some cruel revenge for the mysterious man.

Meanwhile, Hester and Pearl has begun to win respect from the society, with all her charitable acts and bravery, which helped a lot in the hard settlement life during that period.

The Scarlet Letter is one of the most difficult books I’ve ever read. Not only it is full of symbols, but the language itself is pretty hard to understand, with some flowery style that is not really my cup of tea ๐Ÿ™‚ Hester’s strength and bravery (with the symbol of the scarlet letter that she carried everywhere) contradicted the moral cowardice and shame of the man she loved, who allowed her to face the guilt alone. The justification of Hester is to protect this man, but apparently it only created more burden to the man itself.

Another interesting thing is how Hester- with her sin, public shame and punishment from the society, slowly became the most exemplary person in the neighborhood, with her charitable acts, kindness and love for everyone. Even though sometime she felt afraid that Pearl, her daughter, was actually the representative of the devil, created by sin, because of her free spirits and sometimes demonish manners. But Pearls was actually only a child, a daughter loved by her mother and created by the act of pure love.

This slow plot of the book almost killed my patience, and I think you really need a good mood to read The Scarlet Letter. I remember I watched the movie years ago, starring Demi Moore as Hester Pynne, and I don’t blame the producers to twist and turn the story to become lighter and more dramatic (even though the movie itself got a very bad rating). The bland, slow plot is actually a bit of killjoy, but I guess that is more of the classic style of the authors during the period.

Submitted for:

Limitless Pallet Category

Limitless Pallet Category

The False Prince by Jennifer A. Nielsen

12 Thursday Feb 2015

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

bahasa indonesia, fantasi, fiction, Gramedia, NARC2015, review 15, series, terjemahan

false princeJudul: The False Prince

Penulis: Jennifer A Nielsen

Penerjemah: Cindy Kristanto

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 392p

Beli di: HobbyBuku (IDR60k, disc 20%)

Empat orang anak laki-laki yatim piatu diambil paksa oleh bangsawan kejam, Bevin Conner. Sage, salah satu dari anak-anak itu, curiga ada rencana besar di balik kejadian tersebut.

Ternyata, kecurigaannya terbukti benar, karena salah seorang dari mereka akan dipilih untuk muncul sebagai Pangeran Jaron (yang dikabarkan sudah meninggal dibunuh oleh bajak laut) dan merebut tahta kerajaan (tentu dengan Conner sebagai dalang).

Sage sangat khawatir dengan rencana ini, tapi ia lebih khawatir lagi dengan nasibnya. Karena ia tahu, siapapun yang tidak terpilih, pasti akan kehilangan nyawa. Apakah ia rela menjadi boneka Conner dan berusaha terpilih sebagai sang pangeran palsu, demi untuk menyelamatkan hidupnya sendiri?

The False Prince adalah buku pertama dari serial The Ascendance Trilogy karangan Jennifer Nielsen. Kesan pertama saya saat membaca buku ini adalah betapa senadanya dengan serial The Thief (Megan Whalen Turner). Tentang kerajaan, perebutan tahta, tokoh utama sekaligus narator yang bandel, pemberontak, dengan masa lalu misterius.. Dan bahkan twistnya pun bisa dibilang mirip, sehingga saya tidak merasa terkejut ketika dugaan saya tentang twist di akhir buku ternyata memang benar.

Sage mengingatkan saya akan Gen di serial The Thief, menyebalkan sekaligus mengundang simpati. Tapi menurut saya, Jennifer Nielsen lebih berhasil dalam menciptakan plot yang serba cepat, penuh emosi dan ketegangan yang lumayan tinggi. Hal yang tidak terlalu sukses dilakukan oleh Megan Whalen Turner, sehingga membuat The Thief menjadi kisah yang membosankan.

The False Prince sebaliknya, cukup enjoyable, dengan setting yang mudah untuk dibayangkan, karakter pendukung yang memiliki porsi yang sama pentingnya, dan bahkan sedikit nuansa romens antara Sage dan dua orang tokoh perempuan juga digambarkan dengan lumayan meyakinkan, tanpa harus terjebak kisah cinta segi tiga yang klise.

Secara keseluruhan, saya suka buku ini, terjemahannya pun terbilang baik. Saya masih merasa tertarik mengikuti petualangan Sage di buku kedua, The Runaway King, yang juga sudah diterjemahkan oleh GPU, dan mudah-mudahan dieksekusi dengan sama baiknya.

Submitted for:

Kategori Genre 101: Fantasy

Kategori Genre 101: Fantasy

The Impossible Knife of Memory by Laurie Halse Anderson

09 Monday Feb 2015

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 2 Comments

Tags

america, dramatic, dysfunctional family, english, fiction, lucky15, review 15, tragedy, war, young adult

impossible knifeJudul: The Impossible Knife of Memory

Penulis: Laurie Halse Anderson

Penerbit: Scholastic Children’s Books (2014)

Halaman: 374p

Beli di: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 19.90)

How does it feel to live by fighting off your memories from the past?

Hayley tidak ingin mengingat masa lalunya- dia melawan segala hal yang bisa memicu kembalinya ingatan akan masa lalunya.

Hayley melawan ayahnya- seorang tentara veteran yang tidak mau mengakui kalau ia memiliki masalah besar karena trauma akan hari-harinya di medan perang. Hayley melawan guru-guru di sekolahnya- yang tanpa henti selalu berusaha membuatnya keluar dari cangkang. Hayley melawan Trish- ibu tiri yang dulu merawatnya dengan baik, namun sempat meninggalkannya sendirian. Dan Hayley bahkan melawan Finn- anak laki-laki nerdy dan baik hati yang tanpa sadar sudah merebut hatinya.

Hayley membenci dunia, namun ia lebih membenci keadaan ayahnya- yang bisa hidup seperti zombie dan selalu membuatnya ketakutan akan ditinggalkan sewaktu-waktu.

Dunia Hayley terasa semakin jungkir balik ketika satu demi satu, ingatan akan masa lalu yang selama ini berhasil dipendamnya, mulai muncul ke permukaan, memaksanya untuk menghadapi hidupnya dengan berani- bukan melawan, tapi menerima. Mampukah Hayley?

Laurie Halse Anderson. Satu nama yang -bagi saya- selalu merupakan jaminan mutu di salah satu genre yang biasanya sulit memuaskan saya- Young Adult.

Laurie selalu mampu mengangkat tema-tema serius tanpa harus berkesan pretensius alias berlebihan. Tema anorexia, pelecehan seksual, atau tekanan untuk masuk ke dunia kampus ivy league, berhasil ditulisnya dengan mulus, memorable, tapi tetap terasa light.

Kali ini Laurie mengangkat tema keluarga veteran- bagaimana perang bukan saja mempengaruhi korban di negara yang bersangkutan maupun para tentara yang berjuang, namun juga keluarga veteran tersebut. Rasa takut, trauma, ditambah pelarian menuju obat-obatan dan alkohol, adalah hal-hal yang biasa dihadapi oleh veteran perang- dan tentunya mempengaruhi keluarga mereka.

Laurie bermain-main dengan isu memori melalui penuturan yang cerdas: bagaimana memori Hayley dan Andy, ayahnya, saling bertaut dan bersilangan- menyusun keping-keping yang meski mereka coba lupakan, namun tak bisa disangkal, menjadi bagian erat hidup mereka.

Banyak dialog yang menyentuh antara Hayley dan Andy, yang membuat saya bisa melihat karakter mereka bukan hanya satu dimensi belaka. Dan hubungan antara ayah dan anak ini menjadi salah satu yang paling berkesan bagi saya.

Oya, bonus dari buku ini? Finn, cowok yang rasa-rasanya bisa menjadi kanditat kuat saya sebagai Book Boyfriend of The Year ๐Ÿ˜‰ Saya jarang terpesona dengan karakter di buku YA, tapi Finn bisalah membuat saya serasa kembali ke jaman SMA ๐Ÿ˜€

Nih, saya kasih contekan sms-an ala Hayley dan Finn, setelah adegan unyu mereka melihat bintang ๐Ÿ™‚

ย “Flowers were sweet, stars spectacular, thx” (Hayley)

“Nxt to you, I didn’t notice any stars. Night” (Finn)

Swoon!!!!!

Submitted for:

Something New Category

Something New Category

The Golden Ball and Other Stories by Agatha Christie

05 Thursday Feb 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 9 Comments

Tags

british, challenge 15, classic, english, fiction, gentle spectrum, horror, mystery, review 15, romance, secondhand books, short stories

golden ballTitle: The Golden Ball and Other Stories

Writer: Agatha Christie

Publisher: St. Martin’s Minotaur Mysteries (2002)

Pages: 288p

Bought at: Reading Lights (IDR 25k)

The Golden Ball consisted of 15 short stories by Agatha Christie, taken from some of her books/short story collections. The first half of the book has funny, humorous short stories, full of surprises, twisted endings and hilarious characters, remind me a bit of Roald Dahl’s writing style.

My favorites include The Girl In The Train, telling a story about George Rowland, who had just been fired by his uncle, and decided to move into a small town, when suddenly he faced an unexpected adventure, involving a mysterious girl, a foreign royal family scandal, and some shady secret letters.

Another favorite is The Golden Ball, which has similar tone with The Girl In The Train (even the main character has the same first name!), but with more romance and a bit of juicy drama. All stories in the first half of the book are light, fun, and have a romantic tone.

The second half of the book, however, has very different tone. Taken mostly from The Hound of Death book, it consisted of supernatural stories, stories with unexplained things, and jaw dropping endings.

I don’t really have a favorite since most of them are pretty creepy and I don’t have the mood to enjoy creepy stories (especially after some heartwarming stories in the first half of the book). But I still remember well The Gypsy, a story about a mysterious gypsy woman who always haunted a poor young man and gave scary premonitions. The Lamp is also stuck in my head because it contained ghost- a child ghost who’d like so much to have a friend. Goosebumps!

It’s a bit weird actually to put very different kind of stories in the same book, especially because half of them are sweet and funny, while the rest are scary and creepy. But I still enjoyed The Golden Ball and other stories, it showed clearly that Agatha Christie was a very fine storyteller, however unusual and surprising the stories are.

Submitted for:

Limitless Pallet Category

Limitless Pallet Category

The Castle In The Attic by Elizabeth Winthrop

03 Tuesday Feb 2015

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

adventures, children, classic, english, fantasi, fiction, review 15, secondhand books, series

castle in atticJudul: The Castle in the Attic

Penulis: Elizabeth Winthrop

Penerbit: Bantam Doubleday Dell Books for Young Readers (1994)

Halaman: 179p

Beli di: Better World Books (USD 5.48)

William sangat gembira ketika menerima hadiah paling keren dari pengasuhnya, Mrs. Phillips: sebuah model kastil, lengkap dengan jembatan, ruangan-ruangan beserta perabotnya, bahkan sesosok ksatria yang bertugas menjaga pintu gerbang. William semakin senang ketika memperoleh kejutan tambahan: sang ksatria, yang bernama Sir Simon, ternyata tiba-tiba menjadi hidup!

Sir Simon bercerita pada William tentang kutukan yang menimpanya, sehingga membuatnya tersingkir sendirian di dalam kastil mainan William. Menurut Sir Simon, terdapat tragedi di kerajaan tempat tinggalnya yang melibatkan penyihir jahat serta kutukan terhadap rakyat. William bertekad ingin membantu Sir William melepaskan kutukan tersebut- dan petualangannya pun dimulai!

William harus membuktikan – terutama pada Mrs. Phillips yang akan meninggalkannya untuk pensiun dan pulang ke kampung halamannya di Inggris- bahwa ia bukanlah anak kecil penakut, melainkan ksatria muda yang pemberani.

The Castle in the Attic adalah buku pertama dari serial Castle karangan Elizabeth Winthrop. Buku ini memiliki elemen yang sempurna untuk anak-anak (terutama laki-laki): kisah petualangan, magic, mainan kastil yang ternyata bukan sekadar mainan.

Kisahnya juga menyinggung tentang peralihan seorang anak yang semakin tumbuh dewasa, di mana ia harus melepaskan kebiasaan masa kecilnya, bersikap lebih mandiri dan berani berjalan sendiri. Petualangan William membantu Sir Simon sebenarnya merupakan simbol dari beralihnya ia dari masa kanak-kanak.

Buku ini menurut saya, meski terlihat tipikal, lebih dari sekadar petualangan anak-anak biasa. Kisah perpisahan William dengan Miss Phillips merupakan salah satu elemen favorit saya di sini dan terasa sangat menyentuh. Meskipun demikian, unsur petualangannya sendiri masih lumayan berkesan, dan saya cukup merekomendasikan buku ini untuk dibaca bersama anak-anak usia 7 atau 8 tahun.

Buku kedua serial ini berjudul The Battle for The Castle, melanjutkan petualangan William di kerajaan Sir Simon.

The Clockwork Three by Matthew Kirby- and Santa’s Revealed!

30 Friday Jan 2015

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 30 Comments

Tags

adventures, BBI, children, fiction, friendship, Gramedia, puzzle, review 15, secret santa, terjemahan

SecretSanta2014

clockwork threeJudul: The Clockwork Three (Tiga Anak dan Satu Jam)

Penulis: Matthew Kirby

Penerjemah: Julanda Tantani

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014)

Halaman: 448p

Gift from Secret Santa!

Tiga orang anak tinggal di sebuah kota pelabuhan di Amerika Serikat. Ketiganya tidak saling mengenal, dan memiliki masalah dalam hidup masing-masing.

Giuseppe adalah pengamen jalanan yang diculik dari tanah kelahirannya di Italia, dan kini hidup di bawah kekuasaan bosnya yang kejam. Suatu hari ia menemukan sebuah biola hijau ajaib, yang memungkinkannya untuk menyusun rencana kabur kembali ke Italia.

Frederick bekerja sebagai asisten pembuat jam. Masa lalunya yang kelam di panti asuhan, dan ketidaktahuannya terhadap identitas ibunya, membuat Frederick tumbuh dengan penuh kepahitan. Ia bertekad untuk membuktikan kesuksesannya, dengan membuat sebuah manusia jam yang memiliki sistem yang sangat rumit. Namun siapa yang akan menyangka kalau manusia jam itu akan mengubah hidup Frederick – ke arah yang tak terduga?

Semenjak ayahnya terkena stroke, Hannah terpaksa berhenti sekolah dan bekerja sebagai pelayan hotel. Namun suatu hari, pengetahuan tentang adanya harta karun tersembunyi membuatnya terpicu untuk menemukan harta tersebut, yang ia yakin dapat menjadi solusi bagi keluarganya keluar dari kemiskinan.

Berbagai kejadian dan kebetulan mempersatukan ketiga anak ini untuk saling membantu mengatasi masalah masing-masing. Petualangan dan teka-teki mereka jalani, demi menemukan keajaiban, jalan keluar dan kehidupan yang lebih baik. Namun banyak tantangan yang harus mereka hadapi, termasuk orang-orang jahat di sekitar mereka, serta bahaya yang mengancam dari mana-mana.

The Clockwork Three adalah jenis buku anak-anak (setingkat middle grade) yang memiliki bumbu sempurna: karakter yang cukup bisa disukai, setting kota imajiner yang menarik, petualangan dan misteri seru, juga kisah persahabatan yang believable. Meski begitu, layaknya buku anak, tentu banyak juga hal-hal yang terpaksa dimaklumi, seperti karakter penjahatnya yang terlalu satu dimensi, juga beberapa plot yang tidak mendapat penjelasan memadai. Oya, hubungan antara Hannah dan Frederick juga lebih cocok untuk buku YA dibandingkan buku yang ditujukan pada pembaca middle grade.

Tapi secara keseluruhan, saya cukup menyukai kisah petualangan ketiga sahabat ini. Tadinya saya menyangka akan ada lanjutan kisah lainnya, tapi ternyata buku The Clockwork Three sampai saat ini masih merupakan standalone dan bukan serial.

Thank you my Santa, yang sudah berbaik hati membelikan buku ini untuk saya ๐Ÿ™‚

And speaking of which… Sekarang saatnya menebak siapakah Santa saya tersayang? ๐Ÿ™‚ Sebelumnya, yuk kita rekap dulu riddle yang saya terima, dan sedikit analisa ala Papa Poirot (dan Om Google) yang sudah saya lakukan:

The Riddle

The Riddle

“Sepuluh pria berkata “Inilah Cinta”

Kalau kau bertemu mereka, mungkin kalian akan kesulitan berkomunikasi.

Aku pun demikian.

Di nomor 11, mereka bilang “Terlalu Banyak Perempuan Cantik”, tapi aku senang karena aku berada di antaranya.

Temukan aku…..”

1) Sepuluh pria: ini naga-naganya merujuk pada boyband Korea, apalagi ada kalimat “kalian akan kesulitan berkomunikasi…” Kalau merujuk pada artis dari Amerika/Indonesia nggak mungkin kan ya? Dan lagi, entah kenapa boyband Korea memang selalu keroyokan. Saya sempat agak jiper karena saya bukan pemerhati Kpop sama sekali. Tapi tenang, ada Google yang siap membantu.

2) Setelah googling-googling, muncullah tersangka kuat utama dari boyband Korea beranggotakan 10 orang: Super Junior! Naaah…sekarang tinggal mencocokkan dengan judul lagu yang disebutkan di riddle nih. Ternyata, ada salah satu album berjudul “This Is Love” (Inilah Cinta???), yang track No.11 nya berjudul “Too Many Beautiful Girls”. Horeeeee!

3) Mari kita lihat lirik lagu Too Many Beautiful Girls ini:

Pongdangpongdang tto fallinโ€™ sarangi dagawa
Jeulgeoun iyu i sesangeneun with too many beautiful girls
Come on come on girls come on. Come on yeah
Jeulgeoun iyu i sesangeneun with too many beautiful girls

Nanananananana woo
With too many beautiful girls nanananananana woo

Yes, apakah kamu melihat pola nya di sana? Nananananana…… sounds familiar? Salah satu member BBI yang juga anggota divisi event!!! Plus, berbagai stalking ke akun Twitter maupun status BBM Nana menunjukkan dia adalah fans berat Suju ๐Ÿ™‚ Apakah Nana memang benar Santa saya? Tapi kan… kado saya dititipkan melalui dia?!?!

4) Red herring?–layaknya kisah detektif, ternyata kasus Santa saya mengandungย  pengalih perhatian juga! Yeay, seru ๐Ÿ™‚ Nana memang bilang ke saya kalau dia dititipi kado oleh Santa saya. Bahkan dia sempat bilang: “kertas kadonya jangan jadi petunjuk karena itu dari aku”. Hmmm….something is fishy here ;p Setelah dipikir-pikir, karena yang kasih tau informasi mengenai X saya adalah Chei, lebih masuk akal kalau Santa saya nitipnya ke Chei juga… Makin yakinlah saya kalau ini jebakan batman ๐Ÿ™‚

Jadi tanpa berpanjang lebar lagi, saya menebak dan mengesahkan Nana sebagai Santa saya kali ini. Semoga saja bener yaaa ๐Ÿ™‚ Thanks Santa, for giving me these wonderful gifts and very fun riddle ๐Ÿ™‚

Makasih juga buat semua divisi event yang tanpa lelah berusaha menyukseskan event seru ini ๐Ÿ™‚ Jangan kapok ya guuuysssss XD

Submitted for:

Banner_BacaBareng2015-300x187

Baca Bareng Buku Secret Santa

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • The Secret History
    The Secret History
  • Heartless by Marissa Meyer
    Heartless by Marissa Meyer
  • Matilda
    Matilda

Recent Comments

Fathan Albajili on Puddin’ by Julie Mu…
Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...