• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: retelling

Wonderland: An Anthology by Marie O’Regan and Paul Kane

12 Friday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

anthology, english, fantasy, fiction, popsugar RC 2021, retelling, science fiction, short stories

Judul: Wonderland: An Anthology

Editor: Marie O’Regan dan Paul Kane

Penerbit: Titan Books (2019)

Halaman: 384p

Beli di: Periplus BBFH (IDR90k)

Saya termasuk penggemar Alice in Wonderland. Saya menonton banyak versi adaptasi filmnya, dan membaca bukunya dari yang original sampai beberapa retelling. Makanya begitu mengetahui ada antologi yang terinspirasi dari kisah Alice, saya langsung bersemangat.

Namun ternyata, karena hampir semua penulis kisah antologi ini adalah penulis dengan genre fantasi atau sci-fi, maka rata-rata cerita pendek dalam Wonderland memiliki genre yang sejenis. Sayangnya, banyak dari kisah tersebut yang tidak terlalu berhubungan dengan Alice, atau memiliki hubungan tapi sangat tipis sehingga terkesan agak dipaksakan. Dan karena kebanyakan cerita bergenre fantasi atau sci-fi, rata-rata temanya memang agak terlalu outlandish untuk saya, yang mengharapkan kisah yang lebih realistis, atau fantasi dengan sentuhan realistic fiction.

Untungnya masih ada beberapa cerita yang menjadi favorit saya, salah satunya adalah “Smoke ‘Em if You Got ‘Em” (Angela Slatter), yang bergenre ala western, dengan Alice sebagai perempuan tangguh yang mengejar White Rabbit, penjahat kawakan, hingga ke ujung bumi. Saya juga suka “Six Impossible Things” (Mark Chadbourn) yang amat nostalgic, dan merupakan salah satu dari segelintir kisah dalam antologi ini yang masih amat setia dengan dunia original Wonderland. Sementara itu “The Hunting of the Jabberwock” (Jonathan Green), meski tidak spesifik bercerita tentang Alice atau teman-temannya, mengambil latar Wonderland yang berbeda, yang berfokus pada perburuan Jabberwocky, monster legendaris yang meneror semua orang. Namun, latar belakang sang monster menjadi kisah yang mengejutkan di sini.

Ada beberapa cerita yang menjadikan kisah Alice sama sekali out of the box, meski saya masih bisa merasakan aura Wonderlandnya. “The White Queen’s Pawn” (Genevieve Cogman) menggabungkan unsur politik, perang, militer, dan sedikit dystopia, dan membuat kita melihat Wonderland sebagai tempat yang sama sekali berbeda. A brave approach, but still acceptable. Namun ada beberapa cerita yang sama sekali bukan tentang Alice, hanya mengambil judul yang samar-samar berbau Wonderland, atau yang menjadikan Wonderland terlalu jauh dari inspirasi originalnya. Buat saya, kisah-kisah itu agak merusak aura keseluruhan buku.

Mudah-mudahan akan ada antologi lain yang mengambil latar Alice dan Wonderland, dengan pendekatan unik namun tetap setia pada kisah aslinya. Tidak mudah memang, tetapi tidak ada salahnya berharap, kan? ๐Ÿ™‚

Rating: 3/5

Recommended if you like: Alice retelling, fantasy and science fiction stories, out of the box plots, intriguing settings

Submitted for:

Category: A book that has a heart, diamond, club, or spade on the cover

Home Fire by Kamila Shamsie

04 Thursday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

bargain book!, british, english, fiction, politics, popsugar RC 2021, religion, retelling, romance, women prize

Judul: Home Fire

Penulis: Kamila Shamsie

Penerbit: Bloomsbury Publishing (2018)

Halaman: 264p

Beli di: Books and Beyond (IDR 54k, bargain!)

Isma, Aneeka, dan Parvaiz adalah tiga bersaudara dari keluarga imigran Pakistan yang menetap di London. Setelah ibu mereka meninggal dunia, mereka hanya bergantung pada satu sama lain. Namun, ketiganya selalu dihantui sosok sang ayah, seorang jihadist yang meninggalkan keluarga mereka.

Ketakutan terbesar Isma adalah terpecahnya keluarga mereka, dan hal itu terjadi saat Parvaiz terseret masuk ke kelompok ISIS, tanpa benar-benar paham konsekuensi yang menantinya. Cerita semakin rumit saat Isma dan Aneeka dekat dengan anak Menteri Dalam Negeri Inggris, yang meski berlatar belakang Muslim, memiliki reputasi yang amat tegas terhadap Islam radikal, dan fokus memerangi terorisme.

Home Fire adalah buku yang penuh nuance – plotnya sendiri cukup sederhana, tapi berbagai detail kecil, kejadian yang saling berhubungan, serta relevansinya terhadap isu Islamophobia, radikalisme, terorisme, dan imigran, yang menjadi isu penting di Inggris serta Eropa, menjadikan buku ini kompleks dengan segala keruwetannya.

Kita diajak menyelami sudut pandang masing-masing karakter utama, dari mulai Isma yang mendapat beasiswa S3 ke Amerika, Aneeka yang cantik dan kembarannya, Parvaiz yang tidak puas dengan versi kisah sang ayah yang dicekoki media pada dirinya. Namun kita juga diajak melihat sudut pandang Karamat, Home Secretary yang mengingkari masa lalunya demi posisi politik, dan anaknya, Eamonn, yang memiliki hubungan rumit dengan ayahnya.

Plot yang intriguing ini sebenarnya diramu dengan cukup baik, namun embel-embel kisah romance yang digadang-gadang sebagai retelling kisah mitologi Yunani Antigone, malah menjadi distraksi buat saya. Ditambah dengan endingnya yang super dramatis, membuat saya menurunkan rating buku ini, dari empat bintang menjadi 3,5 bintang saja ๐Ÿ™‚

Saya sendiri tidak familiar dengan kisah Antigone, jadi mungkin itu salah satu sebabnya bagian akhir buku ini terasa kurang relate dengan saya. Tapi menurut saya, buku ini masih bisa dibilang berhasil menyajikan isu penting dengan tidak bias, melalui karakter-karakter yang cukup believable.

Rating: 3.5/5

Recommended if you want to read about: relevant issues, Islam in Europe, multiple POVs, complicated characters

Submitted for:

Category: A book that has won the Womenโ€™s Prize for Fiction

Heartless by Marissa Meyer

08 Thursday Mar 2018

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 2 Comments

Tags

english, fantasy, fiction, popsugar RC 2018, retelling, romance, young adult

Judul: Heartless

Penulis: Marissa Meyer

Penerbit: Macmillan Children’s Books (2016)

Halaman: 450p

Part of: Storypost.id Subscription Box

Kisah ini terjadi bertahun- tahun sebelum Alice terdampar di Wonderland dan bertemu dengan si kejam Queen of Hearts.

Di kisah ini, Queen of Hearts masih seorang gadis remaja, anak orang kaya yang orang tuanya memiliki ambisi pribadi untuk menikahkannya dengan sang King of Hearts.

Namun Catherine, si calon ratu, bukan gadis yang mau begitu saja menurut dengan rencana orang tuanya. Justru ia memiliki rencana-rencana sendiri, salah satunya adalah membuat bakery dengan pelayan sekaligus sahabatnya, Mary Ann.

Situasi bertambah rumit saat Catherine jatuh cinta dengan Joker baru yang bertugas di kerajaan Hearts. Jest, nama Joker tersebut, bukan saja berhasil memikat Katherine, namun juga memiliki misi misterius yang ia bawa dari tempat asalnya, Chess.

Segala intrik di Hearts dan Chess ini, ditambah dengan kehadiran para karakter yang terasa familiar dari kisah Wonderland, namun sekaligus juga menyegarkan karena memiliki detail cerita yang belum pernah kita dengar sebelumnya, merupakan daya tarik utama Heartless.

Bagaimana asal usul kemunculan Cheshire Cat, mengapa Mad Hatter menjadi gila, siapa sebetulnya si Caterpillar, dan yang paling penting: apa yang membuat Queen of Hearts menjadi sosok yang kejam?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan cerdas oleh Marissa Meyer, dan harus diakui, dengan cukup memuaskan, bahkan bagi para pencinta kisah Wonderland seperti saya, yang awalnya cukup khawatir Meyer akan mengobrak-abrik realm ini seperti Tim Burton dengan film-filmnya.

Alih-alih memaksakan retelling yang dibuat-buat atau justru mencontek kisah Wonderland dengan klise, Heartless malah berhasil membawa atmosfer realm Wonderland ke dalam kisah yang menyegarkan, tak terduga, namun sekaligus juga membuat pembaca bernostalgia.

Bahkan bagi non-YA lover seperti saya, kisah Heartless dengan segala romansnya ini masih bisa dinikmati dengan enak. Apalagi, Katherine untungnya bukanlah tipikal damsell in distress yang menyebalkan, namun merupakan karakter heroine kuat yang membuat kita mudah bersimpati padanya.

Alice Retellings

Thanks to Marisa Meyer, saya jadi cukup penasaran dengan buku-buku lain yang sebelumnya sudah mendahului Heartless, yaitu melakukan retelling kisah Alice in Wonderland dari beragam sudut pandang.

Beberapa sumber yang sempat saya baca antara lainย ini, ini, dan ini, semuanya memberikan rekomendasi yang serba seru.

Berikut ini adalah buku-buku yang kerap kali disebut di daftar-daftar tadi dan membuat saya penasaran.

Alice (Christina Henry), bercerita tentang nasib Alice setelah kembali dari Wonderland sebagai perempuan yang menderita kelainan jiwa, dan perjuangannya untuk membalaskan dendam pada kuasa jahat yang sudah membuatnya seperti ini. Sepertinya dari semua retelling, yang satu ini termasuk yang paling gelap dan dewasa.

The Looking Glass Wars trilogy (Frank Beddor)– Alyss adalah princess of Wonderland yang harus menghadapi tantenya yang jahat, Aunt Redd, yang ingin merebut kekuasaan dari keluarganya. Alyss melarikan diri dan terdampar di Victorian London, tidak sadar bahwa petualangan yang menantinya di sana ternyata tak kalah berbahaya! Oiya, di sini Hatter berperan sebagai bodyguard Alyss dan sepertinya dibuat menjadi sosok yang super cool ๐Ÿ™‚

After Alice (Gregory Maguire) – Gregory Maguire adalah jagonya retelling, dan ternyata ia juga sudah pernah menulis ulang kisah Alice- kali ini diceritakan dari sudut pandang Ada, sahabat Alice yang terdampar ke Wonderland dan bertekad untuk membawa pulang Alice. Surprisingly, though, rating buku ini di Goodreads ternyata lumayan jelek (2.78 saja).

Hatter (Daniel Coleman)– cocok untuk penggemar Mad Hatter karena buku ini mengangkat background story si pembuat topi yang nyentrik ini. Yang lebih seru, di sini Hatter datang sebagai penyelamat Wonderland dari kehancuran!

 

Submitted for:

Category: A book about a villain or antihero

March by Geraldine Brooks

24 Thursday Aug 2017

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

america, bbi review reading 2017, english, fiction, historical fiction, literature, popsugar RC 2017, pulitzer prize, retelling, slavery

Judul: March

Penulis: Geraldine Brooks

Penerbit: Penguin Books (2006)

Halaman: 280p

Gift from: DCM Brian McFeeters ๐Ÿ™‚

Little Women adalah salah satu buku klasik yang tidak pernah bosan saya baca ulang maupun tonton kembali versi filmnya. Jo March merupakan salah satu karakter perempuan favorit saya sepanjang masa.

Karena itulah saya tertarik membaca March, kisah tentang Mr.March, ayah keluarga March yang digambarkan pergi jauh ke medan perang dalam buku Little Women. Sosok ayah yang ‘hilang’ dari kisah Louisa May Alcott yang sangat kental nuansa feminin tersebut, kini direka ulang oleh penulis berbakat Geraldine Brooks.

Kita diajak mengikuti perjalanan hidup Mr.March, mulai dari masa mudanya saat ia bekerja keras mengumpulkan uang sebagai pedagang keliling yang berkelana ke rumah-rumah orang kaya di daerah selatan, hingga berjumpa dengan seorang budak perempuan yang akan mengubah keseluruhan pandangan hidupnya.

Kisah pertemuannya dengan Mrs. March yang cerdas dan idealis juga diangkat dengan detail di sini, dan bagaimana perjuangan mereka membangun keluarga di tengah pergolakan Perang Saudara yang semakin memanas. Jalan hidup Mr. March akhirnya menempatkannya sebagai sosok pendeta yang memutuskan untuk ikut berjuang di medan perang. Dan mulailah lika-liku adegan perang yang kejam dan nyaris merenggut nyawa Mr. March, serta membuka satu rahasia kelam yang tidak disinggung sama sekali dalam buku Little Women.

March seolah menjelma sebagai kisah yang amat berlawanan dengan Little Women. Jika dalam Little Women kita disuguhi oleh nuansa hangat yang feminin, kisah keluarga dan coming of age story anak-anak perempuan keluarga March, di sini justru kehangatan itu tidak terasa sama sekali. March adalah buku yang kelam, dingin, maskulin, dengan beberapa adegan cukup gory dari suasana perang dan juga sisa-sisa perbudakan yang masih mewarnai Amerika di bagian selatan.

Yang juga menarik adalah interpretasi Geraldine Brooks terhadap sosok Mr. March itu sendiri. Louisa May Alcott pernah mengungkap bahwa sosok Mr. March memang terinspirasi dari karakter ayahnya. Dan fakta inilah yang dikupas habis oleh Brooks, termasuk membuat Mr. March memiliki pandangan yang sama dengan Mr. Alcott terhadap perbudakan, Perang Saudara, dan bahkan mengangkat hubungan pertemanannya dengan penulis di era tersebut seperti Ralph Waldo Emerson dan Henry David Thoreau. Menarik juga menangkap sekilas hubungan antar penulis yang nantinya akan menjadi sosok-sosok bersejarah dunia literatur Amerika.

March termasuk buku yang cukup padat, meski tidak tergolong panjang namun berisi berbagai topik yang kadang cukup sulit dan berat. Tak heran buku ini berhasil menggondol penghargaan Pulitzer di tahun 2006. Hanya saja saya cukup heran, mengapa Hollywood belum melirik kisah ini untuk diangkat ke layar lebar ya?

Submitted for:

Category: A book with a month or day of the week in the title

Kategori: Award Winning Books

 

The Child Thief

13 Monday May 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 14 Comments

Tags

bahasa indonesia, fairy tales, fantasy, fiction, gift, Gramedia, read along, retelling, terjemahan

THE CHILD THIEFJudul: The Child Thief

Penulis: Brom

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Halaman: 936p

Gift from: @GramediaFantasi

Plot:

Nick berada dalam masalah besar. Ia dikejar-kejar geng narkoba yang menyewa kamar di rumahnya. Pertemuannya dengan Peter, seorang anak misterius, sepertinya menjadi jalan keluar yang sempurna. Nick pun memutuskan ikut dengan Peter ke sebuah negeri aneh berselimut sihir, di mana anak-anak liar yang menyebut diri mereka “iblis” berusaha memenangkan peperangan melawan kelompok “pemakan daging”. Namun dunia ini pun ternyata tidak lepas dari masalah- iri hati dan dengki, keinginan untuk menjadi penguasa, dan pertempuran tanpa akhir yang tidak jelas juntrungannya, membuat Nick mulai menyesali keberadaannya di sana. Apalagi, sepertinya sihir tidak bekerja dengan baik di dunia yang sedang sekarat tersebut, dan Nick menyadari keputusannya ikut dengan Peter mungkin adalah kesalahan yang sangat besar – apalagi saat ia semakin mengenal siapa Peter sebenarnya. Si Pencuri Anak- apakah benar?

My thoughts:

Membaca buku setebal hampir 1000 halaman ini ternyata tidak semengerikan yang aku bayangkan sebelumnya. Ukuran fontnya yang agak besar, ditambah spasi yang lebar dan alur yang mengalir cepat, membuat buku ini bisa ditamatkan dalam waktu singkat. Kisah yang merupakan retelling selalu menarik untukku, tapi banyak di antara retelling tersebut yang kurang original, atau justru terlalu mengada-ada.

Child Thief adalah interpretasi Brom terhadap kisah legendaris Peter Pan. Brom mengaku sangat tertarik dengan Peter si anak yang tidak pernah dewasa, dan memang banyak faktor cukup “gelap” yang bisa digali dari kehidupan misterius Peter, sangat cocok dengan gaya menulis serta ilustrasi yang digambar oleh Brom.

Peter, the Child Thief. Pic from here.

Peter, the Child Thief. Pic from here.

Kenapa Peter tidak ingin dewasa? Ada kekecewaan apa di masa kecilnya yang membuat ia tidak ingin tumbuh dewasa, dan bahkan membenci manusia dewasa secara umum? Dan siapakah para Lost Boys- anak-anak pengikut setianya, yang dlm buku ini dikenal sebagai para Iblis, yang selalu menyertai petualangannya dan memuja Peter sang pemimpin sedemikian hebatnya? Lalu, bagaimana asal mula permusuhan abadi Peter dengan Captain Hook- yang di buku ini diwakili oleh sosok Sang Kapten dari kelompok pemakan daging?

Brom meramu kisah anak-anak Peter Pan menjadi dongeng orang dewasa yang penuh kekerasan, pertumpahan darah, kekecewaan dan kenyataan hidup yang pahit. Apakah perbuatan Peter merekrut anak-anak dari dunia nyata merupakan pertolongan bagi mereka dan menjadikannya sosok pujaan anak-anak itu? Atau justru merenggut anak-anak tersebut dari kehidupan yang seharusnya mereka jalani di dunia nyata?

Dilema ini diwakili dengan sempurna lewat sosok Nick, yang awalnya mengikuti Peter untuk melarikan diri dari hidupnya yang menyedihkan di New York, tapi setelah tiba di dunia Peter, Nick menyadari kalau hal terbaik adalah menghadapi hidup, dan bukan melarikan diri dari hadapannya. Nick melihat sosok Peter dari kacamata lain- bukan sekadar pahlawan yang dipuja-puja oleh pengikutnya, melainkan sosok egois yang memaksa anak-anak ikut berjuang dalam peperangan pribadinya demi mengembalikan dunia ajaib yang dicintainya- tanpa peduli apa yang dikorbankan anak-anak tersebut untuknya.

Yang aku suka dari Brom adalah kepiawaiannya meramu kisah fantasi dengan bumbu makhluk-makhluk menakjubkan seperti faery dan para penyihir, dengan kisah sejarah termasuk perang agama, konflik misionaris dan pencarian terhadap dunia baru alias benua Amerika. Dengan jeli Brom menelaah tiap karakternya sehingga pembaca juga bisa memahami masing-masing dilema mereka, termasuk Sang Kapten dengan kisah hidupnya yang penuh tragedi. Tidak ada tokoh yg 100 persen baik dan 100 persen jahat disini, yang ada hanyalah orang-orang yang ingin memperjuangkan kebahagiaan mereka masing-masing, seberat dan sepahit apapun hal-hal yang harus mereka korbankan.

Tapi di samping segala point positif di atas, ada dua hal yang kurang aku sukai dalam buku ini:

1. Beberapa bagian dalam terjemahan. Secara keseluruhan terjemahan buku ini bisa dibilang baik, alur yang cepat tidak terganggu oleh hasil penerjemahannya. Namun ada beberapa bagian, khususnya kata-kata umpatan yang cukup banyak bertebaran dalam buku ini, yang diterjemahkan dengan agak “maksa”. Kata “anjrit” misalnya, yang sering sekali diucapkan disini, terasa kurang sreg buatku. Apakah berasal dr kata “f*ck” dalam bahasa Inggrisnya? Hal ini mengingatkanku saat membaca Motherless Brooklyn dulu, di mana kata umpatan yang sama diterjemahkan menjadi “dancuk” berkali-kali. Terasa mengganggu dan kurang pas. Apa ya kata Indonesia yang tepat sebagai padanan umpatan ini?

2. Ending yang agak dipaksakan. Klimaks di bagian akhir buku sebenarnya sudah sangat seru, mewakili peperangan terakhir antara dua kubu. Namun ketika gerombolan dunia mereka memindahkan pertempuran ke New York, apalagi dengan kematian salah satu tokoh yang sebenarnya tidak perlu, semuanya terasa semakin di luar kendali. Serasa menonton film Jurrasic Park 2 yang endingnya anti klimaks.

 

Gerald Brom (lahir 9 Maret, 1965 di Albany, Georgia), dikenal sebagai Brom, merupakan artis dan ilustrator gothic fantasy yang karya-karyanya meliputi role-playing games, novel, dan komik. Brom kini tinggal di Seattle, Washington, bersama istri dan kedua anak laki-lakinya.

 

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
    Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
  • The Rainmaker by John Grisham
    The Rainmaker by John Grisham
  • A Dance with Dragons by George R.R. Martin
    A Dance with Dragons by George R.R. Martin
  • The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
    The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
  • Popsugar Reading Challenge 2023
    Popsugar Reading Challenge 2023

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...