• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: religion

My Sister Lives on the Mantelpiece by Annabel Pitcher

10 Wednesday Nov 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

british, dysfunctional family, english, fiction, grief, middle grade, popsugar RC 2021, realistic, religion, secondhand books, young adult

Judul: My Sister Lives on the Mantelpiece

Penulis: Annabel Pitcher

Penerbit: Little, Brown Books for Young Readers (2012)

Halaman: 214p

Beli di: Betterworldbooks.com (USD 6)

Rose memang sudah meninggal dunia, namun sepertinya kehadirannya tidak pernah meninggalkan rumah Jamie dan Jas. Malah, Rose seperti semakin nyata, karena bukan saja abunya menempati meja perapian dan bisa dilihat oleh semua orang, namun ayah mereka pun tetap menganggap Rose masih bersama mereka.

Untuk Jamie, yang masih terlalu muda saat Rose meninggal, Rose hanyalah semacam legenda dan mitos dalam hidupnya, sosok tak kelihatan yang memiliki peran penting dalam keluarga mereka. Sedangkan bagi Jas, saudara kembar Rose, kepergian Rose meninggalkan konflik hebat dalam dirinya, antara rasa kehilangan, namun juga kebencian karena kedua orang tuanya menganggap ia bukan sebagai Jas, namun sebagai kembaran Rose yang bertahan hidup.

Ketika ibu mereka memutuskan untuk pergi dari keluarga mereka, Jamie dan Jas harus hidup bersama ayah mereka yang masih dipenuhi kesedihan dan denial. Di tempat yang baru, mereka bertemu dengan teman baru, namun hal ini ternyata malah memicu kemarahan ayah mereka yang tidak suka dengan si teman baru. Apakah mungkin keluarga mereka akan utuh kembali dan menerima kenyataan kalau Rose sudah pergi?

My Sister Lives on the Mantelpiece merupakan buku middle grade/young adult dengan tema grieving. Meski topiknya serius, buku ini dipenuhi nuansa dark humor yang menggelitik, terutama karena naratornya adalah Jamie, anak laki-laki 10 tahun yang masih berusaha mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarganya, dalam kepolosan anak-anak yang menyegarkan namun tetap cerdas.

Buku ini juga bergumul dengan isu-isu yang tak kalah serius, seperti Islamophobia, perceraian, dan terorisme. Namun untungnya, tidak terjebak dalam narasi yang membuat overwhelming. Semuanya disampaikan dengan cukup sederhana, tapi tanpa oversimplified isu yang ada. Saya juga suka endingnya yang realistis, menyentuh namun tidak fairy tale. A recommended book for younger readers who have to deal with grief.

Rating: 4/5

Recommended if you want to read: British middle grade, book about grieving, honest-adorable narrator, serious issues with easier writing

Submitted for:

The book that’s been on your TBR list for the longest amount of time

Home Fire by Kamila Shamsie

04 Thursday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

bargain book!, british, english, fiction, politics, popsugar RC 2021, religion, retelling, romance, women prize

Judul: Home Fire

Penulis: Kamila Shamsie

Penerbit: Bloomsbury Publishing (2018)

Halaman: 264p

Beli di: Books and Beyond (IDR 54k, bargain!)

Isma, Aneeka, dan Parvaiz adalah tiga bersaudara dari keluarga imigran Pakistan yang menetap di London. Setelah ibu mereka meninggal dunia, mereka hanya bergantung pada satu sama lain. Namun, ketiganya selalu dihantui sosok sang ayah, seorang jihadist yang meninggalkan keluarga mereka.

Ketakutan terbesar Isma adalah terpecahnya keluarga mereka, dan hal itu terjadi saat Parvaiz terseret masuk ke kelompok ISIS, tanpa benar-benar paham konsekuensi yang menantinya. Cerita semakin rumit saat Isma dan Aneeka dekat dengan anak Menteri Dalam Negeri Inggris, yang meski berlatar belakang Muslim, memiliki reputasi yang amat tegas terhadap Islam radikal, dan fokus memerangi terorisme.

Home Fire adalah buku yang penuh nuance – plotnya sendiri cukup sederhana, tapi berbagai detail kecil, kejadian yang saling berhubungan, serta relevansinya terhadap isu Islamophobia, radikalisme, terorisme, dan imigran, yang menjadi isu penting di Inggris serta Eropa, menjadikan buku ini kompleks dengan segala keruwetannya.

Kita diajak menyelami sudut pandang masing-masing karakter utama, dari mulai Isma yang mendapat beasiswa S3 ke Amerika, Aneeka yang cantik dan kembarannya, Parvaiz yang tidak puas dengan versi kisah sang ayah yang dicekoki media pada dirinya. Namun kita juga diajak melihat sudut pandang Karamat, Home Secretary yang mengingkari masa lalunya demi posisi politik, dan anaknya, Eamonn, yang memiliki hubungan rumit dengan ayahnya.

Plot yang intriguing ini sebenarnya diramu dengan cukup baik, namun embel-embel kisah romance yang digadang-gadang sebagai retelling kisah mitologi Yunani Antigone, malah menjadi distraksi buat saya. Ditambah dengan endingnya yang super dramatis, membuat saya menurunkan rating buku ini, dari empat bintang menjadi 3,5 bintang saja 🙂

Saya sendiri tidak familiar dengan kisah Antigone, jadi mungkin itu salah satu sebabnya bagian akhir buku ini terasa kurang relate dengan saya. Tapi menurut saya, buku ini masih bisa dibilang berhasil menyajikan isu penting dengan tidak bias, melalui karakter-karakter yang cukup believable.

Rating: 3.5/5

Recommended if you want to read about: relevant issues, Islam in Europe, multiple POVs, complicated characters

Submitted for:

Category: A book that has won the Women’s Prize for Fiction

The Reluctant Fundamentalist by Mohsin Hamid

06 Tuesday Jul 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

9/11, america, english, fiction, middle east, popsugar RC 2021, religion, thought provoking, unreliable narrator

Judul: The Reluctant Fundamentalist

Penulis: Mohsin Hamid

Penerbit: Penguin Books (2008)

Halaman: 209p

Beli di: @bruziati (lupa harganya,LOL)

This is a quick read, but a thought provoking one. Kita diajak untuk menemui seorang pria misterius di sebuah kafe di Lahore, Pakistan. Sambil duduk minum teh (yang dilanjutkan makan malam), pria tersebut bercerita tentang masa lalunya.

Ternyata, di balik penampilannya yang konservatif, ia adalah pria yang memiliki segudang pengalaman di dunia barat, khususya Amerika Serikat. Lulus dari universitas bergengsi di Amerika, bekerja di perusahaan top dengan gaji besar, yang memungkinkannya traveling ke berbagai tempat.

Namun beberapa kejadian, yang memuncak pada peristiwa 9/11, membuat pria ini mengubah pola pikirnya, yang tadinya terpengaruh dengan cara pandang kapitalis ala Amerika, menjadi bertolak belakang. Ia memikirkan betapa jomplangnya kehidupan keluarganya di Pakistan, dan menimbang ulang apa yang menurutnya lebih penting.

Judul The Reluctant Fundamentalist sendiri merupakan gaya bercanda Mohsin Hamid, karena fundamentalis di sini ternyata tidak seperti yang kita bayangkan ketika membaca sinopsis buku yang bersetting di Pakistan ini. Stereotyping adalah salah satu topik yang dibahas oleh Hamid di sini, dan menantang kita untuk membuka pikiran luas-luas saat membaca tulisannya.

Gaya bahasa yang mengalir merupakan kekuatan utama buku ini, meski ditulis seperti monolog dari si pria misterius, kisahnya jauh dari membosankan, dan hebatnya, Hamid mampu menghadirkan setting yang sangat nyata, mulai dari suasana Lahore, udara panasnya, aroma masakan, dan atmosfer yang kadang berubah cepat – dari perasaan aman di sore hari menjadi perasaan tidak aman saat matahari sudah tenggelam. Hamid juga menghadirkan kontras yang cukup berhasil saat menggambarkan kota New York, serta pekerjaan si pria misterius yang serba glamor.

The Reluctant Fundamentalist adalah buku yang bisa dibaca berulang-ulang dan kita tetap akan menemukan hal baru di dalamnya. Satu-satunya komplen saya hanyalah ending cerita yang terkesan buru-buru dan dibuat menggantung, menyisakan sedikit rasa tidak puas setelah terpikat dengan 200-an halaman kisah sang fundamentalis.

Rating: 3.5/5

Recommended if you like: unique narrator, unusual storytelling, Middle East lit, strong setting, cliffhanger ending

Submitted for:

Category: A book by a Muslim American author (actually Mohsin Hamid is a Muslim British author, but I knew this too late XD )

Here I Am by Jonathan Safran Foer

02 Friday Nov 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

america, contemporary, dysfunctional family, english, epic/family, family saga, fiction, jonathan safran foer, race, religion, washington dc

Judul: Here I Am

Penulis: Jonathan Safran Foer

Penerbit: Picador (2017, Paperback First Edition)

Pages: 571p

Bought at: Politics and Prose, Washington, DC ( USD 17)

Here I Am berkisah tentang empat minggu penuh drama dan chaos dalam kehidupan keluarga Bloch. Jacob dan Julia Bloch terpaksa mengakui kalau pernikahan mereka berada di ujung tanduk. Konflik dan permasalahan yang menumpuk bertahun-tahun memuncak dan bereskalasi dengan cepat, di tengah kerumitan situasi yang mereka hadapi: persiapan Bar Mitzvah Sam si anak sulung, juga kedua anak laki-laki mereka yang lain, Max dan Benjy, yang masing-masing menyimpan masalah pelik.

Hal ini ditambah lagi dengan satu kejadian mengejutkan: gempa bumi besar terjadi di Israel, dan perang terancam pecah di tengah bencana alam tersebut di mana negara-negara Timur Tengah berebut mendapatkan sumber daya untuk bertahan hidup. Dan Israel, dengan segala arogansinya, tidak ingin berbagi sumber yang mereka miliki dengan negara di sekitarnya yang membutuhkan.

Bukan saja kakek Jacob adalah survivor holocaust (yang menyimpan masalahnya sendiri), atau ayahnya merupakan aktivis sayap kanan pro Israel yang kerap vokal menyuarakan opini kerasnya di Washington, DC tempat mereka tinggal, tapi saat tragedi tersebut terjadi, sepupu Jacob dari Israel sedang berkunjung ke DC, dan pergolakan ini memancing diskusi panas antara Jacob dan keluarganya tentang identitas mereka sebagai orang Yahudi, serta apa peran mereka terhadap masa depan Israel.

Buku ini adalah buku yang kompleks, penuh bahasan tema yang berat-berat, kontemplasi dan refleksi yang terkadang amat terkesan personal sehingga saya tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah sosok Jacob sebenarnya adalah karakterisasi dari si penulis sendiri.

Topik mengenai identitas selalu menarik untuk dibaca, dan Jonathan Safran Foer, yang memang sangat ahli dalam genre semacam ini, berhasil merangkum semua kegalauan karakternya ke dalam satu kisah epik keluarga bercampur politik yang terasa dekat dengan kehidupan masa kini. Karakter-karakter dalam Here I Am, terutama Jacob, digambarkan dengan transparan dan real, membuat saya bisa berubah dengan cepat, kadang bersimpati tapi kadang jadi sebal padanya.

Dialog-dialog dalam buku ini amat witty meski terkadang terasa agak pretentious dan segmented. Dan memang, di beberapa bagian terdapat penuturan yang terlalu panjang, kadang malah seperti random rambling yang tidak jelas relevansinya terhadap keseluruhan kisah. Sebaiknya bersabar saja membaca bagian-bagian ini karena suka terselip humor segar atau komentar cerdas di antara paragraf-paragraf panjangnya.

Foer adalah satu dari sedikit penulis fiksi kontemporer yang karya-karyanya (meski tidak selalu fenomenal atau best seller) tetap konsisten dalam hal kualitas. Dan meski saya setuju tidak semua karyanya bisa dinikmati, saya tidak bisa berhenti kagum pada determinasinya berkarya dengan tema sulit namun dekat di kehidupan semacam pencarian identitas serta politik dan keluarga yang tak terpisahkan. Mungkin sedikit mengingatkan saya dengan gaya Jonathan Franzen, dalam konteks berbeda namun sepertinya berada dalam golongan yang hampir sama.

Meet the author!

Saya merasa amat sangat beruntung karena tahun lalu saat berkunjung ke Washington, DC untuk urusan pekerjaan, saya sempat melipir ke acara pembacaan buku Here I Am oleh si penulis, Jonathan Safran Foer, di toko buku Politics and Prose. Acaranya sendiri standar, Foer membacakan satu chapter dari bukunya sambil diselingi komentar-komentar sarkastik yang kocak. Karena setting cerita adalah di Washington, DC, Foer berkata kalau sesi readingnya kali ini memang istimewa karena berlokasi di kota yang sama.

Setelah reading, pengunjung dipersilakan antri untuk meminta book signing. Saya sempat ragu karena antriannya panjang banget… Tapi akhirnya saya mencomot buku dari rak dan ikut antri – ternyata posisi saya paling belakang, jadi di belakang saya tidak ada orang lain mengantri. Jadi saya cuek saja minta foto bareng (meski rada malu juga), hahaha… padahal sebelumnya tidak ada satupun yang minta foto bareng dengan Jonathan. What can I say? Once Asians, always will be Asians XD

Yang pasti, Jonathan Safran Foer adalah salah satu penulis super cool yang nggak perlu ngapa-ngapain juga udah keren. Hahahaha… aura smart dan wittynya bener-bener kuat. Yang so sweet adalah Foer ditemani oleh Ibunya di acaranya ini, jadi waktu saya minta foto bareng, dia langsung minta tolong ibunya untuk fotoin kita. LOL! Dan sedikit pelajaran buat saya yang agak tergagap-gagap saking groginya: Please prepare at least one brilliant thing to say in case you will meet with your idol!!!

Submitted for:

Category: A book with song lyrics in the title

Troublemaker: Surviving Hollywood and Scientology by Leah Remini

06 Monday Aug 2018

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

celebrity author, english, hollywood, memoir, non fiction, religion, secondhand books

Judul: Troublemaker: Surviving Hollywood and Scientology

Penulis: Leah Remini

Penerbit: Ballantine Books (2015, First Edition)

Halaman: 234p

Beli di: Better World Books (USD 8.98)

Scientology adalah salah satu aliran kepercayaan yang paling banyak menuai kontroversi, baik karena latar belakangnya, cara merekrut pengikutnya, hingga taburan artis dan selebritas yang masuk di dalam kelompok ini.

Leah Remini adalah salah satu aktris Hollywood yang dibesarkan di tengah kelompok Scientology, dan tetap setia di dalamnya hingga ia menjadi selebritas terkenal. Sampai di satu titik, rasa muak dan akal sehatnya mengalahkan kesetiaan buta yang sudah ia pupuk bertahun-tahun, dan ia memutuskan untuk meninggalkan Scientology dengan segala resikonya. Buku ini adalah ungkapan hati dan pemikirannya tentang kepercayaan yang ia cintai sekaligus benci.

Dalam Troublemaker, Leah Remini berkisah tentang awal mula ia mengenal Scientology dan bagaimana ia dibesarkan di tengah ketidaklaziman: tidak menginjak bangku sekolah, hidup dalam kemiskinan bahkan ditelantarkan oleh orang tuanya, yang harus bekerja untuk organisasi tersebut.

Secara jujur Leah juga mengakui obsesinya untuk mencapai peringkat eksklusif yang hanya diberikan oleh organisasi ini pada pengikut-pengikutnya yang sudah memiliki pencapaian tertentu, termasuk artis Hollywood atau jutawan dengan kekayaan luar biasa. Leah bertekad ingin masuk ke lingkungan tersebut, dan impiannya tercapai saat ia berhasil menembus Hollywood dan menjadi bintang utama dalam TV show King of Queens.

Berbicara tentang Scientology tentu tidak akan lengkap tanpa kehadiran Tom Cruise, pengikut yang paling terkenal dan berpengaruh. Posisi Leah yang berhasil masuk ke dalam lingkaran eksklusif Scientology membuatnya bisa melihat dari dekat keseharian Tom Cruise dan betapa organisasi sangat memujanya. Leah bahkan menghadiri pernikahan Tom dengan Katie Holmes, dan menyaksikan banyak kejanggalan di sana.

Pertanyaan demi pertanyaan mulai mengusik Leah, dan ia mulai dikenal sebagai pemberontak yang tidak disukai oleh organisasi. Leah yang vokal dan berani mempertanyakan berbagai kebijakan, membuatnya menerima berbagai konsekuensi dan hukuman, dari mulai yang bersifat trivial hingga menekan.

Buku ini ditulis dengan gaya khas Leah Remini: ceplas ceplos, straightforward dan apa adanya. Leah mungkin bukan tokoh yang langsung mudah disukai, namun keterusterangannya lama kelamaan membuat kita semakin merasa terhubung dengannya. Berbagai info orang dalam yang disampaikannya di sini membuat kita ternganga namun sekaligus memahami konflik dan intrik di dalam organisasi Scientology.

Hingga buku ini terbit, Leah masih mendapat banyak kecaman dari Scientology, namun ia sudah siap menghadapi tantangan tersebut. Untuk menangkis serangan yang ia yakin akan dilancarkan oleh organisasi Scientology pada dirinya, Leah bahkan langsung membuat daftar berisi dosa-dosanya semasa hidup, sehingga tidak ada lagi yang bisa dipakai oleh Scientology untuk menjatuhkannya.

She’s a badass and she knows it!

Saya merekomendasikan buku ini untuk orang-orang yang ingin mengenal Scientology lebih dalam, intrik dan konflik di baliknya, bahkan kerunyaman dan kegilaan para pengikutnya, dengan gaya bertutur yang mengalir dan apa adanya.

 

Origin by Dan Brown

06 Wednesday Jun 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

borrowed, english, europe, fiction, mystery/thriller, religion, series

Judul: Origin

Penulis: Dan Brown

Penerbit: Doubleday Hardcover First Edition (2017)

Halaman: 461p

Borrowed from: Essy

Dan Brown.. I have a love-hate relationship with this author. Saya fans berat Dan Brown sejak membaca Da Vinci Code, dan resmi menjadikan Angels and Demons sebagai salah satu buku thriller paling favorit sepanjang masa.

Tapi setelah itu, formula mirip yang digunakan Brown membuat karya-karyanya terasa stagnan, predictable, dan tidak menawarkan sesuatu yang baru. Karakter jagoannya, Robert Langdon, makin lama makin melempem.

Tapi seperti layaknya cinta pertama yang tak terlupakan, setiap kali Brown menerbitkan buku baru, ya saya pasti akan antusias juga membacanya, hehe..

Origin bermain-main dengan ide ‘dari manakah kehidupan berasal, dan bagaimana nasib manusia di masa depan?’

Pemikir masa depan (futurist) sekaligus milyarder terkenal Edmond Kirsch mengaku sudah menemukan bukti-bukti yang bisa menjawab pertanyaan abadi tersebut. Ia merancang acara peluncuran yang akan menghebohkan dunia di Museum Guggenheim Bilbao, Spanyol, dan Robert Langdon, mantan profesornya, diundang juga untuk hadir.

Namun sebelum Kirsch mengungkapkan penemuannya yang disebut-sebut akan mengguncangkan iman dan mengancam eksistensi agama, terjadi tragedi yang menyebabkan Kirsch terbunuh. Kini terserah Langdon untuk meneruskan niat Kirsch  meluncurkan video yang berisi pengungkapan penemuannya. Namun tentu saja ada pihak-pihak yang tidak ingin video tersebut diluncurkan, dan ini berarti Langdon harus berkejar-kejaran dengan para pihak misterius (yang juga haus darah) tersebut.

Dibantu oleh Ambra Vidal, direktur museum cantik yang juga teman Kirsch, serta asisten Kirsch yang jenius, Winston, Langdon berkejaran dengan waktu, berusaha mencari password untuk mengakses video Kirsch sekaligus memutarnya untuk dunia, tanpa ikut terbunuh juga.

Barcelona kini menjadi setting utama kisah petualangan Langdon, dan untungnya Dan Brown berhasil menyatukan beberapa lokasi terkenal di kota tersebut ke dalam ketegangan dalam buku ini. Saya sendiri punya perasaan khusus terhadap Barcelona yang membuat saya bisa lebih menikmati Origin dibandingkan beberapa buku sebelumnya. Misteri dan pengungkapannya sebenarnya tidak sekontroversial beberapa kisah Brown terdahulu, sementara culpritnya sendiri agak sudah bisa tertebak sejak di pertengahan cerita.

Langdon seperti biasa masih sering melakukan blunder yang membuat gemas, sementara Ambra Vidal kurang seru sebagai partner Langdon di sini. Scene stealernya malah Winston, si asisten misterius yang saya bayangkan mirip dengan Jarvis nya Tony Stark.

Beberapa bagian plot agak terasa dipanjang-panjangkan, sementara tool klise ‘pembunuh bayaran yang memiliki trauma masa lalu’ serta ‘sekte gereja Katolik misterius’ terasa terlalu mirip dengan formula Dan Brown sebelumnya.

Kalau mau dibuat rumusnya, mungkin kisah Dan Brown bisa digambarkan seperti ini:

Langdon + partner perempuan cantik + isu kontroversial (preferably yang menyangkut agama)+ setting kota indah = kisah petualangan thriller + pembunuh bayaran dengan masa lalu tragis + sekte/cult/kelompok misterius.

Tinggal ganti-ganti saja sedikit elemen-elemen tersebut dan voila, terciptalah buku terbaru serial Langdon. Tidak buruk sih (masih lebih baik dibandingkan Inferno atau Lost Symbol), tapi untuk sekelas Dan Brown ya terasa agak malas juga.

Di Origin, yang agak saya sayangkan adalah kurangnya unsur “pemecahan kode” yang merupakan keahlian Langdon sebagai ahli simbologi terkenal. Memang sih, masih ada isu pemecahan misteri password Kirsch, tapi Dan Brown kurang memaksimalkan bagian ini sehingga unsur puzzle atau misteri kode nya terasa tanggung.

Saya masih menyimpan harapan suatu hari nanti Brown akan menulis kisah thriller non Langdon, dengan formula segar yang membuat saya teringat mengapa saya amat menyukai penulis yang satu ini bertahun-tahun yang lalu.

We’ll see apakah harapan itu akan terkabul.

 

The Wonder by Emma Donoghue

30 Friday Jun 2017

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

bbi review reading 2017, english, fiction, historical fiction, history, popsugar RC 2017, religion

Judul: The Wonder

Penulis: Emma Donoghue

Penerbit: Little, Brown and Company (2016)

Halaman: 291p

Beli di: Book Depository (IDR 149,120)

Lib Wright adalah perawat Inggris yang merupakan anak didik dari Florence Nightinghale. Ia dipanggil untuk bertugas di sebuah desa kecil miskin di Irlandia, namun kasus yang dihadapinya bukanlah kasus biasa.

Desa tersebut sedang diramaikan oleh berita tentang seorang anak perempuan berumur 11 tahun, Anna O’Donnell, yang dikabarkan sudah berpuasa selama berbulan-bulan dan tidak makan apapun, namun kondisi tubuhnya tetap baik. Fenomena ini mengundang banyak orang, baik turis maupun penganut Katolik yang percaya kalau Anna adalah titisan Santa, dan mereka berbondong-bondong menyambanginya.

Sebuah komite dibentuk di desan tersebut dan mereka mengambil keputusan untuk mengundang pengamat dari luar yang ditugaskan menguak misteri ini. Lib hadir sebagai perwakilan ilmu pengetahuan, perawat terlatih yang terbiasa melihat segalanya dari sudut pandang rasional. Bahkan sebelum bertemu Anna, Lib sudah yakin kalau semua kehebohan ini hanyalah bagian dari tipuan belaka, usaha untuk mencari sensasi, ketenaran, bahkan uang. Namun pertanyaannya, siapa yang menjadi dalangnya, dan bagaimana cara tipuan itu dilakukan?

Lib bertekad untuk menguak misteri tersebut secepat mungkin, namun pengamatannya selama beberapa hari non-stop masih belum membuahkan hasil. Hatinya mulai diliputi kebimbangan. Apakah mungkin Anna ternyata benar-benar menjadi bukti keajaiban yang nyata?

Emma Donoghue memang paling lihai menulis kisah-kisah yang tidak biasa, topik yang gelap namun nyata, dan karakter-karakter yang memorable, termasuk menggunakan sosok anak kecil sebagai sentral ceritanya.

Beberapa bagian mengingatkan saya pada buku Emma sebelumnya, Room, yang menjadi bestseller di mana-mana. Setting cerita yang terkesan “sempit” dan claustrophobic, tokoh-tokoh yang menyimpan rahasia, tema yang tidak biasa dan menyisakan kejutan hingga di bagian akhir…

Memang The Wonder terasa lebih lambat dibandingkan Room. Jalan ceritanya juga terkesan lebih datar. Namun saya tetap menikmati kisah ini, terlebih karena memang diinspirasi oleh kejadian nyata yang terjadi beberapa abad lalu. Fenomena miracles, mukjizat, keajaiban dan sejenisnya memang amat populer bahkan hingga masa kini. Orang-orang selalu tertarik ke dalam pusaran kejadian yang tidak biasa dan tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Dan pertentangan antara ilmu pengetahuan serta agama maupun spiritual tetap menjadi topik yang menarik, dan Emma Donoghue dengan segala keterbatasannya, cukup berhasil menyajikannya dengan menarik lewat The Wonder.

Submitted for:

Category: A book about an interesting woman

Kategori: Historical Fiction

People of The Book by Geraldine Brooks

28 Thursday Jan 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 7 Comments

Tags

books of books, europe, fiction, Gramedia, history, religion, terjemahan, world war

people of the bookJudul: People of The Book

Penulis: Geraldine Brooks

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2015)

Penerjemah: Femmy Syahrani

Halaman: 504p,

Beli di: Hobby Buku (IDR 98k, Disc 20%)

Hanna Heath adalah seorang pakar konservasi buku langka, dan ia memperoleh pekerjaan yang paling menantang di tahun 1996, saat Haggadah (buku doa orang Yahudi) Sarajevo yang dianggap telah hilang saat perang berkecamuk di Bosnia, mendadak muncul kembali. Uniknya, buku tersebut telah diselamatkan oleh kepala pustakawan museum yang beragama Muslim, Ozren Karaman.

Saat menilik buku tersebut, Hanna terkesima dengan banyaknya artefak kecil yang tertinggal di dalamnya, dan yang akan membantunya untuk menelusuri sejarah panjang haggadah tersebut. Ada jejak berupa tetesan anggur, sehelai bulu misterius, setitik garam, serta lekukan bekas penjepit yang sudah hilang entah ke mana. Selain itu, terdapat juga pertanyaan tentang ilustrasi cantik yang menghiasi buku tersebut, suatu hal yang jarang ditemui dalam buku doa kaum Yahudi.

Dengan piawai, Geraldine Brooks membawa kita menyusuri jejak Haggadah Sarajevo, berjalan mundur ke belakang mulai dari saat buku tersebut menghilang di tengah Perang Dunia II yang melanda Bosnia, kemudian ke masa akhir abad ke 19 di Wina, saat haggadah dijlid ulang untuk terakhir kalinya. Ada juga masa di Venesia saat Inkuisisi Katolik membuat kehidupan umat Yahudi terancam, namun toh haggadah tersebut tetap bertahan, bahkan berhasil lolos sensor dari kelompok Inkuisitor. Lebih ke belakang lagi, di tahun 1400-an, kita diajak singgah ke Terragona di Spanyol, bertemu orang yang menuliskan teks haggadah, dan pada akhirnya, ke Sevilla untuk bertemu seniman yang membubuhkan ilustrasi indah di buku tersebut.

Perjalanan panjang ini tidak terasa membosankan karena Brooks berhasil memikat saya dengan beragam karakter yang kaya beserta latar belakang mereka, termasuk masalah dan tantangan yang dihadapi di tengah situasi sulit seperti Perang Dunia atau himpitan Inkuisitor Katolik. Dengan lihai, Brooks menyelipkan misteri dari setiap artefak kecil yang ditemukan Hanna ke dalam kisah sejarah haggadah, sehingga semua pertanyaan terjawab dengan rapi. Very convenient and convincing!

Satu hal yang mungkin bisa dibilang agak mengganggu buat saya adalah karakter Hanna sendiri. Sepertinya Brooks terlalu sibuk menghidupkan karakter dan plot sejarah di buku ini, sampai agak mengesampingkan karakter dan plot di masa kini. Saya tidak peduli dengan Hanna dan segala permasalahannya: dilema dengan kariernya, hubungan dengan ibunya (yang sangat menyebalkan), misteri masa lalunya, sampai kisah asmaranya. Bagi saya, semua itu hanya selintas lalu saja, transisi dari satu kisah sejarah haggadah ke kisah yang lain. Bahkan twist ending yang dihadirkan Brooks juga tidak terlalu berkesan untuk saya.

Brooks bukan penulis hisfic pertama yang terlalu sibuk dengan kisah sejarah hingga melupakan pengembangan karakter untuk settingan di masa kini. Saya mengalami kekecewaan yang sama saat membaca Sarah’s Key (Tatiana de Rosnay) serta The Virgin Blue (Tracy Chevalier). Untungnya, People of The Books masih sangat memikat hati saya dan sosok Hanna tidak terlalu mengganggu, sehingga saya masih sangat merekomendasikan buku ini bagi para pencinta fiksi sejarah, terutama yang menyangkut kisah tentang buku.

Pilate’s Wife by Antoinette May

26 Tuesday May 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

bahasa indonesia, challenge 15, Gramedia, historical, religion, review15, terjemahan, WIN2015

pilates wifeTitle: Pilate’s Wife

Writer: Antoinette May

Translator: Ingrid Dwijani Nimpoeno

Publisher: Gramedia Pustaka Utama (2011)

Pages: 544p

Bought: Vixxio (IDR 25k)

There’s something magical about the life of Romans in the past. I always love reading about their history, because they were involved so much in shaping the current world we live in now. Antoinette May tried to capture the life of Claudia, Pontius Pilate’s wife, who more or less had been mentioned in the Bible during the court and crucifixion of Jesus Christ.

Of course, one major rule if you want to enjoy this kind of book is, don’t confuse the historical fiction with your religious beliefs. I am a Christian and I believe in Jesus Christ, but I know that sometimes, to enjoy a book, I have to try to forget just for a while on what I truly believe in.

So, this book told a story of Claudia, a gifted child who can forsee the future through her dreams or mind. Claudia was a daughter of the Caesar’s family, and her father was the military leader of Germanicus. Claudia longed for a god/goddess that can guide her and understand her life, and since a young age, Claudia had been a follower of the goddess Isis.

The politics in Rome was pretty chaotic, with Livia (Tiberius’s grandmother), ruled Tiberius with her spiteful tactics, and Germanicus, the real lovable leader, had to suffer from Tiberius’s envy and jealousy.

Claudia and her family followed her father wherever he was sent for his duty, usually assisting Germanicus to inspect Rome’s other colonies.

Claudia’s life was totally changed when she met with Pilate, and later got married to him. They were assigned to Judea and this is where the stories took off. At the time, the country was still confused on the rising of a charismatic leader called Jesus. Claudia thought that Jesus was harmless, but she couldn’t convince her husband to feel the same way.

Antoinette May took many events from the Bible but changed it loosely to fit with her story. For example, she said that Jesus got married with Mary Magdalene, a theory that also raised by Dan Brown in his book The Da Vinci Code. Also, from a historical point of view, Jesus was only another charismatic person. Of course no sane, logical person would believe him as the son of God.

And does this kind of book ruin my faith? Change my beliefs?

I think it takes more than a novel to make me lose my faith. This kind of book makes me rethink everything in a different point of view, but can’t really shake anything I’ve believed. I quite enjoyed it though, the story flows nicely and the descriptions are marvelous.

The ending is predictable, of course, but still pretty good. All in all, a decent historical fiction with some biblical reference. It can be better, but it’s decent enough 🙂

Submitted for:

Category: Familial relation

Category: Familial relation

Faith by Jennifer Haigh

18 Monday Aug 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

america, bargain book!, drama, english, family, fiction, lucky 14, religion, review 2014

faithJudul: Faith

Penulis: Jennifer Haigh

Penerbit: HarperCollins first edition (2011)

Halaman: 318p

Beli di: Bazaar Periplus Citraland (IDR 15k, bargain price!)

Membeli buku itu kadang seperti membeli kucing dalam karung. Kita tidak tahu apa yang ada di balik sampul depan, dan harus punya ekspektasi seperti apa. Inilah yang saya alami ketika membeli Faith. Harga yang murah adalah alasan utama saya membeli buku ini, tanpa pernah mendengar sedikitpun tentang nama penulisnya, dan bahkan tidak membaca sinopsis di belakang buku dengan serius.

Dan ternyata, kali ini “kucing” yang saya beli benar-benar melampaui ekspektasi saya. I surprisingly enjoyed this book a lot.

Ceritanya adalah tentang keluarga McGann, keluarga Katolik lama yang bermukim di daerah Boston. Sheila McGann, satu-satunya anak perempuan keluarga, menjadi narator yang cukup reliable, sedikit vague di sana-sini tapi mudah menarik simpati.

Ia bercerita tentang ibunya yang ditinggalkan suami pertama saat anak laki-laki mereka, Arthur masih bayi. Lalu tentang pernikahan sang ibu dengan laki-laki dari klan McGann, yang ternyata seorang alkoholik berat. Sheila juga bercerita tentang Arthur, kakak tirinya yang memenuhi panggilan menjadi pastor, serta Mike, adik laki-lakinya yang membina keluarga kecil dengan istrinya yang bukan Katolik.

Konflik bermula ketika ada skandal menyeruak dari gereja Katolik di Boston. Beberapa pastor terlibat dalam pelecehan seksual terhadap anak-anak. Dan di tengah keriuhan ini, nama Arthur termasuk di dalamnya.

Sheila, yang tidak percaya Arthur adalah sosok seperti itu, berusaha mengumpulkan fakta-fakta untuk menarik kesimpulannya sendiri. Namun semakin dalam Sheila menggali, ia semakin dikejutkan oleh rahasia keluarga yang ia temukan. Bukan hanya keyakinannya terhadap Arthur yang diuji, tapi juga keyakinannya terhadap keluarga McGann yang selama ini menjadi bagian hidupnya.

Jennifer Haigh adalah seorang pencerita yang baik. Drama keluarga dan isu kontroversial seperti ini mengingatkan saya dengan buku-buku Jodi Picoult, namun Haigh mampu mengeksekusi idenya dengan lebih baik. Karakter-karakternya lebih hidup dan bisa mengundang simpati, sementara ending kisahnya-meski dramatis- namun masih bisa dimengerti.

Unsur drama yang kental dipadukan dengan latar belakang agama Katolik, menghasilkan ramuan yang juicy, jauh dari kesan membosankan. Meski Sheila sendiri kadang terasa “menjauh” dari pembaca (ia berusaha tidak melibatkan emosinya sebagai narator)- namun tidak sampai mengganggu alur kisah secara keseluruhan.

Buku ini membuat saya penasaran dengan karya-karya Jennifer Haigh lainnya- dan memperolehnya seharga IDR 15k saja, adalah suatu kepuasan tersendiri!

Trivia:

Tahun 2002, Boston Globe memberitakan tentang 5 orang pastor Katolik yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Pemberitaan ini memicu terbukanya skandal yang lebih besar, yaitu pelecehan oleh para pastor di seluruh Amerika, dan bahkan di negara-negara lainnya. Hal ini menyebabkan krisis Gereja Katolik, termasuk pengunduran diri beberapa pejabat penting, tuntutan terhadap lebih dari 100 kasus pelecehan, serta kebangkrutan Gereja Katolik di Boston.

Submitted for:

Category: Bargain All The Way

Category: Bargain All The Way

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Circe by Madeline Miller
    Circe by Madeline Miller
  • The Secret History
    The Secret History
  • Heartless by Marissa Meyer
    Heartless by Marissa Meyer
  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...