• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: Posting Bareng BBI 2016

[Posbar BBI] Wishlist 2017

04 Wednesday Jan 2017

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ 10 Comments

Tags

2016, 2017, BBI, list, posbar, Posting Bareng BBI 2016, resolution, wishlist

2016-2017

Halooo all 🙂 Balik lagi ke Posbar BBI terakhir di cycle 2016, yang kali ini temanya Wishlist 2017. Berhubung masih nyerempet-nyerempet wishlist, hari ini saya skip dulu Wishful Wednesday nya ya, tapi don’t worry, WW akan balik lagi mulai minggu depan, jadi tetep stay tuned yaaa 😀

Naaah, ngomongin soal wishlist, apa aja yaa, wishlist saya untuk 2017 ini menyangkut dunia perbukuan dan membaca? Berikut adalah yang kepikiran (sejauh ini, hihi):

Membabat at least 40 buku dari timbunan 😀
Yea, yea, right. Ini impian setiap penimbun sepertinya, dan entahlah akan berhasil atau enggak. Yang pasti, saya sudah setting target Goodreads Challenge sebanyak 80 buku untuk 2017 ini, dan rasanya masih wajar lah ya kalau separonya adalah dari timbunan saya? Asal jangan langsung membeli buku dengan jumlah dua kali lipat saja, hahaha..

Mempunyai boxset Harry Potter

Nahhh ini dia nihhh yang dari dulu belum kesampaian. Sebagai Potterhead garis keras, saya malu karena belum punya a decent Harry Potter Box Set, baik edisi bahasa Inggris maupun terjemahan. Dari sekian banyak versi, banyak sih yang sudah bikin saya ngiler berat. Tapi ya itu… kepentok budget soalnya XD Mungkin 2017 adalah saat yang tepat untuk membuang segala alasan budget dan… finally get THIS FREAKIN BOXSET.

Membuat lebih banyak giveaway 🙂

Iyaaa… tahun ini Wishful Wednesday agak-agak sering ngilang deh, berkat kesibukan yang suka sok-sok muncul dalam hidup saya XD Tahun 2017 ini semogaa bisa lebih rutin lagi WW nya, ditambah dengan giveaway yang juga lebih sering. Doain aja yaa… 🙂

Lebih banyak membaca sama Yofel

Iya, tahun 2016 kemarin memang sempat membuat beberapa postingan [Reading With Yofel], tapi rasanya kok kurang banyak yaa… Saya kadang suka merasa bersalah juga sih karena lebih senang baca buku sendirian sementara Yofel biarin aja main game atau nonton TV, hahaha… what a bad parenting example XD Semoga tahun ini saya bisa meluangkan waktu lebih banyak lagi dengan Yofel untuk membaca bersama-sama..

Menyelesaikan at least satu challenge

Iya, masih ragu sihhh mau ikutan challenge nggak ya? Last year was so fun because I gotta choose books to read only based on my mood. No restrictions, no deadlines, no regulations… Tapi saya juga gatel untuk kembali mengasah adrenalin saya, reading outside my comfort zone… Karena it’s true, last year was laid back and cozy and all – but.. I missed the excitement as well. So… I decided to still take things lightly this year, but spice it up a bit with an easy challenge. Let’s see what I’d do ya 🙂

Hmmm… sepertinya itulah beberapa wish saya untuk 2017. Sepertinya kok jadi lebih seperti resolusi ya? Hahaha… Mari kita lihat berapa yang benar-benar terkabul sepanjang 2017 ini.

Once again, happy new year, happy 2017, and let’s bring it on!!!

Submitted for:

Banner Posbar 2016

 

 

 

[Posbar BBI] Top Choice 2016

03 Tuesday Jan 2017

Posted by astrid.lim in list

≈ 4 Comments

Tags

2016, best books, list, posbar, Posting Bareng BBI 2016, top choice

2016-2017

Happy new year! Selamat tahun baru, semoga tahun 2017 ini lebih baik dalam segala hal untuk kita semua. Maaf ya, bulan Desember kemarin saya hectic sekali mengejar berbagai deadline sebelum cuti selama akhir tahun, jadilah blog cukup terbengkalai, termasuk postingan Wishful Wednesday yang sempat vakum. Biasanya, saya juga bikin postingan khusus A Year in Books yang rutin saya tulis dari tahun ke tahun, tapi karena kesibukan saya kemarin ini, saya memutuskan untuk menggabungkan rekap tersebut ke postingan ini saja deh 😀

Tapi… untungnya belum telat untuk ikut posting bareng alias posbar terakhir BBI yang dibagi dalam dua topik: BBI Top Choice 2016 dan BBI Wishlist 2017.

Mariii kita mulai dulu dari topik pertama, Top Choice 2016.

Selama tahun 2016 kemarin, saya sama sekali tidak ikut reading challenge apapun, kecuali Goodreads reading challenge yang hanya menentukan target jumlah buku yang dibaca. Saya memasang target 75 buku, dan syukurlah, tahun 2016 saya berhasil menamatkan 79 buku, sedikit di atas target.

Membaca tanpa harus memenuhi challenge apapun, kecuali ikutan posbar BBI setiap bulan, ternyata membuat saya lebih fresh setelah beberapa tahun berturut-turut selalu memaksakan diri ikut challenge ini-itu, bahkan sempat dua tahun menjadi host Lucky Number 14 & Lucky Number 15 Reading Challenge. Sepertinya saya memang sudah jenuh dengan segala jenis challenge yang justru terasa menghimpit dengan batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan.

Ternyata, tahun 2016 kemarin terasa sangat liberating karena saya sama sekali tidak punya target bacaan. Saya membaca tergantung mood saja, kalau lagi pingin yang tegang, saya pilih misteri, kalau lagi pingin santai, saya pilih buku anak, kalau lagi pingin mikir, saya pilih buku pemenang award atau sastra klasik sekalian. Rasanya menenangkan sekaligus santai.

Dan dari segala ke-random-an membaca tanpa plan ini, saya akan share 5 buku terbaik versi saya tahun 2016 ini, bukan saja karena memang bukunya keren, tapi saya membacanya sesuai dengan mood dan keinginan saya – tanpa embel-embel target, tema, topik, genre, ataupun ketentuan lainnya. Here we go!

5. Americanah by Chimamanda Ngozi Adichie

americanah

Saya membaca buku ini selama perjalanan dinas ke Amerika, dalam suasana menghadapi anak-anak Amerika yang nantinya akan datang ke Indonesia di bawah program yang saya kelola. Dan buku Americanah, yang membahas masalah identitas yang menjadi topik krusial di Amerika saat ini, benar-benar menjadi background story yang sempurna selama perjalanan saya tersebut. Saya menghabiskan hampir seluruh perjalanan saya untuk menamatkan buku ini, tapi bukan karena bukunya lambat atau membosankan, tapi karena I was savoring every bit of it.

4. The Day The Crayons Quit by Drew Daywalt

crayons quit

Hilarious, kocak, lucu. Buku ini adalah satu dari sedikit buku yang sempat saya baca dengan Yofel tahun ini. Pas banget momennya memang kita lagi butuh yang seru-seru, hihi.. Salah satu resolusi tahun 2017 adalah lebih banyak membaca bersama Yofel, mudah-mudahan ketemu lagi buku-buku seru semacam serial Crayons ini.

3. A Storm of Swords by George R.R. Martin

a storm of swords

Buku ketiga serial A Song of Ice and Fire ini benar-benar seru bangeeet… dan membuat saya tidak sabar untuk membaca sekuel-sekuelnya (bring it on 2017!). Seperti biasa, membaca serial ini bikin geregetan, stress tapi addictive. Benar-benar sesuai dengan suasana hati saya saat membaca buku ini, yang butuh suntikan adrenalin tinggi 😀

2. Ready Player One by Ernest Cline

ready player one

Yes, this is one of the best books I’ve read in 2016, and perhaps, ever. Science fiction tapi nggak bikin pusing, young adult tapi nggak menye-menye, menyentuh segala isu masa kini mulai dari teknologi, media sosial, virtual reality, sampai identitas dan segala topik kekinian lainnya, tapi tanpa bernada menggurui. Plus, twist dan misterinya pas banget dengan unsur action dan suspensenya. Pokoknya, keren pake banget.

1. The One and Only Ivan by Katherine Applegate

one and only ivan

Buku Newbery selalu menjadi kelemahan saya, dan benar kaaan… The One and Only Ivan berhasil bikin saya termehek-mehek. Buku ini hadir di saat saya lagi craving baca buku yang sedih menyentuh hati, bittersweet dan tearjerker. Dan voilaaa… buku ini tepat sesuai harapan saya, bahkan exceed my expectation.

Dan itulah, 5 terbaik versi saya. Satu hal yang juga saya catat dari bacaan saya tahun 2016 lalu adalah, saya lumayan banyak membaca buku bertemakan buku, atau books about books, salah satu genre favorit saya. Rata-rata buku dengan genre ini selalu memuaskan sih, dan meski tidak ada yang saya masukkan di list Top Choice di atas, tapi sebenarnya hampir semua buku dari genre ini layak masuk ke daftar tersebut 🙂

Nah… bagaimana dengan tahun 2017? Apa resolusi saya terkait buku dan membaca? Apa wishlist yang sangat saya harap-harapkan di tahun ini? Semuanya akan saya tulis di postingan berikutnya ya, BBI Wishlist 2017. See you there 🙂

Submitted for:

Banner Posbar 2016

 

 

[Posbar BBI] Baca Di Mana Aja

02 Friday Dec 2016

Posted by astrid.lim in my story

≈ 4 Comments

Tags

BBI, my story, posbar, Posting Bareng BBI 2016

Okey. Dari sejarah per-posbar-an sepanjang tahun 2016 ini, bulan November adalah yang paling suliiit buat saya. Kalau sebelum-sebelumnya, baca bareng dengan tema apapun, saya jabanin deh. Malah kalau yang agak aneh, saya suka menganggapnya challenge aja, biar seru.

Tapi bulan ini memang terbukti cukup sulit. Ada dua tantangan yang saya hadapi:

  1. Nyari orang baca buku di tempat umum tuh udah susaaaaah banget. Rata-rata orang biasanya megang HP atau gadget lainnya kalau sedang duduk menunggu di tempat umum. Jadi memang menemukan orang yang baca buku secara random itu cukup sulit di Jakarta. Beda banget tuh sama segala macem Hot Dudes Reading di Instagram yang kayaknya tiap hari nemu aja cowok ganteng lagi baca buku di subway.
  2. Kalaupun sudah ketemu satu orang yang sedang baca buku di tempat umum, biasanya saya cukup jiper untuk nyamperin dan ngajak ngobrol-ngobrol. Selain karena merasa awkward, juga agak takut mengganggu karena saya sendiri sudah pernah merasakan diganggu orang saat baca di tempat umum dan bikin bete XD

Anyway.

Kedua tantangan tadi menyebabkan hasil posbar bulan ini memang kurang maksimal. Saya memang berhasil menangkap dua orang pembaca buku di tempat umum selama bulan ini, tapi pada akhirnya nggak sempat ngobrol-ngobrol dengan mereka, jadi memang kurang keren sih investigasinya, hahaha. Dan karena foto-fotonya saya ambil secara diam-diam ala paparazzi, terpaksa deh wajah-wajah yang bersangkutan saya sembunyikan ya…Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan XD

posbar-nov1-edit

Korban pertama saya tangkap di airport Adisucipto, Yogyakarta, saat sedang menunggu pesawat kembali ke Jakarta. Kalau kamu sangka mencari orang yang baca buku di ruang tunggu airport yang super besar itu gampang, kamu salah banget! Karena dari ratusan orang yang berjejalan di sana, hampir semua sibuk dengan gadget masing-masing. Sampai akhirnya saya menemukan sesosok perempuan yang asik baca buku, tidak peduli dengan sekitarnya. Saya berusaha mengintip buku yang sedang dibacanya tapi nggak sukses. Yang pasti, bukunya novel berbahasa Inggris. Sampai sekarang, saya cukup nyesel juga kenapa saya nggak menyapa cewek ini. Siapa tau kan, tertarik jadi anggota BBI, ya! 😀

posbar-nov2-editKorban kedua, lebih random lagi. Saya lagi nungguin ujan brenti sore-sore di depan kantor, dan pas di jendela yang menghadap cafe di lobby, saya menangkap seorang cewek bule sedang ngopi sore sambil baca buku. Bukunya juga nggak jelas apaan karena waktu itu posisi saya di balik jendela cafe XD Ditilik dari ukurannya sih, seperti mass market paperback. (Sotoy)

Anyway, begitulah perjalanan saya mencari para pembaca buku di belantara Jakarta (dan luar Jakarta). Ternyata tidak semudah yang dibayangkan, plus saya mesti lebih banyak latihan deh pokoknya. Salut sama adminnya akun-akun Instagram yang bisa dengan santai menyetop orang sana-sini dan mengobrol ria. Padahal, saya mantan wartawan lho! Tapi sepertinya skill untuk doorstop orang dan menginterview sudah mulai memudar. Hahahaha!

Submitted for:

Banner Posbar 2016

[Posbar BBI] Supernatural ala Agatha Christie

31 Monday Oct 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

agatha christie, bahasa indonesia, BBI, british, classic, fantasy, fiction, Gramedia, horror, mystery, Posting Bareng BBI 2016, terjemahan

hound-of-deathJudul: The Hound of Death (Anjing Kematian)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Tanty Lesmana

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (cetakan keempat, 2014)

Halaman: 336p

Beli di: @HobbyBuku (bagian dari Boxset Agatha Christie)

Merayakan Halloween dan Posting Bareng BBI bulan Oktober ini yang bertema “Supernatural”, saya memutuskan untuk menelaah beberapa cerita Agatha Christie yang sifatnya menyerempet-nyerempet hal-hal gaib. Sebenarnya sih karena memang saya orangnya penakut dan nggak berani membaca cerita yang murni horor, jadilah saya mencari sesuatu yang masih dalam batas keberanian saya ;p

Kebetulan di buku Hound of Death, atau yang diterjemahkan oleh GPU sebagai Anjing Kematian, terdapat beberapa cerpen yang temanya lebih ke arah supernatural dan bukan pembunuhan biasa. Ada juga sih, kisah-kisah pembunuhan khas Agatha, tapi karena tema posbar kali ini adalah Supernatural, maka saya akan membahas kisah-kisah dengan tema “gaib” saja ya 🙂

Anjing Kematian

Suster Marie Angelique disebut-sebut memiliki kekuatan gaib, karena bisa memancarkan energi misterius dan meramalkan masa depan, terutama kejatuhan dunia lewat orang-orang yang memiliki ‎tanda akhir zaman. Setiap kali Suster Marie Angelique terlibat suatu kejadian, ada tanda anjing hitam besar yang tertinggal di sana. Namun apakah benar itu pertanda akhir dunia?

Orang Keempat

Kasus kepribadian ganda yang dipadukan dengan unsur supernatural, di mana seorang gadis bodoh namun kejam, suatu hari dirasuki oleh kepribadian luar biasa seorang temannya yang sudah meninggal, yang bisa bernyanyi dalam berbagai bahasa dan memiliki kemampuan akting mumpuni. Di sini, Christie bermain-main dengan ide “raga” sebagai wadah tempat bersemayamnya “jiwa”, dan apakah mungkin satu wadah bisa ditempati beberapa jiwa yang berbeda.

Sang Gipsi

Ramalan seorang Gipsi dalam cerita ini selalu tepat, dan akhirnya malah berujung pada tragedi. Apakah kemampuan melihat masa depan betul-betul ada?

Lampu

Ini adalah satu-satunya kisah dalam buku ini yang murni tentang hantu dan sukses membuat saya merinding ketakutan, bahkan setelah selesai membacanya. Kisahnya tentang satu keluarga yang pindah ke sebuah rumah yang kabarnya dihantui oleh anak laki-laki yang selalu bersedih. Sang Ibu yang selalu praktis tidak percaya dengan rumor tersebut, tapi ketika anak laki-lakinya mulai berteman dengan seorang “anak laki-laki yang kesepian”, perasaan si Ibu mulai terganggu. Dan ending buku ini, sukses membuat saya ketakutan setengah mati!

Kasus Aneh Sir Arthur Carmichael

Sir Arthur yang kaya dan masih muda, tiba-tiba ditemukan berkeliaran di desa, linglung dan tidak bertingkah laku seperti manusia. Sementara itu, sesosok penampakan kucing kelabu sering terlihat di rumah Sir Arthur. Apakah ada hubungan antara kedua fenomena tersebut?

Panggilan Sayap-Sayap

Seorang jutawan kaya yang sangat terikat oleh kehidupan mewah dan harta bendanya, suatu hari terpikat oleh pemusik jalanan tak berkaki yang memainkan musik misterius yang serasa membawanya terbang ke awang-awang. Semakin si jutawan mendengar lagu tersebut, semakin sadarlah ia bahwa harta kekayaannya selama ini sudah membelenggunya. Suatu keputusan drastis mengubah total kehidupan jutawan tersebut.

Yang Terakhir

Ini satu lagi kisah yang membuat saya merinding ngilu. Dan endingnya! Tak habis pikir saya mengapa Agatha Christie kadang memiliki imajinasi yang sangat gelap. Ceritanya tentang seorang medium terkenal di Paris, yang sudah berencana ingin pensiun. Hari ini adalah appointmentnya yang terakhir dengan seorang klien, yaitu ibu-ibu mengerikan yang kelewat berduka sepeninggal anak perempuannya. Apakah yang akan dialami si medium di tugasnya yang terakhir ini? Yang pasti, sesuatu yang mengerikan!

Dari kisah-kisah di atas, saya bisa menyimpulkan kalau Agatha Christie, selain mahir menciptakan kisah-kisah misteri pembunuhan, juga cukup piawai dalam menulis cerita-cerita horor! Memang tidak semuanya mengerikan dan dipenuhi hantu-hantu (hanya Lampu lah yang benar-benar merupakan kisah hantu), tapi sisanya juga sukses membuat saya merinding karena ke-bizzare-annya.

Christie terutama suka bermain-main dengan misteri hidup yang tidak terpecahkan: indra keenam, kerasukan, kepribadian ganda, bahkan beberapa legenda seperti tentang kaum Gipsi atau makhluk dongeng semacam Pan. Semuanya dipadukan menjadi kisah-kisah yang unik, tidak biasa, dan memang tidak seperti yang dibayangkan orang-orang tentang karya Agatha Christie. Ada beberapa kisah lain dalam buku ini yang menggunakan unsur supernatural sebagai background cerita, tapi ternyata kisahnya “hanya” pembunuhan biasa, karena itu tidak saya masukkan ke dalam postingan ini.

Namun terlepas dari suka atau tidaknya para penggemar Christie terhadap kisah-kisah supernatural ini, saya bisa berkomentar kalau Christie memang seorang penulis jempolan dengan imajinasi tingkat tinggi!

Submitted for:

Banner Posbar 2016

 

Posbar BBI: Reading Nooks

30 Friday Sep 2016

Posted by astrid.lim in my story

≈ 14 Comments

Tags

BBI, bookish, my story, posbar, Posting Bareng BBI 2016, reading nooks

Bulan September ini, tema Posting Bareng Blogger Buku Indonesia (BBI) adalah tentang “Tempat Baca”. Sebenernya saya kepingin sih posting tentang tempat baca keren-keren di Jakarta, seperti cafe, cafe buku atau tempat nongkrong lain yang serba asyik dan instagramable.

Tapi…. kalau ditanya tempat baca favorit, saya terpaksa harus mengakui kalau saya adalah.. anak rumahan. Iya, saya lebih suka ngadem di rumah untuk baca buku, selonjoran di sofa atau tempat tidur – dibanding pergi ke cafe sambil ngopi-ngopi cantik. Meski terkadang kalau lagi suntuk, saya suka juga sih bawa buku dan nongkrong di cafe ber AC, sambil nyeruput teh dan people watching juga. Tapi ya itu.. baca di cafe biasanya lebih banyak distraksi.. Merhatiin orang lewatlah, atau bolak-balik lihat HP dan foto-foto. Good for my instagram, but not for my reading progress. Apalagi kalau sambil duduk di cafe, badan rasanya lebih cepet pegel dan nggak bisa bebas selonjoran.

Jadi… untuk posbar kali ini, saya mau mengangkat tema home sweet home aja deh, alias reading nook favorit saya di rumah 😀

nook1Yang pertama adalah sofa di ruang tengah, yang letaknya memang berdekatan dengan rak dan lemari buku saya. Plusnya? Gampang kalau mau nyamperin rak buku untuk milih-milih bacaan atau sekadar mengagumi koleksi sendiri ;p Trus, deket juga sama dapur tempat saya bisa mengambil segala jenis camilan. Dan sofa ini juga lumayan nyamanlaah untuk baca lama-lama.

Minusnya? Saya harus rebutan sama Yofel, yang juga demen menggunakan sofa ini sebagai tempat nongkrongnya 😀 Lalu, letak sofa ini kurang mojok, jadi masih bisa keganggu orang lalu-lalang.

What I wish I had: armchair yang model wing dengan dudukan kaki ala-ala kursi Ikea yang sepertinya bakal nyaman banget untuk baca buku, dan bisa saya letakkan di bagian pojok ruangan, lebih dekat lagi dengan rak buku dan lebih privat posisinya.

Ikea my love :D

Ikea my love 😀

Lalu, tempat berikutnya yang jadi favorit saya adalah di teras depan rumah.

nook3

Plusnya: seger pemandangannya, hijau-hijau menyenangkan. Lebih sedap lagi kalau ditemenin minuman dingin kayak es cincau atau coca cola pakai es.

Minusnya: panas! Jadi kalau mau nyaman baca di sini, lebih baik pagi-pagi aja, atau sekalian bawa kipas angin portable buat nemenin baca biar adem 😀

What I wish I had: A swing porch! Udah cita-cita dari dulu tapi belum kesampean nih.. pasti asik banget buat jadi tempat baca, plus bisa sekalian ngadem juga…

swing-porch

Tapi dari semua tempat, favorit saya adalah… tempat tidur! Yeay 😀 Iya, saya emang kebo banget dan paling demen baca sambil tiduran. It’s not good for my eyes, sure. Tapi posisi paling enak emang baca sambil tiduran sih XD

nook2Plusnya: nyaman, simpel, praktis. Kalo ngantuk, ya tidur sekalian. Bangun tidur dan masih pingin nyantai, bisa sambil baca. Saya juga punya lampu baca Ikea yang bener-bener terang dan pas banget dipake di tempat tidur. So all’s set for me!

Minusnya: mata cepet rusak pastinyaaa… Dan memang lebih cepet ngantuk, terutama kalau baca buku menjelang tidur.

What I wish I had: Bedside table yang merangkap bookshelf. Praktis banget dan keren buat aksesori kamar pastinyaa 🙂

bookshelf-bedside

Ada yang juga punya reading nook favorit di rumah?

Submitted for:

Banner Posbar 2016

The BFG by Roald Dahl

29 Friday Jul 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 4 Comments

Tags

bbiholiday, british, children, classic, fantasi, fiction, Gramedia, Posting Bareng BBI 2016, terjemahan

bfg

Lokasi: Pesca Ice Cream, Jakarta Barat

Judul: The BFG

Penulis: Roald Dahl

Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2010)

Halaman: 200p

Part of Boxset Roald Dahl

Suatu malam, Sophie yang tinggal di sebuah panti asuhan di Inggris melihat pemandangan paling mengerikan dalam hidupnya: sesosok raksasa! Karena Sophie menangkap basah si raksasa berkeliaran di desanya, ia pun diculik oleh raksasa tersebut dan dibawa ke negeri para raksasa.

Untunglah, raksasa yang menculiknya ternyata adalah si BFG, atau Big Friendly Giant! BFG adalah satu-satunya raksasa baik hati yang tidak pernah memakan manusia. Namun, BFG bercerita pada Sophie tentang para raksasa lain yang gemar makan manusia, terutama anak-anak, dan rencana gila mereka untuk melahap habis anak-anak di seluruh dunia, termasuk di Inggris!

Sophie dan BFG kemudian menyusun strategi dan rencana yang besar dan nekat untuk menggagalkan niat para raksasa jahat. Rencana itu melibatkan perjalanan ke London, mengatur mimpi ratu Inggris (melalui alat penangkap mimpi BFG), serta penyergapan besar-besaran. Berhasilkah Sophie dan BFG menyelamatkan nyawa anak-anak dari santapan raksasa?

Seperti biasa, buku Roald Dahl selalu penuh imajinasi, detail-detail gory namun seru (terutama fakta bahwa raksasa-raksasa ini gampang saja mencomot anak-anak dan menyantap mereka bulat-bulat!), dan ending yang out of the box.

Penerjemah buku ini, Poppy Chusfani, juga berhasil menerjemahkan segala istilah aneh (terutama gaya bicara BFG yang sering salah menggunakan kata-kata) dengan pas dan tepat. Hasilnya masih tetap kocak dan mudah dimengerti. Saya sendiri sempat ketawa-ketawa sendiri beberapa kali saat membaca bagian dialog nggak nyambung antara BFG dengan Sophie yang cerdas.

Yang pasti, BFG adalah salah satu dari buku klasik Dahl (pertama kali diterbitkan tahun 1982) yang selalu direkomendasikan oleh pencinta karyanya. Terlebih lagi, film BFG sudah tayang di musim panas ini, dengan sutradara Steven Spielberg. Nggak sabar pingin nonton 😀

Submitted for:

Banner Posbar 2016

Istanbul: Kenangan Sebuah Kota by Orhan Pamuk

28 Thursday Jul 2016

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 5 Comments

Tags

bbi holiday, memoir, non fiction, Posting Bareng BBI 2016, terjemahan, travel

istanbul

Lokasi: Blue Doors, Bandung 🙂

Judul: Istanbul: Kenangan Sebuah Kota

Penulis: Orhan Pamuk

Penerjemah: Rahmani Astuti

Penerbit: Serambi (2015)

Halaman: 555p

Beli di: Hobby Buku (IDR 69k, disc 20%)

Ini pertama kalinya saya membaca karya Orhan Pamuk. Saya berharap bisa lebih menyukai buku ini, tapi entah kenapa perasaan saya kok biasa-biasa saja ya setelah selesai membaca Istanbul, malah cenderung kurang terkesan.

Mungkin ada beberapa sebab mengapa saya menganggap buku ini kurang memuaskan:

  1. Ekspektasi: saya belum pernah membaca karya Orhan Pamuk sebelumnya, termasuk yang bergenre fiksi dan meraih berbagai penghargaan bergengsi. Mungkin ekspektasi dan standar yang ada di otak saya waktu membaca buku ini ternyata lebih disesuaikan dengan apa yang saya dengar tentang buku-buku fiksinya. Sementara itu, Istanbul adalah karya non fiksi, memoar dari Pamuk tentang kehidupannya dan kota kelahiran serta kecintaannya, Istanbul. Genre yang cukup esoterik dan pada dasarnya bukan merupakan favorit saya, apalagi dari seorang penulis yang belum saya kenal dan saya baca karya-karyanya.
  2. Personal: karya ini menurut saya adalah karya yang sangat personal. Mengisahkan tentang kehidupan Orhan Pamuk, mulai dari masa kanak-kanaknya di tengah keluarga besarnya, ayahnya yang gemar menghilang dan persaingannya dengan sang abang untuk memperoleh perhatian ibu mereka, serta berlanjut ke masa remaja dan dewasa, perjuangannya mencari panggilan hidup yang sejati. Namun, karena saya memang belum memiliki koneksi apapun dengan Pamuk, bagi saya buku ini datar saja. Apalagi, kisah memoar kehidupan Pamuk di sini (yang sebenarnya berasal dari keluarga cukup berada dan tidak terlalu memiliki konflik yang dramatis) juga dicampurbaurkan dengan kisah memoar Istanbul, kota yang memiliki sejarah panjang sejak dari jaman Byzantium, Otoman, hingga Republik. Saya jadi agak bingung, antara mengenal Orhan Pamuk (yang sangat sedikit menceritakan kehidupan pribadinya di sini) atau Istanbul (yang saya juga tidak terlalu banyak tahu sejarahnya). Dari kedua topik tersebut, saya tidak mendapatkan hasil yang maksimal.
  3. Self indulgent: lagi-lagi, masih menyambung pendapat saya di nomor 2, menurut saya buku ini memang benar-benar ditulis oleh Pamuk sebagai kecintaannya pada kotanya, Istanbul. Saya suka deskripsi detail yang ia jabarkan mengenai jalan-jalan kuno di Istanbul, reruntuhan kota yang sudah mengalami berbagai kejadian, serta keindahan tersembunyi yang bisa ditemukan di tempat-tempat tak terduga. Saya ingin mengunjungi Istanbul setelah membaca buku ini. Tapi satu hal yang kurang saya sukai adalah banyaknya referensi penulis, pelukis, dan seniman yang digunakan oleh Pamuk dalam menjabarkan kota kesayangannya ini. Nama-nama tersebut tidak berarti apa-apa bagi saya dan kadang bagian-bagian ini terasa membosankan dan diulang-ulang, seperti membaca buku sejarah saja rasanya. Mungkin karena saya terlalu ignorant untuk mencari tahu lebih lanjut tentang nama-nama tersebut, tapi yang pasti menurut saya Pamuk terlalu banyak bermain dengan referensi ini sehingga malah saya kehilangan perspektif pribadinya di banyak bagian buku. Satu lagi yang saya sayangkan adalah banyaknya foto hitam putih indah yang tersebar di buku ini, yang sayangnya tidak dilengkapi caption apapun, sehingga kurang memperjelas latar belakang dan kaitannya dengan bagian kisah tertentu.
  4. Terjemahan: saya tidak mengkritik terjemahan buku ini karena semuanya masih mudah dipahami, gaya bahasanya pun masih lumayan bisa dinikmati. Tapi saya pikir, alangkah lebih baiknya kalau saya bisa menikmati Pamuk dengan bahasa aslinya sendiri, karena saya yakin, tersimpan nuansa puitis dan melankolis yang tidak bisa dituangkan sempurna lewat terjemahannya, seindah apapun terjemahan yang dilakukan. Tapi, mustahil lah saya belajar bahasa Turki demi menikmati kisah ini 🙂

Orhan Pamuk adalah sosok yang fenomenal, dan Istanbul adalah kota yang tak kalah fenomenal. Mungkin saya memang berharap terlalu banyak dari buku ini, dengan segala unsur fenomenalnya- namun tak mendapat sesuai yang saya harapkan. Yang pasti, buku-buku Pamuk lainnya masih masuk ke dalam list to read saya!

Submitted for:

Banner Posbar 2016

Book Scavenger by Jennifer Chambliss Bertman

22 Friday Jul 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

america, BBI, book about books, children, english, fiction, middle grade, mystery, Posting Bareng BBI 2016, puzzle, series

Lokasi: Jalan tol Cipularang, otw to Bandung :)

Lokasi: Jalan tol Cipularang, otw to Bandung 🙂

Judul: Book Scavenger

Penulis: Jennifer Chambliss Bertman

Penerbit: Square Fish (2015)

Halaman: 350p

Beli di: The Last Bookstore Los Angeles (USD 7.99)

Orangtua Emily bertekad akan tinggal di 50 negara bagian di Amerika Serikat, dan mereka mendokumentasikan perjalanan dan mimpi mereka ke dalam sebuah blog yang memiliki banyak penggemar. Awalnya, kehidupan unik ini terasa menarik bagi Emily, tapi lama kelamaan, ia hanya menginginkan kehidupan normal di mana ia bisa benar-benar memiliki rumah yang tetap dan teman baik yang dikenalnya lebih dari satu tahun. Satu-satunya hiburan Emily adalah Book Scavenger, permainan menyembunyikan dan berburu buku dengan mengikuti petunjuk dan teka teki.

Ketika keluarga Emily pindah ke San Francisco, Emily cukup bersemangat karena itu adalah kota asal Garrison Griswold, pencipta permainan Book Scavenger. Mungkin ia akhirnya bisa menghadiri salah satu event Griswold yang terkenal, yang selalu diadakan di San Francisco. Emily juga berharap San Francisco akan lebih menyenangkan dari kota-kota lain tempat ia tinggal sebelumnya, karena ia mendapat teman baru, James, yang tinggal di apartemen di atasnya. Lebih seru lagi, James adalah penggemar berat teka-teki, puzzle dan permainan kata, sehingga cukup nyambung dengan Emily dan mau membantunya dalam permainan Book Scavenger.

Namun, tragedi terjadi saat Garrison Griswold ditemukan cedera setelah percobaan perampokan di stasiun kereta bawah tanah. Secara tidak sengaja, Emily mengetahui kalau perampokan itu bukan perampokan biasa, karena para perampok mengincar buku berharga yang ada hubungannya dengan event permainan berikut yang diciptakan oleh Griswold – yang hadiah utamanya sepertinya sangat luar biasa.

Dibantu oleh James serta kakak Emily, Matthew, mereka berusaha mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Mr. Griswold untuk memecahkan teka-teki game yang belum diketahui oleh siapapun. Selain itu, mereka juga harus menghindari kejaran para perampok yang sepertinya mengincar hal yang sama!

Book Scavenger mengingatkan saya akan buku-buku sejenis seperti The Westing Game atau Mr. Lemoncello’s Library. Penuh teka-teki, permainan, dan pekerjaan detektif yang dipadukan dengan dunia buku, Book Scavenger memang ditulis oleh dan untuk pencinta buku. Banyak referensi tentang penulis dan literatur dalam kisah ini, yang pastinya akan terasa relate dengan para bookworms di seluruh dunia.

Permainan Book Scavenger sendiri, menurut penulis buku ini, terinspirasi oleh BookCrossing, gerakan bertukar dan berburu buku yang memang sudah eksis bertahun-tahun lamanya di banyak negara di dunia. Saya sendiri pernah menulis tentang BookCrossing dan bersinggungan dengan komunitas ini saat tinggal di Belanda dulu.

Dari segi konflik dan misteri, Book Scavenger tidak terlalu menyisakan kejutan, tapi daya tariknya justru datang dari perjalanan Emily menyusuri petunjuk-petunjuk tersebut di sekitar kota San Francisco. Setelah membaca begitu banyak buku sejenis berlatar kota New York, ternyata San Francisco cukup memberikan kesegaran tersendiri. Saya juga suka para karakter di buku ini, yang diberi kesempatan sama besarnya untuk unjuk gigi, termasuk Matthew, kakak Emily yang awalnya tampak menyebalkan tapi ternyata memberi warna kekocakan tersendiri.

Kabar gembira datang dari Jennifer Bertman karena buku kedua serial ini, The Unbreakable Code, sudah terbit dan pastinya menyimpan lebih banyak keseruan dari dunia Book Scavenger!

Submitted for:

Banner Posbar 2016

 

Peter Nimble and His Fantastic Eyes by Jonathan Auxier

18 Monday Jul 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

adventure, bahasa indonesia, BBI, children, fantasi, fiction, Gramedia, middle grade, Posting Bareng BBI 2016, series, terjemahan

peter nimble

Lokasi: Teras rumah, Jakarta 🙂

Judul: Peter Nimble and His Fantastic Eyes (Peter Nimble dan Mata Ajaib)

Penulis: Jonathan Auxier

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014)

Penerjemah: Rosemary Kesauly

Halaman: 432p

Beli di: Hobby Buku (IDR 75k. Disc 25%)

Hidup Peter Nimble sejak kecil selalu penuh penderitaan. Ia ditemukan dalam keadaan buta sejak bayi, matanya dipatuk oleh burung gagak. Kemudian ia dipungut oleh Mr. Seamus, penjahat menyebalkan dan sadis yang melatihnya menjadi seorang pencuri andal. Peter tumbuh besar di kota pelabuhan, bertahan hidup dengan mencuri dan tinggal di bawah kekuasaan Mr. Seamus.

Namun hidup Peter berubah total saat ia bertemu seorang pedagang keliling yang memiliki sebuah kotak misterius. Kotak tersebut seolah memanggil-manggil Peter untuk dicuri, dan Peter tak kuasa menolak panggilan itu. Ternyata, kotak yang berisi tiga pasang mata ajaib ‎malah membawa Peter ke dalam petualangan paling seru yang akan mengubah hidupnya.

Karena kotak itu, Peter terdampar di sebuah pulau terpencil, dan bersama dengan Sir Tode, Ksatria yang dikutuk memiliki tubuh setengah binatang dan setengah manusia, ia mendapat perintah khusus dari seorang Profesor misterius untuk menyelamatkan penduduk sebuah kerajaan antah-berantah yang membutuhkan bantuan.

Kerajaan itu sudah sangat lama berada di bawah pemerintahan raja palsu yang kejam, dan kini terserah pada Peter dan Sir Tode untuk bisa membebaskan kerajaan tersebut dari sang raja lalim. Seiring perjalanannya, Peter dan Sir Tode menemui beragam petualangan, kejadian mencekam, karakter-karakter aneh yang akan menjadi musuh dan kawan, serta tentu saja- makna persahabatan sejati.

Peter Nimble dan Mata Ajaib merupakan buku anak-anak (middle grade) yang berhasil memenuhi seluruh checklist untuk sukses di genrenya. Karakter yang unik, petualangan seru, setting yang menggugah imajinasi (mulai dari padang pasir tandus sampai kerajaan cantik namun penuh monster), dan juga twist di sepanjang buku. Meski saya sudah bisa menebak twistnya setelah pertengahan buku, tapi perjalanan menuju akhir kisah tetap bisa saya nikmati karena memang Jonathan Auxier mampu memberikan deskripsi yang hidup terhadap adegan-adegannya.

Saya juga menyukai persahabatan antara Peter dan Sir Tode yang super kocak, sedikit mengingatkan saya dengan hubungan Shrek dan Donkey. Beberapa adegan dan dialog mereka benar-benar sanggup membuat saya tertawa-tawa sendiri, satu hal yang agak jarang saya lakukan saat membaca buku anak yang biasanya humornya agak terlalu childish. Satu lagi, saya suka penggambaran karakter Peter Nimble, yang meski merupakan karakter utama cerita ini, namun tidak terlepas dari flaws dan berbagai kelemahan. Auxier mampu menyeimbangkan peran dari para karakter pembantu, sehingga Peter tidak menjadi one man show di buku ini.

Highly recommended for all children book lovers!

Sequel:

Berita menyenangkan datang dari Jonathan Auxier tentang sequel kisah Peter Nimble yang berjudul Sophie Quire and The Last StoryGuard. Pastinya masih dipenuhi oleh berbagai petualangan yang khas Peter Nimble dan Sir Tode, apalagi kali ini tema kisah akan berkisar seputar buku! Semoga saja sequel ini akan segera diterjemahkan juga oleh GPU 🙂

Submitted for:

Banner Posbar 2016

I’ll Give You The Sun by Jandy Nelson

14 Thursday Jul 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 4 Comments

Tags

america, BBI, dysfunctional family, english, fiction, LGBT, Posting Bareng BBI 2016, romance, young adult

Lokasi: Kebun Raya Bogor :)

Lokasi: Kebun Raya Bogor 🙂

Judul: I’ll Give You The Sun

Penulis: Jandy Nelson

Penerbit: Walker Books (2015)

Halaman: 429p

Borrowed from: Ferina

Buku-buku Young Adults (YA) selalu menjadi tantangan tersendiri buat saya, karena meski saya seringkali merasa sudah bukan merupakan audiens buku-buku ini, tapi saya masih tetap penasaran dan ngotot ingin menemukan beberapa buku YA bagus once in a while.

Saya banyak mendengar review keren tentang I’ll Give You The Sun, so I decided to give it a shot. Apalagi nuansa cover kuningnya sepertinya cocok banget menjadikan buku ini sebagai summer read 🙂

I’ll Give You The Sun berkisah tentang hubungan sepasang saudara kembar, Jude (perempuan) dan Noah (laki-laki). Seperti anak kembar pada umumnya, sifat Jude dan Noah sangat bertolak belakang. Di usia remaja, perbedaan itu semakin terlihat, saat Jude berusaha berubah semakin menyerupai teman-temannya, anak-anak California yang gaul, suka surfing, nongkrong-nongkrong dan flirting dengan cowok-cowok ganteng. Sementara Noah yang super introvert justru makin menenggelamkan dirinya ke dalam dunia lukisannya.

Meski berbeda, Jude dan Noah tetap sangat dekat, meski hubungan mereka kerap kali terganggu dengan persaingan sengit memperebutkan perhatian dan pengakuan dari Ibu mereka yang adalah seorang profesor seni. Jude dan Noah dituntut Ibu mereka untuk menjadi seniman yang terbaik, dan berusaha keras memperoleh posisi tersebut apapun caranya.

Namun suatu tragedi keluarga menyebabkan hubungan Jude dan Noah merenggang. Masing-masing menyimpan rahasia yang membuat mereka semakin jauh satu sama lain. Hal ini ditambah lagi dengan masalah pribadi mereka, Jude yang bertemu seorang cowok Inggris ganteng misterius di tengah kaulnya yang tidak ingin berhubungan dengan laki-laki, dan Noah yang berusaha menerima kenyataan tentang orientasi seksualnya.

Buku ini ditulis dalam dua sudut pandang: Noah saat berusia 13 tahun, sebelum tragedi terjadi dan saat ia pertama bertemu seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta; dan Jude saat berusia 16 tahun, setelah tragedi terjadi dan saat ia berusaha menyatukan kembali keluarganya dan memperbaiki segala kekacauan yang berlangsung di keluarganya.

Saya sendiri merasa jauh lebih menyukai sudut pandang Noah dibandingkan Jude. Mungkin karena Noah adalah karakter yang lebih mudah mengundang simpati saya, ditambah lagi, hubungannya dengan si cowok tetangga, Bryan, benar-benar memikat saya dengan segala kesederhanaan sekaligus kejujuran deskripsinya.

Sementara itu- Jude… hmm, saya tidak bisa merasa suka dan terhubung dengannya. Apalagi saat kisah mulai beralih ke arah plot romance tipikal remaja- dengan hadirnya seorang badboy asal Inggris yang misterius dan memiliki masa lalu kelam, yang berusaha Jude deny tapi toh ia jatuh juga ke pelukan sang cowok.. membosankan.

Sayangnya, Jandy Nelson malah menuturkan sebagian besar kisah ‎melalui sudut pandang Jude, yang membuat saya kadang-kadang menjadi gemas dan ingin sesekali melempar buku. Saya sendiri lebih kepingin tahu banyak tentang hubungan Noah dan Bryan, pencarian jati diri mereka dan masa depan mereka- ketimbang bertele-tele dengan Jude.

Mungkin alasan itu juga yang membuat saya tidak bisa 100% setuju dengan review bintang 5 yang rata-rata disematkan para Goodreaders untuk buku ini. Ditambah lagi, gaya bahasa Nelson yang full metafora (terutama saat masuk ke dunia seni Jude dan Noah) kadang memang terlalu berlebihan, meski masih bisa dimaklumi di beberapa bagian.

Anyway, I’ll Give You The Sun, meski hanya separo bagiannya saja, masih lumayan bisa memuaskan saya. Mungkin in the future saya akan mencoba mencari YA dengan tema LGBT untuk mengobati kejenuhan saya dengan tipikal percintaan‎ ala remaja heteroseksual dengan karakter yang itu-itu saja.

Submitted for:

Banner Posbar 2016

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • A Feast for Crows by George R.R. Martin
    A Feast for Crows by George R.R. Martin
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • Five Little Pigs
    Five Little Pigs
  • Station Eleven by Emily St.John Mendel
    Station Eleven by Emily St.John Mendel

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...