• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: mystery/thriller

The Man in the Brown Suit by Agatha Christie

07 Monday Feb 2022

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

adventures, africa, agatha christie, british, classic, english, fiction, mystery/thriller, read christie 2022, romance, south africa, travel

Judul: The Man in the Brown Suit

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: HarperCollinsPublishers (2017)

Halaman: 311p

Beli di: Kinokuniya (IDR 135k)

Tema #ReadChristie2022 adalah travel, dan untuk bulan Januari, buku yang terinspirasi dari perjalanan Agatha Christie. Buku pilihan resminya adalah The Man in the Brown Suit, yang terinspirasi perjalanan Agatha Christie ke Afrika Selatan.

Saya pernah membaca buku ini, dan jujur saja, bukan merupakan favorit saya. Kisahnya sendiri memang cukup berbeda dari tipikal buku Agatha Christie. Anne Beddingfeld yang haus akan petualangan, secara tidak sengaja terlibat dalam pengalaman menegangkan saat ia menyaksikan seorang pria tewas ditabrak kereta bawah tanah. Anne yakin, sebelum terjatuh ke rel, pria tersebut kaget melihat seorang laki-laki berjas cokelat yang membuatnya terpeleset dan tersambar kereta.

Anne pun bertekad untuk menemukan si pria berjas cokelat, apalagi saat ia menemukan secarik kertas jatuh dari kantong pria tersebut, yang membawanya berlayar dengan kapal Kilmorden Castle yang menuju ke Afrika Selatan. Di atas kapal, Anne mengalami banyak kejadian misterius, bertemu karakter-karakter yang tak kalah mencurigakan, mulai dari misionaris yang menyimpang rahasia, jutawan yang rumahnya baru-baru ini menjadi lokasi pembunuhan (yang dicurigai melibatkan si pria berjas cokelat), sekretarisnya yang selalu gugup, serta seorang pemuda misterius yang hanya muncul di saat-saat tertentu saja, dan yang membuat Anne jatuh cinta setengah mati.

Dan beginilah buku ini – penuh petualangan berbumbu kisah asmara, dengan latar belakang kapal pesiar serta Afrika Selatan yang eksotik. Kisah misterinya sendiri bukan merupakan inti buku ini, karena memang agak terlalu bombastis, apalagi karena Anne yang terlalu polos seolah berhasil mengelabui sepasukan kriminal profesional 😀

Tapi kalau ingin menikmati kisah yang berbeda, tanpa terlalu peduli plot, dan sedang ingin membaca romans berbumbu petualangan, The Man in the Brown Suit memang pilihan yang tepat. Dan menurut saya, memang buku yang tepat untuk #ReadChristie2022 bulan ini, karena nuansa travelingnya yang sangat kental memang menjadi kekuatan utamanya.

Rate: 3/5

Recommended if you like: adventures, romance, traveling, different Agatha, exotic settings

Submitted for:

Insipred by Agatha’s travels

When the Stars Go Dark by Paula McLain

06 Thursday Jan 2022

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, crime, e-book, english, fiction, historical fiction, mystery/thriller, popsugar RC 2022, thriller

Judul: When the Stars Go Dark

Penulis: Paula McLain

Penerbit: Ballantine Books (2021, Kindle edition)

Halaman: 384p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99, bargain!)

Saya pertama mengetahui karya Paula McLain saat membaca The Paris Wife, dan langsung nge-fans berat. She’s a good storyteller, yang mampu menggabungkan antara plot yang intricate, karakter yang terasa amat hidup, dan prosa yang menawan namun tidak berlebihan.

Ketika tahu ia menerbitkan buku baru, saya langsung penasaran ingin membacanya, tapi saya tidak menyangka kalau McLain terjun ke genre baru: thriller.

Ia masih menyelipkan unsur historical di sini, karena setting kisah buku ini adalah di tahun 1993 (betul, dekade 90-an kini sudah termasuk historical, hahaha). Tokoh utamanya, Anna Hart, adalah seorang detektif kepolisian di San Francisco dengan masa lalu kelam, yang sedang “dipaksa” break dari pekerjaannya akibat tragedi keluarga yang menimpanya.

Anna yang bingung dan putus asa akhirnya berlabuh di Mendocino, kota kecil di California Utara tempatnya tumbuh besar bersama keluarga angkatnya. Anna tidak pernah kembali ke kotanya sejak ia kuliah, dan Mendocino banyak meninggalkan kenangan sedih untuknya.

Namun, napak tilas Anna yang ia harapkan akan membantunya pulih dari traumanya, malah berkembang ke arah tak terduga, ketika Will, teman lama yang kini menjabat sebagai sheriff Mendocino, meminta bantuannya memecahkan kasus hilangnya seorang anak perempuan bernama Cameron. Anna yang memang seorang spesialis kasus anak hilang dan penculikan, tergerak membantu karena ia merasa hilangnya Cameron berhubungan erat dengan masa lalunya sendiri, baik sebelum ia tinggal di Mendocino maupun saat ia tumbuh besar di sana, dan berhubungan juga dengan berbagai misteri yang menyertai hidupnya.

Kesan pertama saya saat membaca buku ini, this book is very well written. Meski mencoba genre baru, McLain tetap setia dengan gaya penulisannya yang exquisite, beautiful, atmospheric, dan karakter-karakter yang kuat. Setiap bagian ditulis dengan hati-hati, setiap detail memiliki makna, dan McLain bahkan mengambil sebuah kasus nyata, penculikan Polly Klaas, yang heboh di California tahun itu, dan memasukkannya ke dalam plot dengan effortless.

Saya juga suka dengan karakter Anna, yang merupakan penyegaran dari karakter detektif laki-laki dengan masa lalu kelam. Selain itu, karena akhir-akhir ini saya kebanyakan membaca genre cozy mystery yang didominasi oleh detektif amatir, membaca thriller dengan karakter detektif yang solid terasa melegakan, karena saya dihadapkan pada prosedur yang jelas, penyelidikan yang runut, dan kondisi yang realistis.

Meski saya berhasil menebak pelakunya sebelum buku berakhir, menurut saya penyelesaian buku ini tetap terasa memuaskan, karena menguak tidak saja misteri menghilangnya Cameron, tapi juga masa lalu Anna.

It’s well crafted and well written, dan menggali lebih dalam tentang isu penculikan anak, child traficking, serta perkembangan internet yang mengubah dunia kepolisian dalam menyelidiki kasus orang hilang.

Rating: 4/5

Recommended if you like: well crafted thriller, atmospheric setting, dark and brooding characters

Submitted for:

Category: a book with a reflected image on the cover or “MIRROR” in the title

Firekeeper’s Daughter by Angeline Boulley

16 Monday Aug 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

america, english, fiction, mystery/thriller, native smerican, own voice, reeses book club, young adult

Judul: Firekeeper’s Daughter

Penulis: Angeline Boulley

Penerbit: Henry, Holt, and Co. (Hardcover edition, 2021)

Halaman: 496p

Beli di: Periplus (IDR 198k)

First of all, let me give a disclaimer: I always, always support own voice books. Kalau ada buku yang bercerita tentang suku tertentu, atau ras tertentu, atau isu yang spesifik, saya akan berusaha membaca versi yang memang ditulis oleh penulis yang berasal dari suku/ras tersebut, atau yang betul-betul mengalami isu yang dimaksud.

Firekeeper’s Daughter adalah salah satu buku dengan kategori own voice. Berkisah tentang kehidupan suku asli Ojibwe di utara Michigan, buku ini ditulis oleh Angeline Boulley yang memang merupakan bagian dari suku tersebut, dan terdaftar sebagai anggota Sault Ste. Marie Tribe of Chippewa Indians.

Buku ini berkisah tentang Daunis Fontaine, remaja perempuan yang tinggal di Sault Ste. Marie, dan merupakan campuran kulit putih (dari pihak ibunya), serta Ojibwe (ayahnya adalah Firekeeper yang tinggal di reservasi tak jauh dari Sault Ste. Marie). Daunis tidak pernah merasa diterima, baik di kota kelahirannya, maupun di reservasi, meski ia masih sering berkunjung ke rumah bibinya setelah ayahnya meninggal dunia.

Di tengah kerumitan identitasnya, Daunis dihadapkan pada tragedi lain, saat sahabatnya terbunuh, dan usut punya usut, ternyata kasus tersebut berkaitan erat dengan banyaknya obat terlarang yang masuk ke area resevasi. Bersama seorang polisi muda undercover, Daunis terjun ke dalam penyelidikan sebagai informan polisi, meski itu berarti hidupnya (dan keluarganya) terancam bahaya.

Saya cukup suka dengan penggambaran unik Sault Ste. Marie serta reservasi Ojibwe yang terletak di pulau kecil dekat kota tersebut. Kalau bukan karena buku ini, saya tidak akan tahu tentang suku Ojibwe, serta kehidupan sehari-hari masyarakatnya, termasuk remaja dan anak-anak mudanya, yang sangat mementingkan olahraga hockey, yang seringkali menjadi jalan keluar mereka untuk direkrut universitas atau bahkan bermain secara profesional.

Tapi…. nah, di sini saya mungkin akan mendapatkan banyak protes, mengingat betapa belovednya buku ini. Menurut saya, plot misterinya kurang memuaskan, lambat, bertele-tele, dengan beberapa adegan tidak masuk akal, dan ending yang amat predictable. Sementara itu, saya juga tidak bisa relate dengan Daunis, sosok remaja yang menjengkelkan dan entah kenapa mengingatkan saya dengan karakter Bella Swan yang super whiny, meski Daunis sendiri masih cukup mendingan karena tidak se -damsel in distress Bella.

Romansnya pun terasa meh, meski endingnya yang cukup realistis membuat saya bisa sedikit memaafkan kekacauan demi kekacauan yang terjadi di sepanjang buku.

Overall, Firekeeper’s Daughter bukan buku yang buruk. Banyak hal baru yang saya peroleh di sini, dan penggambaran settingnya pun dilakukan dengan cukup baik, meski masih banyak yang berkesan telling dibandingkan showing. Namun plotnya yang amburadul membuat saya tidak bisa maksimal menikmati buku ini, meski saya juga mengerti mengapa banyak yang tidak sependapat dengan saya, mengingat Firekeeper’s Daughter termasuk unik, dan masih jarang buku own voice yang bisa menembus tangga bestseller internasional.

Rating: 3/5

Recommended if you want to read about: Native American, life in reservation, decent but not that great mystery plot, twilight-esque character and romance, nostalgic 90s-2000s vibes

The Round House by Louise Erdrich

02 Friday Jul 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, crime, culture, english, fiction, indigenous, legal, mystery/thriller, native smerican, popsugar RC 2021

Judul: The Round House

Penulis: Louise Erdrich

Penerbit: Harper Perennial (2013)

Halaman: 321p

Beli di: Books and Beyond (IDR 70k, bargain!)

Di musim semi tahun 1988, di sebuah reservasi Indian di North Dakota, Geraldine Coutts diserang dan nyaris terbunuh. Kasus ini semakin sulit ditelurusi karena Geraldine yang amat trauma dengan insiden tersebut tidak mau memberikan informasi kepada suaminya maupun pada pihak polisi.

Anak Geraldine, Joe, merasa putus asa. Ia ingin melindungi ibunya, namun ia juga ingin mencari tahu siapa pelaku penyerangan tersebut. Karena frustrasi dengan perkembangan penyelidikan pihak berwajib, termasuk ayahnya yang adalah seorang tribal judge, Joe dibantu oleh sahabat-sahabatnya, Cappy, Zack, dan Angus, menemukan jawaban atas misteri tersebut.

Penyelidikan membawa mereka ke Round House, gedung pertemuan yang dianggap sakral bagi suku Ojibwe. Namun ketika mereka menyangka sudah memecahkan kasus, ternyata hal itu baru merupakan langkah awal, karena mereka dihadapkan pada kenyataan pahit: sistem hukum yang tidak memihak kaum Indian.

Saya masih cukup jarang membaca buku tentang Native American, dan beberapa buku yang sudah saya baca lebih banyak berkisah tentang identitas dan budaya Native American. The Round House menawarkan sisi lain: di sini saya diajak melihat kehidupan nyata kaum Indian di era 80-an, dan bagaimana sistem hukum Amerika mempengaruhi hidup mereka.

Tidak seperti kisah thriller/crime pada umumnya, The Round House, meski memiliki unsur misteri dan twist yang cukup cerdas, lebih banyak berkutat tentang apa pengaruh sistem hukum Amerika terhadap keadilan yang diharapkan oleh para Native American. Lokasi terjadinya kejahatan bisa menentukan apakah kasus tersebut ditangani oleh pemerintah federal atau polisi tribal, yang akan menentukan juga proses pengadilan selanjutnya. Tidak cukup hanya mengalami diskriminasi rasial dalam kehidupan sehari-hari, di”singkir”kan ke reservasi Indian, dan dipersulit dalam mengakses hak-hak sebagai warga negara Amerika Serikat, para Native American pun harus mengalami diskriminasi di sistem peradilan.

Buku ini benar-benar membuka mata saya tentang sulitnya menjadi suku Indian di Amerika Serikat, khususnya di era 80-an. Dan narasi yang dibawakan Joe terasa sangat pas di sini. Meski usianya baru 13 tahun, Joe dipaksa untuk menjadi lebih cepat dewasa akibat lingkungan sekitar dan situasi yang ia hadapi. Dan persahabatannya dengan ketiga anak laki-laki dari reservasi juga memberikan nuansa yang lebih humane, meski cukup heartbreaking.

Louisa Erdirch adalah pencerita yang hebat, dan kisahnya diperkuat dari pengalaman keluarganya yang memang masih keturunan Native American. Saya tidak sabar untuk membaca buku-bukunya yang lain.

Rating: 4/5

Recommended if you want to read about: Native American culture, slow burn thriller/crime, heartbreaking friendship, superb narrator, nostalgic 80s vibes

Submitted for:

Category: A book by an Indigenous author

One by One by Ruth Ware

07 Monday Jun 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, ebook, english, europe, fiction, mystery/thriller, suspense/thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: One by One

Penulis: Ruth Ware

Penerbit: Scout Press (2020, Kindle Edition)

Halaman: 384p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99, bargain!)

I have an up and down relationship with Ruth Ware’s books. Beberapa bukunya berhasil memikat saya, mengukuhkannya sebagai “the modern Agatha Christie”. Tapi beberapa buku lainnya terasa amat amatiran, membosankan, predictable, bahkan terlalu mengada-ngada.

Untungnya One by One masuk ke dalam kategori yang pertama. Berlokasi di sebuah kabin penginapan di pegunungan Prancis, kisah ini diawali dengan serombongan eksekutif muda perusahaan startup Snoop yang mengadakan company retreat di penginapan tersebut. Awalnya, Erin, pengurus penginapan, serta Danny, chef yang juga teman baiknya, menyangka akan menghadapi akhir pekan yang biasa saja. Penuh dengan anak-anak muda entitled yang kaya raya, mungkin, tapi itu bukan sesuatu yang luar biasa bagi Erin dan Danny.

Namun, ketika terjadi kecelakaan tragis saat acara ski, diikuti oleh kematian mendadak yang jelas-jelas merupakan pembunuhan, Erin pun panik. Apalagi saat badai salju menerjang dan penginapan mereka terisolir dari dunia luar. Tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya – karena pembunuhnya ada di antara mereka!

One by One terasa sebagai homage untuk kisah Agatha Christie, khususnya And Then There Were None yang polanya mirip, pembunuhan satu per satu sekelompok orang yang terdampar di penginapan terpencil yang terputus komunikasinya dari dunia luar. Tapi plot klasik tersebut dimodernisasi oleh Ruth Ware di sini, dengan kehadiran sekelompok anak muda dari perusahaan startup, lengkap dengan detail aplikasi musik yang dijabarkan dengan cukup meyakinkan, serta konflik dan politik dalam bisnis mereka yang terasa sangat masa kini.

Yang paling saya sukai di buku ini adalah settingnya yang terasa amat atmosferik, saya seolah bisa merasakan suasana isolasi yang dialami oleh para tokohnya, kabin yang nyaman dan berubah menjadi sarang pembunuh, serta badai yang memutus hubungan dengan dunia luar. Beberapa adegan kejar-kejaran di salju juga digambarkan dengan cepat, membuat saya seakan-akan ikut berada di tengah kejar-kejaran tersebut.

Dan tentu saja Ware bermain-main dengan unreliable narrator di sini – semua karakter terlihat mencurigakan, menyimpan rahasia, tak terkecuali beberapa tokoh utama merangkap narator buku ini. Saya sudah bisa menebak twistnya dari bagian pertengahan buku, tapi tetap saja penantian penyelesaian misterinya cukup membuat deg-degan.

Anyway, one of Ruth Ware’s best books menurut saya, selevel dengan Turn of the Keys dan The Death of Mrs. Westaways yang sebelumnya mendapat ponten cukup tinggi juga dari saya. Look forward to her next books!

Rating: 4/5

Recommended if you want to read: fast paced thrillers, isolated murder mystery, unreliable narrators, whacky twist, atmospheric setting suspense

The Memory Police by Yoko Ogawa

21 Friday May 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

asia, dystopian, fantasy, fiction, Gramedia, japanese, literature, mystery/thriller, popsugar RC 2021, terjemahan

Judul: The Memory Police (Polisi Kenangan)

Penulis: Yoko Ogawa

Penerjemah: Iingliana

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2020)

Beli di: Gramedia.com (IDR 93k)

Apa jadinya bila satu demi satu benda-benda di sekitar kita mulai menghilang, bersama dengan kenangan kita akan mereka? Bagaimana rasanya bangun di suatu pagi dan menyadari bahwa mulai hari itu sudah tidak ada lagi bunga mawar, atau burung merpati, atau kapal feri dan buku novel? Yang tersisa hanyalah kehampaan, rasa kehilangan akan suatu memori yang bahkan kita tidak ingat lagi tentang apa.

Kisah sendu, gloomy, dan menyedihkan ini terjadi di suatu pulau tak bernama, yang saat ini dikuasai oleh rezim yang sangat opresif (mungkin sejenis junta militer). Secara berkala, rezim ini mulai menghilangkan benda-benda dari hidup dan ingatan setiap orang, termasuk seorang novelis muda yang tinggal sendirian di rumah peninggalan orang tuanya.

Namun, ternyata ada orang-orang tertentu yang tetap memiliki ingatan sempurna, tak tersentuh oleh tekanan rezim, namun nyawa mereka berada dalam ancaman. Si novelis narator kita berusaha melindungi editornya yang termasuk ke dalam golongan orang yang tak bisa lupa. Dibantu oleh temannya, si pria tua mantan pekerja kapal, sang novelis menyembunyikan editornya di ruang rahasia, meski itu berarti ia juga membahayakan nyawanya sendiri.

The Memory Police adalah buku yang amat unik. Kisahnya sendiri menurut saya agak terlalu vague- dari mulai setting tempat dan karakter yang tidak bernama, sampai ketidakjelasan latar belakang rezim dan apa tujuannya menghilangkan ingatan orang-orang. Saya merasa gemas sesekali karena ingin mengetahui lebih banyak tentang latar belakang kisah ini, yang sebenarnya akan sangat menarik bila digali lebih dalam. Tapi sepertinya fokus Yoko Ogawa memang lebih kepada prosa yang mengalir, yang disusun sedemikian rupa sehingga kita bisa benar-benar merasuk ke dalam kisah mencekam ini.

Pemilihan diksi yang mendeskripsikan masing-masing benda dan ingatan yang hilang memang menjadi salah satu kekuatan utama buku ini, yang untungnya bisa diterjemahkan dengan sangat baik oleh sang penerjemah. Selain itu, ada alur paralel yang menceritakan tentang buku yang sedang ditulis oleh si novelis, yang juga memiliki nada yang sama suramnya, dan kita bisa melihat kesulitan si novelis menulis bukunya saat satu demi satu ingatan perlahan hilang dari dirinya.

The Memory Police (yang merupakan simbol rezim opresif) sepertinya memang buku yang enak dinikmati sebagai ide, mengajak kita bermain-main dalam imajinasi tentang suatu saat di mana manusia tidak lagi memiliki kontrol atas hidup dan ingatannya, dan tanpa ingatan apalah artinya kita, hanya sosok-sosok yang tidak memiliki tujuan hidup.

A thought provoking, albeit a bit vague story.

Rating: 3/5

Recommended if you want to try: Japanese lit, unusual plot, beautiful prose, gloomy read

Submitted for:

Category: A book about forgetting

Final Girls by Riley Sager

05 Wednesday May 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, contemporary, mystery/thriller, popsugar RC 2021, psychology, thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: Final Girls

Penulis: Riley Sager

Penerbit: Dutton (paperback, 2018)

Halaman: 339p

Beli di: Books and Beyond (IDR 147,500)

Saya jatuh cinta berat dengan Riley Sager saat membaca Home Before Dark tahun lalu, dan langsung berniat membaca semua bukunya yang lain. Final Girls, meski tidak sefenomenal Home, tetap memiliki keseruannya sendiri.

Final girls merujuk pada sebutan untuk beberapa perempuan yang menjadi korban kejahatan pembunuhan massal, namun berhasil menjadi satu-satunya penyintas. Quincy adalah salah satu dari final girls yang berhasil selamat dari pembunuhan massal yang terjadi saat ia dan teman-temannya berlibur di sebuah kabin. Quincy memblok memorinya akan apa yang terjadi di malam naas itu, dan ia tergantung sepenuhnya dengan Xanax untuk bisa melanjutkan hidupnya.

Kini Quincy tinggal di New York, bersama pacarnya Jeff, dan mendedikasikan hidupnya untuk website bakingnya. Satu-satunya yang masih menghubungkannya dengan tragedi masa lalunya adalah Coop, polisi yang menyelamatkan hidupnya dan menjadi tempat curhat Quincy saat mengalami hari yang buruk.

Ketenangan hidup Quincy terusik saat salah satu Final Girls lain, Lisa, ditemukan meninggal dunia secara misterius, dan Sam, Final Girl yang selama ini menghilang, tiba-tiba muncul di depan apartemen Quincy. Quincy pun terpaksa mengingat kembali peristiwa mengerikan yang terjadi bertahun-tahun lalu, terutama karena ia sadar nyawanya pun terancam bahaya.

Final Girls adalah salah satu buku thriller pertama yang ditulis oleh Riley Sager, dan memang, tone serta gaya menulisnya belum se-mature buku-buku setelahnya, terutama Home Before Dark. Tapi Final Girls tetap seru untuk dinikmati dan memiliki elemen-elemen yang penting untuk buku thriller sejenis. Karakter yang misterius, narator yang unreliable, setting yang spooky, berbagai twist dan turn yang agak bisa sedikit tertebak tapi masih tetap mengejutkan. Sager sendiri mengaku sangat menyukai film dan kisah pembunuhan/slasher yang marak di tahun 90an seperti Scream dan I Know What You Did Last Summer, dan nuansa slasher tersebut terasa cukup jelas di buku ini.

Now I will just read whatever Sager writes, and fortunately, there are still quite many of them because he is such a productive writer 🙂

Rating: 3.5/5

Recommend if you like: suspense, unreliable narrator, 90s slasher movie vibes, twisted ending

Submitted for:

Category: A book you think your best friend would like

The Night Swim by Megan Goldin

29 Thursday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, bargain book!, ebook, lovely heroine, mystery/thriller, psychology, social issues, social media, suspense/thriller, twist ending, women

Judul: The Night Swim

Penulis: Megan Goldin

Penerbit: St. Martin’s Press (2020, Kindle Edition)

Halaman: 352p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99, bargain!)

Rachel Krall adalah seorang podcast host yang terkenal dengan liputan true crime nya. Bahkan, di season pertamanya, Rachel berhasil memecahkan kasus yang sudah dianggap selesai, dan membebaskan orang tak bersalah yang sudah dihukum penjara. Kini, di season terbaru, Rachel berangkat ke Neapolis, kota kecil di pesisir North Carolina, untuk meliput salah satu pengadilan terheboh di tahun itu.

Kasusnya adalah pemerkosaan oleh seorang atlet renang muda yang menjadi idola seisi kota, terhadap murid SMA yang juga cucu mantan kepala polisi kota tersebut. Kasus yang sensitif ini membuat panas penduduk kota, yang terbagi menjadi dua kubu yang masing-masing meyakini teorinya lah yang paling benar. Rachel sendiri berusaha bersikap netral, dan hanya ingin menyajikan kebenaran terhadap pendengarnya, lewat interview, investigasi, dan liputan live jalannya persidangan yang ditunggu-tunggu oleh para pendengarnya.

Namun di tengah kasus panas tersebut, Rachel dikejutkan dengan adanya penguntit, seorang perempuan misterius bernama Hannah, yang ngotot ingin meminta pertolongan Rachel memecahkan kasus yang terjadi bertahun-tahun silam. Kakak perempuan Hannah meninggal secara misterius, semua orang yakin itu merupakan kecelakaan karena ia berenang di laut malam-malam, apalagi reputasi sang kakak yang dinilai sebagai party goers dan penggoda laki-laki. Namun Hannah yakin kalau kakaknya tidak meninggal karena kecelakaan, melainkan dibunuh. Dan Hannah yakin, satu-satunya yang bisa menolongnya membuktikan hal ini adalah Rachel.

Ini adalah pertama kalinya saya membaca buku karya Megan Goldin. And I WAS HOOKED! Saya suka penyajiannya yang pas, dengan selingan episode podcast Rachel yang sangat hidup, sampai-sampai saya bisa membayangkan suara Rachel sendiri yang membawakan skripnya. Saya juga suka dengan penggambaran karakter Rachel, yang tidak dibuat sebagai superhero di sini, tapi justru mewakili kita para pembaca yang ingin mengetahui kejelasan kasus-kasus ini sampai akhir. Rachel tidak mendistraksi kita dengan agenda personalnya, sehingga cukup konsisten dari awal hingga akhir berperan menjadi detektif amatir yang cukup bisa relate dengan pembaca.

Saya juga suka bagaimana Goldin meramu dua kasus yang sama-sama berkaitan dengan pemerkosaan, walaupun berlangsung di dua timeline yang berbeda. Penyatuan dua kasus ini hingga akhirnya memiliki kejelasan yang memuaskan, adalah salah satu kekuatan utama buku ini. Goldin juga membahas secara cukup detail tentang sulitnya posisi korban dalam kasus pemerkosaan, yang tidak akan terjadi di kasus dengan jenis kejahatan lainnya. Betapa stigma yang melekat di korban pada kasus pemerkosaan terasa amat memberatkan: dituduh pembohong, disalahkan, dijatuhkan reputasinya. Ini adalah isu yang sangat relevan, dan miris rasanya karena tidak banyak yang berubah sejak masa lampau hingga sekarang.

Overall, a very recommended book. Saya langsung ingin mencari buku-buku Megan Goldin yang lain 🙂

Rating: 4/5

Recommended if you like: psychological thriller, controversial cases, dramatic court scenes, twisted ending, sympathetic main character

The Leopard by Jo Nesbo

16 Tuesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

harry hole, murder mystery, mystery/thriller, nordic noir, series

Judul: The Leopard

Penulis: Jo Nesbo

Penerbit: Vintage (2011)

Halaman: 740p

Beli di: BookDepository (IDR 185k)

Setelah mengungkap kasus The Snowman yang membuatnya trauma berat, Harry Hole menghilang di tengah kekacauan kota Hong Kong. Kecanduan opium, terlibat hutang judi pacuan kuda, dan dikejar-kejar mafia Hong Kong, sepertinya Harry sudah tidak bersemangat untuk hidup.

Hingga suatu hari, wakil kepolisian Oslo menemuinya, memintanya kembali ke Oslo karena ada satu lagi serial killer yang merajalela di kota tersebut, membunuh orang-orang tanpa sebab dan motif yang jelas. Awalnya Harry tidak mau memenuhi permintaan itu, tapi karena ia mendapat kabar sedih tentang ayahnya yang sedang sakit keras, Harry tidak punya pilihan selain kembali ke kota yang ia cintai sekaligus ia benci.

Yang membingungkan dari kasus ini, tidak ada petunjuk apapun dari TKP, dan korabn-korban si pembunuh pun (awalnya) terlihat tidak berhubungan. Bukan kejahatan seksual, meski si pembunuh menunjukkan kesadisannya. Harry mulai tertantang menyusuri jejak si pembunuh, namun langkahnya pun terantuk masalah politik antara kepolisian Oslo dengan Krimstek, semacam penyidik federal yang sedang berusaha mengambil alih kasus-kasus pembunuhan yang dianggap high profile dari tangan polisi lokal.

Sementara itu, Harry dibantu oleh tim kecil terus berusaha bekerja tanpa terendus pihak-pihak birokrat, meski Harry terus dibingungkan karena sepertinya petinggi Krimstek tahu saja apa yang sedang ia lakukan.

The Leopard merupakan satu lagi karya Nesbo yang solid, slow burn, tapi tidak membosankan. Sosok Harry dibuat sangat manusiawi di sini, ia bisa juga gagal, kalah cepat, kalah gesit, tidak bisa menahan emosi, dan menjadi salah satu orang paling denial bila menyangkut keluarga dan kehidupan pribadinya. Tidak mudah menyamai The Snowman, yang merupakan salah satu buku Nordic Noir terbaik di luar sana, tapi menurut saya The Leopard masih bisa dibilang sukses, terutama untuk pencinta Harry Hole.

Tidak ada yang lebih melegakan selain melihat Harry berhasil mengalahkan lawan-lawannya, baik lawan kriminal maupun politis, meski ia tidak selalu berakhir sebagai pemenang, dan kemenangannya kadang dibarengi dengan tragedi lain dalam hidupnya. Because, again, he’s only human.

Rating: 4/5

Recommended if you love: gritty murder mystery, nordic noir, scandinavian setting, brooding detectives who fight their demons. And of course, if you love Harry Hole 🙂

His & Hers by Alice Feeney

02 Tuesday Feb 2021

Posted by astrid.lim in Uncategorized

≈ Leave a comment

Tags

bargain book!, british, domestic thriller, ebook, mystery/thriller, twist ending, unreliable narrator

Judul: His & Hers

Penulis: Alice Feeney

Penerbit: Flatiron Books (2020, Kindle Edition)

Pages: 308p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99, bargain!)

Two sides, one story.

Who will you believe?

Pembunuhan di kota Blacktown awalnya tampak seperti kejadian kriminal biasa, namun ternyata setelah itu, menyusul beberapa pembunuhan lain yang mengincar para perempuan yang dulu bersekolah di sekolah yang sama. Motif apakah yang dimiliki si pembunuh?

Kisah yang tampak seperti kisah serial killer standar ini dibuat tidak biasa dengan penuturan dari dua sudut pandang berbeda, yaitu mantan suami istri yang sedikit banyak terlibat dalam persitiwa ini.

She adalah Anna Andrews, reporter BBC yang hidup sendirian di London. Suatu tragedi di masa lalu membuatnya menjadi perempuan yang tidak bahagia, kerap melarikan diri dari masalahnya melalui alkohol. Krisis di tempat kerja membawanya meliput berita pembunuhan di Blacktown, namun rekan-rekan kerjanya tidak tahu kalau Blacktown adalah kampung halaman Anna, tempat ibunya masih tinggal dan tempat tragedi besar pernah terjadi dalam hidupnya.

He adalah Detective Chief Inspector Jack Harper, mantan suami Anna yang pindah ke Blacktown setelah perceraian mereka. Ia bertugas menangani pembunuhan yang amat sangat jarang terjadi di kota kecil tersebut, namun penyelidikannya tidak lepas dari conflict of interest, karena ia mengenal para korban dan bahkan menemukan beberapa barang bukti di mobilnya sendiri.

Narasi yang ditulis silih berganti antara Anna dan Jack merupakan daya tarik utama buku ini, terlebih karena keduanya merupakan unreliable narrators. Banyak bagian yang sengaja mereka hilangkan dari narasi, membuat kita bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, dan siapa yang tidak jujur?

Buku ini lumayan dark juga, dan pembunuhannya dideskripsikan dengan cukup detail. Di antara kedua narator, ada juga narasi dari “sang pembunuh” yang misterius, yang cukup ambigu dan membuat kita mencoba mencocokkan karakternya dengan beberapa karakter mencurigakan di buku ini.

Overall, His & Hers lumayan memuaskan untuk genre domestic thriller yang penuh dengan twists. Endingnya pun – meski masih bisa tertebak – dijelaskan dengan cukup pas dan masuk akal. Tidak banyak lubang-lubang yang tak terjelaskan, dan semua red herring masih bisa diterima.

Rating: 4/5

Recommended if you like: domestic thriller, unreliable narrators, twisted ending, some British dry plot, serial killer plot, satisfying twists.

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • Lethal White by Robert Galbraith
    Lethal White by Robert Galbraith
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
    The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
  • Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker
    Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...