• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: mystery reading challenge

At Bertram’s Hotel

29 Tuesday Oct 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 3 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery reading challenge, mystery/thriller, terjemahan

bertram1Judul: At Bertram’s Hotel (Hotel Bertram)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Penerjemah: Ny Suwarni AS

Halaman: 320p

Beli di: Gramedia Central Park (IDR 48k)

The Setting
Hotel Bertram (selain Hickory Dickory Dock) merupakan buku Agatha Christie yang settingnya paling kusukai. Kota London tahun 60-an yang sudah beranjak modern digambarkan begitu kontras dengan suasana Hotel Bertram yang kuno dan (seolah) tak pernah berubah, cocok sekali dengan Miss Marple yang juga masih mempertahankan tradisi jaman dahulu.

Aku bisa membayangkan dengan mudah Hotel Bertram yang selalu tenang, dengan penjaga pintu dan kepala pelayan yang seolah berasal dari jaman dahulu, dan menu minum teh yang serba tradisional, termasuk kue muffin yang menteganya sampai meleleh keluar (yummy!). Hotel Bertram bisa menyatu dengan imajinasiku dan membuatku berharap tempat ini benar-benar ada di salah satu sudut kota London.

The Case
Meski settingnya sangat menarik, aku tidak terlalu sreg dengan kasus yang dihadapi bertram2Miss Marple di sini. Miss Marple sangat identik dengan kasus-kasus yang sifatnya personal dan biasanya mencakup sifat-sifat manusia yang sangat dikuasainya. Namun di sini, segalanya terasa begitu abstrak.

Seorang penjaga pintu ditemukan tertembak di depan gedung hotel saat sedang berusaha menyelamatkan gadis yang diduga merupakan sasaran sang penembak yang sesungguhnya. Lalu, apa hubungan peristiwa ini dengan Hotel Bertram dan tamu-tamunya? Apakah ada hubungannya dengan seorang pembalap misterius yang kerap kali mengunjungi hotel tersebut? Atau dengan seorang tokoh perempuan yang sudah dikenal akibat kenekatannya, dan menjadi salah satu tamu di hotel tersebut? Atau dengan tamu-tamu berusia lanjut yang akhir-akhir ini sering menghilang secara misterius?

Seperti kasus Miss Marple yang terakhir kureview, dalam buku ini peran sang perawan tua juga tidak terlalu besar. Bahkan seolah Miss Marple tidak terlibat sejak awal, dan ia hanya sibuk bernapak tilas di kota London saja, tanpa menyadari ada kasus pelik di hadapannya. Barulah pada saat-saat terakhir Inspektur Kepala Davy meminta bantuan pengamatannya yang jeli.

Behind The Scene
Banyak yang menduga setting Hotel Bertram terinspirasi dari hotel Brown’s di London, namun ada beberapa pendapat yang mengatakan Hotel Fleming’s-lah model yang sesungguhnya.

Brown's Hotel - charming!

Brown’s Hotel – charming!

Fleming's Hotel yang juga disebut sebagai inspirasi

Fleming’s Hotel yang juga disebut sebagai inspirasi

Christie menggambarkan perubahan yang terjadi di London tahun 60-an melalui buku ini, terutama mengenai sikap orang-orang muda yang dinilainya sangat mengerikan di masa tersebut. Salah satu bukunya yang lain yang juga mengangkat isu serupa adalah The Third Girl yang merupakan kasus Hercule Poirot dan Mrs Oliver.

The Verdict
Meski keluar dari pakem kasus Miss Marple yang biasa, At Bertram’s Hotel masih memiliki charm-nya lewat setting yang sangat memikat. Pengamatan tajam Miss Marple-meski agak terlambat- tetap bisa dinikmati di sepertiga bagian akhir buku. Dan cover versi cetak ulang GPU untuk buku ini adalah salah satu favoritku!

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1MysteryReadingChallengeButton1

The Moving Finger

22 Tuesday Oct 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery reading challenge, mystery/thriller, romance, terjemahan, twist ending

moving fingerJudul: The Moving Finger (Pena Beracun)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Penerjemah: Ny Suwarni A.S.

Halaman: 320p

Beli di: Gramedia Trans Studio Mall Bandung (IDR 48k)

Plot:
Jerry Burton adalah mantan penerbang yang baru mengalami cedera akibat kecelakaan pesawat. Dokter menyarankan agar ia memulihkan kesehatannya dan pindah ke sebuah desa yang tenang. Maka Jerry ditemani adik perempuannya yang cantik, Joanna, menyewa rumah cantik Little Furze di desa Lymstock dan bertekad untuk menikmati ketenangan ala pedesaan Inggris. Namun ternyata Lymstock tidak setenang yang mereka kira. Selain para penghuninya yang gemar bergunjing, muncul juga insiden ketika surat-surat kaleng yang keji mulai beredar. Meski awalnya Jerry menyangka ini hanyalah pekerjaan seorang iseng yang menjijikkan, masalah mendadak terasa lebih serius ketika salah satu penerima surat tersebut ditemukan meninggal karena bunuh diri. Atau apakah itu pembunuhan?

Miss Marple’s Factor
Buku ini merupakan salah satu kasus Miss Marple yang dinarasikan oleh tokoh utama lain, yaitu Jerry Burton. Miss Marple sendiri baru muncul di sepertiga akhir buku, saat ia dipanggil oleh istri pendeta desa, Mrs Dane Calthrop yang adalah temannya, untuk membantu memecahkan misteri ini. Peran sebagai penyelidik yang lebih besar jatuh pada Jerry Burton, sedangkan Miss Marple “hanya” mengeksekusi rencana akhir untuk membuktikan si pelaku kejahatan, yang bahkan Jerry sendiri tidak menyangka kalau orang itulah pelakunya.

Untuk penggemar berat Miss Marple, agak lama juga menunggu kemunculannya di buku ini, dan buku ini tidak bisa dibilang sebagai buku yang memiliki “faktor Marple” terkuat 🙂 Meskipun unsur melodramatik -nya tetap kental, tapi kurang terasa sebagai kasus Miss Marple. Nyaris lebih seperti kasus non Marple/Poirot (sedikit mengingatkanku dengan buku Membunuh Itu Gampang). Namun suasana Lymstock dengan penghuninya yang unik, intrik cinta, dan rahasia masa lalu- tetap bisa dinikmati.

Like and Dislike
Yang kurang kusukai dari buku ini adalah unsur romansnya yang terlalu kental (ini subjektif!). Entah mengapa, kisah-kisah Miss Marple memang cenderung lebih dikuasai oleh faktor percintaan yang agak-agak bergaya Victoria, sedikit kuno- biasanya laki-laki yang jatuh cinta pada perempuan yang tak berdaya, atau yang tak disangka-sangka karena awalnya terlihat tak sepadan. Begitu pula di buku ini, kisah romans antara Jerry dan Megan Hunter, perempuan tomboy yang terlihat kekanak-kanakan, menjadi subplot yang agak terlalu menguasai isi buku. Agatha sendiri mengakui, buku ini menjadi salah satu kisah misterinya yang paling banyak terpengaruh gaya penulisannya sebagai Mary Westmacott (nama penanya saat menulis genre romans). Tapi bagi penggemar romans, ini menjadi selingan yang menyenangkan.

Yang paling kusukai dr buku ini adalah karakter Joanna Burton- adik Jerry yang cantik, perempuan kota sejati yang gemar memikat laki-laki dan meninggalkan mereka, dan akhirnya kena batunya saat jatuh cinta betulan dengan dokter desa Lymstock. Meski berbau-bau romans juga, subplot kisah cinta Joanna ini terasa lebih menyegarkan, kocak, dan membumi, sangat membantu mengangkat nuansa kisah buku ini menjadi tidak membosankan.

Twistnya sendiri cukup mengagetkan, seperti biasa Christie membawa kita tersesat dulu ke kesimpulan yang salah, untuk kemudian memutarbalikkan segalanya dan memberi pemecahan yang luar biasa di akhir buku. Dan Miss Marple, tentu saja, menganggap itu semua masalah biasa 🙂

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1MysteryReadingChallengeButton1

The Complete Christie

27 Friday Sep 2013

Posted by astrid.lim in non fiction, read along

≈ 20 Comments

Tags

agatha christie, bargain book!, BBI, biography, english, mystery reading challenge, non fiction, reference

complete christieJudul: The Complete Christie

Penulis: Matthew Bunson

Penerbit: Pocket Books (2000)

Halaman: 454p

Beli di: Abe Books (USD 1)

Sebenarnya, The Complete Christie bukan merupakan buku biografi murni. Lebih tepat dikatakan sebagai buku referensi atau ensiklopedia, karena membahas secara mendalam semua hasil karya Agatha Christie, termasuk analisis terhadap karakter-karakternya.

Bagian tentang biografinya termasuk singkat, ditulis dengan gaya ringkas dan padat sesuai kronologi kehidupan sang maestro misteri: mulai dari masa kecilnya, pernikahannya yang pertama, awalnya ia terjun di dunia penulis, hingga misteri menghilangnya Christie saat pernikahannya di ujung tanduk (salah satu topik paling menarik yang hingga kini tidak jelas kebenarannya). Kemudian dibahas juga pertemuannya dengan Max Mallowan, suami kedua yang berumur jauh lebih muda.

Bagian yang lebih menarik dari buku tebal ini justru adalah pembahasan khusus mengenai karya-karya Agatha Christie, termasuk yang ditulis dengan nama alias Mary Westmacott. Selain plot (yang untungnya tidak mengandung spoiler), ada juga trivia tentang fakta-fakta unik dibalik penulisan kisah yang bersangkutan, seperti ending yang terpaksa diubah dalam buku Death Comes As The End, atau penyesalan Christie melibatkan tokoh Poirot di beberapa buku terakhirnya, seperti The Hollow. Latar belakang setting juga dibahas dengan cukup mendetail di bagian ini.

Sedangkan di bagian pembahasan karakter, yang memiliki porsi terbesar tentu saja Hercule Poirot, dan aku sama sekali tidak mengeluh terhadap kenyataan ini 🙂 Banyak fakta baru dan menarik yang kuperoleh dari bagian tersebut, begitu juga tentang karakter-karakter lain, dari yang utama sampai yang perannya hanya selintas saja.

Namun lucunya, ada saja beberapa kesalahan yang terdapat dalam buku yang tampaknya sudah diriset dengan sangat teliti ini. Misalnya, saat tokoh Ariadne Oliver disebut sebagai penulis yang membenci acara-acara untuk penulis, seperti yang ada di buku Five Little Pigs. Padahal di buku tersebut, tidak ada tokoh Mrs Oliver, dan yang dimaksud sepertinya adalah buku Elephants Can Remember.

Secara keseluruhan, buku ini sangat kurekomendasikan pada semua penggemar Agatha Christie, dan menjadi referensi berharga yang dapat terus dibuka-buka saat membaca salah satu karya Christie. Namun bila ingin membaca kisah hidup Christie yang lebih lengkap, lebih baik cari buku khusus biografi/autobiografinya saja. Aku sendiri tertarik untuk mencoba biografi karya Janet Morgan yang kata orang-orang termasuk salah satu yang paling otentik.

Posting ini dibuat sebagai posting bersama Blogger Buku Indonesia bulan September dengan tema biografi.

Sekaligus juga ambil bagian di event Agatha Christie Read A Long yang dihost oleh Hobby Buku 🙂

Agatha Christie Button Meme 1

 

Out

05 Friday Apr 2013

Posted by astrid.lim in adult, challenge, fiction

≈ 14 Comments

Tags

asia, bahasa indonesia, crime, culture, fiction, Gramedia, mystery reading challenge, mystery/thriller, psychology, terjemahan

outJudul: Out

Penulis: Natsuo Kirino

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2007)

Pages: 576p

Gift from: @gramedia

Di pinggiran kota Tokyo, empat orang perempuan bekerja shift malam di sebuah pabrik makanan kotak (bento). Kehidupan mereka merupakan kebalikan dari orang-orang biasa: bekerja di tengah malam dan tidur di pagi hari. Namun diiming-imingi bayaran yang lebih besar, mereka berusaha mengesampingkan fakta ini.

Yoshie melakukannya demi menghidupi keluarganya, karena sebagai janda ia menjadi tulang punggung keluarga. Yayoi menabung untuk kehidupan keluarga kecilnya yang lebih layak, Kuniko perlu melunasi utang-utangnya yang sudah menumpuk. Sedangkan Masako memilih pekerjaan ini karena ingin menghindari suami dan anaknya yang semakin menjauhinya.

Mereka menjalani hidup dengan berat, dibebani masalah sehari-hari, hingga suatu saat Yayoi tidak tahan lagi dengan kelakuan suaminya yang gemar judi, menghabiskan tabungan keluarga, dan memukulinya. Yayoi membunuh suaminya, dan ketiga temannya terpaksa membantu memotong-motong mayat suaminya dan menyingkirkannya. Ketika salah satu potongan ditemukan polisi, mulailah drama kejar-kejaran yang menegangkan, ditambah dengan kehadiran seorang Yakuza yang sempat dituduh sebagai pelaku kejahatan tersebut, dan kini ingin membalas dendam.

Satu peringatan bagi yang ingin membaca buku ini: siapkan perut yang kuat! Karena akan begitu banyak gory details yang disajikan di sini, termasuk proses memotong dan mengiris mayat hingga bisa dimasukkan ke dalam belasan kantong belanjaan. Eew! Mungkin karena memang sudah menjadi ciri khas para penulis Jepang yang gemar adegan absurd, brutal, dan frontal, maka begitu jugalah gaya Natsuo Kirino mengisahkan thriller misteri ini.

Dipadukan dengan cerita gelap dan kegetiran yang dialami masing-masing tokohnya, maka sempurnalah perasaan depresi yang bisa ditimbulkan oleh buku ini. Jalinan ceritanya sendiri sebenarnya seru, mengalir dengan sifat-sifat dan aspek psikologis manusia yang bisa dituturkan dengan begitu pas oleh Natsuo. Ditambah lagi dengan budaya Jepang yang memang sunyi, kaku, dan masih sering merendahkan kaum perempuan. Permasalahan yang dialami masing-masing tokoh juga mewakili perasaan terperangkap, ingin mencari jalan keluar di saat semua pintu nampaknya sudah tertutup. Keputusasaan menjadi tema utama buku ini, dan betapa suatu kejadian yang sangat absurd mungkin bisa menjadi jalan keluar.

Namun buku ini memang sepertinya bukan untuk semua orang, dan harus dibaca dalam mood yang tepat. Otherwise, the intensity and dark feelings will bring you down.

Posting ini diikutsertakan dalam TBRR Mystery Reading Challenge yang di-host oleh Hobby Buku.

MysteryReadingChallengeButton1

Cat Among The Pigeons

01 Monday Apr 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

bahasa indonesia, classic, fiction, Gramedia, mystery reading challenge, mystery/thriller, terjemahan

cat among pigeonsJudul: Cat Among The Pigeons (Kucing di Tengah Burung Dara)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Pages: 384p

Beli di: Gramedia Mal Taman Anggrek (IDR 55k)

Thanks to Gramedia’s birthday voucher, aku jadi punya kesempatan memborong buku-buku Agatha Christie cover baru tanpa terlalu merasa bersalah 🙂

Salah satu yang memang sudah jadi inceran adalah buku Cat Among The Pigeons, yang kebetulan sudah lama juga tidak dicetak ulang. Samar-samar aku masih mengingat kisahnya, yang bersetting di sekolah asrama putri (seperti buku-buku Enid Blyton saja!) dan melibatkan Hercule Poirot, meski menurutku kehadirannya sedikit terlambat sehingga porsinya pun terlalu sebentar!

Anyway, ceritanya sendiri termasuk ke dalam kisah-kisah post-war yang memang banyak ditulis Christie setelah Perang Dunia II. Diawali oleh revolusi di Ramat, ibukota sebuah negara kecil di Timur Tengah, yang berujung pada kudeta dan meninggalnya penguasa saat itu. Yang membuat seru adalah sang penguasa ternyata memiliki batuan berharga yang menghilang tanpa jejak.

Penelusuran berbagai pihak menyimpulkan kalau batu-batu permata itu ada di Meadowbank, sekolah asrama putri terkenal di Inggris. Dan sepertinya dugaan tersebut benar, karena terjadi beberapa pembunuhan guru di sekolah tersebut, tepatnya di dalam Paviliun Olahraga yang baru dibangun. Apakah pembunuhan-pembunuhan itu ada hubungannya dengan batu-batu permata yang dicari semua orang, atau ada kisah lain di balik tragedi tersebut?

Seperti biasa, Agatha Christie sangat piawai menyampaikan kisah yang penuh misteri, melodramatis, namun endingnya seringkali membuat kita merasa terkaget-kaget (namun dengan sensasi yang penuh kepuasan karena tidak berhasil menebak siapa pembunuhnya). Karakter guru dan murid yang ada pun digambarkan dengan sangat detail, lengkap dengan drama antar staff yang memang semuanya perempuan: ada yang saling iri, curiga, ada orang baru yang tidak disukai, dan kepala sekolah yang bijaksana namun mulai bosan dengan pekerjaannya. Serasa membaca Malory Towers, dengan twist yang super seru!

Satu-satunya yang kusesalkan dari buku ini adalah kehadiran Poirot yang agak terlalu terlambat, hanya di sepertiga buku bagian akhir. Cerita lebih difokuskan pada penyelidikan inspektur setempat, serta pihak intelijen yang diwakilkan oleh Adam yang menyamar sebagai tukang kebun di sekolah. Sementara itu, untuk pertama kalinya juga Poirot berjumpa dengan Mr. Robinson, yang akan hadir di beberapa buku Agatha Christie lainnya, sebagai wakil dari pihak “yang tidak bisa disebutkan namanya”.

Satu poin lagi adalah cover buku yang cute banget dan sangat bisa mewakili isi bukunya. Two thumbs up for the designer!

 

 

Memoar Sherlock Holmes

19 Tuesday Mar 2013

Posted by astrid.lim in adult, challenge, fiction

≈ 8 Comments

Tags

bahasa indonesia, classic, fiction, Gramedia, mystery reading challenge, mystery/thriller, series, terjemahan

memoar holmesJudul: Memoar Sherlock Holmes

Penulis: Sir Arthur Conan Doyle

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Pages: 408p

Beli di: Gramedia Trans Studio Mall Bandung (IDR 40k)

Kalau bicara tentang kisah-kisah misteri dan detektif terkenal, aku pasti lebih fasih berbicara mengenai Hercule Poirot dan Miss Marple dibandingkan Sherlock Holmes dan Dr. Watson. Pengetahuanku sangat terbatas karena buku-buku  Sherlock yang kubaca juga masih sedikit, aku bahkan belum sempat mengecek serial Sherlock yang direkomendasikan semua orang.

Syukurlah Gramedia menerbitkan ulang serial Holmes dengan cover baru yang keren bergaya minimalis, membuatku semangat membaca dan mengumpulkan karya-karya sang maestro Conan Doyle. Memoar Sherlock Holmes sebenarnya bukan buku yang tepat untuk mengawali petualangan dengan Sherlock, karena justru di buku inilah terdapat kisah yang merupakan klimaks kehidupan Sherlock Holmes, yaitu pertemuan dan duelnya yang terakhir dengan Profesor Morriarty, musuh bebuyutan yang dianggapnya memiliki otak yang setara dengannya.

Namun sepuluh kisah lain di buku ini merupakan koleksi berharga yang diceritakan kembali oleh Watson dengan gemilang. Semua misteri tentu dipecahkan Holmes berdasarkan metode deduksinya yang terkenal. Beberapa kisah seperti “Si Bungkuk” dan “Ritual Keluarga Musgrave” memiliki unsur gothic yang cukup mencekam. “Si Bungkuk” melibatkan sosok misterius yang membawa-bawa binatang aneh dan dicurigai sebagai pembunuh. Sedangkan “Ritual Keluarga Murgrave” bersetting di gedung kuno yang suram, dimana harta peninggalan keluarga justru berakhir pada tragedi maut.

Yang menarik, beberapa kisah justru menunjukkan Sherlock pun bisa salah, karena ternyata kunci misteri tidak sesuai dengan perkiraannya. “Wajah Kuning Yang Mengerikan”, misalnya, seolah menjanjikan kisah konspirasi kejahatan luar biasa, namun ternyata akhirnya sangat sederhana dan humanis. Kerendahan hati Holmes diuji betul disini. Koleksi kisah yang ada di buku ini juga bervariasi dari periode waktu, ada yang merupakan kasus awal saat Holmes pertama kali memutuskan terjun sebagai detektif, juga ada yang merupakan kasus fenomenal di puncak kariernya.

Namun ada satu hal yang terasa hilang saat membaca kasus-kasus ini. Penuturan Watson memang detail dan sangat akurat. Penggambarannya terhadap suatu karakter atau situasi juga cukup meyakinkan. Namun unsur melodrama yang begitu kental dalam kisah misteri klasik, seperti yang kerap dimunculkan oleh Agatha Christie, tidak terasa disini. Mungkin karena penulisnya laki-laki, dan kebanyakan tokoh utamanya juga laki-laki, aura maskulin sangat terasa dalam buku ini. Tidak ada kejahatan karena iri hati, cemburu, kisah cinta tak kesampaian dan berbagai sifat dasar manusia lainnya. Semuanya terasa datar, runut dan penuh presisi. Seperti metode Holmes sendiri.

Posting ini diikutsertakan juga dalam TBRR Mystery Reading Challenge yang dihost oleh Hobby Buku, untuk kategori classic mystery.

 

The Mystery of Edwin Drood

28 Thursday Feb 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 6 Comments

Tags

classic, english, event, fiction, gothic, mystery reading challenge, mystery/thriller

edwin droodTitle: The Mystery of Edwin Drood

Writer: Charles Dickens

Publisher: Dover Thrift Editions (2005,first published 1915)

Pages: 224p

Bought at: Kinokuniya Plaza Senayan (IDR46k)

“The only one of Dickens’s novels which he did not finish was the only one that really needed finishing”, GK Chesterton wrote in the introduction for this book. Many of Dickens’s novels (although I’ve only read a few so far) had predictable endings and plots, but his last book was the first detective story he’d ever written, and sadly, he passed away in the middle of the process, leaving a legendary unfinished book, The Mystery of Edwin Drood.

Edwin Drood was a fine young man, an architect who lived in London. He was an orphan and the closest relative he had was his uncle Jasper. Edwin liked to visit Jasper in Cloisterham, a small Cathedral town, where his fiancee Rosa Bud also lived in The Nuns’ House (a girls boarding school). Edwin and Rosa had been engaged since they were only little children, due to some arrangement made by their parents, who all had died and left them as orphans.

Dickens was building the plot slowly and nicely, and there were several facts that became the keys of this book:

1. Jasper was an opium addict.

2. He was so jealous of Edwin’s and Rosa’s relationship – and he was kind of obsessed with the girl.

3. There were two newcomers in Cloisterham, brother and sister, Neville and Helena Landless. Neville and Edwin didn’t like each other, and they had a terrible dispute.

4. Edwin and Rosa decided they were better be friends than being engaged without love.

5. Edwin was missing. Nobody knew where he was, or even if he’d still alive.

6. There were several particular characters who somehow involved with the story- even in a still vague way: Durdles, the gravedigger who once showed Jasper the hidden places in Cathedral; Mr. Grewgious, Rosa’s guardian who was in love with Rosa’s mom, and had a very mysterious assistant named Bazzard; and also a newcomer in Cloisterham named Mr. Datchery. All had roles in the story, but sadly, their stories weren’t told completely yet.

Dickens showed that he’s a marvelous writer, no matter what kind of story he wrote. If Dickens had finished writing this book, the gothic detective story must have been a great one- even in unfinished state, it’s still brilliantly told. The plot revealed slowly, with interesting characters (and peculiar names!) and vividly gothic settings (I love the scene when Jasper and Durdles had their night adventure in the Cathedral). And the psychological touch! Jealousy, pride, or taking something for granted…Dickens explained the details of being a human, in an amazing way.

I just wish somewhere there were a stack of Dickens’s notes lying unread, the notes about the ending of his last book. But until then, let’s have as many theories as we like!

This post is written for Celebrating Dickens – a wonderful event hosted by Fanda. Thanks for hosting!

celebrating-dickens-button

This posting is also submitted for TBRR Mystery Reading Challenge hosted by Hobby Buku =)

I Am Half-Sick Of Shadows

18 Monday Feb 2013

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 3 Comments

Tags

british, challenge, cozy mystery, english, FYE challenge, history, mystery reading challenge, teens

half sickJudul: I am Half-sick of Shadows

Penulis: Alan Bradley

Penerbit: Bantam Books (2011)

Pages: 297p

Beli di: Books and Beyond  (IDR 85k)

Usia kelayakan baca: 12 y.o and up

Delicious murder mystery with the Christmas setting in Buckshaw, what’s not to like in this 4th installment of Flavia de Luce’s adventures? Flavia kembali menghadapi kasus pembunuhan yang menuntutnya untuk mengerahkan segala kemampuan memata-matai dan menyelusup sana-sini, ditambah keahliannya di bidang kimia.

Semuanya berawal saat Mr. de Luce, ayah Flavia, mengizinkan perusahaan perfilman untuk melakukan syuting di Buckshaw, rumah tua keluarga mereka yang megah (namun sudah tak terawat), dengan tujuan dapat membantu kondisi keuangan keluarga yang semakin parah. Flavia yang sedang merencanakan eksperimen yang melibatkan jebakan untuk Santa Claus, tergoda untuk melihat kehidupan orang-orang film dari dekat. Kematian misterius sang bintang film utama akhirnya menjerumuskan Flavia ke dalam salah satu kasus paling berbahaya yang pernah dihadapinya.

Nuansa misteri dalam buku ini mungkin tidak sekental buku-buku sebelumnya, namun setting Natal dengan badai salju yang menderu-deru cukup menghadirkan suasana yang mencekam. Apalagi kali ini misteri terjadi di Buckshaw, sehingga Flavia memiliki keuntungan menyelusup sana-sini sebagai penghuni yang mengetahui seluk beluk rumah tersebut.

Kehadiran karakter-karakter baru sperti Phyllis Wyvern sang primadona yang masa lalunya misterius, Bun Keats asistennya yang penggugup, atau Val Lampman sutradara yang eksentrik, menambah warna buku ini. Sementara itu, tentu saja karakter-karakter lama yang muncul di buku sebelumnya kembali dihadirkan, seperti Inspektur Hewitt yang menjadi saingan utama Flavia, Aunt Felicity serta kedua kakak Flavia, Pheely dan Daphne yang selalu bersikap kejam padanya. Dan Dogger… Karakter sentral penuh misteri yang selalu menjadi penolong Flavia.

Buku ini bukan saja membawa kita ke dalam petualangan seru Flavia, tapi juga semakin mendekatkan kita pada akhir misteri keluarga de Luce. Kematian Harriet ibu Flavia, ayahnya yang selalu murung, sikap kejam kakak-kakaknya.. Ada sesuatu yang tak terpecahkan dalam keluarga itu, dan Flavia bertekad akan menyelidikinya hingga akhir. Penggemar lama Flavia akan dibuat semakin relate dengan tokoh-tokoh dalam buku ini, dan pastinya tak sabar menunggu buku berikutnya, Speaking From Among the Bones.

Trivia:

Selain kisah misterinya yang mengasyikkan, serial Flavia juga selalu memiliki cover dan judul yang unik. Alan Bradley mengambil ungkapan atau sajak kuno sebagai judul buku-buku Flavia, sesuai dengan setting Inggris tahun 50-an. Sementara covernya sangat artistik. Edisi Bantams ini selalu menjadi favoritku, dengan desain simpel dan warna-warni ceria yang sangat kontras dengan kisahnya yang kelam.

Baca review buku Flavia sebelumnya di sini, sini, dan sini.

Posting ini diikutsertakan dalam TBRR Mystery Reading Challenge, kategori buku serial.

MysteryReadingChallengeButton1

Posting ini juga diikutsertakan dalam FYE with Children Literature yang dihost oleh Bacaan Bzee.

Come join the event!

Come join the event!

 

The Confession

25 Friday Jan 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 6 Comments

Tags

english, fiction, grisham, legal, mystery reading challenge, mystery/thriller

confessionJudul: The Confession

Penulis: John Grisham

Penerbit: Dell (2011)

Pages: 515p

Pinjam ke: Abraham Lim

Donte Drumm sedang menunggu eksekusi hukuman matinya yang akan dilaksanakan 4 hari lagi setelah 9 tahun dipenjara dengan tuduhan penculikan dan pembunuhan Nicole Yarber, murid SMA di kota kecil Sloane, Texas. Donte mengaku tidak bersalah, dan berkeras bahwa ia berada di penjara akibat jebakan polisi dan jaksa penuntut korup yang sudah putus asa tidak menemukan tersangka yang tepat. Robert Flak, pengacara Donte membelanya tanpa lelah selama 9 tahun, tapi sepertinya harapan sudah sangat menipis.

Hingga suatu hari,muncul sosok misterius bernama Travis Boyette, dengan masa lalu suram dan track record criminal yang cukup panjang, mengaku pada seorang pendeta di Kansas, Keith Schroeder, bahwa ia lah pembunuh Nicole yang sebenarnya. Sebuah penyakit yang sudah parah membuat Travis memutuskan untuk mengakui dosanya, berusaha berbuat sedikit kebaikan sebelum hidupnya berakhir. Keith yang sempat bingung dan ragu akhirnya memutuskan untuk terjun menolong Donte, tapi apakah waktu mereka masih cukup dengan bayang-bayang hukuman mati yang semakin mendekat?

John Grisham masih merupakan pencerita yang hebat, dan kritiknya terhadap sistem hukum Amerika Serikat, terutama hukuman mati, masih setajam biasanya. Apakah hukuman mati tak lebih dari pembunuhan yang dilegalkan oleh pemerintah? Grisham juga menyorot pengadilan yang tidak sepenuhnya adil: kurangnya bukti-bukti fisik dan hanya mengandalkan sebuah pengakuan, juri yang seluruhnya berkulit putih untuk mengadili terdakwa berkulit hitam, serta jaksa penuntut dan detektif polisi yang lebih memikirkan reputasinya masing-masing dibanding mencari keadilan yang sesungguhnya.

Tidak seperti beberapa buku Grisham terakhir, Confession terasa lebih penuh emosi, dengan karakter-karakter yang kuat dan sarat amarah untuk mencari keadilan versi mereka masing-masing- mulai dari Robert Flak yang tak kenal lelah, ibu Donte yang pasrah namun yakin anaknya tak bersalah, ibu Nicole yang menggebu-gebu mendukung eksekusi hukuman mati pembunuh anaknya, sampai pendeta Keith yang penuh dilema. Semua digambarkan dengan sangat detail dan personal. Begitu pula setting kota kecil di Texas, yang meski sudah menginjak tahun 2000-an, namun suasananya tak jauh beda dengan tahun 50-an, termasuk masalah diskriminasi rasial dan sistem peradilan yang hanya menguntungkan pihak tertentu.

Mungkin setelah A Time to Kill, ini adalah buku Grisham yang paling emosional bagiku. Dan Grisham, lewat caranya yang brilian, berhasil mempertanyakan sekali lagi, apakah sistem peradilan dan hukum hanyalah cara manusia mencari solusi legal yang semu?

Trivia:

  • Beberapa sumber mengatakan kalau kisah Confession ini terinspirasi dari kejadian nyata, seperti yang ditulis Grisham dalam buku non-fiksinya, The Innocent Man. Karena belum baca buku tersebut, aku tidak bisa membandingkan kisahnya. The Innocent Man juga bercerita tentang terdakwa hukuman mati akibat kejahatan yang tidak ia lakukan.
  • Terdapat 33 negara bagian di Amerika Serikat yang masih menerapkan hukuman mati hingga saat ini, termasuk Texas. Yang menarik, tingkat kejahatan di negara-negara bagian yang menerapkan hukuman mati tetap lebih tinggi dibandingkan negara bagian yang tidak menerapkan hukuman mati. So, is death penalty really the answer?

Buku ini diikutsertakan juga dalam TBRR Mystery Reading Challenge untuk bulan Januari dengan tema legal thriller.

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
    Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
  • The Rainmaker by John Grisham
    The Rainmaker by John Grisham
  • A Dance with Dragons by George R.R. Martin
    A Dance with Dragons by George R.R. Martin
  • The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
    The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
  • Popsugar Reading Challenge 2023
    Popsugar Reading Challenge 2023

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...