• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: inspirational

Insomniac City: New York, Oliver Sacks, and Me by Bill Hayes

21 Tuesday Dec 2021

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 1 Comment

Tags

english, inspirational, LGBT, memoir, new york, non fiction, popsugar RC 2021

Judul: Insomniac City: New York, Oliver Sacks, and Me

Penulis: Bill Hayes

Penerbit: Bloomsbury USA (2018)

Halaman: 304p

Beli di: @post_santa (IDR 250k)

Some people were born to write haunting, heartbreaking stories, based on their haunting, heartbreaking experience. And Bill Hayes is one of them.

Setelah partnernya selama belasan tahun meninggal dunia, Bill Hayes memutuskan untuk meninggalkan San Francisco, kota yang terlalu penuh kenangan, dan memulai lembaran baru di New York. Ia bertekad ingin menghilang di tengah keramaian New York, memuaskan jiwa insomnianya di kota yang tak pernah tidur.

Namun, destiny membawa kejutan baru dalam hidupnya, ketika ia tanpa disangka-sangka jatuh cinta kembali, kali ini dengan seorang penulis lain yang sama-sama memiliki hati lembut dan sensitif, Oliver Sacks. Sacks adalah pribadi yang sangat tertutup dan pemalu, sifat introvernya membuat ia memilih untuk tidak pernah jatuh cinta, hingga ia bertemu dengan Bill di usia 75 tahun.

Perlahan, Bill membawa kita masuk ke dalam hubungannya yang sangat endearing bersama O (nicknamenya untuk Oliver Sacks), melalui snippet percakapan sehari-hari yang sangat profounding (begitulah kalau dua penulis menjalin hubungan), potongan adegan yang sederhana namun memorable, serta beberapa foto yang menggambarkan hubungan mereka yang easy going.

Bagian paling menyentuh tentu saja saat Oliver didiagnosis kanker dan memutuskan untuk menikmati hari-hari terakhirnya di rumah, bukan berjuang bertahan hidup di rumah sakit. Keputusan ini juga yang mengubah hidup Bill, sekaligus membuatnya bersyukur bisa mendampingi Oliver sampai akhir.

Buku ini ditulis sebagai tribute dari Bill untuk Oliver dan New York, yang mengizinkannya membuka lembaran baru sekaligus membuka hatinya untuk mencintai kembali di tengah rasa terpuruk dan hari-hari yang gelap. Keseluruhan buku ini, meski berbicara tentang grief, namun menghadirkan perasaan yang hangat dan memberikan harapan. True, there are some very sad moments, but in the end we were reminded that love prevails.

Rating: 4/5

Recommended if you like: thought provoking memoirs, New York City!!, inspirational conversations

Submitted for:

Category: A book about do-overs or fresh starts

The Salt Path by Raynor Winn

12 Monday Apr 2021

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

adventures, british, illnesses, inspirational, memoir, popsugar RC 2021, secondhand books, social issues, travel

Judul: The Salt Path

Penulis: Raynor Winn

Penerbit: Penguin Books (2019)

Halaman: 282p

Beli di: @ThereButForTheBooks (IDR 120k)

Sudah jatuh, tertimpa tangga. Mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk hidup Raynor Winn, karena masalah datang padanya dengan bertubi-tubi. Suaminya, Moth, didiagnosa penyakit degenerasi langka yang tidak bisa disembuhkan, sementara itu, keluarga mereka mengalami krisis finansial parah akibat investasi gagal yang berlanjut ke ranah hukum, sehingga rumah merangkap pertanian mereka pun terpaksa disita. Raynor dan Moth resmi menjadi homeless, tanpa tahu harus tinggal di mana.

Suatu ide gila menghampiri Raynor di titik ter-desperate-nya, terinspirasi dari salah satu buku yang pernah ia baca. Raynor mengajak Moth untuk menyusuri South West Coast Path, jalur pejalan kaki di sebelah Barat Daya Inggris, yang melewati beberapa county termasuk Devon dan Cornwall. Rencananya, mereka berangkat dari Minehead, terus menuju ke Selatan hingga titik paling ujung bernama Land’s End, dan dari sana naik kembali ke Utara hingga berakhir di Poole. Total perjalanan mereka adalah 630 mil, dan mereka menggunakan buku Paddy Dillon sebagai acuan rute mereka.

Karena nyaris tidak punya uang, kecuali mengandalkan pemasukan mingguan seadanya dari tunjangan Moth, Raynor memutuskan mereka harus berkemah di sepanjang jalan, yang artinya melanggar peraturan pemerintah yang sebenarnya melarang perkemahan liar. Namun, karena mereka tidak mampu untuk menyewa space di perkemahan resmi, tidak ada pilihan lain kecuali mencari tempat tersembunyi di penghujung hari untuk mendirikan tenda.

Baik Raynor dan Moth sudah berusia separuh baya, dan kesehatan Moth pun makin menurun, sehingga banyak sekali tantangan yang harus mereka hadapi di sepanjang perjalanan. Cuaca buruk, medan yang berat, kehabisan uang, kekurangan makanan bergizi, bertemu dengan orang-orang dari mulai yang ingin tahu sampai menghakimi status homeless mereka. Namun di tengah kesulitan tersebut, masih banyak hal yang bisa disyukuri oleh Raynor dan Moth. Kesehatan Moth yang membaik setelah terbiasa dengan udara luar, orang-orang yang selalu ada saja yang ingin menolong, serta keindahan pesisir Inggris Selatan yang amat memukau.

Raynor Winn berhasil menuangkan petualangannya ke dalam deskripsi yang detail dan memikat, sehingga saya dengan mudah bisa membayangkan perjalanan yang mereka lalui, bahkan kadang-kadang sampai bisa mencium aroma laut yang asin. Tajamnya angin laut, koakan burung camar, hingga perubahan cuaca ekstrim dari yang panas terik menjadi dingin menggigit pun berhasil digambarkan oleh Raynor Winn dengan baik. Hanya saja, yang saya sayangkan adalah tidak adanya foto dalam buku ini, yang sebenarnya bisa membuat kisahnya semakin memukau, dan membuat kita lebih relate dengan Raynor dan Moth.

Satu hal yang juga menarik dalam buku ini adalah pembahasan tentang isu homeless di Inggris, karena Raynor dan Moth menjumpai banyak orang tanpa rumah seperti mereka, dengan berbagai kondisi dan alasan, yang mencoba bertahan di kerasnya dunia yang penuh dengan tuntutan standar kehidupan normal. Saya sendiri, yang sampai sekarang masih mengontrak rumah, tidak bisa membayangkan berada di posisi Raynor yang secara tiba-tiba kehilangan tempat tinggal. Buat saya, setidaknya ada support system seperti keluarga yang pasti masih akan membantu, entah memberi tumpangan sementara atau menguatkan mental kita. Tapi saya lihat, dalam kasus Raynor, bukan hanya sekadar tidak ada yang membantu, tapi prinsip dan budaya yang membuatnya sulit menerima bantuan orang lain, dan mempertahankan dignity saat tidak ada hal lain yang bisa ia pertahankan.

A truly eye opener, indeed.

Rating: 4/5

Recommended if you like: adventures, British outdoors, touching memoirs, beautiful views, real life struggles

Salah satu jalur South West Coast Path yang juga dikenal sebagai Salt Path
Rute yang ditempuh oleh Raynor dan Moth

Submitted for:

Category: A book set mostly or entirely outdoors

Becoming by Michelle Obama

08 Friday Mar 2019

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 1 Comment

Tags

african american, america, biography, english, inspirational, memoir, non fiction, women

Title: Becoming

Writer: Michelle Obama

Publisher: Crown (First Edition, 2018)

Pages: 426p

Bought at: Bootopia Periplus (IDR 430k disc 20%)

Before even being published, this book has stirred the expectations of so many people, especially those who are being disappointed of the current political situation in the United States. Michelle Obama was a popular First Lady, one of the most beloved, and that’s why her memoir was something that people got really excited about.

In my opinion, Michelle has fulfilled that expectation. This memoir is very well written, covering the unexpected turns of her life, from a daughter of a working class family in South Side Chicago, to the prestigious students in Princeton and Harvard Law School, and of course- to the one of the most elite communities in the world- the White House.

I feel that Michelle spent quite some time in this book to give a clear picture of who she is as a child, as a daughter, as a young adult. And true, that’s why the first part of the book felt pretty slow- too many details on her childhood life, family and friends, while I’m sure most of us just want to jump directly to her life with Barack Obama.

And I think that is one of the biggest challenges for Michelle: how to make this book about Michelle Obama, and not Barack Obama, while at the same time still includes him in this book because the reality is he becomes a big part of her life and who she is now. That’s why I think Michelle spent a lot of time to write about her childhood and growing up days, to try giving us a clearer picture of who she was and who she has become.

But if we are patient enough, we will get to the important day of her meeting with Barack Obama. And things started to get more interesting from there. How Michelle got attracted to Barack, how their relationship has begun, how their lives started to intertwined, and how Michelle tried to find her own meaning, her own passion and goals, despite Barack’s ever growing goals and political ambitions. It’s funny to think that Michelle did not like politics at all- and how she tried to balance her life, career, family and parenting world- in between the chaotic world of politics. She is a very relatable human being, in spite of her very extraordinary life.

In a way, some parts of this book is of course still about Barack Obama, at least seen from Michelle’s point of view. And since I had more connection with some parts of Barack’s life (Indonesia and Jakarta parts, her mother’s research, etc)- I feel pulled into his life and expected more glimpse into it. And I know it’s not fair because this is Michelle’s story and not Barack- and that is exactly how challenging this book is for Michelle to write.

I also wished to see more of her story inside the White House. Perhaps there are still some confidential issues, but this part of the book seems like it has been cleanly cut just to show us enough glimpse from the inside but nothing really new that we didn’t know already. I think this is the weakness point of the book.

However, “Becoming” is still a wonderful book from one of the most inspiring women of our time. Of course Michelle mentioned many times about her perspective as an African American woman, a minority who tried to give hope and inspiration to others in similar position with her in the past. That nothing is impossible, work for it, for a better life and a better world. But fortunately she told the story not from the naive standpoint. It’s also realistic and can be implemented to whoever you are in whichever part of the world.

Lean In: Women, Work, and the Will to Lead by Sheryl Sandberg

06 Monday Nov 2017

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 3 Comments

Tags

bbi review reading 2017, business, career, inspirational, non fiction, popsugar RC 2017, self help

Judul: Lean In: Women, Work, and the Will to Lead

Penulis: Sheryl Sandberg

Penerbit: WH Allen (2015)

Halaman: 230p

Beli di: The Book Depository (IDR 128,102)

Non fiction is not my forte. Saya selalu stress duluan kalau disuruh baca buku non fiksi, karena sudah terbayang akan merasa bosan, harus berpikir keras, berusaha mencerna kalimat-kalimat yang monoton.

Tapi saya tahu, reading non fiction will bring some good for me- at least to push me outside my comfort zone and learn something new. Karena itulah saya bersyukur dengan hadirnya reading challenge yang memaksa saya membaca buku-buku di luar zona nyaman saya. Tak terkecuali Popsugar Reading Challenge yang memasukkan buku tentang career advice ke dalam salah satu kategorinya.

Saya sudah berkecimpung di dunia kerja dan meniti karier hampir 15 tahun, hingga akhirnya berada di posisi yang sekarang. Tapi memang saya merasa kurang mau belajar untuk mengembangkan soft skill saya melalui buku-buku pengembangan diri atau self help serta buku-buku bisnis secara umum. Mungkin karena saya merasa waktu saya lebih baik digunakan untuk membaca buku-buku yang saya suka.

Tapi ternyata, ketika saya memilih Lean In sebagai buku untuk Popsugar Reading Challenge, saya menyadari kalau buku non fiksi tidak selamanya berat dan membosankan, terutama yang ditulis oleh praktisi seperti Sheryl Sandberg. Perempuan yang namanya selalu masuk ke dalam daftar nama perempuan paling berpengaruh ini mampu menyajikan pandangannya tentang perempuan bekerja tanpa terkesan menggurui dan jauh dari membosankan, meski banyak dilengkapi oleh footnotes dan referensi hasil riset.

Sandberg kini menjabat sebagai Chief Operating Officer di Facebook, sekaligus tangan kanan Mark Zuckerberg, namun sebelumnya telah malang melintang di dunia bisnis, termasuk membantu membesarkan Google dan pernah bekerja sebagai konsultan di perusahaan bergengsi McKinsey.

Sandberg menggunakan pengalamannya yang ekstensif terutama dalam sudut pandang sebagai perempuan, dan bagaimana memaknai perbedaan gender untuk mengatasi tantangan yang kerap dihadapinya. Ia membahas fakta-fakta tentang mengapa perempuan tidak terlalu berambisi seperti laki-laki (sehingga menyebabkan minimnya jumlah pemimpin perempuan di dunia), selalu duduk di belakang dan jarang beropini kalau sedang mengikuti rapat, dan bagaimana menghadapi kenyataan kalau perempuan yang sukses biasanya dijauhi dan tidak disukai, baik oleh laki-laki maupun sesama perempuan.

Sandberg juga membahas beberapa karakter penting yang ia kembangkan dan membantunya meniti sukses seperti sekarang ini, termasuk bagaimana bersikap jujur apa adanya, bijak dalam menentukan pilihan, dan menerima kenyataan kalau kita memang tidak bisa mendapatkan segalanya.

Karena Sandberg juga seorang istri dan ibu, ia membagi pengalamannya tentang berusaha menjaga keseimbangan antara karier dan keluarga. Untungnya ia tidak menampilkan sosoknya sebagai perempuan super yang bisa melakukan segalanya, karena ia secara jujur mengungkapkan kelemahan dan kegagalannya yang membuat kita sebagai pembaca bisa lebih terhubung dengannya.

Salah satu bagian favorit saya adalah ketika Sandberg menggambarkan hubungannya dengan kolega dan atasannya yang kebanyakan laki-laki, terutama Mark Zuckerberg. Seru juga membayangkan dua orang yang memiliki otak brilian dan karakter kuat bekerja sama dalam organisasi sebesar Facebook. Bagaimana Sandberg yang adalah perempuan dan berusia lebih tua mampu menempatkan dirinya sebagai staff sekaligus teman Mark, dan bagaimana kebijakan-kebijakan yang diusulkan Sandberg pada akhirnya berhasil mengubah Facebook menjadi salah satu perusahaan terkuat di dunia.

Memang ada beberapa bagian dalam buku ini yang secara eksklusif menggambarkan privilege Sandberg sebagai perempuan kulit putih kelas menengah di negara maju Amerika Serikat. Untungnya Sandberg masih sensitif untuk menyinggung hal ini dan bahkan meminta maaf karena menyadari bahwa kondisinya sangat berbeda dan mungkin bahkan tidak applicable untuk perempuan-perempuan yang termasuk dalam kategori minoritas, ekonomi lebih rendah, atau hidup di negara berkembang. And I appreciate her for that.

Inspiratif, menarik dan eye opening, buku ini membuat saya banyak berpikir tentang peran perempuan di era milenial dan betapa bersyukurnya hidup di zaman ini. Di kantor tempat saya bekerja sekarang, 3 dari 4 kepala divisi adalah perempuan, dan lebih dari 50% staff juga merupakan perempuan. Sandberg juga memberikan ide pada saya tentang bagaimana saya bisa lebih memberdayakan rekan-rekan dan staff yang kebanyakan perempuan, tanpa harus berseberangan dengan laki-laki, dan bagaimana menjadi feminis tanpa bersikap terlalu sinis atau sarkastik 🙂

Notes:

Dalam buku Lean In, Sheryl Sandberg banyak menggambarkan hubungannya dengan suaminya, Dave Goldberg yang juga berkecimpung di industri internet. Menurut Sandberg, suaminya adalah partner sekaligus faktor terpenting yang bisa membuat dirinya seperti sekarang.

Karena itu, saya sangat terkejut saat browsing tentang Sandberg setelah membaca buku ini, dan mendapati berita kalau Dave Goldberg sudah meninggal dunia karena serangan jantung dua tahun yang lalu, di usia yang masih muda, 47 tahun. Peristiwa ini begitu mendadak dan mengejutkan, sehingga Sandberg juga tidak membuka dirinya kepada publik hingga awal tahun ini, saat ia menerbitkan memoir tentang kehilangannya dan perjuangannya mengatasi rasa duka mendalam, yang berjudul Option B: Facing Adversity, Building Resilience and Finding Joy.

Submitted for:

Category: A book with career advice

Kategori: Self Improvement & Self Help

What I Talk About When I Talk About Running by Haruki Murakami

13 Monday Mar 2017

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 5 Comments

Tags

autobiography, bbi review reading 2017, hobby, inspirational, memoir, non fiction, popsugar RC 2017, sport

Title: What I Talk About When I Talk About Running

Writer: Haruki Murakami

Publisher: Vintage (2009)

Pages: 180p

Bought at: Book Depository (IDR 84k, bargain!)

I was lack of working out and maintaining a healthy lifestyle during my twenties. In my early 30s, I tried to fix it and had successfully done so for about a year, before I was back to the lazy, unhealthy life.

This year though, I’ve decided to give it another try, and hopefully do it right. I started running in January, using a running apps, and until end of February I’ve run about 125 km. It’s hard and challenging but I think if I don’t do it now I won’t do it anytime soon ever.

And that brought me to this book, a memoir from Haruki Murakami, whose book I’ve just read once and I still don’t consider him as my favorite writer (yet). But, since this book tells a story about him as a runner and a writer, it felt so fitting with my current situation.

Turned out, this book is REALLY good. Very inspiring. Murakami is a good writer and even though he has every reason to brag in this book considering his remarkable achievements- he actually wrote it in a very polite, subtle, humble way that gave no reasons for the readers not to like him and sympathize with him.

Murakami started running when he was 33 (another reason to make me feel confident!!) and he told his story honestly- from failures to successes and from highly motivated moments to have a runner blues. It felt very real and relatable indeed.

The most inspiring thing about Murakami is he never stops. He never made age as his reason to quit or slow down. For him, as long as he could, he would always be a runner, just as he would always be a writer -no matter how old he is.

Another thing that made me love this book even more is that how Murakami could use running to describe things that he learned to be a good writer, and vice versa- to use writing as a tool to describe running. Great analogy- since those two activities indeed need the same amount of patience, perseverance, passion and skills.

This memoir, unlike other memoirs of famous people, did not tell stories of Murakami’s personal life and struggles of his professional career, but rather give a unique point of view through Murakami’s hobby, that created another identity for him as a runner. And it is truly inspiring.

Pain is inevitable, suffering is optional.

Thank you, Murakami!

Submitted for:

Category: A bestseller from a genre you don’t normally read

Kategori: Hobby Nonfiction

Wonder by R.J. Palacio

26 Tuesday Jan 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

children, english, family, fiction, inspirational, middle grade, special needs

wonderJudul: Wonder

Penulis: R.J. Palacio

Penerbit: Corgi Book (2013)

Halaman: 315p

Beli di: Kinokuniya Paragon Mall Bangkok (310 Baht)

Saya termasuk kloter yang terlambat membaca buku yang beberapa tahun lalu menjadi hits di mana-mana dan menginspirasi jutaan pembacanya. Meski buku ini sudah tertimbun lebih dari 2 tahun, entah mengapa saya terus menunda membacanya, mungkin karena tidak ingin dikecewakan oleh hype yang muncul saat itu, seperti yang beberapa kali sudah saya alami sebelumnya saat membaca buku-buku hits.

Dan ternyata keputusan saya sangat tepat! Tanpa dibebani hype maupun ekspektasi berlebihan, saya membaca Wonder dan langsung terkesima. Bukan saja oleh kisahnya, tapi oleh gaya bercerita R.J Palacio yang seolah menjelma menjadi anak-anak pra remaja yang tinggal di New York dengan segala kepribadian dan permasalahan mereka.

August Pullman, atau Auggie, adalah anak yang dilahirkan dengan kelainan pada wajahnya. Ada istilah kedokteran rumit tentang kondisi genetik yang dialaminya, namun orang lebih sering menyebutnya “cacat” atau “berwajah rusak”. Seumur hidupnya Auggie bersekolah di rumah, dibimbing oleh ibunya yang super protektif, namun saat ia menginjak usia 11 tahun, kedua orang tuanya memutuskan untuk menyekolahkannya di sekolah umum Beecher Prep.

Dan dimulailah hari-hari paling sulit sepanjang Hidup Auggie. Ia harus bertemu langsung dengan anak-anak sebayanya yang entah kaget, takut atau jijik melihat wajahnya yang tidak biasa. Menjadi korban bully, dijauhi teman satu sekolah, bahkan dikhianati oleh orang yang ia sangka temannya- semua dialami Auggie di tahun pertamanya di middle school. Namun perjalanannya di tahun itu juga mengajarinya banyak hal: persahabatan yang datang tak terduga, keberanian, kesetiakawanan, ketulusan- dan kedewasaan.

Yang seru dari buku ini bukan hanya kisah tentang Auggie yang diceritakan dari sudut pandangnya, tapi kita juga diberikan kesempatan untuk mendengarkan versi dari beberapa orang di sekeliling Auggie. Ada Summer, murid pertama yang mau duduk dengan Auggie saat makan siang, lalu Jack, anak laki-laki yang (sepertinya) mau berteman dengan Auggie, juga Via, kakak perempuan Auggie yang baru masuk SMA, serta pacarnya, Justin, dan mantan sahabatnya yang sangat sayang dengan Auggie, Miranda.

Yang mengagumkan bagi saya adalah gaya penceritaan Palacio yang sepertinya effortless, dengan mudah masuk ke karakter-karakter yang berbeda dan membuat kita bisa langsung mengerti sudut pandang mereka. Dari mulai anak middle school sampai high school, Palacio sepertinya gampang saja berpindah-pindah karakter tanpa membuat pembacanya bingung.

Karena sebelumnya saya baru membaca buku middle grade The Meaning of Maggie dan mendapatkan beberapa ganjalan dalam dialognya, saya memiliki perbandingan yang masih segar di ingatan saat membaca Wonder. Dan saya bisa dengan yakin berpendapat kalau dialog dalam buku Wonder sangat sesuai dengan gaya percakapan anak pra remaja pada umumnya. Bahkan, di balik keunikan Auggie, kita bisa dengan mudah merasa relate dengannya, karena dia hanyalah anak biasa yang suka Star Wars, mencintai anjingnya, bertengkar dengan kakaknya, dan lebih dari segalanya, ingin diterima oleh sekelilingnya- meski dalam hati, ia tahu kalau hal tersebut kadang nyaris tidak mungkin.

Wonder adalah buku yang thought provoking, terutama bagi para pembaca middle grade sesuai targetnya, dan membuat kita berpikir banyak (di tengah-tengah penulisan superb RJ Palacio), tentang kebaikan, ketulusan hati, dan kemanusiaan.

Buku ini bertebaran kalimat-kalimat yang quotable tapi tidak pretensius. Ini beberapa favorit saya:

“Kinder than is necessary. Because it’s not enough to be kind. One should be kinder than needed.”

“Now that I look back, I don’t know why I was so stressed about it all this time. Funny how sometimes you worry a lot about something and it turns out to be nothing.”

“MR. BROWNE’S SEPTEMBER PRECEPT:

WHEN GIVEN THE CHOICE BETWEEN BEING
RIGHT OR BEING KIND, CHOOSE KIND.”

 

Manuscript Found in Accra by Paulo Coelho

23 Thursday Oct 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

english, fiction, history, inspirational, lucky 14, review 2014

manuscript accraTitle: Manuscript Found In Accra

Writer: Paulo Coelho

Punlisher: HarperCollins Publishers (2013)

Pages: 194p

Bought at: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 23,54)- thanks to my Dad!

 

BLURB:

“After lying undiscovered for over 700 years, a manuscript holding the answers to a city’s final questions is unearthed.

Centuries before, on the eve of the invasion of Accra, the citizens gathered. A man stood before them and invited the people to share their fears, that he might offer hope and comfort.

His extraordinary insights on courage, solitude, loyalty and loss were transcribed and passed on.

A timeless and powerful exploration of personal growth, everyday wisdom and joy.”

Paulo Coleho is the master of inspirational writings. Whether it’s in the form of novel, memoir, poems or other literature devices, his writings are always full of depth and insights. That why, it needs a right mood to enjoy his books, because sometimes his writings are a bit too preachy for some people’s tastes.

I read Manuscript Found in Accra without too much expectation, and turned out I loved its tone of wisdom and guidance. It tells a story of one night in Accra, hundreds of years ago, when the people waiting anxiously for a war that would happen in the next day. Some people were scared, some were having regrets, some didn’t want to leave their home, and some hated to have to say goodbye to their loved ones.

But their problems and questions can relate well to every reader, because it’s still relevant to our current life. If you are the type of reader who likes to highlight every memorable quote, please be prepared to have your book full of colors!

Some of my favorite quotes:

“If you are never alone, you cannot know yourself.” — about loneliness

“Don’t try to be useful. Try to be yourself: that is enough & that makes all the difference.” — about our identity

“Only he who gives up is defeated. Everyone else is victorious.”, and “You might have lost some major battles, but you survived and you’re still here.” — about failure

Submitted for:

Category: (Not So) Fresh From The Oven

Category: (Not So) Fresh From The Oven

Scene on Three [11]

03 Friday Oct 2014

Posted by astrid.lim in meme

≈ 4 Comments

Tags

inspirational, meme, scene on three

sceneonthree

Awww…kangeeen sama meme yang satu ini. Belakangan sibuk berat sampe ngerjain meme sendiri pun ngos-ngosan, hehe, semoga ke depannya lebih rajin posting lagi 🙂

Kali ini, Scene on Three diambil dari buku Paulo Coelho yang baru-baru ini saya baca, Manuscript Found in Accra.

We are afraid to change because we think that, after so much effort and sacrifice, we know our present world.

And even though that world might not be the best of all worlds, and even though we may not be entirely satisfied with it, at least it won’t give us any nasty surprises. We won’t go wrong. (p.51)

Buku ini adalah tipe buku yang sangat quotable, dan untuk kamu yang suka mencoret-coret atau menandai quote favorit, siap-siap menghasilkan buku yang berwarna-warni 😀

Yang saya ambil kali ini, sedang amat cocok dengan kondisi saya sekarang. Tapi percaya deh, apapun keadaanmu saat ini, pasti akan ada scene dan quote yang cocok untuk kamu di buku ini 🙂

  1. Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya dari buku pilihan kalian ke dalam suatu post.
  2. Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.
  3. Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.
  4. Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Bacaan B.Zee, sekalian saling mengunjungi sesama peserta Scene on Three.
  5. Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).

Have a Little Faith

31 Monday Dec 2012

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

BBI, english, gift, inspirational, non fiction, religion

HaveALittleFinalJudul: Have a Little Faith

Penulis: Mitch Albom

Penerbit: Hyperion (2009)

Pages: 249p

Gift from @rayosouisa =)

Anniversary gift from my guy two years ago and I just read it now? Ter-la-lu =D

Sometimes I almost forgot why I love Mitch Albom’s works in the first place. Aku jatuh cinta pada Tuesdays with Morrie (yang belum pernah direview di blog ini!) dan menobatkannya sebagai salah satu buku terbaik sepanjang masa. Albom langsung masuk ke dalam list penulis yang buku-bukunya wajib kubeli dan kukoleksi, kalau bisa edisi bahasa Inggrisnya sekalian.

Namun beberapa buku terakhir aku merasa sedikit stagnan, tidak ada yang terlalu istimewa, warna ceritanya selalu mirip. Dan meski dihiasi kalimat-kalimat indah yang menjadi ciri khasnya, beberapa cerita tidak meninggalkan kesan sekuat yang kuharapkan, termasuk The Time Keeper, buku terakhirnya yang mengangkat tema waktu.

Karenanya aku tidak berharap banyak saat membuka Have a Little Faith, buku nonfiksi Albom yang pertama setelah Morrie. But just like people said, when you expect the least- you’ll get more than what you expected, that’s exactly what happened with me after I read this book.

Buku ini bercerita tentang pencarian Albom terhadap makna iman dan Tuhan, melalui dua sosok yang sangat berbeda namun sama-sama merupakan hamba Tuhan. Albom dibesarkan dalam lingkungan keluarga Yahudi, meski semakin dewasa (dan menjadi sukses seperti sekarang), pandangannya terhadap agama makin meluntur. Di sinagoga lingkungan tempatnya tinggal dulu, ada seorang rabi yang sangat berpengaruh dan dicintai, biasa dipanggil Reb. Meski tidak terlalu dekat dengan Reb yang selalu membuatnya segan (terutama setelah Albom menikah dengan perempuan non-Yahudi), suatu hari Albom dikejutkan dengan permintaan Reb. Reb ingin agar Albom-lah yang menulis dan membacakan euloginya saat ia meninggal.

Permintaan ini akhirnya membuat Albom dan Reb menjadi begitu dekat, dan Albom berusaha mencari tahu siapa sesungguhnya Reb yang sosoknya begitu dihormati semua orang. Lewat hubungan ini, Albom belajar banyak tentang arti agamanya, arti iman dan kepercayaan pada Tuhan, dan hal-hal yang berharga dalam hidup. Pandangan Reb sangat manusiawi namun tidak meninggalkan ke-Tuhanannya. Baginya, hubungan dengan sesama (regardless the religions) sama pentingnya dengan hubungan vertikal dengan Tuhan.

Saat yang bersamaan, Albom seolah ditantang untuk mempraktekkan apa yang sdh ia dapatkan dari Reb dalam hidup nyata, ketika ia bertemu dengan Henry Covington, pendeta kulit hitam di sebuah gereja miskin di Detroit, tempat tinggalnya sekarang. Dengan masa lalu suram, pendeta ini mengajarkan Albom tentang kesempatan kedua, dan bahwa Tuhan sebenarnya sama – menginginkan umatNya saling menolong- regardless your religion.

Have a Little Faith mengingatkanku kembali mengapa aku jatuh cinta pada karya Mitch Albom. Tema yang sangat dalam ini- hubungan vertikal dengan Tuhan dan horisontal dengan sesama- ditulis Albom dengan ringan, mengalir dan penuh kata-kata indah. Dan karena tokoh-tokohnya adalah para hamba Tuhan, kesan preachy yang terdapat di beberapa buku Albom sebelumnya malah terasa sangat pas di sini. Apalagi para hamba Tuhan ini digambarkan sangat lovable, very human, dan jauh dari kesan “sok suci”.

Menurutku kekuatan Albom adalah menulis memoar dan nonfiksi sejenis ini, dan karyanya membuat pembaca benar-benar ingin bertemu dengan orang-orang yang ada dalam buku-bukunya. I hope he would write more memoirs like this in the future, instead of writing too many fables and fairy tales-alike.

“In the beginning, there was a question. In the end, the question gets answered. God sings, we hum along, and there are many melodies, but it’s all one song- one same, wonderful, human song. I am in love with hope” (p 249)

 

The Time Keeper

20 Tuesday Nov 2012

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 5 Comments

Tags

english, fable, fiction, gift, inspirational

Love the cover!

Title: The Time Keeper

Writer: Mitch Albom

Publisher: Sphere (2012)

Pages: 222p

Gift from: @sah_grace

“There is a reason God limits our days. To make each one precious”

The Time Keeper is a beautiful fable about Father Time, and how time was measured by human for the first time. Dor was an ordinary boy who loved to play with his friends, Alli and Nim. But he also loved to measure things, created tools from sticks and bowls to understand the difference between days and nights. Dor didn’t want to believe in the battle between the gods of light and dark.

That’s why he dedicated all his time to learn about time, but without realizing it, he didn’t have any time left to spend with his loved ones. One day Dor had lost everything, and he was punished to spend his eternity to listen to people begging about time. He was becoming the Father Time. The only thing he could do to free himself was to find two souls on Earth who made time as their enemy, and try to save them from their sad fates.

Victor Delamonte fears time will running out soon, the doctor said his cancer is incurable and he only has short time to spend in the world. But as a very rich man, he will try everything to find a way to stay. Sarah Lemon feels time means little to her. She doesn’t want to be a part of it, she has unworthy life with no friends, fat body, nerdy brains and a guy who she likes a lot but doesn’t have the same feeling. She wants to end her life, as soon as possible. Dor has found them and now he is trying to save – teach them about the meaning of time, and free himself from his exile.

I fell in love with Mitch Albom since Tuesdays with Morrie, my survival kit when I had a very rough time about ten years ago. Since then I always followed Albom’s works, although not always impressed by them. The Time Keeper is not as strong as Morrie, or as touching as For One More Day, but it has Albom’s quality all over it. It has been written beautifully, as a reminder for us about Time, our best and worst companion in life. Sometimes we thought too much about time that we tend to forget what it really means. How many times a day we look at our watch, count the hours until our next appointment? How many times a day we thought that time flies and 24 hours would never be enough, or at certain moments, that time moving so slowly?

Although the ending of this book has too much Disney-movie feels for my taste- well, I actually quite enjoy this book, and recommend this for people who don’t want to waste their time for bad books 🙂

From Wikipedia:

Father Time is the anthropomorphized depiction of time. He is usually depicted as an elderly bearded man, dressed in a robe and carrying a scythe and an hourglass or other timekeeping device (which represents time’s constant one-way movement, and more generally and abstractly, entropy). This image derives from several sources, including the Grim Reaper and Chronos: Greek God of Time.

Father Time, picture from here

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
    Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
  • The Rainmaker by John Grisham
    The Rainmaker by John Grisham
  • The Secret History
    The Secret History
  • A Dance with Dragons by George R.R. Martin
    A Dance with Dragons by George R.R. Martin
  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...