• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: immigrant

Interior Chinatown by Charles Yu

22 Monday Nov 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, asian american, award winning, english, fiction, immigrant, national book award, racism

Judul: Interior Chinatown

Penulis: Charles Yu

Penerbit: Vintage (2020)

Halaman: 266p

Beli di: Post Santa (IDR 275k)

Willis Wu selalu menganggap dirinya bukan sebagai tokoh protagonis yang memorable. Dia hanyalah seorang Generic Asian Man, selalu mendapatkan peran-peran figuran yang amat mudah dilupakan dan digantikan oleh orang lain. Namun, ia tidak pernah berhenti berharap. Setiap hari, ia berangkat dari apartemen kecilnya di Chinatown SRO menuju restoran Golden Palace, yang menjadi setting TV series berjudul Black and White, dan menjalankan perannya dengan patuh.

Mimpi terbesar Willis adalah dinobatkan menjadi Kung Fu Guy – peran yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap aktor Asia yang berkecimpung di dunia hiburan. Namun saat Willis secara tidak terduga berhasil meraih mimpinya, ia baru menyadari kalau hidup itu lebih dari sekadar peran. Willis dikenalkan ke dunia yang lebih luas, sekaligus menguak rahasia Chinatown dan keluarganya, yang membentuk hidupnya selama ini.

Interior Chinatown adalah kisah nyeleneh yang penuh dengan thought provoking issues. Latar belakang dunia hiburan yang menjadi metafora tentang sistem kelas dan rasisme di Amerika terasa amat cocok dengan tone keseluruhan buku. Willis adalah karakter naif yang mudah menarik simpati, we all easily root for him, namun ia juga punya banyak flaws yang membuat saya merasa gemas.

Saya belajar banyak tentang sejarah Asian American di buku ini, terutama dari sudut pandang dunia film dan hiburan yang masih jarang dikupas. Apakah hanya ada satu Bruce Lee di setiap era? Dan bahkan, sekelas Bruce Lee pun masih tidak bisa menyamai aktor kulit putih yang memiliki kelas lebih tinggi dan kesempatan lebih besar untuk sukses. Namun – apa artinya sukses??

Yang unik dari Interior Chinatown adalah penggunaan timeline, setting, dan media yang tidak konvensional, menggabungkan antara kisah fiksi dari naskah TV series yang dibintangi Willis, dengan kehidupan nyatanya sendiri di Chinatown, yang terasa sebagai setting juga, kali ini setting kehidupan Asian American di dunia yang tidak adil.

Kisah semacam ini, bila dituliskan dengan teledor, bisa menjadi amat membingungkan, chaotic, dan sulit untuk diikuti. Namun di tangan Charles Yu, buku ini dieksekusi dengan baik, mengombinasikan topik yang serius seperti identitas, rasisme, American dreams, dan industri hiburan, dengan humor yang segar dan penulisan yang kreatif. Tak heran buku ini berhasil menggondol National Book Award tahun 2020.

Rating: 4/5

Recommended if you like: unconventional writing, unique storyline, immigrant stories, entertainment setting, subtle humor

A Long Petal of the Sea by Isabel Allende

19 Wednesday May 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

ebook, historical fiction, immigrant, politics, popsugar RC 2021, south america, war, world war

Judul: A Long Petal of the Sea

Penulis: Isabel Allende

Penerbit: Ballantine Books (Kindle edition, 2020)

Halaman: 336p

Beli di: Amazon.com (USD 2.99- bargain!)

Di akhir tahun 1930an, Spanyol dilanda Perang Saudara saat General Franco mengambil alih kekuasaan negara tersebut. Gaya kepemimpinannya yang fasis amat sesuai dengan kondisi dunia saat itu, yang didominasi Hitler dan Nazi yang siap memorakporandakan kehidupan jutaan orang.

Warga Spanyol, terutama yang bertentangan dengan Franco, banyak yang mengungsi ke Prancis, melalui jalur perbatasan yang sulit di tengah musim dingin yang menggigit. Salah satunya adalah Roser, yang sedang hamil tua, dan berjanji akan bertemu dengan kakak iparnya, Victor Dalmau, sambil menunggu kekasihnya, adik Victor, yang berjuang di medan perang.

Victor sendiri berprofesi sebagai dokter, merawat korban perang saudara di tengah kondisi yang makin berbahaya. Setelah berhasil bertemu Roser di Prancis, mereka memutuskan untuk ikut rombongan pengungsi ke Chile, dalam program yang digagas oleh penyair sekaligus aktivis Pablo Neruda. Saat itu, Chile memang sedang mencari banyak pengungsi untuk mengisi negara mereka, terutama yang memiliki keahlian khusus seperti science, arts, dan culture.

Meski awalnya Victor dan Roser menganggap kepindahan mereka ke Chile sebagai rencana temporer, lama kelamaan mereka malah menganggap Chile sebagai rumah mereka, meski keinginan untuk kembali ke Spanyol tetap tersimpan di dalam hati mereka. Dan melalui perjalanan kehidupan Victor dan Roser, kita diajak mencerna apa arti “rumah” yang sesungguhnya.

Sebelum membaca buku ini, saya tidak terlalu mudeng dengan sejarah negara Chile, dan saya bahkan belum pernah membaca karya Pablo Neruda sama sekali. Melalui A Long Petal of the Sea (sebutan untuk negara Chile yang terletak memanjang di ujung benua Amerika Selatan), Isabel Allende mengajak kita untuk menyusuri sejarah negara Chile, terutama hubungannya dengan Perang Saudara Spanyol dan para pengungsi yang nantinya akan ikut membentuk negara tersebut.

Dibandingkan dengan beberapa karya Allende sebelumnya, A Long Petal memang terasa agak lebih monoton. Tidak ada magical realisme di sini, dan gaya berceritanya pun lebih linear, lebih banyak telling daripada showing. Tapi menurut saya, Allende tetap menunjukkan tajinya, menghipnotis kita dengan alunan kalimat yang flowy dan membuat buku 300an halaman ini tidak terasa (terlalu) panjang, meski ada beberapa bagian yang agak slow.

Untuk pencinta Neruda, buku ini juga membahas sekelumit perannya di kancah politik Chile, yang kembali bergejolak setelah Perang Dunia II. It’s a great introduction to those who are not familiar with him, too.

Overall, tetap recommended, terutama yang sudah kangen dengan karya Isabel Allende.

Rating: 4/5

Recommended if you want to read about: Chile history, Spanish Civil War, migrations and refugees, great historical fiction with South American setting

Submitted for:

Category: A book set in multiple countries

Transcendent Kingdom by Yaa Gyasi

09 Tuesday Mar 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

african american, america, award, culture, dysfunctional family, immigrant, literature, mental health, race, science

Judul: Transcendent Kingdom

Penulis: Yaa Gyasi

Penerbit: Alfred A. Knopf (2020)

Halaman: 264p

Beli di: @Post_Santa (IDR 265k)

Gifty adalah seorang anak imigran dari Ghana yang sedang menyelesaikan studi PhD nya di bidang neuroscience. Fokus risetnya adalah tentang bagaimana otak tikus bekerja, dan apa hubungan antara reward-seeking behaviour dengan syaraf yang menyebabkan depresi dan adiksi. Terdengar ribet, tapi sebenarnya riset ini sangat berhubungan erat dengan kehidupan pribadi Gifty. Kakak laki-lakinya, Nana, meninggal akibat OD, gara-gara kecanduan opioid setelah cedera yang dialaminya. Padahal Nana adalah calon atlet basket yang masa depannya tampak begitu cemerlang. Sementara itu, ibu Gifty menderita depresi parah setelah ditinggal oleh anak laki-lakinya, dan bahkan memiliki kecenderungan suicidal.

Gifty yang berotak cemerlang bertekad akan menemukan jawaban scientific akan hal-hal yang dialami keluarganya, supaya orang lain terhindar dari tragedi yang sama. Saat penelitiannya hampir selesai, Gifty menerima kabar kalau ibunya lagi-lagi mengalami depresi, dan ia akhirnya meminta agar ibunya yang tinggal di Alabama sementara pindah ke apartemennya di California.

Yaa Gyasi did it again. Transcendent Kingdom memang tidak sepowerful Homegoing yang lebih kental unsur historical dramanya, tapi buku ini tetap meninggalkan kesan mendalam buat saya. Leave it to Gyasi to write any kind of topic and make it a beautiful read. Di Transcendent Kingdom, Gyasi lebih fokus pada isu imigran (orang tua Gifty adalah imigran dari Ghana yang menetap di Alabama) dengan segala tantangannya, dari mulai mencari pekerjaan, menghadapi isu rasisme, hingga usaha keras yang harus dilakukan untuk membuktikan kalau anak-anak imigran pun bisa sukses.

Dan di sinilah kita disuguhi salah satu permasalahan kompleks namun sangat marak terjadi, termasuk di keluarga imigran: adiksi opioid, yang awalnya biasanya hanya diresepkan sebagai painkillers, namun karena mudah diakses, dengan cepat bisa menyebabkan kecanduan.

Gyasi banyak sekali membahas isu rumit dan kompleks di buku ini. Selain isu kecanduan opioid, juga ada isu mental health dan stigma depresi yang masih dipegang oleh budaya para imigran, termasuk keluarga Gifty. Dan tentu saja, sajian utama Transcendent Kingdom adalah penelitian Gifty sendiri, yang begitu kompleks namun terkait erat dengan permasalahan hidupnya.

Kalau dilihat sepintas, memang buku ini seolah ingin membahas terlalu banyak isu kompleks yang terancam akan membuat pusing pembacanya. Namun, sekali lagi saya ingin menegaskan pendapat saya, kalau Gyasi adalah penulis yang amat andal. Topik-topik tadi bisa dirangkum dengan begitu hati-hati, mengalir, dengan pemaparan karakter yang detail tapi tidak membosankan, dan membawa kita masuk ke dalam kehidupan Gifty dengan begitu mudah. Hingga buku ini berakhir, saya seolah sudah melakukan penelitian bersama-sama Gifty di labnya di Stanford XD

Can’t wait to see what Yaa Gyasi brings on next.

Rating: 4/5

Recommended if you like: immigrant story, science related topic, haunting prose, beautiful writing, realistic fiction

The Unlikely Adventures of the Shergill Sisters by Balli Kaur Jaswal

01 Thursday Oct 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

asia, culture, ebook, english, europe, family, fiction, immigrant, india, kindle, popsugar summer RC 2020, travel

Judul: The Unlikely Adventures of the Shergill Sisters

Penulis: Balli Kaur Jaswal

Penerbit: William Morrow (2019, Kindle edition)

Halaman: 320p

Beli di: Amazon.com (USD 1.99- bargain!)

Rajni, Jezmeen, dan Shirina adalah kakak-beradik keturunan India yang lahir dan besar di Inggris. Ketiganya memiliki karakter yang bertolak belakang dan tidak bisa dibilang akur satu sama lain. Namun, Ibu mereka -yang baru meninggal karena kanker- meninggalkan surat wasiat yang meminta mereka untuk melakukan perjalanan napak tilas ke India, sambil menebarkan abunya.

Tentu saja ketiga bersaudara ini amat tidak ingin melakukan perjalanan tersebut, tapi mereka terpaksa menuruti keinginan sang Ibu. Ketiganya semakin malas berangkat karena sedang mengalami masalah di kehidupan masing-masing. Rajni bertengkar hebat dengan anak satu-satunya, yang entah mengapa kini berpacaran dengan perempuan yang usianya lebih dari dua kali lipat usianya- dan seperti hendak menghancurkan masa depannya sendiri. Jazmeen, yang menekuni karier di dunia entertainment, mengalami kejadian amat memalukan yang langsung viral di sosial media. Sementara Shirina, si bungsu yang tinggal di Melbourne bersama suami dan ibu mertuanya, menghadapi dilema besar yang akan menentukan perjalanan hidupnya.

Ketiganya berangkat ke India dalam kondisi yang tidak bersemangat, dan pertengkaran demi pertengkaran kerap mewarnai perjalanan mereka. Namun, ketika melakukan satu demi satu keinginan Ibu mereka, termasuk mengunjungi berbagai tempat suci yang menjadi bagian dari kegiatan pilgrimage, mereka justru sedikit demi sedikit menguak rahasia masa lalu sang Ibu serta keluarganya. Dan mereka menyadari, banyak hal yang masih patut mereka syukuri, termasuk keberadaan mereka satu sama lain.

Ini adalah pengalaman pertama saya membaca buku karya Balli Kaur Jaswal, yang lebih populer dengan novel sebelumnya, Erotic Stories for Punjabi Widows. Jaswal memiliki gaya menulis yang santai, efortless, penuh humor natural dan dialog yang tidak dibuat-buat, serta sentuhan drama keluarga yang terasa pas. Meski awalnya saya sebal setengah mati dengan ketiga kakak beradik Shergill, lama kelamaan saya merasa terhubung dengan mereka, terutama karena masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang terasa seimbang.

Jaswal juga dengan piawai menggabungkan unsur drama keluarga, bumbu-bumbu rahasia yang bikin penasaran, dan setting India yang eksotik. Meski terasa cukup banyak yang ingin diangkat oleh Jaswal, termasuk isu imigran, kesenjangan sosial di India, serta isu feminisme; namun porsi masing-masing isu masih bisa dibilang pas, tidak terlalu berlebihan atau membuat overwhelmed. Mungkin juga karena gaya bahasa yang digunakan Jaswal amat luwes, sehingga tidak membuat isu-isu tersebut menjadi terlalu serius dan keluar dari tone buku keseluruhan.

Overall, saya cukup menikmati buku ini dengan segala drama dan komplikasinya. Penyelesaiannya juga cukup memuaskan. Dan saya jadi penasaran kepingin berkunjung ke India setelah membaca buku ini 😀

Submitted for:

Category: A book about a vacation

The Farm by Joanne Ramos

29 Friday May 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

america, contemporary, english, fiction, immigrant, new york, science fiction, social issues, suspense

Judul: The Farm

Penulis: Joanne Ramos

Penerbit: Bloomsbury Publishing (2019)

Halaman: 326p

Beli di: Periplus.com (IDR 55k, bargain!)

The Characters:

Mae Yu: pengusaha perempuan yang ambisius, latar belakang keluarga membuatnya sangat ingin membuktikan dirinya bisa sukses. Ia mempertaruhkan kariernya ketika menggolkan ide Golden Oaks pada bosnya. Industri fertilitas yang menjadi tempat para perempuan muda (kebanyakan imigran) menjadi surrogate bagi wanita kaya raya yang ingin memiliki anak tapi tidak bisa (atau tidak mau) hamil. Dan ketika seorang klien VVIP ingin mempunyai bayi melalui fasilitas Golden Oaks, Mae merasa inilah kesempatan yang sudah ia tunggu-tunggu.

Jane: perempuan muda imigran dari Filipina, berusaha mencari kehidupan yang lebih baik di Amerika. Keputusan demi keputusan yang tidak bijaksana kerap kali membelokkan hidupnya ke arah yang tidak ia inginkan. Bayi mungil perempuan, perceraian dengan suaminya, serta kebutuhan ekonomi yang mendesak, membuat Jane harus mengambil keputusan yang akan mengubah hidupnya selamanya. Apakah Golden Oaks merupakan jawaban atas mimpi-mimpinya selama ini?

Aunt Ate: wanita imigran asal Filipina, kerabat Jane satu-satunya di Amerika yang masih peduli padanya. Ate cukup sukses meniti karier sebagai Nanny sekaligus makelar yang memasok para imigran bekerja di keluarga-keluarga kaya dan elite di New York. Namun sampai kapan ia bertahan, dan apakah mungkin suatu hari ia bisa pulang ke Filipina untuk berkumpul dengan anak-anaknya?

Reagan: gadis muda Amerika dari keluarga privilege yang masih mencari arti hidupnya. Ia ingin melakukan sesuatu yang bisa menolong orang lain, bahkan mengubah dunia. Dan ketika ia memutuskan untuk menerima tawaran Golden Oaks, ia tidak membayangkan pengalaman yang akan ia peroleh.

The Plot:

The Farm merupakan buku unik yang menggabungkan beberapa isu penting ke dalam plotnya, Isu imigran dan American dreams dikupas di sini, terutama bagi para imigran perempuan yang berasal dari Filipina. Mungkin karena penulisnya, Joanne Ramos, masuk ke kategori tersebut.

Yang juga unik adalah ide tentang pusat fertilitas dan surrogate mothers. Banyak alasan mengapa orang memilih untuk memiliki anak lewat metode surrogate. Namun yang dibahas di The Farm adalah pilihan yang dimiliki oleh orang-orang kaya (dengan aset mereka yang tak terbatas) serta bagaimana keinginan-keinginan mereka bisa tercapai dengan memanfaatkan siapapun, terutama orang-orang yang tidak seberuntung mereka baik dari segi ekonomi maupun pendidikan.

Kebanyakan perempuan muda yang bekerja di Golden Oaks sebagai surrogate mother adalah kaum imigran yang tidak memiliki pilihan lain dalam hidupnya. Mereka hanya ingin pekerjaan dengan bayaran besar yang bisa memperbaiki bahkan mengubah kehidupan keluarga mereka. Namun bagi orang-orang kaya yang menyewa jasa mereka (serta bagi pengusaha seperi Mae), mereka hanyalah semacam sapi perahan yang habis manis sepah dibuang.

My thoughts:

The Farm merupakan jenis buku yang memiliki premis menarik, tapi entah mengapa eksekusinya terasa berantakan dan kurang nendang. Ada kesan ingin menjadikan buku ini semacam thriller, apalagi pengalaman Jane dan teman-temannya di Golden Oaks, dengan aturan ketat dan klien misterius, seolah menjanjikan adanya plot konspirasi rahasia, kegiatan ilegal dan ending yang mengejutkan. Tapi entah mengapa, Ramos seolah enggan membawa The Farm ke arah sana, dan hanya menggantungkan plot tersebut setengah hati.

Yang ada, The Farm jadi terasa setengah matang. Thriller bukan, science fiction juga bukan. Kisah imigrannya memang menarik, dan banyak sisi moral dan etika bisnis yang dibahas di sini. Tapi yang mengejutkan, endingnya menurut saya kok malah tidak memihak pada kaum imigran ya… Apakah ini cara Ramos membuat cerita yang lebih realistis? Atau justru satire dan ingin menyindir sistem di Amerika yang saat ini sangat tidak berpihak pada imigran?

Entahlah. Yang pasti, buku ini menurut saya kurang kena dengan harapan saya. Tapi mungkin juga karena ini memang novel debut Ramos, yang sebelumnya berprofesi di bidang ekonomi dan finansial.

Submitted for:

Kategori: A book by a WOC

Behold The Dreamers by Imbolo Mbue

22 Friday Feb 2019

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

african american, america, english, fiction, immigrant, new york, politics, race

Judul: Behold The Dreamers

Penulis: Imbolo Mbue

Penerbit: Random House (2016)

Halaman: 382p

Beli di: Periplus.com (IDR 105k, bargain price!)

Jende Jonga datang dari Kamerun ke Amerika Serikat dengan sejuta impian: menjadi orang sukses, memberikan kesempatan pada anaknya untuk hidup yang lebih baik, dan merasakan tinggal di negara maju yang sepertinya bisa mengabulkan apapun mimpi rakyatnya.

Apakah kenyataannya semudah itu? Tentu tidak. Ada berbagai isu yang harus dihadapi Jende: urusan visa dan imigrasi yang ternyata lebih rumit dari yang ia kira, ketakutan akan dideportasi karena permohonan asilumnya belum dikabulkan, ketakutan kehilangan pekerjaan yang secara beruntung ia dapatkan.

Bekerja sebagai sopir salah satu investor sukses Wall Street, membuat Jende harus terlibat dalam urusan yang sebenarnya tidak mau ia campuri. Termasuk urusan keluarga Clark, bosnya, serta kehidupan pribadinya yang penuh rahasia.

Kejatuhan Lehman Brothers yang menyebabkan krisis finansial dunia menjungkirbalikkan dunia Jende, dan membuatnya bertanya-tanya apakah mimpinya di Amerika kandas dan ia harus pulang ke Kamerun. Namun istrinya, Neni, menentang keras ide tersebut karena ia sudah telanjur katuh cinta dengan New York, dan tidak bisa membayangkan harus kembali ke Kamerun, apalagi membesarkan anak mereka di sana.

Behold the Dreamers adalah salah satu kisah terbaik tentang kaum imigran dan American Dreams. Dikisahkan dengan sangat mengalir, membuat kita langsung merasa terhubung dengan semua karakter yang ada, terutama Jende dan keluarganya. Semua detail tentang imigrasi, mulai dari memakai ide asilum usulan pengacara, sampai bekerja serabutan karena tidak punya visa legal, semuanya merupakan hal umum yang kerap terjadi di Amerika.

Amerika di sini pun digambarkan bukan sebagai negara satu dimensi yang memiliki segalanya- karena tentu saja banyak isu bahkan untuk konglomerat seperti Clark -bos Jende- yang seolah mempunyai hidup sempurna namun ternyata menyimpan berbagai masalah sendiri yang menyesakkan.

Terkadang ilusi tentang hidup sempurna di negara sempurna itulah yang dikejar oleh manusia- sehingga mereka dibutakan oleh kenyataan yang sesungguhnya yang seringkali jauh berbeda dari yang diharapkan.

Saya sendiri memiliki beberapa keluarga yang mengejar mimpi ke Amerika, bahkan ada yang seperti Jende, nekat memakai isu asilum untuk mendapat Green Card seusai kerusuhan 1998, meski sebenarnya ia tidak terdampak langsung oleh tragedi tersebut.

Membahas tentang masalah imigran memang tidak akan ada habisnya. Behold The Dreamers adalah salah satu serpihan dari kisah teraebut, yang berhasil disampaikan oleh Imbolo Mbue dengan gemilang. Saya jadi penasaran mengikuti gebrakan Mbue selanjutnya yang semoga saja tetap menyegarkan seperti buku ini.

 

 

I am Not Your Perfect Mexican Daughter by Erika L. Sanchez

17 Monday Sep 2018

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

america, culture, english, family, fiction, immigrant, latin america, young adult

Title: I am Not Your Perfect Mexican Daughter

Writer: Erika L. Sanchez

Publisher: Alfred A. Knopf (2017, first edition)

Pages: 344p

Bought at: Periplus.com (IDR 227k)

Julia is definitely not your perfect Mexican daughter: she’s rebellious, she has big dreams for her life, and she always fights with her mom.

Unlike her sister, Olga, who is the perfect role model for any Mexican daughter. She went to community college nearby, never abandoned her family to go somewhere far to reach her dreams, and she took care of her parents all the time.

But one day, an accident happened, Olga was dead. And it’s up to Julia to replace her sister as the perfect daughter- or keep on following her dreams even though that means she has to disappoint her family. Moreover, Julia felt there is something fishy with Olga’s life- a big secret that she hides before her death- and Julia insisted to find out about it, through Olga’s friends and colleagues. Meanwhile, Julia met with Connor, who turned her life upside down.

I am Not Your Perfect Mexican Daughter (long title!) is a realistic, engaging book about immigrant family in the US. The struggle of the undocumented parents who just want the best for their children, the difficulty of preserving the cultural legacy while also trying to adapt in America, and of course, the complicated feeling of second generation immigrant kids, who never fit in wherever they are.

At first, it’s a bit difficult to relate to Julia’s narrations. She is not easy to like, sometimes seems very selfish, rude and ignorant to other people’s feelings. Her constant ranting and whining tempted me to just close the book and give up. But luckily I persevered, and after halfway through the book, Julia became more bearable and I could root for her, especially when she’s in the middle of her investigation to find out about Olga’s secret life.

One of the most interesting parts in this book, although it’s also one of the most annoying, is the relationship of Julia and her mother. A very complicated one, especially because Julia was born in America and already identified herself as an American, while her mother still insisted to do everything the Mexican way, and the question remains: why do you come to the US if you still want everything to be like in Mexico? And how Julia and her mom navigate this issue is one of the charms of this book, and Erika Sanchez can eloquently portray it, perhaps because this is something that personally experienced by her.

The romance part is meh- but what can you expect when reading a YA book, lol, I already know that I’m too old and skeptical of this type of romantic youngsters. And the ending is just a bit to American dream-y for me, but overall this is a wonderful book to introduce us to the immigrant life from Millennial’s point of view. A very relevant issue especially in this current time.

Submitted for:

Category: A book by an author of a different ethnicity than you

 

 

 

 

 

 

 

 

whats in a name 2018

Category: A nationality

Fatima’s Good Fortune by Joanne and Gerry Dryansky

18 Monday Apr 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

bahasa indonesia, europe, fiction, immigrant, matahati, paris, terjemahan, woman

fatimas good fortuneJudul: Fatima’s Good Fortune

Penulis: Joanne and Gerry Dryansky

Penerjemah: Susi Dwiyanti

Penerbit: M-Pop (Matahati, 2011)

Halaman: 375p

Beli di: Matahati clearance sale (IDR 20k, bargain!)

Karena kemalangan yang menimpa adiknya saat bekerja sebagai asisten rumah tangga di Paris, Fatima akhirnya ikut menjejakkan kakinya di kota cinta ini dan mengadu nasib sebagai seorang imigran dari Tunisia.

Tidak seperti adiknya, Fatima adalah perempuan bersahaja, gemuk, mencintai asal usul tradisinya, dan tidak sophisticated. Semua karakter ini membuatnya sulit beradaptasi di Paris yang modern dan dipenuhi oleh penduduk yang chic dan borjuis. Namun bukan Fatima namanya bila ia begitu cepat menyerah.

Dengan kecerdikan dan kepolosannya, Fatima berusaha sebaik mungkin untuk bertahan di dunia yang serba keras tersebut. Meskipun ia harus menghadapi majikan aristokratnya yang judes, Countess Poulais du Roc, tetangga-tetangga yang tidak kalah menyebalkannya di apartemen sang Countess, ditambah pegawai apartemen yang suka bermaksud jahat. Namun di tengah suasana yang serba pesimis ini, Fatima juga menemui secercah harapan, dari pengunjung Cafe Jean Valjean, juga tetangganya yang orang Amerika, Hadley.

Kisah Fatima yang awalnya tampak sebagai cerita biasa tentang perempuan di kota besar (semacam chicklit), ternyata menyimpan kejutan yang lebih dalam. Fatima’s Good Fortune, dengan gayanya yang tidak pretensius, menyelami isu imigran yang memang kerap menjadi topik hangat di belahan dunia Eropa. Sudut pandang lain kita peroleh saat Fatima mengambil simpati kita lewat kelakuannya yang polos namun tetap cerdas. Kita dipaksa membuka mata kita bahwa imigran pun adalah manusia, namun tanpa harus mengikuti kisah yang rumit dan politis. Justru lewat keseharian Fatima, cerita ini lebih mudah dipahami dan membuat kita berpikir.

Satu hal yang agak saya sayangkan dari buku terjemahannya adalah banyaknya dialog berbahasa Prancis yang tidak diterjemahkan, dan kadang membuat saya lost in translation karena sepertinya melewatkan beberapa hal krusial yang dinyatakan dalam bahasa ini. Begitu pula beberapa istilah khas Prancis yang entah karena keterbatasan bahasa atau alasan lainnya, juga tidak didefinisikan dengan jelas.

Namun secara keseluruhan, Fatima adalah selingan yang cukup menyenangkan, ringan namun berisi, di antara gempuran buku yang terlalu serius ataupun justru kurang serius 😀

Brooklyn by Colm Toibin

24 Monday Nov 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

america, coming of age, dramatic, english, family, fiction, immigrant, review 2014

brooklynJudul: Brooklyn

Penulis: Colm Toibin

Publisher/Edition: Scribner first trade paperback edition (2010)

Pages: 262p

Bought at: Better World Books (USD6,48, disc 20%)

Eilis Lacey tinggal di sebuah kota kecil di Irlandia, dan tahun-tahun setelah Perang Dunia II selesai, kehidupan di sana cukup sulit. Meski hampir menyelesaikan studi sekretarisnya, Eilis tidak dapat menemukan pekerjaan yang cukup baik. Kakaknya, Rose, menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayah mereka meninggal dan ibu mereka seolah tenggelam dalam kesedihannya. Sementara itu, saudara-saudara laki-laki Eilis semuanya pergi ke Inggris untuk mencari pekerjaan.

Suatu hari, seorang pendeta menawarkan untuk menjadi sponsor Eilis supaya bisa tinggal di Amerika. Amerika saat itu menawarkan kehidupan yang lebih baik, kesempatan yang lebih banyak bagi gadis seperti Eilis. Didukung penuh oleh Rose, Eilis pun menginjakkan kaki di negara baru dan memulai kehidupannya yang juga baru.

Tinggal dan bekerja di Brooklyn, Eilis belajar banyak tentang arti kehidupan, persahabatan, hubungan keluarga, dan tentu saja, cinta. Namun sebuah kabar mengejutkan dari Irlandia memaksa Eilis untuk mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menjadikan Brooklyn sebagai rumahnya.

Brooklyn adalah sebuah buku yang hening, memaksa pembacanya untuk berkontemplasi tanpa perlu diburu-buru. Penuh dengan kata-kata indah, buku ini menggambarkan dengan indah perjalanan Eilis sebagai pendatang baru yang sedang mencari jati diri dan tempat untuk disebut rumah. Menyentuh kehidupan imigran di era depresi, untungnya tidak membuat buku ini menjadi terlalu gloomy, masih ada bagian-bagian yang ceria dan mengangkat mood pembacanya.

Untuk penggemar kisah cepat penuh konflik, Brooklyn mungkin akan terasa terlalu slow, bahkan membosankan. Untuk saya sendiri, ramuannya cukup pas. Colm Toibin berhasil membuat saya berpikir lama setelah menutup halaman terakhir.

 

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • The Secret History
    The Secret History
  • Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
    Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
  • The Monogram Murders by Sophie Hannah
    The Monogram Murders by Sophie Hannah
  • Puddin' by Julie Murphy
    Puddin' by Julie Murphy

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...