• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: humor

Seriously…I’m Kidding by Ellen DeGeneres

02 Thursday Mar 2017

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 1 Comment

Tags

bbi review reading 2017, biografi, funny haha, humor, memoir, non fiction, popsugar RC 2017, self help

seriously-kiddingJudul: Seriously…I’m Kidding

Penulis: Ellen DeGeneres

Penerbit: Grand Central Publishing (First trade edition, 2012)

Halaman: 241p

Beli di: Gramedia Taman Anggrek (IDR 251k)

I always, always love Ellen DeGeneres. Menurut saya, Ellen adalah salah satu perempuan yang berhasil sukses di dunia entertainment Hollywood tanpa harus berkompromi terlalu banyak. Dia coming out as a gay di tengah kesuksesan kariernya, mempertaruhkan kelangsungan posisinya di Hollywood, di saat belum banyak LGBT rights dibicarakan seperti saat ini. Namun justru setelah itu karier Ellen malah melejit, terutama lewat talk shownya yang fenomenal.

Ellen sudah menerbitkan beberapa buku autobiografi sebelumnya, namun saya belum berkesempatan untuk membaca satupun buku-buku tersebut. Jadi, buku Seriously…I’m Kidding ini adalah buku pertama Ellen yang saya baca.

Mungkin karena sudah membahas cukup panjang tentang perjalanan hidupnya di buku-buku sebelumnya, di buku ini Ellen justru tidak terlalu banyak bercerita mengenai kehidupan pribadinya. Buku ini lebih seperti buku panduan atau self help ala Ellen untuk membuat hidup lebih happy dan menjalaninya dengan tanpa beban.

Dan seperti layaknya Ellen, tips-tipsnya ini tentu saja disampaikan dengan penuh humor, dengan gaya ringan yang menarik dan menjadi ciri khas Ellen.

Dari mulai hidup sehat: olah raga, meditasi sampai kecintaannya pada daun kale; hidup happy: menjauhkan kekhawatiran, bersikap jujur dan apa adanya, serta menghindari kebosanan; juga beberapa masalah sosial seperti girl power, adopsi dan labeling- Ellen adalah Ellen, yang tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan dan membumbuinya dengan humor.

Kadang memang ada beberapa bab buku ini yang terasa agak terlalu dipaksakan, tidak bermakna bahkan sedikit absurd.. tapi menurut saya hal itu masih cocok dengan keseluruhan tone dari buku ini. Beberapa review menyebutkan Ellen sebagai orang yang shallow, tapi kalau kata saya sih, justru aneh rasanya membaca buku serius dari orang sekocak Ellen, yang nantinya malah berkesan pretensius.

Satu hal yang saya masih penasaran adalah mendengarkan versi audiobooknya, karena sepertinya jauh lebih menarik mendengarkan kalimat-kalimat Ellen di sini langsung dengan gaya bicaranya yang memang khas dan selalu membuat kita ingin tertawa.

Thank you for making this world a better place with your humor and laughs, Ellen!

Submitted for:

Category: A Book Written by Someone You Admire

Category: A Book Written by Someone You Admire

Kategori: Self-Improvement and Self-Help

Kategori: Self-Improvement and Self-Help

 

The Naked Traveler 1-Year Round The World Trip by Trinity

07 Thursday May 2015

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

baca bareng, BBI, blog, humor, latin america, non fiction, posbar, review 15, series, south america, travel

TNT part1TNT part2Judul: The Naked Traveler 1-Year Round The World Trip

Penulis: Trinity

Penerbit: B First

Halaman: 246p (part 1), 262 (part 2)

Beli di: Gramedia Taman Anggrek (IDR 69k-part 1), gift from Ika (part 2)

Buku-buku Trinity selalu bikin mupeng, penasaran, dan ngiri berat, terutama karena pengalaman-pengalamannya yang luar biasa selama menjelajahi berbagai tempat di dunia. Saya sendiri sudah mengikuti sepak terjangnya sejak masih travel blogger, sampai sudah menerbitkan lebih dari 5 buku seperti sekarang ini.

Karena merupakan pionir travel blogger, Trinity berhasil mengumpulkan massa dan membuat namanya melambung jauh sebelum munculnya travel blogger di era sekarang ini. Keuntungannya? Ia bisa melakukan hal-hal yang bagi travel blogger lain masih sebatas mimpi. Salah satunya, traveling keliling dunia.

Melalui petualangan terbaru yang dibagi ke dalam dua buku ini, Trinity mengisahkan perjalanan gilanya ke negara-negara di Eropa Timur, Amerika Selatan dan Amerika Tengah, hingga berakhir di Amerika Serikat.Selama 6 bulan, Trinity (ditemani oleh Yasmin, teman seperjalanannya) menjelajahi berbagai tempat yang buat sebagian besar dari kita, masih sebatas angan-angan.

Di buku pertama, Trinity berkisah tentang petualangannya di negara-negara Eropa Timur (termasuk Rusia, Lithuania, Estonia), serta beberapa negara di Amerika Selatan, yaitu Brazil, Cile, Peru, dan Ekuador. Melalui kisah-kisahnya, mata saya jadi terbuka lebar tentang betapa uniknya negara-negara yang selama ini kurang begitu saya perhatikan. Misalnya, Brazil memiliki banyak pantai, Cile malah terletak di dataran tinggi, sedangkan Ekuador- well, sesuai namanya, memang terletak persis di garis khatulistiwa.

Sedangkan di buku kedua, perjalanan Trinity dilanjutkan ke Kolombia, Kuba, Jamaika, Meksiko, dan Guatemala. Kebanyakan negara ini terletak di bagian Amerika Tengah, dan kulturnya ternyata sudah berbeda juga dengan negara-negara di Amerika Selatan. Semacam peralihan dari Amerika Selatan ke Utara, dan Trinity membuktikan bahwa stereotip yang selama ini melekat di tiap negara (Kolombia dengan kartel narkoba nya, atau Kuba dengan komunismenya), justru menyisakan sisi lain yang tak kalah menarik.

Petualangan Trinity, seperti biasa, selalu diselingi oleh berbagai kejadian seru, aneh, sampai kocak. Salah satu favorit saya adalah “Perjalanan Sial 32 Jam” – tentang gilanya perjalanan darat menuju Guatemala beserta para imigran gelap 😀 Dijamin bakal bikin ketawa deh baca cerita ini, meski banyak deg-degannya juga.

Sementara itu, banyak juga kisah Trinity yang menjadi kritik untuk negara kita, meski itu ia lakukan karena mencintai Indonesia, terlebih setelah melihat sisi lain dunia, negara-negara yang sama juga merupakan dunia ketiga. Trinity sempat bercerita tentang anggota DPR yang doyan jalan-jalan, KBRI serba mewah, juga melempemnya paspor Indonesia terutama untuk mendapatkan visa.

Saya merasa perbedaan buku TNT RTW ini dibanding buku-buku sebelumnya adalah Trinity lebih banyak mendeskripsikan tempat-tempat yang ia kunjungi. Jadi tidak melulu berkisah tentang pengalaman kultur atau petualangan, tapi juga spesifik tentang pemandangan dan keindahan alam yang ia saksikan. Bagusnya lagi, banyak foto berwarna yang disertakan dalam buku ini, suatu kemajuan dibandingkan buku-buku sebelumnya yang pelit foto dan gambar.

Meski kadang gaya berbahasa Trinity masih ada yang terasa kurang sreg bagi saya (kadang deskripsinya terlalu panjang, satu kalimat bisa terdiri dari beberapa baris), namun secara keseluruhan saya dapat menikmati isi buku ini. Sayangnya, semua kisah yang telah dibukukan, sudah tidak bisa lagi ditengok di blog The Naked Traveler. Hanya segelintir postingan (tanpa sensor) saja yang masih dipertahankan di blog karena tidak bisa tampil di dalam buku, misalnya postingan tentang Hotel Esek-Esek yang lumayan bisa bikin mesem-mesem 🙂

Submitted for:

Baca Bareng April, Tema Buku dari Online

Baca Bareng April, Tema Buku dari Online

 

 

Neil Patrick Harris Choose Your Own Autobiography

26 Thursday Feb 2015

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 7 Comments

Tags

english, gentle spectrum, humor, memoir, non fiction, review 15

NPR memoirTitle: Neil Patrick Harris Choose Your Own Autobiography

Writer: Neil Patrick Harris

Publisher/Edition: Crown Archetype First Edition (2014)

Pages: 294p

Bought at: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 44.95)

Who doesn’t love Neil Patrick Harris (NPH)? From his cute acting as a genius prodigy, Doogie Howser, MD, to his most legen (wait for it) dary role, Barney Stinson, he never stopped to amaze me. And while his hosting the most current Academy Awards had got various reviews, I considered him to be pretty successful in that area, too.

NPH is a talented artist (he can act, sing, dance, perform magic, and even write), and the way he wrote his autobiography captured his unique and witty personality really well.

NPH admitted that he loved the “Choose Your Own Adventures” series when he was a kid, and he was inspired to write his autobiography in similar way. Guess what? I love the series too, Neil! So I hoped you wouldn’t disappoint me 🙂

Turned out, NPH didn’t disappoint me. This is one of the most daring, honest, and fun autobiography I’ve ever read so far. NPH told his life story, starting from his childhood as a kid from New Mexico who discovered his own talent and passion since a very young age, and have a very supportive family. After that, he is honestly telling his ups and downs- from the successful Doogie Howser to some flop B-movies.

How it felt to live as a child celebrity in Hollywood, how he developed his talents into many things, how he (almost) never refused any challenges coming his way (Challenge Accepted!!)- from magic tricks to Broadway performance to hosting various award shows. He had some failures, learned some lessons, made another mistake, and kept on growing. I can’t help but admiring him more and more.

Another issue that NPH tackled is about his self discovery as a gay man in Hollywood, from the early denial until he met with his soulmate, David Burtka. It’s funny to read how NPH still can’t believe that he is now in the famous Elton John’s circle.

His sense of humor is wonderful, especially when he made fun of himself, and -afterwards- tried to turn the table by doing some humble-brags 🙂 Some of the endings are fictional, but will make you genuinely laughing out loud or widely cringing. You can’t help but trying all the juicy, suspicious options at the end of each chapter.

Here are some examples:

If, despite Barney’s perpetual youth, you want to get older, turn to page 280.

If, despite Barney’s lady-killer status, you want to get gay, turn to page 78.

 

Or this one:

To hear from Barney Stinson, go on to the next page.

To kill someone, turn to page 165.

 

NPH is one of the most versatile, successful artists in our time, and he is successfully captured his rich life into this funny, memorable book.

If you want to have a great time with NPH, read this book! (I can lend you if you’d like to)

If you just want to snore with another boring book, please choose other biography 🙂

Submitted for:

Humorous Category

Humorous Category

Kategori Genre 101: Biografi

Kategori Genre 101: Biografi

Come, Tell Me How You Live by Agatha Christie Mallowan

03 Tuesday Jun 2014

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 6 Comments

Tags

adventures, agatha christie, english, gift, humor, memoir, middle east, non fiction, review 2014, travel

come tell meJudul: Come, Tell Me How You Live, an archaeological memoir

Penulis: Agatha Christie Mallowan

Penerbit: HarperCollins paperback edition (1999)

Pages: 205p

Gift from: Sel-Sel Kelabu

Sebagai penggemar berat Agatha Christie, sangatlah menarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan penulis ini yang jauh dari kata biasa. Setelah bercerai dengan suami pertamanya, Agatha menikah dengan Max Mallowan, seorang arkeologi dan ahli benda purbakala yang mengkhususkan minatnya dengan daerah Siria. Agatha menghabiskan beberapa tahun hidupnya di tahun 1930an untuk mengikuti Max dalam petualangan menggali ke masa lampau.

Buku ini mengisahkan pengalaman Agatha selama mendampingi suaminya di daerah Siria, dari mulai perjalanan survei yang memberikan banyak kejutan, menemukan tempat untuk mereka tinggal selama penggalian di Chagar Bazar dan Brak, hingga hari-hari yang tak pernah membosankan selama penggalian berlangsung beberapa tahun.

Yang paling mengasyikkan dari buku ini adalah gaya bahasa Christie yang sangat ringan, mengalir dan penuh humor. Karena selama ini saya hanya familiar dengan tulisan Christie yang bernada misteri, maka membaca kehangatannya di sini sangatlah menyegarkan. Banyak adegan di mana Christie menertawakan kekonyolannya sendiri, terutama saat berusaha beradaptasi dengan budaya dan kehidupan di Timur Tengah yang sangat berbeda dengan budaya Inggris.

Adegan favorit saya adalah saat Agatha berusaha tidur di malam pertama rombongan mereka di markas penggalian, dan ia shock berat melihat ribuan kecoak, laba-laba dan serangga lainnya nongol saat lampu dimatikan. Karena tidak tahan, ia meminta agar tempat tidurnya dipindahkan ke halaman depan sehingga ia bisa tidur di alam terbuka.

Sementara itu, karakter-karakter yang muncul pun digambarkan dengan sangat kocak dan hidup, seolah kita ikut mengenal mereka. Max, suami Agatha yang layaknya sejarawan, suka berada di dunianya sendiri, lalu Mac, arsitek rombongan mereka yang sangat dingin seperti orang Inggris sejati, satu-satunya orang yang bisa membuat Agatha terintimidasi. Juga ada Abdullah, supir cabutan yang sepertinya malah tidak bisa menyetir, dan Isa, koki yang tidak bisa memasak. Kekacauan demi kekacauan dipaparkan Agatha dengan gaya ringan, lucu dan menarik, membuat kita seakan-akan berada di sana bersamanya.

Hanya ada dua hal yang sedikiiiit saya sayangkan dari buku ini. Yang pertama adalah banyaknya kalimat dan istilah bahasa Prancis yang digunakan Agatha di sini, tanpa ada penjelasan dalam bahasa Inggris sehingga saya terpaksa menebak-nebak maksud kalimat-kalimat tersebut.

Yang kedua, sebenarnya saya berharap ada bagian khusus yang bercerita tentang inspirasi dan proses menulis Agatha, terutama karena disebutkan bahwa Agatha memperolah inspirasi beberapa bukunya saat melakukan perjalanan ini, yaitu Murder in Mesopotamia dan Appointment With Death. Sayangnya, tidak ada bagian khusus yang bercerita tentang hal tersebut, karena fokus buku ini bukan mengenai Agatha Christie sang penulis, tetapi Agatha Christie Mallowan, istri dari seorang arkeolog.

Buku ini ditutup dengan bagian mengharukan tentang suasana Eropa menjelang dan saat Perang Dunia II, tepat saat penggalian mereka berakhir. Agatha mengingat-ingat kehidupan menyenangkan dan hangat di Siria, membandingkannya dengan Inggris yang porak poranda di saat perang.

Sebuah perjalanan menyenangkan bersama seorang penulis hebat yang kehidupannya luar biasa kaya.

Max Mallowan & Agatha Christie :) Pic from here

Max Mallowan & Agatha Christie 🙂 Pic from here

Trivia

– Judul buku ini diambil dari salah satu puisi di buku Through a Looking Glass (Lewis Carroll), yang juga menjadi judul puisi Agatha Christie untuk suaminya, Max Mallowan.

– Buku ini adalah satu dari dua buku yang ditulis oleh Agatha dengan menggunakan nama Christie-Mallowan. Buku lainnya adalah Star Over Bethlehem, buku poetry dan short stories dengan tema religius.

-Robin Macartney alias Mac, arsitek pendiam yang menjadi salah satu anggota rombongan ekspedisi ke Siria, nantinya menjadi ilustrator untuk beberapa buku Christie yang bersetting Timur Tengah, seperti Murder in Mesopotamia, Death on the Nile dan Appointment with Death.

The Queen & I by Sue Townsend

30 Friday May 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

BBI, british, english, fiction, humor, review 2014, satire

queen and iJudul: The Queen & I

Penulis: Sue Townsend

Penerbit: Penguin Books (2002)

Halaman: 271p

Beli di: Kinokuniya Plaza Senayan (IDR 101k)

Apa jadinya bila Inggris tidak lagi mengakui kehadiran monarki, dan keluarga Kerajaan yang selama ini dielu-elukan disingkirkan ke perumahaan pemerintah bersama rakyat biasa?

Pemilu tahun 1992 di Inggris membawa perubahan besar ketika partai Republik memenangkan pemilihan, dan mencabut semua hak-hak keluarga Kerajaan. Ratu Elizabeth, beserta suami, anak, menantu, cucu dan bahkan ibunya yang sudah tua, terpaksa mengungsi ke perumahan rakyat yang dibiayai oleh pemerintah.

Fasilitas Buckingham Palace yang serba mewah digantikan oleh rumah sempit dengan kondisi mengkhawatirkan, tetangga yang serba ingin tahu, dan kondisi keuangan yang tidak jelas. Prince Phillip depresi dan tidak bisa menerima kenyataan, sementara Ratu Elizabeth berusaha bertindak sebagai kepala keluarga. Namun Pangeran Charles malah menikmati perannya sebagai rakyat biasa, meski Putri Diana menghabiskan jatah tunjangan hidup mereka untuk membeli baju-baju bagus. Tanpa gelar kerajaan yang selama ini melekat erat, The Royal Family ternyata tak jauh beda dengan semua orang Inggris lainnya.

Sue Townsend meramu kisah kocak penuh kekacauan ini dengan lugas, diselingi humor-humor khas Inggris yang kering dan getir. Tidak seperti gaya humor Amerika yang lebih meledak-ledak dan penuh slapstick, humor ala Inggris ini memang bersifat lebih seperti satir, penuh sindiran terutama pada kecenderungan masyarakat memuja keluarga Kerajaan.

Karena buku ini ditulis tahun 1992, banyak fakta yang sudah tidak relevan dengan masa kini, namun terasa sangat relevan di tahun tersebut. Charles dan Diana masih bersama, namun hubungan mereka mulai retak dengan berbagai perbedaan yang ada. Ini menggambarkan pandangan orang-orang Inggris yang bahkan sudah mulai mencium masa depan suram pasangan pewaris kerajaan ini.

Yang juga kocak adalah membayangkan William dan Harry yang bermain bersama anak-anak berandalan di sekitar perumahan. Tanpa embel-embel gelar, mereka ternyata hanya anak-anak biasa.

Sementara itu, kekonyolan juga diangkat lewat berbagai printilan yang dianggap penting saat mereka semua masih merupakan keluarga Kerajaan, namun ternyata tidak ada artinya di kehidupan mereka sebagai masyarakat biasa. Misalnya saja Charles yang kebingungan harus menggunakan nama keluarga apa, saking ribetnya gelar kebangsawanannya selama ini sehingga ia bahkan tidak pernah menggunakan nama keluarganya yang asli, sampai akhirnya menjadi rakyat biasa.

Sue Townsend ingin mengemukakan betapa absurdnya konsep monarki sebenarnya, sekelompok keluarga terpilih yang turun-temurun mendapatkan privilege dan menggerogoti negara. Namun Townsend juga sekaligus mengungkapkan betapa absurdnya bila konsep monarki dihapuskan, karena sudah menjadi bagian dari warisan Inggris turun-temurun.

Yang patut dikagumi adalah sikap keluarga Kerajaan Inggris yang santai-santai saja menanggapi peluncuran buku yang sempat menjadi bestseller di Inggris ini. Tidak terbayangkan bila buku parodi tentang keluarga presiden diluncurkan di Indonesia misalnya. Bisa-bisa langsung dibredel atau dihujani tuntutan pencemaran nama baik!

Sekilas tentang House of Windsor

House of Windsor adalah sebutan untuk keluarga Kerajaan Inggris yang didirikan oleh Raja George V tahun 1917. Anggotanya yang paling terkenal sampai saat ini masih Ratu Elizabeth II, yang menjabat sejak 1952 hingga sekarang. Next in line adalah Pangeran Charles, anak tertua Ratu Elizabeth, yang merupakan salah satu ahli waris kerajaan yang menunggu paling lama untuk menjabat.

Sekilas tentang Sue Townsend

Sue Townsend adalah penulis dari Inggris yang terkenal dengan novel humornya, terutama serial Adrian Mole. Beberapa bukunya, termasuk The Queen & I, pernah diadaptasi menjadi komedi musikal di West End. Sue Townsend meninggal tanggal 10 April 2014 akibat serangan stroke. Her legacy stays forever 🙂

Submitted for:

Posbar Tema Buku Humor bulan Mei 2014

Posbar Tema Buku Humor bulan Mei 2014

Lockwood & Co., The Screaming Staircase by Jonathan Stroud

06 Thursday Mar 2014

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 16 Comments

Tags

bahasa indonesia, british, children, fiction, Gramedia, horror, humor, middle grade, mystery, name challenge 2014, review 2014, series, terjemahan

lockwoodJudul: Lockwood & Co., The Screaming Staircase

Penulis: Jonathan Stroud

Penerjemah: Poppy D Chusfani

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 424p

Beli di: @HobbyBuku (IDR 70, disc 20%)

“Ketika aku menoleh kembali, gadis itu sudah lebih dekat, hampir berada di landasan. Wajahnya masih tertutup bayangan, tapi sinar-gaib yang melayang di sekitar tubuhnya lebih terang daripada tadi. Pergelangan tangannya yang kurus tampak kaku di sisi tubuh, jemarinya bengkok seperti kail pancing. Kakinya yang telanjang sangat kurus.”(P 36)

Menyegarkan. Itulah kesan pertama saya saat mulai terhipnotis masuk ke dunia London-nya Lucy Carlyle yang dengan jenius diciptakan oleh Jonathan Stroud. Di tengah gempuran kisah dystopia/science fiction/paranormal/dan sejenisnya yang menguasai ranah fantasi Young Adult, Stroud hadir dengan ide yang berbeda.

Kisah hantu klasik era 80-an (ingat Goosebumps atau Ghostbuster?) direka ulang dengan nuansa yang penuh horror sekaligus humor. Mirip dengan gayanya saat menciptakan sosok jin lovable di serial terdahulunya, Bartimaeus, kini Stroud memperkenalkan Anthony Lockwood, tokoh sentral yang penuh kharisma sekaligus rahasia, dan tak lupa, menambahkan bumbu kekonyolan di sepanjang cerita.

Lucy Carlyle adalah seorang anak perempuan yang sedari kecil memiliki Bakat Daya Dengar. Ia bisa mendengar hantu, dan ini merupakan salah satu dari tiga Bakat yang dihargai sejak Inggris ditimpa Masalah, yaitu dikuasai oleh banyaknya penampakan dan kehadiran Pengunjung (alias hantu) yang menebarkan ketakutan dan kematian.

Lucy berasal dari kota kecil di utara Inggris, namun insiden di agensi pembasmi hantu tempatnya bekerja memaksa ia untuk hijrah ke London. Di London, Lucy yang berharap bisa masuk ke salah satu agensi terkemuka, terpaksa puas mendapat kerja di agensi pembasmi hantu paling kecil di kota itu, yaitu Lockwood & Co. Anthony Lockwood sang pemimpin adalah remaja penuh kharisma dan masa lalu misterius, sementara satu-satunya rekan Lucy yang lain, George, adalah pemuda gemuk yang doyan makan, pemarah, namun punya kemampuan riset yang mumpuni. Bertiga, mereka berusaha memecahkan kasus-kasus yang datang dari klien.

Namun ketika sebuah kasus berakhir dengan malapetaka, Lockwood dan rekan-rekannya dihadapkan pada kemungkinan terburuk: menutup agensi mereka. Satu-satunya jalan keluar adalah memenuhi undangan seorang klien misterius yang kaya raya, untuk menginap di rumah paling berhantu di Inggris. Mampukah mereka?

Awal membaca buku ini saya cukup deg-degan, karena saya termasuk orang yang penakut. Untunglah, ternyata buku ini, meskipun penuh adegan menegangkan, memang ditulis untuk pembaca middle grade, jadi kesan horrornya masih bisa saya terima dengan baik. Stroud adalah pencerita yang hebat, seperti biasa mampu menggabungkan unsur misteri, petualangan dan humor dengan cemerlang.

Jika sebelumnya Stroud berhasil menciptakan Inggris sebagai negara penyihir, kini ia bermain-main dengan ide Inggris yang diserbu oleh hantu– tanpa sebab yang jelas (yang pastinya akan terpecahkan saat serial ini berakhir). Beberapa istilah yang awalnya membingungkan, cepat terasa akrab bagi pembaca, seperti jenis-jenis hantu dan penampakan, juga senjata-senjata yang lazim digunakan untuk membasmi hantu.

Saran saya, bukalah bagian glosarium di belakang buku kalau menemukan istilah yang agak aneh, karena semua dijelaskan di sana. Saya sendiri terlambat menyadari kehadiran glosarium ini dan terpaksa menebak-nebak beberapa istilah asing di awal kisah.

Tidak seperti buku-buku pendahulunya, kini Stroud konsisten menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu Lucy, sebagai narator. Untungnya Lucy digambarkan cukup menyenangkan, tangguh namun tidak sok jago, memiliki kelemahan dan selera humor juga. Nyaris seperti Katniss di trilogi Hunger Games.

Terjemahan buku ini pun bisa dibilang sangat baik, Poppy D Chusfani bukan nama asing sebagai penerjemah buku-buku Stroud yang diterbitkan oleh Gramedia. Meskipun saya masih bertanya-tanya, kenapa staircase diterjemahkan sebagai undakan ya? Bedanya sama tangga apa?

Satu komentar saya yang agak bersifat kritik mungkin hanya pada covernya. Cover buku ini sebenarnya cukup inovatif, terdiri dari lubang kunci yang di baliknya ada sesosok hantu. Namun ini sebenarnya kurang cocok karena hantu yang digambarkan di cover tidak sesuai dengan kasus-kasus yang ditangani Lockwood & Co. Dan juga. Sepertinya GPU berusaha agak terlalu keras untuk memperlihatkan buku ini sebagai kisah mengerikan, padahal sebenarnya bukan murni horror (agak mengingatkan saya dengan kasus cover Miss Peregrine).

Tampak depan

Tampak depan

Tampak dalam.

Tampak dalam.

Overall, saya merekomendasikan buku ini pada setiap orang yang kangen dengan kisah fantasi yang berbeda, yang lebih klasik, tanpa melibatkan vampir dan manusia serigala 🙂

Good News!

Buku kedua Lockwood & Co. siap beredar September 2014, dengan judul sementara The Whispering Skull. Kisahnya tentu masih berkisar di antara perburuan hantu, misteri Masalah di Inggris, persaingan Lockwood & Co. dengan agensi-agensi besar di London, dan tentu saja, hubungan antara ketiga rekan kerja tersebut. Hmmmm… mungkin nggak yaaa… Lucy dan Lockwood akhirnya jadi lebih dari sekadar teman kerja? 😀

 

 

My Uncle Oswald by Roald Dahl

28 Tuesday Jan 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 7 Comments

Tags

bargain book!, british, english, fiction, humor, name challenge 2014, review 2014, secondhand books, twist ending

my uncle oswaldJudul: My Uncle Oswald

Penulis: Roald Dahl

Penerbit: Penguin Books (1980)

Halaman: 205p

Beli di: Bras Basah (SGD 4,90, bargain price!)

Siapapun tahu Roald Dahl adalah pencerita yang hebat, penulis buku-buku anak yang sangat imajinatif. Beberapa bukunya bahkan dianggap terlalu absurd untuk pembaca anak-anak. Lalu bagaimana bila ia menulis buku dengan target pembaca dewasa? Sama absurdnya kah?

My Uncle Oswald adalah novel dewasa Dahl yang pertama kubaca. Sebelumnya aku pernah membaca beberapa cerpen dewasa Dahl dan sangat tergelitik dengan kisah-kisahnya yang ajaib. Thanks to Essy yang mau dititipi buku ini saat ia main-main ke Bras Basah di Singapore, akhirnya buku yang lumayan susah dicari ini berhasil kubaca juga.

Uncle Oswald adalah sosok yang fenomenal, playboy dan jutawan kelas kakap yang sudah berhasil meniduri ratusan perempuan dari berbagai bangsa sepanjang hidupnya. Buku ini merupakan penggalan catatan hariannya yang berkisah tentang bagaimana ia berhasil menjadi orang kaya. Dan bukan Roald Dahl namanya kalau tidak berhasil menyuguhkan cerita yang absurd dan luar biasa.

Semuanya berawal di tahun 1912, saat umur Oswald baru 17 tahun dan ia diberi tahu tentang kumbang spesial dari negara Sudan di Afrika, Sudanese Blister Beetle yang bisa berfungsi sebagai viagra berkualitas tinggi. Oswald langsung mencium bau uang, naluri berbisnisnya sudah kuat bahkan sejak ia masih muda.

Dengan bantuan dua orang partnernya, Profesor AR Woreseley dan Yasmin Howcomely si gadis cantik yang selalu haus seks, Oswald merancang sebuah rencana gila yang akan membuat mereka kaya raya. Rencana ini melibatkan para pria jenius dan terkenal, pembekuan sperma, dan permen yang sudah dibubuhi serbuk kumbang Sudan. Namun Oswald tidak menyangka rencana itu akan menimbulkan akibat-akibat lain juga dalam hidupnya!

Tak perlu dikatakan, Dahl memang sangat jago meramu kisah-kisah absurd. Dan bila dalam buku anak-anak ia seringkali dianggap terlalu memiliki selera kelam, di buku dewasa kreativitasnya justru menemukan wadah yang pas.

Penuh aura seksual, humor gelap, dan berbagai adegan absurd yang membuat geleng-geleng kepala, Dahl berhasil menyajikan kisah komikal yang segar, penuh intrik dan kejutan, serta tentu twist yang tak terduga oleh siapapun. Kalau tidak siap menghadapi sisi lain Roald Dahl, lebih baik jauh-jauh saja dari buku ini!

Trivia

– Uncle Oswald pernah muncul dalam dua cerita pendek di buku kumpulan cerpen “Switch Bitch”

– My Uncle Oswald adalah salah satu (dari dua buah) novel dewasa yang pernah ditulis oleh Roald Dahl. Kisah-kisahnya yang ditujukan untuk pembaca dewasa kebanyakan tergabung dalam kumpulan cerita pendek. Tak kurang dari 19 kumcer pernah diterbitkan oleh Dahl.

Submitted for:

aname-1

Where’d You Go, Bernadette by Maria Semple

24 Friday Jan 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 6 Comments

Tags

america, antartica, disfunctional family, dramatic, english, fiction, humor, review 2014, travel, young adult

bernadetteJudul: Where’d You Go, Bernadette

Penulis: Maria Semple

Penerbit: Back Bay Books (2013)

Halaman: 326p

Beli di: Books n Beyond Pacific Place (IDR 150k disc 20%)

Bee, anak perempuan super pintar yang berumur 15 tahun, bersekolah di sebuah SMP progresif di kota Seattle. Sebagai hadiah atas nilai-nilainya yang sempurna, Bee meminta hadiah paling spektakuler pada kedua orang tuanya: perjalanan cruise ke Antartika!

Ini bukan saja merupakan perjalanan paling keren, tapi sekaligus menantang Bernadette, ibu Bee, untuk keluar dari kepompongnya. Dan ini bukan hal yang mudah, karena Bernadette, yang dulunya adalah seorang arsitek sukses, kini sudah menjelma menjadi seorang anti sosial, dan phobia dengan orang banyak.

Demi Bee, Bernadette rela mengatasi ketakutannya dan berusaha mempersiapkan keberangkatan mereka. Dan di tengah segala kekacauan persiapan ke Antartika, usahanya untuk mengatasi penyakit kejiwaannya, serta hubungannya yang memburuk dengan tetangga dan ibu-ibu di sekolah Bee, Bernadette mendadak menghilang. Lenyap tanpa jejak. Dan hanya Bee lah yang bisa menemukannya.

Kita pun diajak menelusuri jejak Bernadette bersama Bee, lewat email, surat-surat dan percakapan terakhirnya dengan orang-orang. Penelusuran ini juga yang membawa Bee jauh ke masa lalu, mencoba mencari tahu siapa Bernadette sesungguhnya.

Buku ini adalah jenis buku yang chaotic, ditulis dalam berbagai format, mulai dari email sampai catatan jurnal, dan dikumpulkan dalam bentuk dokumen penelitian Bee terhadap ibunya. Hilarious, funny and touching, this book becomes one of the best on its genre. Berbagai twist dan alur yang sepertinya tidak penting, pada akhirnya membawa kita ke ujung cerita- namun bukan berarti penyelesaiannya sampai di sana saja. Maria Semple bukanlah tipe penulis yang mau menyelesaikan ceritanya dengan terburu-buru dan serba gampang, and I appreciate her for that.

Di balik satu masalah ada masalah lain yang lebih kompleks, dan Semple membawa kita untuk merenungkan makna pencarian jati diri, kreativitas yang dikekang dan tuntutan untuk memenuhi standar orang sekitar. Di dalam diri setiap kita ada sedikit kegilaan Bernadette, dan Semple menangkap hal tersebut dengan jeli.

Aku juga sangat menyukai gaya penjabaran setting kota Seattle dalam buku ini, yang disampaikan dengan format yang tidak konvensional. Hujan yang turun terus menerus, Microsoft sebagai sumber nafkah utama dan Bill Gates sebagai dewa yang dikagumi orang-orang, usaha keras penduduk untuk menjadikan kota ini sebagai kota progresif (sekolah yang tidak biasa, kedai kopi Starbucks yang pertama, pekerja Microsoft yang nyentrik), semuanya diuraikan penuh detail yang jauh dari membosankan. Dan Seattle begitu menyatu dengan buku ini, meski suasana Antartika pun digambarkan dengan cukup meyakinkan juga. Buku ini membuatku cukup penasaran dengan karya-karya lain dari Maria Semple.

Trivia:

Where’d You Go, Bernadette sudah dibeli hak filmnya oleh Annapurna Films, dan saat ini masih dalam proses pra-produksi. Castingnya belum jelas siapa, tapi banyak yang berharap Helena Bonham-Carter akan berperan sebagai the quirky, semi-crazy Bernadette. I can totally imagine her in this role!

Submitted for:

aname-1

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • ghostgirl
    ghostgirl
  • Daddy Long-Legs
    Daddy Long-Legs
  • A Tribute to Hercule Poirot
    A Tribute to Hercule Poirot
  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • Little Women
    Little Women

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...