• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: historical

The Night Tiger by Yangsze Choo

30 Friday Jul 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

asia, bargain book!, culture, english, fiction, folklore, historical, popsugar RC 2021, reeses book club, romance, southeast asia

Judul: The Night Tiger

Penulis: Yangsze Choo

Penerbit: Flatiron Books (2019)

Halaman: 384p

Beli di: Books and Beyond (IDR 70k, bargain!!)

Meski tidak semua, biasanya buku-buku pilihan Reese’s Book Club selalu meninggalkan kesan baik untuk saya. Tak terkecuali The Night Tiger, kisah unik yang menggabungkan unsur folklore, sejarah, dan misteri.

Berlatar belakang di Malaysia tahun 1930-an, The Night Tiger langsung membawa saya mundur ke zaman kolonialisme di Malaya, di mana budaya penduduk asli bercampur baur dengan budaya modern yang dibawa oleh koloni Inggris.

Ren yang berusia 11 tahun bekerja sebagai asisten seorang dokter asing di pedalaman Malaya, dan ketika sang dokter meninggal, pesan terakhirnya adalah supaya Ren mencari jarinya yang hilang, dan menyatukannya dengan jenazahnya. Ren memiliki 49 hari untuk memenuhi tugas ini, kalau tidak, jiwa sang dokter akan terus bergentayangan di bumi, sesuai dengan kepercayaan penduduk lokal.

Sementara itu, Ji Lin bekerja sebagai asisten penjahit, dan menyambi sebagai partner dansa di gedung tempat berdansa, pekerjaan yang tidak bisa dibilang terhormat, tapi merupakan segelintir pilihan bila ia ingin terus membantu ibunya membayar hutang. Namun suatu malam, seorang pengunjung tempat dansa meninggalkan suvenir mengerikan: j potongan jari manusia.

Dan nasiblah yang nantinya akan mempertemukan Ren dengan Ji Lin, tentu setelah mereka mengalami berbagai kejadian mengerikan, termasuk beberapa pembunuhan, siluman harimau yang kerap muncul di tempat tak terduga, serta karakter-karakter yang mencurigakan.

Unexpectedly, I enjoyed this story quite a lot. Latar belakang Malaysia terasa similar dengan Indonesia, dan beberapa folklorenya, seperti manusia harimau siluman, juga terasa familiar. Yangsze Choo berhasil memadukan unsur budaya dan folklore ini dengan kisah misteri yang lumayan intriguing. Saya sudah bisa menebak siapa culpritnya dari bagian pertengahan buku, tapi tetap saja banyak detail baru yang muncul secara mengejutkan.

Dan biasanya, saya suka malas dengan romance plot, tapi kali ini (mungkin karena sedang mood juga, lol) saya bahkan bisa lebih menikmati plot romansnya juga, mungkin karena karakter Ji Lin menurut saya cukup likable dan relatable.

Yang paling saya suka dari buku ini adalah penggambaran plotnya yang begitu hidup. Saya bisa membayangkan dengan mudah rumah sakit kolonial, dancehall di kota Ipoh, hingga daerah pedalaman Malaysia yang penuh dengan kebun kelapa sawit. Kudos to Yangsze Choo for this beautifully written book. Can’t wait to read more of her works!

Rating: 4/5

Recommended if you like: historical fiction, Southeast Asia setting, folklore and mystery, unusual friendship

Submitted for:

A book you have seen on someone’s bookshelf (in real life, on a Zoom call, in a TV show, etc)- Stacey Abrams, whoop whoop!

In the Garden of Beasts by Erik Larson

14 Thursday Dec 2017

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 1 Comment

Tags

bbi review reading 2017, english, historical, history, non fiction, secondhand books

Judul: In the Garden of Beasts

Penulis: Erik Larson

Penerbit: Broadway Paperbacks (2011)

Halaman: 448p

Beli di: Better World Books (USD 7.48, disc 20%)

Erik Larson adalah satu dari sedikit penulis yang berhasil menghilangkan ketakutan saya pada buku-buku non fiksi, khususnya buku sejarah. Setelah terhanyut dalam kisah nyata pembunuh berantai di Devil in the White City, kini saya masuk ke dalam dunia yang sebelumnya bahkan tidak pernah saya pikirkan: dunia diplomat di Berlin menjelang kebangkitan Hitler dan kejayaan Nazi yang berlanjut pada Perang Dunia II.

Larson membawa kita mengikuti keluarga Dodd. William Dodd baru diangkat menjadi Duta Besar Amerika Serikat di Berlin, dan ia membawa serta istrinya serta kedua anaknya yang sudah dewasa: Martha dan Bill Jr. Mereka tinggal di daerah Tiergarten (Garden of Beasts), taman luas serupa Central Park NY yang menjadi pusat kedutaan besar dan kantor-kantor pemerintah.

Dodd sendiri berasal dari latar belakang akademis dan merupakan sejarawan andal, obsesinya adalah menulis buku sejarah tentang negara bagian Amerika di sebelah Selatan tempat ia lahir dan dibesarkan. Di usia yang sudah terbilang cukup senior, Dodd akhirnya memenuhi permintaan Presiden Roosevelt untuk bertugas di Berlin, meski ia bukan seorang diplomat karier dan bahkan tidak disukai oleh orang-orang di US Department of State.

Buku ini menelusuri perjalanan karier Dodd selama di Berlin, dan kesadarannya sedikit demi sedikit tentang pengaruh Hitler yang makin menguat dan berbahaya. Dari sini juga saya baru melihat jelas bahwa Hitler tidak muncul secara tiba-tiba dan Nazi pun tidak langsung berkuasa. Ada masa-masa transisi yang krusial yang sebenarnya -bila dihadapi dengan berbeda- bisa mengubah sejarah dunia yang kelam dan mencegah terjadinya Holocaust dan Perang Dunia II. Namun bagaimana para diplomat malah menghargai dan menyambut Hitler sebelum masa jayanya itulah yang menjadi fakta mengejutkan yang membuka mata saya saat membaca buku ini.

Yang lumayan seru juga adalah mengikuti sepak terjang Martha, anak perempuan Dodd yang surat-surat serta buku hariannya banyak dijadikan sumber tulisan di buku ini. Martha adalah seorang pemberontak yang dianggap tidak pantas mewakili keluarga diplomat Amerika. Affairnya dengan berbagai kalangan (termasuk official Nazi dan Gestapo) hingga pertemanannya dengan para penggagas gerakan bawah tanah menjadi bumbu yang cukup menyegarkan di sepanjang kisah ini.

Dibandingkan The Devil in the White City, In the Garden of Beasts memang lebih slow, tidak terlalu engaging dan bahkan agak membosankan di beberapa bagian. Buku ini lebih terasa benar-benar sebagai buku non fiksi sejarah, bukan ‘historical fiction’ seperti kesan yang saya dapat di buku Devil. Namun karena topiknya tetap relevan hingga sekarang, saya merasa buku ini masih penting untuk dibaca dan bisa mengingatkan kita akan pelajaran yang diperoleh puluhan tahun lalu itu. Betapa cara memandang dan menangani suatu masalah, terutama politik luar negeri, benar-benar akan berpengaruh terhadap keseluruhan sejarah dunia. Dan betapa kecewanya saya (mseki tidak terkejut) terhadap reaksi Amerika Serikat saat Dodd mulai menyatakan kecurigaannya akan ancaman kebangkitan Hitler.

Hal ini mengingatkan saya juga dengan kondisi dunia saat ini. Terutama dengan berkembangnya lagi isu rasisme dan kebencian terhadap ras tertentu (Trump di Amerika, Rohingya di Myanmar); yang sebenarnya tidak ada bedanya dengan apa yang terjadi di zaman Hitler berkuasa. Mudah-mudahan saja kini dunia bisa lebih bijaksana menghadapi situasi tersebut, dan tidak ignorant seperti saat kekuasaan Hitler menanjak di awal tahun 1930an dulu.

Submitted for:

Kategori Ten Points: Historical Non Fiction

 

 

The Museum of Extraordinary Things by Alice Hoffman

16 Tuesday Feb 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

english, fiction, historical, new york, Posting Bareng BBI 2016, romance

museum extraordinaryJudul: The Museum of Extraordinary Things

Penulis: Alice Hoffman

Penerbit: Simon & Schuster UK Ltd (2015)

Halaman: 368p

Beli di: Periplus Bandara Soetta (IDR 114k)

Saya selalu senang membaca kisah berlatar belakang sirkus, karnaval, pertunjukan, dan sejenisnya. Apalagi kalau tokoh-tokohnya adalah makhluk “tidak biasa” yang memang kerap ditemui di tempat-tempat tersebut.

Itulah salah satu alasan saya tertarik pada buku dengan cover cantik ini. Dan meski biasanya saya kurang semangat membaca buku yang kental nuansa romansanya, saya merelakan diri untuk tenggelam ke dalam kisah cinta di buku ini. Apalagi, masih menyambung dengan postingan saya tentang Ode to The Misfits kemarin, Coralie dan Eddie adalah pasangan yang tidak biasa, outcasts yang tidak belong di mana-mana.

Coralie tumbuh besar di Museum of Extraordinary Things yang dikelola oleh ayahnya, Profesor Sardie. Museum yang berisi benda-benda dan orang-orang “aneh” yang melawan alam ini terletak di Coney Island, di pinggiran kota New York. Kisah di buku ini mengambil setting tahun 1911, saat Coralie sudah berusia 18 tahun.

Selama hidupnya, Coralie selalu menurut kepada sang Professor, termasuk saat ia dijadikan salah satu atraksi di museum tersebut. Cora memang lahir dengan keunikan pada tangannya yang berselaput, dan kemampuan untuk berenang dan bertahan lama di dalam air, membuatnya menjelma menjadi gadis duyung yang pas untuk dipertunjukkan di dalam museum. Namun semakin ia dewasa, Cora semakin melihat ayahnya dari sudut pandang berbeda, bukan lagi profesor jenius yang berhasil menemukan makhluk-makhluk aneh, tapi seorang pria egois dan kejam yang akan berbuat apapun demi mencapai tujuannya. Dan Coralie semakin seram saat menyadari rencana jahat profesor untuk menyelamatkan museumnya dari ancaman kebangkrutan. Akankah ia terus menurut ayahnya? Atau ini saatnya untuk terbang mencari kehidupannya sendiri?

Eddie Cohen tinggal di Manhattan, imigran dari Ukraina yang datang ke New York saat desa mereka dihancurleburkan oleh kaum Cossack. Karena kecewa dengan ayahnya yang dianggapnya pengecut, Eddie lari dari rumah saat menjelang remaja, meninggalkan dunia yang dikenalnya, termasuk kepercayaan Orthodox yang seumur hidup dianut oleh keluarganya. Ia magang dengan seorang fotografer dan menjajaki kehidupannya yang baru, meski selalu merasa ada yang hilang dalam hatinya. Eddie sering menjadi kontributor untuk liputan kriminal di koran-koran, dan sebuah kasus menyangkut gadis yang hilang mempertemukannya dengan Coralie.

Yang saya suka dari buku ini, di setengah buku pertama, kita dibawa menyusuri kehidupan Coralie dan Eddie secara bergantian, mendengarkan suara mereka masing-masing berkisah tentang masa lalu dan mimpi terkelam mereka. Kisah cinta Eddie dan Coralie belum menjadi fokus di setengah awal buku, membuat saya bisa menyelami lebih dulu karakter dan kehidupan mereka, sehingga ketika tiba waktunya mereka bertemu, saya sudah siap untuk rooting for them.

Kisah cintanya sendiri agak tipikal kisah cinta para outcast, dengan sosok villain yang predictable dan adegan klimaks penyelamatan khas buku-buku romance jadul XD Tapi berhubung saya cukup suka dengan kedua karakter utama buku ini, segala unsur klise tadi bisa termaafkan 🙂

Banyak buku yang ingin mencoba membahas terlalu banyak hal, namun akhirnya malah kewalahan sendiri. Syukurlah, buku ini bukan termasuk jenis buku seperti itu. Alice Hoffman (ini pengalaman pertama saya membaca bukunya) berhasil membuat kisah mengalir tanpa terkesan berlebihan. Padahal isu yang diangkat cukup banyak: pergolakan kaum pekerja imigran yang menuntut hidup dan keadilan yang lebih baik, kesenjangan sosial antara orang kaya lama dan golongan pekerja, peristiwa sejarah seperti kebakaran pabrik Triangle Shirtwaist yang mengubah wajah kota New York, dan sejarah Coney Island itu sendiri. Ditambah lagi kisah cinta Eddie dan Coralie 🙂

Semua mendapat porsi yang pas, yang sesuai, dengan klimaks yang cukup membuat saya termangu-mangu dan tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang nasib Coney Island saat ini. Buku yang bagus selalu berhasil membuat saya ingin tahu lebih banyak tentang topik yang dibahas, dan menurut saya, Museum of Extraordinary Things berhasil menancapkan gaungnya dalam hati saya.

Submitted for:

Banner Posbar 2016

 

Go Set a Watchman by Harper Lee

22 Tuesday Sep 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

english, fiction, historical, race, sequel, southern state

go set a watchmanJudul: Go Set a Watchman

Penulis: Harper Lee

Penerbit: William Heinemann (2015)

Halaman: 278p

Beli di: Periplus.com (IDR 335k, disc 25%)

Setelah mendapatkan feel yang tepat berkat membaca ulang To Kill a Mockingbird (TKaM), dengan bersemangat dan sedikit deg-degan, saya pun memberanikan diri untuk langsung terjun bebas ke dalam kisah sekuel (atau prekuel, tergantung sudut pandang yang dipilih), dari penulis legendaris Harper Lee – Go Set a Watchman (GSaW).

GSaW bersetting 20 tahun setelah TKaM, ketika Jeane Louise Finch (yang dulu akrab dengan panggilan Scout, tapi di buku ini selalu dipanggil dengan nama aslinya yang menurut saya kurang cocok dengan karakternya), sudah berumur 26 tahun, menjelma menjadi wanita muda yang mandiri, cerdas, meski kadang masih terlihat polosnya, tinggal dan bekerja di New York.

Kisah berawal saat Jeane Louise sedang mudik mengunjungi ayahnya yang sudah tua, Atticus, di kota kelahirannya di Maycomb. Tapi Maycomb yang kita kenal di TKaM tampak sudah sangat berubah, dan hal ini pulalah yang dirasakan oleh Jeane Louise, sehingga membuatnya merasa tidak feel at home, tidak mengenal kota yang sudah dianggapnya rumah sepanjang masa.

Perbedaan yang buat saya terlalu drastis dan cukup menyedihkan inilah alasan utama mengapa saya tidak bisa menyukai buku GSaW.

Pertama, tokoh-tokoh yang membuat kita jatuh cinta di TKaM sekarang kebanyakan sudah tidak ada (entah sudah pindah atau meninggal dunia), atau berbeda dari yang kita ingat, atau bahkan tidak disebut sama sekali. Itu saja sudah membuat cukup ilfil.

Lalu, kekecewaan tentang perubahan Maycomb yang lain adalah isu rasisme dan diskriminasi yang diangkat di sini. Kalau di TKaM plot yang digunakan jelas, mengenai ketidakadilan terhadap penduduk kulit hitam, dibalut pesan moral dan kemanusiaan yang membumi, penuh drama namun tidak berlebihan. Nah di GSaW ini terus terang plotnya tidak jelas sama sekali. Memang ada isu pro segregasi dan kekhawatiran terhadap “melunjak” nya masyarakat kulit hitam yang menuntut persamaan hak. Dan sebenarnya isu ini – yang marak di akhir tahun 60-an sampai 70-an, terutama di belahan selatan Amerika Serikat – bisa diangkat menjadi kisah yang menarik. Apalagi untuk kita yang familiar dengan Maycomb dalam kisah TKaM, yang simpatik, meski tetap realistis.

Nah, sayangnya di sini Maycomb digambarkan terlalu getir. Bahkan Atticus pun tidak seperti yang kita kenal dulu. Dan parahnya, alasan mengapa semua orang berubah, disampaikan dengan terlalu bertele-tele dan sangat PREACHY. Sangat berbeda dengan gaya Atticus yang sudah familiar di TKaM dulu. Yang cool dan menohok.

Ditambah lagi, beban moral Jeane Louise pun tidak mengundang simpati. Kekecewaannya terhadap perubahan Maycomb tidak bisa membuat saya berpihak padanya juga, entah karena saya sedang denial akibat Atticus yang tidak sesuai ingatan saya, atau karena memang Jeane Louise sendiri tidak mengingatkan saya sama sekali dengan Scout yang charming, menyenangkan dan mudah mengundang simpati.

Satu-satunya hiburan di buku ini (yang menurut saya layak disematkan satu buah bintang sendiri), adalah beberapa adegan flashback Jeane Louise yang mengingatkannya akan penggalan kisah masa kecilnya dengan Jem dan Dill. Dari kisah-kisah ini, Jeane Louise seolah ingin terus mengingatkan dirinya bahwa ia tidak berubah, bahwa ia menjadi seperti ini karena Atticus, karena Maycomb yang dulu ia cintai. Hanya bagian inilah yang mampu membuat saya mengangguk-angguk setuju dengan Harper Lee.

Banyak yang menyayangkan mengapa manuskrip yang ditemukan puluhan tahun setelah ditulis Harper Lee ini harus diterbitkan. Karena meskipun mengambil setting setelah TKaM, justru Harper Lee menuliskan GSaW ini sebelum ia merampungkan dan menerbitkan GSaW. Mungkin karena itu jugalah semuanya serba setengah matang.

Saya sendiri nggak keberatan kok, kalau Atticus berubah jadi tidak likable, Maycomb berubah jadi getir, bahkan Jeane Louise berubah jadi sosok yang tampak asing. Tapi yang sangat saya tidak terima adalah gaya penceritaan yang setengah matang, yang serba menggantung, tidak ada pendalaman karakter yang tampak begitu piawai di TKaM, serta tidak ada elemen hangat dari tulisan Lee di sini. Seolah-olah ini hanyalah manuskrip kasar yang belum disempurnakan, yang akhirnya tertinggal di belakang karena Lee lebih berfokus pada TKaM. Dan pada akhirnya dipaksa untuk diterbitkan karena berbagai alasan – nilai komersial, historis – apapunlah itu.

Membaca buku ini mengingatkan saya saat saya membaca The Narrative of John Smith, yang digadang-gadang sebagai manuskrip pertama Conan Doyle, dan pada akhirnya malah mengecewakan pembacanya.

Kadang-kadang memang ada hal-hal yang sebaiknya disimpan saja dari dunia. Dan menurut saya, GSaW adalah salah satunya.

 

 

Pilate’s Wife by Antoinette May

26 Tuesday May 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

bahasa indonesia, challenge 15, Gramedia, historical, religion, review15, terjemahan, WIN2015

pilates wifeTitle: Pilate’s Wife

Writer: Antoinette May

Translator: Ingrid Dwijani Nimpoeno

Publisher: Gramedia Pustaka Utama (2011)

Pages: 544p

Bought: Vixxio (IDR 25k)

There’s something magical about the life of Romans in the past. I always love reading about their history, because they were involved so much in shaping the current world we live in now. Antoinette May tried to capture the life of Claudia, Pontius Pilate’s wife, who more or less had been mentioned in the Bible during the court and crucifixion of Jesus Christ.

Of course, one major rule if you want to enjoy this kind of book is, don’t confuse the historical fiction with your religious beliefs. I am a Christian and I believe in Jesus Christ, but I know that sometimes, to enjoy a book, I have to try to forget just for a while on what I truly believe in.

So, this book told a story of Claudia, a gifted child who can forsee the future through her dreams or mind. Claudia was a daughter of the Caesar’s family, and her father was the military leader of Germanicus. Claudia longed for a god/goddess that can guide her and understand her life, and since a young age, Claudia had been a follower of the goddess Isis.

The politics in Rome was pretty chaotic, with Livia (Tiberius’s grandmother), ruled Tiberius with her spiteful tactics, and Germanicus, the real lovable leader, had to suffer from Tiberius’s envy and jealousy.

Claudia and her family followed her father wherever he was sent for his duty, usually assisting Germanicus to inspect Rome’s other colonies.

Claudia’s life was totally changed when she met with Pilate, and later got married to him. They were assigned to Judea and this is where the stories took off. At the time, the country was still confused on the rising of a charismatic leader called Jesus. Claudia thought that Jesus was harmless, but she couldn’t convince her husband to feel the same way.

Antoinette May took many events from the Bible but changed it loosely to fit with her story. For example, she said that Jesus got married with Mary Magdalene, a theory that also raised by Dan Brown in his book The Da Vinci Code. Also, from a historical point of view, Jesus was only another charismatic person. Of course no sane, logical person would believe him as the son of God.

And does this kind of book ruin my faith? Change my beliefs?

I think it takes more than a novel to make me lose my faith. This kind of book makes me rethink everything in a different point of view, but can’t really shake anything I’ve believed. I quite enjoyed it though, the story flows nicely and the descriptions are marvelous.

The ending is predictable, of course, but still pretty good. All in all, a decent historical fiction with some biblical reference. It can be better, but it’s decent enough 🙂

Submitted for:

Category: Familial relation

Category: Familial relation

The Einstein Girl by Philip Sington

02 Monday Feb 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

bahasa indonesia, europe, fiction, historical, medical, mystery, psychology, science, serambi, sicklit, terjemahan

einstein girlJudul: The Einstein Girl

Penulis: Philip Sington

Penerjemah: Salsabila Sakinah

Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta (2010)

Halaman: 525p

Swap with: Desty

Dunia dikejutkan dengan munculnya surat-menyurat rahasia antara Albert Einstein dan istri pertamanya, Mileva Maric, 30 tahun setelah kematian Einstein. Dari surat-surat tersebut, terungkap keberadaan seorang anak yang lahir sebelum Einstein menikah dengan Mileva. Anak yang tak pernah diakui oleh pasangan tersebut, dan identitasnya tetap menjadi misteri.

Hal inilah yang menjadi inspirasi Philip Sington ketika menulis kisah fiksi sejarah The Einstein Girl.

Kisah dibuka dengan munculnya seorang gadis yang nyaris tewas di sebuah hutan di luar kota Berlin. Ketika sang gadis pulih dari koma, ia tidak ingat siapa dirinya sebenarnya. Satu-satunya petunjuk adalah secarik kertas yang ditemukan di dekat sosoknya, berisi pemberitahuan tentang kuliah umum oleh Albert Einstein. Maka publik pun menjuluki gadis tersebut sebagai The Einstein Girl.

Psikiater yang menangani kasus ini, Martin Kirsch, bertekad ingin mengungkap identitas si Gadis Einstein. Penyelidikannya membawa Martin jauh melangkah ke masa lalu sang gadis, bahkan ke masa lalu Einstein yang rumit di Serbia dan Zurich. Ia juga sempat bertemu dengan Edward, anak laki-laki Einstein yang dirawat di rumah sakit jiwa, dan memegang kunci penting akan identitas si Gadis Einstein.

Buku ini ditulis dengan cukup teliti, riset yang dilakukan oleh Philip Sington terasa menyeluruh, baik mengenai kondisi Jerman menjelang kekuasaan Hitler (yang memaksa Einstein untuk kabur ke Amerika), teori Fisika Kuantum Einstein yang mengubah dunia, dan tentu saja, masa lalu pribadi Einstein yang rumit dan penuh desas desus.

Saya tidak tahu seberapa banyak dari kehidupan pribadi Einstein yang benar-benar nyata dalam buku ini, namun gaya bercerita Sington cukup bisa meyakinkan saya. Memang ada beberapa penjabaran mengenai teori fisika maupun psikiatri dasar yang menurut saya cukup bertele-tele, ditambah dengan terjemahan yang agak kaku, namun secara keseluruhan saya (surprisingly) lumayan menikmati kisah si Gadis Einstein.

Satu hal yang agak saya sayangkan adalah gaya penceritaan yang non linear tapi tidak diimbangi dengan detail yang jelas, membuat saya sempat kebingungan di beberapa bagian cerita.

Lalu, saya -yang tidak terlalu familiar dengan sejarah Jerman pra pemerintahan Hitler- juga agak tidak mengerti dengan subplot politik yang diselipkan Sington di pertengahan buku. Sington seolah mengasumsikan pembaca sudah mengerti benar apa yang ia bicarakan, sehingga merasa tidak perlu memberikan background yang terperinci. Sayangnya, beberapa bagian yang krusial justru terlewat begitu saja karena saya tidak merasa familiar dengan nama-nama yang terkait sejarah Jerman tersebut.

Overall, I quite enjoyed the story of the Einstein Girl, and recommend it for all hisfic lovers.

Submitted for:

Category "Name in the Title"

Category “Name in the Title”

Wishful Wednesday [122]

20 Wednesday Aug 2014

Posted by astrid.lim in meme

≈ 24 Comments

Tags

cover lust, fantasy, fiction, historical, meme, wishful wednesday, wishlist

wishful wednesdayHai hai! Hampir lupa kalau hari ini ternyata Rabu! Sori guys for a quite late post 😀

Minggu ini, lagi pingin buku yang judulnya The Miniaturist (Jessie Burton).

On a brisk autumn day in 1686, eighteen-year-old Nella Oortman arrives in Amsterdam to begin a new life as the wife of illustrious merchant trader Johannes Brandt. But her new home, while splendorous, is not welcoming. Johannes is kind yet distant, always locked in his study or at his warehouse office-leaving Nella alone with his sister, the sharp-tongued and forbidding Marin.

But Nella’s world changes when Johannes presents her with an extraordinary wedding gift: a cabinet-sized replica of their home. To furnish her gift, Nella engages the services of a miniaturist-an elusive and enigmatic artist whose tiny creations mirror their real-life counterparts in eerie and unexpected ways . . .

Johannes’ gift helps Nella to pierce the closed world of the Brandt household. But as she uncovers its unusual secrets, she begins to understand-and fear-the escalating dangers that await them all. In this repressively pious society where gold is worshipped second only to God, to be different is a threat to the moral fabric of society, and not even a man as rich as Johannes is safe. Only one person seems to see the fate that awaits them. Is the miniaturist the key to their salvation . . . or the architect of their destruction?

Enchanting, beautiful, and exquisitely suspenseful, The Miniaturist is a magnificent story of love and obsession, betrayal and retribution, appearance and truth.

Semacam gabungan kisah fantasi dan sejarah yang seru, plus covernya ituuuu bikin ngiler berat XD Semoga segera keluar versi paperbacknya 🙂

covernyaaaaa XD

covernyaaaaa XD

Share WW mu minggu ini yuk 🙂

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

 

The Julius Romeros Extravaganza, Part 1, The Bearded Girl

15 Thursday Aug 2013

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

circus, english, fiction, FYE challenge, historical, name challenge 2013, young adult

julius romerosTitle: The Julius Romeros Extravaganza, Part 1, The Bearded Girl

Writer: Hayley Lawson-Smith

Publisher: ASJ Publishing (2013)

Pages: 421p

Bought at: Amazon (USD 19.97)

Age appropriate: 10 yo and up

Abigail Luthen-Carter brought something unexpected into her wealthy family the day she was born with beard on her cute baby face. And it’s not an ordinary beard, since it always grew back everytime it’s been shaved. With her father away in a war and her mother hiding in an expensive spa to “cure her shock”, Abigail was left in the big house with the prudish housekeeper, Mrs Hiffeltrimp, and her equally stuffy husband, the butler Mr Hiffeltrimp. Luckily, there was Bertha, the nice old lady who became Abigail’s nanny and adored her so much.

After several fail attempts during the first years of Abigail’s life to diminish her whiskers permanently, finally Mrs.Hiffeltrimp took a drastic action. She brought Abigail to an extraordinary circus managed by an extraordinary man, Julius Romeros, and left her there to meet with her future destiny.

In this circus, Abigail found new friends, new family with colorful characteristics, including the snake lady, funny clowns, elephant caretaker, and many more. And she learned one of the most important lessons in her life: that it’s actually okay to be different.

Ever since I read a review about Julius Romeros in Goodreads, and put it in one of my Wishful Wednesdays, I tried so hard to find this book. But since this book was not published by a major publisher, it’s hard to be found in Indonesia- even its price was quite expensive in some online shops. Finally I decided to ask a friend who came from the US to bring the book for me, and voila! Here it is 🙂

Julius Romeros is one of the most entertaining books about circus that I’ve ever read. Its plot is simple, quite straightforward, but told in a very interesting way that made you stay until the end without the slightest feel of bored. The characters are very colorful, a bit cartoonish sometimes, but I could still relate with them, especially the nice Abigail and the mysterious ringmaster, Julius Romeros.

I love how Hayley Lawson-Smith portrayed circus life in a very believable tone. Many interesting details are provided, from the freak shows and wild animals and the cool caravans. It’s not as imaginative as The Night Circus, or as dramatic as Water for Elephants, but it has a certain twinge that made you feel belong to the circus, and became part of the family.

I always love books about circus because I will never know how it feels to live inside one, and Julius Romeros can satisfy my hunger and curiosity. There are so many characters that can be explored in the next books, and I do hope Hayley will keep on writing the series.

Submitted for:

Come join the event!

Come join the event!

 

name challenge 2013

Wishful Wednesday [65]

03 Wednesday Jul 2013

Posted by astrid.lim in meme

≈ 35 Comments

Tags

fiction, historical, wishful wednesday, wishlist

wishful wednesdaySelamat hari Rabu!

Wishful Wednesday bisa datang dari berbagai cara. Bisa merupakan buku langka yang sudah diidam-idamkan dan susah dicari di mana-mana, atau buku baru yang harganya masih selangit. Bisa merupakan buku yang kita lihat di rak best-seller toko buku, atau dipamerkan oleh teman kita dalam blognya.

Atau, bisa juga karena kunjungan tak bersalah ke website tertentu.

Seperti Wishful Wednesdayku hari ini! Saat sedang membuka Goodreads, dan tidak ada niat sedikitpun untuk browsing buku-buku yang berjubel di website tersebut (dan biasanya menjadi salah satu sumber utama terbitnya Wishful Wednesday), mendadak saja ada sebuah buku nyempil di bagian “Sponsor Books” yang ada di pojok kanan halaman website. Biasanya aku nggak pernah peduli dengan buku-buku yang ada di bagian tersebut. Tapi kali ini, cover dan judulnya sukses membuatku penasaran.

Astor Place Vintage: A Novel (Stephanie Lehmann)

astor placeWhen a vintage clothing store owner in New York City discovers a journal from 1907, she finds her destiny at stake as the past and present collide. The past has a seductive allure to Amanda Rosenbloom, especially when it comes to vintage clothing. She’s devoted to running her shop, Astor Place Vintage, but with Manhattan’s rising rents and a troubled economy, it’s tough to keep the business alive. Meanwhile, she can’t bring herself to end an affair with a man who really should be history. When Amanda finds a journal sewn into a fur muff she’s recently acquired for the shop, she’s happy to escape into the world of Olive Westcott, a young lady who lived in New York City one hundred years ago.

As Amanda becomes immersed in the journal, she learns the future appeals to Olive. Olive looks forward to a time when repressive Victorian ideas have been replaced by more modern ways of thinking. But the financial panic of 1907 thrusts her from a stable, comfortable life into an uncertain and insecure existence. She’s resourceful and soon finds employment, but as she’s drawn into the social circle of shopgirls living on the edge of poverty, Olive is tempted to take risks that could bring her to ruin. Reading Olive’s woes, Amanda discovers a secret that could save her future and keep her from dwelling in the past.

It’s Olive, however, who ends up helping Amanda, through revelations that come in the final entries of the journal. As the lives of these two women merge, Amanda is inspired to stop living in the past and take control of her future.

Beberapa alasan kenapa buku ini tampak menarik: tema nya yang tentang vintage fashion, settingnya di New York City, alurnya yang bolak-balik masa kini dan masa lalu, dan covernya yang keren (bikin pengen langsung berkunjung ke NYC dan nyari toko vintage ini sampe ketemu).

Semoga buku ini tiba-tiba nongol dengan innocent nya di toko buku (dengan harga murah, tentu!!!)

Share Wishful Wednesday mu, yuk!

  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
    Spooktober Read (2): The Turn of the Screw by Henry James
  • The Rainmaker by John Grisham
    The Rainmaker by John Grisham
  • A Dance with Dragons by George R.R. Martin
    A Dance with Dragons by George R.R. Martin
  • The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
    The Best of Nancy Drew, Classic Collection Vol.1
  • Popsugar Reading Challenge 2023
    Popsugar Reading Challenge 2023

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...