• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: funny haha

Sapiens: a Graphic History, Vol 1 by Yuval Noah Harari

13 Monday Dec 2021

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

comic/graphic novel, funny haha, non fiction, popsugar RC 2021, science, series

Judul: Sapiens: a Graphic History, Vol 1 (The Birth of Humankind)

Penulis: Yuval Noah Harari

Ilustrator: David Vandermeulen, Daniel Casanave

Penerbit: Harper Perennial (2020)

Halaman: 248p

Beli di: Periplus.com (IDR 377k)

Yuval Noah Harari mungkin adalah salah satu penulis yang paling berpengaruh dan banyak disebut namanya selama satu dekade ini. Karya-karyanya, yang menerjemahkan peristiwa “kelahiran” manusia, asal usul bumi dan evolusi, serta perkembangan hingga dunia modern, ke dalam bahasa sehari-hari, menjadi perbincangan berbagai kalangan, dari mulai scientist hingga masyarakat awam.

Saya sendiri belum pernah membaca buku-bukunya, karena memang belum merasa tertarik saja. Apalagi, sepertinya butuh waktu yang cukup lama untuk melahap jenis buku yang ditulis oleh Harari. Namun, saat versi graphic history-nya muncul, saya jadi tergugah. Saya termasuk jarang membaca graphic novel, apalagi graphic non-fiction seperti Sapiens ini.

Ternyata, I enjoyed it a lot! Buku ini adalah seri pertama dari Sapiens versi graphic, yang fokus pada sejarah munculnya manusia berdasarkan teori evolusi biologi hingga kita menjadi makhluk yang survive saat ini. Namun, selain teori evolusi, Harari juga fokus pada konteks sejarah, yang melatarbelakangi mengapa pada akhirnya Homo Sapienslah yang mnejadi the last man standing di planet bumi. Sisi sosial spesies manusia ini dikupas habis oleh Harari, termasuk kebutuhan manusia untuk bersosialisasi, kecenderungan untuk hidup saling bergantung, hingga perkembangan teknologi yang menjadikan kita menjadi makhluk dengan teknik berkomunikasi paling canggih seplanet Bumi.

Tidak hanya temanya yang menarik dan dikemas dalam bahasa sehari-hari, tapi jalan ceritanya pun dibuat menggelitik, dengan Harari sendiri sebagai salah satu karakternya, yang kerap didampingi oleh keponakannya dan bersama-sama mencari tahu jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Humornya pas, dan ilustrasinya juga seru, dengan gaya dan warna yang mengingatkan saya akan komik-komik Eropa yang marak diterjemahkan di era 80-an (Smurf, Tintin, Steven Sterk, dan teman-temannya).

Overall, puas banget dengan buku ini, dan definitely saya akan melanjutkan ke volume ke-2. Meski agak mahal, menurut saya buku versi graphic ini sangat layak dikoleksi, dan bisa juga dibaca bersama dengan anak-anak. Oiya, kalau ingin yang versi terjemahan bahasa Indonesia, setahu saya sudah diterbitkan juga oleh Gramedia 🙂

Rating: 4/5

Recommended if you like: history, graphic novel, European style comic books, science topics with understandable vocabs, witty humor

Submitted for:

Category: A book in a different format than what you normally read (audiobooks, ebooks, graphic novels)

Furiously Happy by Jenny Lawson

08 Monday Nov 2021

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 3 Comments

Tags

blog, english, funny haha, memoir, mental health, non fiction, popsugar RC 2021

Judul: Furiously Happy

Penulis: Jenny Lawson

Penerbit: Picador (2015)

Halaman: 256p

Beli di: Big Bad Wolf (IDR 60k)

Sejujurnya, saya ingin menyukai buku ini. Saya berusaha membuka pikiran saya selama membaca Furiously Happy, dan berjanji untuk tidak judgmental. Jenny Lawson, di kata pengantarnya, sudah mengingatkan pembaca: either this book is for you, or not.

Dan ternyata, this is not for me.

Mungkin karena saya tidak mengenal sosok Jenny Lawson sebelumnya, tidak pernah membaca bukunya, atau follow dia di media sosial manapun, maka saya merasa kurang relate dengannya.

Jenny yang memiliki multiple mental illness, termasuk depresi dan anxiety disorder, menceritakan tentang perjuangannya sehari-hari lewat kisah-kisah yang absurd dan dipenuhi unsur komedi. Karena ia memang terkenal sebagai penulis komedi, terutama melalui blognya (yang membuatnya terkenal dengan sebutan The Bloggess) – maka sepertinya itulah yang menjadi kekuatan utamanya dalam menulis, dan yang memang disukai oleh para pembacanya. Dan di sinilah saya merasa lost, karena memang saya tidak pernah membaca karyanya yang lain.

Gaya Jenny yang penuh hiperbola mungkin menjadi coping mechanism-nya dalam menghadapi pergumulannya melawan penyakit yang dideritanya. Bagaimana ia memiliki rakun yang diawetkan dan menjadi semacam maskotnya, bagaimana ia kerap melakukan hal-hal aneh bersama kucing-kucingnya, dan bagaimana ia membuat suaminya (yang digambarkan amat pengertian) geleng-geleng lebih dari sepuluh kali dalam sehari – itulah inti kisah buku ini.

Ada beberapa bagian yang menurut saya cukup bagus, terutama saat Jenny menulis chapters yang lebih raw dan jujur tentang mental illness serta physical illness yang dideritanya. Namun, karena pada dasarnya Jenny adalah seorang komedian, bagian yang menyentuh seperti ini bisa dihitung dengan jari, dan tertimbun di antara kisah-kisah lainnya yang sarkastik dan penuh bumbu humor yang self deprecating.

Dan meski awalnya ada beberapa cerita yang masih bisa membuat saya tersenyum, lama kelamaan saya merasa lelah sendiri. Saya kebanyakan tidak bisa menemukan kelucuan tulisannya, dan semua adegan terutama yang menyangkut perdebatannya dengan Victor, suaminya, terasa over the top. Dan beberapa topik, yang mungkin lebih cocok di thread Twitter atau postingan blog, terasa amat random di buku ini dan malah meninggalkan kesan yang amat messy.

Bagaimanapun, dari review yang saya baca, banyak yang menyukai gaya tulisan Jenny, dan komunitas aktivis dan penderita mental illness termasuk target audience yang loyal pada tulisan Jenny Lawson. So I guess she was right: either this book is for you, or not.

Rating: 2.5/5

You might like this if you want to read about: quirky, sarcastic humor; unique perspective of mental health; short chapters read like blog/tweets, self deprecating jokes

Submitted for:

A book by a blogger, vlogger, YouTube video creator, or other online personality

Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang by Luis Sepulveda

29 Friday Oct 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 2 Comments

Tags

animals, bahasa indonesia, children, fable, fiction, funny haha, novella, south america, terjemahan

Judul: Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang

Penulis: Luis Sepulveda

Penerjemah: Ronny Agustinus

Penerbit: Marjin Kiri (2020)

Halaman: 90p

Beli di:@Post_Santa (IDR 57k)

Zorbas, kucing yang tinggal di sebuah kota pelabuhan, kaget ketika tiba-tiba ada seekor camar jatuh di balkonnya. Camar tersebut dalam keadaan sekarat, namun sebelum meninggal, ia sempat bertelur. Kata-kata terakhirnya adalah meminta Zorbas berjanji untuk mengajari anaknya terbang, sehingga bisa menyusul camar-camar lain dan meneruskan hidupnya.

Dibantu oleh teman-teman kucingnya yang super kocak, Zorbas pun berusaha mengajari si anak camar terbang, meski itu tampak seperti tugas yang mustahil. Masalahnya, kucing tidak tahu apa-apa tentang dunia penerbangan. Untunglah, Zorbas memiliki banyak resources, termasuk temannya yang dikenal sebagai tetua kucing yang bijak, serta teman lain yang dijuluki sebagai profesor.

Meski kisahnya sederhana, buku ini amat menyenangkan untuk dibaca dan memiliki pesan yang dalam, khususnya menyangkut lingkungan hidup dan bagaimana manusia berperan menghancurkan dunia. Minyak yang tumpah di lautan (yang jumlahnya seringkali jauh lebih banyak daripada yang kita lihat di berita), memiliki efek fatal bagi para burung saat mereka bermigrasi, apalagi bila ada burung yang tidak aware dan menangkap ikan di area yang dipenuhi minyak.

Selain tentang lingkungan, buku ini memiliki pesan yang tak kalah penting: persahabatan, kesetiaan menepati janji, dan bagaimana perbedaan malah bisa menyatukan. Semuanya disampaikan dalam gaya bahasa yang sederhana, dengan karakter yang serba kocak, dan ending yang membuat terharu. Penerjemahannya pun dilakukan dengan mulus, sehingga buku ini enak diikuti dari awal sampai akhir.

Saya sendiri baru tahu kalau Marjin Kiri memiliki seri buku Pustaka Mekar, yang khusus ditujukan untuk bacaan anak dan remaja, dengan pilihan buku yang cukup diverse sehingga akan memperkaya pengalaman pembaca usia muda. Great job!

Rating: 4/5

Recommended if you like: simple but inspiring books, children books, animal interaction, non mainstream novella

Last Tang Standing by Lauren Ho

19 Tuesday Oct 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

asia, chicklit, culture, ebook, english, fiction, funny haha, romance, southeast asia, women

Judul: Last Tang Standing

Penulis: Lauren Ho

Penerbit: HarperCollins (2020, Kindle edition)

Halaman: 416p

Beli di: Amazon.com (USD 5.99)

Buku ini digadang-gadang sebagai penerus Crazy Rich Asian, mengangkat kisah orang-orang kaya di Asia dengan segala permasalahannya. Karena saya termasuk penyuka Crazy Rich Asian, terutama buku pertamanya, saya cukup berharap banyak dengan Last Tang Standing.

Andrea Tang adalah seorang pengacara sukses yang berkarier di kantor hukum terkenal di Singapura, Menjadi partner adalah goalnya, yang saat ini sudah akan hampir tercapai. Hanya saja, Andrea masih memiliki kekurangan besar dalam hidupnya, yang selalu diungkit-ungkit oleh ibunya: ia masih single.

Dan seperti banyak perempuan di Asia, kesuksesan dalam karier tetap tidak lengkap bila tidak diimbangi dengan kesuksesan dalam mendapatkan jodoh, terutama yang memiliki kriteria sesuai idaman orang tua: kaya, sukses, kalau bisa berasal dari ras dan latar belakang yang sama. Bibit, bebet, bobot. Namun, Andrea kerap dipertemukan dengan cowok-cowok yang tidak sesuai kriteria ideal: terlalu muda, terlalu tua, atau bahkan, sudah bertunangan, seperti rekan kerjanya yang super ganteng namun mengancam impiannya menjadi partner.

Yang saya suka dari buku ini adalah usaha sang penulis untuk menunjukkan budaya Asia Tenggara. Family dynamic, marriage vs career dilemma, dan konflik antara budaya tradisional dan kehidupan modern. Semuanya relatable, sesuai dengan kondisi yang memang sehari-hari ditemui di area urban Asia Tenggara, termasuk Singapura, Malaysia, atau Indonesia. And they work pretty well here.

But… unfortunately, the main character is super annoying. Saya benar-benar tidak bisa merasa relate dengan Andrea Tang, cewek 33 tahun keturunan Chinese/Malaysia yang hidupnya dipenuhi dengan mengeluh, belanja tas branded, dating nggak jelas, berantem dengan sahabatnya, meremehkan tokoh-tokoh perempuan lain di buku ini, complain tentang pekerjaannya setiap saat, dan minum. Sangat banyak minum. Saya berusaha mencari hal-hal yang relatable atau bisa disukai dari Andrea, namun lumayan susah.

Dan menurut saya, perbandingan dengan Crazy Rich Asian yang merupakan bagian promosi buku ini malah menjadi backlash, karena Last Tang Standing fell flat compare to the fresh comedy and witty humor of CRA series. Tang seperti trying too hard terutama mendeskripsikan dilema Andrea, tapi seperti lupa mengembangkan karakternya supaya menjadi lebih relatable dan likable. Saya tidak peduli dengan Andrea, dan unsur romansnya yang sangat predictable juga membuat saya malas bertele-tele mengikuti perjalanan Andrea mencari jodoh, yang seperti dipanjang-panjangkan saja jadinya.

Saya bukan termasuk penggemar genre romans, tapi kadang-kadang saya menemukan hidden gems, dan I have a weakness of South(east) Asian chiclits. Tapi sayangnya, Last Tang Standing gagal menjadi favorit saya, meski tetap ada beberapa bagian yang lumayan memorable. Hopefully Lauren Ho akan menulis lebih banyak buku, karena sebenarnya Tang memiliki potensi besar untuk menjadi hits, However- please stay away from Crazy Rich Asian reference, LOL.

Rating: 3/5

Recommended if you want to try: Southeast Asian chiclit, anything non Crazy Rich Asians, light reading, predictable romance, a taste of Singapore setting

Artforum by Cesar Aira

02 Monday Aug 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

fiction, funny haha, novella, popsugar RC 2021, short stories, south america, translation

Judul: Artforum

Penulis: Cesar Aira

Penerbit: New Directions (2020)

Halaman: 82p

Beli di: @Post_Santa (IDR220k)

Artforum adalah sebuah buku unik yang berisi kisah seorang laki-laki yang terobsesi dengan majalah seni Artforum. Karena tinggal di Buenos Aires, sementara Artforum diterbitkan di Amerika Serikat, pria ini seringkali kesulitan mendapatkan majalah kesayangannya itu.

Segala cara pun dilakukan, dari mulai mencari di toko buku bekas, hunting obralan atau koleksi pribadi yang dilepas pemiliknya, dan bahkan akhirnya memberanikan diri untuk berlangganan langsung. Tapi setelah berlangganan pun, dia tidak selalu bisa menerima majalah Artforum. Kadang terlambat hingga berbulan-bulan, bahkan lenyap tak berbekas, entah hilang di perjalanan laut, atau ditilep oleh pos lokal? Kecurigaan demi kecurigaan berakar dalam dirinya, yang bahkan sering berakhir dengan fantasi liar yang super kocak.

Buku ini, selain unik dan lucu, serta penuh dengan humor sarkastik, juga sangat relate dengan para pencinta buku, yang saya yakin pernah mengalami obsesi yang sama dengan sang pria Artforum. Kecintaan kita pada buku, ingin mengoleksi judul yang sama dengan cover berbeda, memesan buku online dan setiap hari mengecek tracking numbernya, serta menganggap buku sebagai salah satu harta paling berharga – saya yakin para book addict bisa relate dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

Dan rasanya memang seru juga menertawakan si pria Artforum (yang sepertinya memang adalah Cesar Aira sendiri, tapi tidak pernah dikonfirmasi di sepanjang buku) – sambil ikut menertawakan diri kita sendiri.

Saya belum pernah membaca karya Cesar Aira sebelumnya, dan ini adalah pengalaman yang menyenangkan, yang membuat saya bersyukur untuk toko buku independen seperti Post Santa yang kerap memberikan rekomendasi segar serta akses untuk buku-buku yang jarang ditemui di Indonesia.

Rating: 3.5/5

Recommended if you are: a booklover, obsessed with something, want to have a quick read, look for something witty, want to have a glimpse of life in Buenos Aires

Submitted for:

A book that has fewer than 1,000 reviews on Amazon or Goodreads (only 250 ratings!)

Cold Comfort Farm by Stella Gibbons

08 Thursday Apr 2021

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

british, classics, funny haha, lovely heroine, penguin essentials, popsugar RC 2021, satire

Judul: Cold Comfort Farm

Penulis: Stella Gibbons

Penerbit: Penguin Essentials (2011, first publshed 1932)

Halaman: 233p

Beli di: Bookdepository (IDR 92k)

Flora Poste resmi menjadi yatim piatu di usia 20 tahun. Berbekal pendidikan (yang menurutnya terlalu berlebihan tapi tidak bisa membantunya mendapatkan uang) dan sederet kerabat yang tidak terlalu ia kenal, Flora memutuskan satu-satunya jalan yang paling praktis adalah menumpang di rumah salah satu kerabatnya tersebut.

Setelah melalui serangkaian proses seleksi ketat, Flora memilih keluarga Starkadders di Sussex sebagai calon tempat tinggalnya yang baru. Keluarga Starkadders memiliki pertanian bernama Cold Comfort Farm, dan Flora bertekad akan menemukan rumah yang nyaman di tengah iklim pedesaan tersebut.

Ternyata keluarga Starkadders memiliki berbagai masalah yang menjadikan mereka orang-orang paling tidak bahagia yang pernah Flora kenal. Judith, sepupu Flora, terobsesi dengan anak laki-lakinya, Seth. Seth sendiri dikenal sebagai playboy di desa, yang kerap menimbulkan masalah di antara para gadis desa. Amos, suami Judith yang seharusnya menjadi kepala keluarga, malah lebih fokus dengan kegiatannya sebagai penginjil dan terus menghakimi keluarganya yang penuh dosa. Dan di tengah semua kekacauan keluarga Starkadders, ada Ada Doom, yang mengutuk keluarga ini sehingga tidak ada yang bisa meninggalkan pertanian selamanya.

Tapi bukan Flora namanya kalau menyerah dengan situasi. Ia malah tertantang untuk memperbaiki kondisi keluarga Starkadders dan membuat pertanian Cold Comfort menjadi tempat yang paling hangat dan nyaman sedunia. Sifatnya yang praktis dan berkepala dingin membantunya menghadapi setiap masalah, dan Flora selalu memiliki ide yang fresh untuk setiap anggota keluarga dan permasalahan mereka.

Tentu saja awalnya kehadiran Flora ditolak mentah-mentah oleh keluarga Starkadders. Ia dianggap sebagai pengganggu yang menyebalkan, perempuan sok tahu yang ingin mengacaukan keluarga mereka (yang sebenarnya sudah sangat kacau). Tapi lama kelamaan, keluarga Starkadders mulai mempercayai Flora, dan satu demi satu, mereka tunduk pada rencana Flora.

Buku ini adalah salah satu buku klasik yang tidak pernah saya dengar sebelumnya, dan satu-satunya alasan saya membeli buku ini adalah karena ingin melengkapi koleksi Penguin Essentials saya. Ternyata, unexpectedly, I enjoyed this book a lot! Awalnya saya kira buku ini akan sedikit membosankan, apalagi dengan latar belakang pertanian di pedesaan, dan tokoh utamanya sepertinya agak menyebalkan. Tapi ternyata, dugaan saya meleset jauh! Cold Comfort Farm ditulis dengan penuh humor satir khas penulis Inggris, yang senang menertawakan diri sendiri. Sifat tipikal orang Inggris dibahas tuntas di sini, terutama di era 1930-an, sambil memperlihatkan betapa konyolnya orang-orang yang ingin mempertahankan tradisi sikap dan budaya yang tidak ada faedahnya.

Flora sendiri digambarkan sebagai perempuan praktis, apa adanya, sehingga tidak ada kesan sok tahu atau sok ikut campur, dan kita mau tidak mau malah jadi ikut mendukungnya untuk memperbaiki keluarga Starkadders. Setiap anggota keluarga memiliki karakter yang tidak dua dimensi – dan saya suka cara Stella Gibbons memperkenalkan mereka lewat anekdot, kisah selewat, gosip, atau gambaran gerak-gerik yang awalnya tidak terkesan penting, namun ternyata menyimpan arti yang mendalam. Dan pada akhirnya, saya pun ikut terlibat dan jatuh hati dengan keluarga aneh ini.

As a reader, once in a while we stumbled into something unknown, without much expectations, but turned out, it was one of the best encounters we’ve ever had.

Rating: 4/5

Recommended if you like: British humor and satire, subtle funny moments, classics British story, dysfunctional family with happy ending 🙂

Submitted for:

Category: A book with an oxymoron in the title

Seriously…I’m Kidding by Ellen DeGeneres

02 Thursday Mar 2017

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 1 Comment

Tags

bbi review reading 2017, biografi, funny haha, humor, memoir, non fiction, popsugar RC 2017, self help

seriously-kiddingJudul: Seriously…I’m Kidding

Penulis: Ellen DeGeneres

Penerbit: Grand Central Publishing (First trade edition, 2012)

Halaman: 241p

Beli di: Gramedia Taman Anggrek (IDR 251k)

I always, always love Ellen DeGeneres. Menurut saya, Ellen adalah salah satu perempuan yang berhasil sukses di dunia entertainment Hollywood tanpa harus berkompromi terlalu banyak. Dia coming out as a gay di tengah kesuksesan kariernya, mempertaruhkan kelangsungan posisinya di Hollywood, di saat belum banyak LGBT rights dibicarakan seperti saat ini. Namun justru setelah itu karier Ellen malah melejit, terutama lewat talk shownya yang fenomenal.

Ellen sudah menerbitkan beberapa buku autobiografi sebelumnya, namun saya belum berkesempatan untuk membaca satupun buku-buku tersebut. Jadi, buku Seriously…I’m Kidding ini adalah buku pertama Ellen yang saya baca.

Mungkin karena sudah membahas cukup panjang tentang perjalanan hidupnya di buku-buku sebelumnya, di buku ini Ellen justru tidak terlalu banyak bercerita mengenai kehidupan pribadinya. Buku ini lebih seperti buku panduan atau self help ala Ellen untuk membuat hidup lebih happy dan menjalaninya dengan tanpa beban.

Dan seperti layaknya Ellen, tips-tipsnya ini tentu saja disampaikan dengan penuh humor, dengan gaya ringan yang menarik dan menjadi ciri khas Ellen.

Dari mulai hidup sehat: olah raga, meditasi sampai kecintaannya pada daun kale; hidup happy: menjauhkan kekhawatiran, bersikap jujur dan apa adanya, serta menghindari kebosanan; juga beberapa masalah sosial seperti girl power, adopsi dan labeling- Ellen adalah Ellen, yang tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan dan membumbuinya dengan humor.

Kadang memang ada beberapa bab buku ini yang terasa agak terlalu dipaksakan, tidak bermakna bahkan sedikit absurd.. tapi menurut saya hal itu masih cocok dengan keseluruhan tone dari buku ini. Beberapa review menyebutkan Ellen sebagai orang yang shallow, tapi kalau kata saya sih, justru aneh rasanya membaca buku serius dari orang sekocak Ellen, yang nantinya malah berkesan pretensius.

Satu hal yang saya masih penasaran adalah mendengarkan versi audiobooknya, karena sepertinya jauh lebih menarik mendengarkan kalimat-kalimat Ellen di sini langsung dengan gaya bicaranya yang memang khas dan selalu membuat kita ingin tertawa.

Thank you for making this world a better place with your humor and laughs, Ellen!

Submitted for:

Category: A Book Written by Someone You Admire

Category: A Book Written by Someone You Admire

Kategori: Self-Improvement and Self-Help

Kategori: Self-Improvement and Self-Help

 

High Fidelity by Nick Hornby

05 Tuesday Apr 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

british, contemporary, english, fiction, funny haha, guylit, guys, music, romance

high fidelityJudul: High Fidelity

Penulis: Nick Hornby

Penerbit: Penguin Books (2000),

Halaman: 245p

Harga: IDR20k (beli di temennya Anggun tapi lupa namanya haha)

Saya sudah pernah membaca beberapa buku Nick Hornby sebelumnya, antara lain Juliet, Naked, yang pernah direview di blog ini. Kesamaan buku-buku Hornby menurut saya adalah karakter utamanya, laki-laki Inggris usia 30-an yang agak suram, tidak jelas tujuan hidupnya, dan biasanya terobsesi dengan musik. Saya sendiri tidak keberatan dengan tokoh seperti itu, apalagi memang “guylit” seperti ini- di mana kisah cinta dan kehidupan diceritakan dari sudut pandang laki-laki- memang lumayan menyegarkan sebagai selingan bejibunnya buku-buku chicklit.

High Fidelity sendiri digadang-gadang sebagai buku terbaik (dan debut pula) dari Hornby. Filmnya juga menuai sukses, terutama bagi pemeran utamanya, John Cusack. Saya sendiri belum menonton filmnya tapi entah kenapa bisa relate banget dengan karakter sidekicknya, Barry yang diperankan oleh Jack Black di filmnya 🙂

Rob Fleming adalah laki-laki merana usia 35 tahun, obsesinya terhadap musik hanya membawanya menjadi pemilik toko musik yang nyaris bangkrut. Sementara itu, penyakit akutnya, takut akan komitmen, membuat hubungan asmaranya – termasuk dengan pacar terakhirnya, Laura- selalu kandas begitu saja.

Sepeninggal Laura, Rob berpikir ulang tentang hidupnya yang penuh kegagalan. Dia mulai berpikir bahwa sepertinya dia sudah menyia-nyiakan yang terbaik dari hidupnya- termasuk Laura. Didampingi oleh dua temannya dari toko musik, Dick yang pemalu dan Barry yang malu-maluin, Rob mencari cara untuk membuat hidupnya lebih berarti.

Yang kocak dari buku ini adalah cara Rob, Dick dan Barry mendefinisikan kekacauan dan masalah hidup mereka, yaitu dengan membuat daftar dari segala sesuatu, misalnya “5 lagu terbaik untuk kencan”, “5 film terbaik sepanjang masa”, “5 lagu kompilasi paling keren untuk diberikan pada gebetan”, dan lain-lain. Yang pasti, banyak referensi pop culture di sini, terutama dari era 80-90an, mengingat buku ini memang ditulis di pertengahan tahun 90an 🙂

Seperti biasa, humor Hornby sangat kering dan getir, banyak nada sinis dan sarkastik dalam buku ini, apalagi Rob adalah karakter yang sangat whiny, sehingga kadang saya ingin mengeplak kepalanya dengan piringan hitam saking sebalnya. Namun tak bisa dipungkiri, banyak juga dialog segar meskipun absurd dalam buku ini, yang masih bisa membuat saya nyengir sendiri.

“Has she only got half a name? Eh? Anna who? Anna Neagle? Anna Green Gables? Anna Conda? Come on”

“Anna Moss”

“Anna Moss. Mossy. The Moss Woman”

Garing sih, tapi…ngebayangin Jack Black yang ngomong, jadi ngakak juga.

Dan meski saya belum bisa bilang kalau Nick Hornby berada di daftar penulis favorit saya, once in a while saya memang butuh baca buku seperti ini, at least untuk lebih menghargai hidup saya yang sudah 35 tahun dan -untunglah- tidak sekacau hidup Rob 🙂

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
    The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
  • Circe by Madeline Miller
    Circe by Madeline Miller
  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Matilda
    Matilda

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...