• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: food

Tiny Moons: A Year of Eating in Shanghai by Nina Mingya Powles

17 Friday Sep 2021

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ Leave a comment

Tags

asia, english, essay, food, memoir, non fiction, popsugar RC 2021

Judul: Tiny Moons: A Year of Eating in Shanghai

Penulis: Nina Mingya Powles

Penerbit: The Emma Press (2020)

Halaman: 92p

Beli di: @post_santa (New Year’s box!)

Tiny Moons adalah koleksi essay karya Nina Mingya Powles, yang terus mengeksplorasi identitasnya melalui makanan. Nina lahir di New Zealand, namun berdarah campuran Chinese-Malaysia. Ia kerap berpindah-pindah dari mulai bersekolah di Wellington, mengunjungi neneknya di Kota Kinabalu, hingga menjadi murid bahasa Mandarin di Shanghai.

Di antara hari-harinya, Nina tidak pernah lelah mencari tahu jati dirinya, berusaha menemukan di mana sebenarnya ia belong. Kerap kali, suasana yang asing, ditambah sifatnya yang introvert, membuatnya merasa tidak bisa diterima di mana-mana. Namun, sejak kecil Nina sudah tertarik dengan makanan, dan mengidentifikasi dirinya melalui beragam makanan yang menjadi unsur budaya terkuat untuknya.

Buku ini berkisah tentang perjalanan Nina saat menjadi mahasiswa di Shanghai selama setahun, dan bagaimana ia berusaha beradaptasi dan terkoneksi dengan orang-orang di sekitarnya melalui makanan. Namun, di sela-sela kisahnya di Shanghai, Nina juga mengingat-ingat beragam makanan yang menemaninya saat ia tumbuh dewasa, terutama yang diperkenalkan oleh neneknya.

Tiny Moons terbagi menjadi bab-bab sesuai dengan musim yang dijalani Nina di Shanghai, yang memiliki makanan khas tertentu. Ada pan-fried dumplings di musim dingin, pineapple buns di musim semi, sesame pancakes di musim panas, dan chinese aubergines di musim gugur, dan banyak juga makanan lainnya.

Yang saya rasakan saat membaca kisah Nina adalah ikut merasa lapar dan craving makanan-makanan yang ia gambarkan. Nina sangat piawai menggambarkan rasa dan tekstur makanan yang dicobanya, sehingga saya bisa ikut merasakan sensasi yang ia rasakan. Ia juga mendeskripsikan dengan detail suasanan restoran atau warung tempat ia mencicipi hidangan-hidangan tersebut, yang ikut melengkapi sensasi kelezatan buku ini. Saya bisa membayangkan dengan jelas, misalnya, suasana dingin dan hujan, lalu berdesakan di warung mie, semeja dengan orang tak dikenal, yang sama-sama menikmati mie berkuah panas. Yum!

Satu hal yang saya agak sayangkan adalah kurang jelasnya timeline Nina dalam menjabarkan pengalamannya. Di sela-sela waktunya di Shanghai, Nina bercerita tentang saat ia berkunjung ke Kinabalu, atau saat ia kuliah dan bersekolah di New Zealand, juga ada saat ia sempat tinggal di Shanghai waktu masih kecil. Semuanya agak bercampur baur dan kadang menimbulkan kebingungan terhadap timeline secara keseluruhan.

Namun, saya tetap bisa menikmati kelezatan kisah Nina ini, yang ditulis dengan memikat.

Rating: 4/5

Recommended if you like: food, travel, culture, identity exploration, Asian food scenes

Submitted for:

Category: A book set in a restaurant

Sweetbitter by Stephanie Danler

04 Tuesday Apr 2017

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 3 Comments

Tags

bbi review reading 2017, coming of age, contemporary, english, fiction, food, new york, popsugar RC 2017, romance

Judul: Sweetbitter

Penulis: Stephanie Danler

Penerbit: Oneworld Publications

Halaman: 368p

Beli di: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 19.21)

Apa rasanya bekerja di restoran fancy di New York City? Terutama bila kamu adalah seorang perempuan muda asal kota kecil di Amerika, baru tiba di kota New York dan berusaha memulai hidup yang baru?

Itulah inti kisah Sweetbitter, yang bercerita tentang kehidupan Tess, seorang perempuan muda naif dari kota kecil di daerah Midwest, lulusan universitas tapi tidak memiliki pengalaman kerja kecuali sebagai barista di kota kecilnya, dan datang ke New York hanya bermodal mobil tua, beberapa ratus dollar, serta kontak dari temannya teman yang sedang mencari flat mate.

Maka berlabuhlah Tess di daerah Brooklyn, di sebuah apartemen kecil sempit yang sama sekali tidak menggambarkan glamornya tinggal di NYC. Dan dengan segala daya upaya, mendaratlah ia di sebuah restoran mewah di daerah Union Square, memulai kariernya sebagai pelayan restoran.

Seru juga sebenarnya melihat behind the scene berjalannya sebuah restoran, mulai dari kesibukan di dapur (Chef yang tugasnya memang bukan memasak tapi memerintah anak buahnya untuk memasak), lalu bedanya server (yang bertugas menunggu meja dan melayani kebutuhan pelanggan- paling mungkin mendapatkan tip besar), dengan backwaiter (yang mengambil makanan dari dapur, menyampaikan pesanan, mengisi air di gelas, menata meja dan pekerjaan yang terlihat remeh-temeh tapi sebenarnya amat penting). Juga perannya bartender dan barista, yang tampak efortless padahal sangat melelahkan.

Suka-duka Tess sebagai pelayan, mulai dari menghadapi pelanggan yang aneh-aneh sampai rekan-rekannya yang memiliki sifat beraneka ragam, digambarkan dengan cukup baik di sini. Karakter yang ada juga digambarkan diverse, mulai dari yang gay, yang imigran, yang single maupun married, yang tua dan senior maupun yang muda dan centil.

Yang juga menarik adalah gambaran tentang berbagai makanan yang disajikan di restoran ini, cara pengolahan dan penyimpanannya- jenis-jenis wine, oyster, daging dan sayur- beberapa hidangan malah baru saya dengar di sini.

Dan menurut saya, Sweetbitter (yang menjadi debut sang penulis) sangat berpotensi untuk menjadi buku fiksi favorit, kalau saja tidak terganjal oleh dua hal:

  1. Kisah cinta segitiga antara Tess dengan dua rekan kerjanya, Simone yang sudah senior, dan Jake yang -menurut Tess- irresistible. Sebetulnya Tess amat berpotensi menjadi karakter yang likable karena kondisinya mudah untuk relate dengan pembaca (gadis kota kecil, mencari sesuap nasi di kerasnya kota New York, etc). Tapi begitu sudah berhadapan dengan Simone dan Jake, huuuh…. langsung hilang deh simpati saya, karena Tess berubah menjadi cewek yang menyebalkan, lemah, dan bodoh. Belum lagi Simone yang manipulatif dan Jake yang mau saja dimanipulasi. Benar-benar bikin kesal.
  2. Dialog para tokohnya yang super pretensius. Saya ngga tau ya apa karena setting cerita ini di NYC makanya para karakternya digambarkan super pretensius semua. Tapi dialog-dialognya yang nggak penting namun seolah dibuat penting itu memang menyebalkan sih. Shallow dan self-indulgent.

Sebagai buku coming of age, Sweetbitter kurang nendang karena justru tidak mampu menggali karakternya sehingga pembaca merasa terhubung dengannya. Sepertinya si penulis bingung, antara mau membuat kisah yang berbau klasik (penggalian karakter, perkembangnnya sebagai gadis kota kecil yang hidup di kota besar) tapi terkesan tipikal, atau membuat cerita yang cool namun akhirnya malah jadi dangkal.

Buku ini sebenarnya cukup menghibur, terutama pengetahuan yang saya peroleh tentang kehidupan bekerja di restoran serta jenis-jenis hidangan eksklusif yang selama ini kurang familiar. Tapi saya berharap kisahnya bisa dibuat lebih memorable, dan dirangkai dengan lebih baik. Maybe next book will be better?

Submitted for:

Category: A book about food

Kategori: Contemporary Romance

The Candymakers by Wendy Mass

29 Tuesday Mar 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

adventures, children, fiction, food, mystery, puzzle, serambi, terjemahan

candymakersJudul: The Candymakers

Penulis: Wendy Mass

Penerbit: Serambi (2011)

Penerjemah: Maria Lubis

Halaman: 556p

Gift from: Essy 🙂

Membaca buku tentang makanan memang menyenangkan, apalagi kalau makanannya berupa cokelat dan permen, my all time favorites!!

The Candymakers berkisah tentang empat orang anak berusia 12 tahun yang terpilih untuk mengikuti kompetisi menciptakan permen yang diadakan di pabrik permen Life Is Sweet. Namun ternyata, masing-masing finalis memiliki agenda pribadi dan latar belakang yang unik untuk mengikuti kompetisi tersebut, yang membuat kompetisi ini lebih dari sekadar perlombaan belaka.

Ada Logan, anak kandung pemilik pabrik yang berharap bisa meneruskan jejak kedua orang tuanya sebagai pembuat permen terbaik. Ada juga Milles, anak laki-laki pemurung yang masih saja dihantui oleh sebuah tragedi mengerikan yang pernah disaksikannya. April, satu-satunya peserta perempuan, tindak-tanduknya sangat mencurigakan. Sedangkan Philip yang berasal dari keluarga kaya raya memiliki sifat yang super menyebalkan.

Cerita bertambah rumit saat keempat anak ini mendengar sebuah rencana jahat untuk menutup pabrik Life Is Sweet. Siapa dalang rencana itu dan apakah mereka bisa bekerja sama menggagalkannya? Atau justru ada pengkhianat di antara mereka?

The Candymakers menggabungkan segala unsur yang mengasyikkan untuk menciptakan sebuah kisah anak-anak yang seru. Tema pabrik permen ala Willy Wonka hadir memanjakan segala fantasi kita tentang hidup di tengah aroma cokelat dan ratusan jenis permen. Sementara itu, kisah misteri, keping-keping puzzle dan sedikit unsur action juga berhasil diramu dengan baik, menghadirkan rasa tegang yang membuat buku tebal ini tidak terasa membosankan.

Namun yang menjadi favorit saya di sini adalah perspektif unik yang digunakan Wendy Mass dalam bercerita, terutama di separo pertama buku. Kita diajak menjalani hari kompetisi yang penting itu dari sudut pandang masing-masing peserta. Memang kesannya jadi mengulang-ulang adegan di hari yang sama berkali-kali, tapi hebatnya Wendy Mass berhasil membuat kisah ini tetap seru.

Salah satu kekuatannya memang ada pada detail. Jadi apa yang dilihat oleh Logan pada sosok April misalnya, ternyata bisa memiliki arti yang lain sama sekali ketika diceritakan dari sudut pandang Philip.

Taktik keren ini mengingatkan saya pada salah satu cerita Agatha Christie, Five Little Pigs, di mana setiap tersangka pembunuhan diminta untuk bercerita tentang hari naas terjadinya pembunuhan tersebut dari sudut pandang masing-masing. Teknik menulis seperti ini memberi kita kesempatan untuk mengenal lebih dalam setting cerita, karakter yang ada, dan tentu saja plot yang diciptakan penulis, sehingga di akhir buku, kita bisa merasa seolah-olah memang berada langsung di sana bersama para karakter tersebut.

Saya baru membaca sedikit saja buku-buku Wendy Mass (dan The Candymakers adalah buku pertamanya yang saya review di blog ini!), tapi sepertinya Mass bisa dibilang cukup konsisten menulis buku-buku middle grade yang bermutu, menggabungkan unsur teka-teki dan karakter berwarna dalam kisah-kisahnya. A writer to be looked out for!

 

Wishful Wednesday 107

23 Wednesday Apr 2014

Posted by astrid.lim in meme

≈ 19 Comments

Tags

chicklit, food, meme, wishful wednesday, wishlist

wishful wednesdayHai hai! Maafkan keterlambatan postingan Wishful Wednesday kali ini. Hari pertama bos baru, langsung minta miting non stop 3 jam. Blogging pun terbengkalai 😀

Anyway…..Minggu ini pilihan jatuh pada buku super unyu berjudul The Tea Chest (Josephine Moon). Judulnya aja udah membuat saya membayangkan cozynya ngeteh cantik di cafe yang nyaman. Dengan beragam pilihan teh yang serba lezat 🙂 Belum lagi covernya, duuuh… bikin tambah ngiler.

Ini sedikit sinopsisnya:

Kate Fullerton, talented tea designer and now co-owner of The Tea Chest, could never have imagined that she’d be flying from Brisbane to London, risking her young family’s future, to save the business she loves from the woman who wants to shut it down.

tea chestMeanwhile, Leila Morton has just lost her job; and if Elizabeth Clancy had known today was the day she would appear on the nightly news, she might at least have put on some clothes. Both need to start again.

When Kate’s, Leila’s and Elizabeth’s paths unexpectedly cross, they throw themselves into realising Kate’s magical vision of London’s branch of the newest and most delectable tea shop, The Tea Chest. But every time success is within their grasp, increasing tensions damage their trust in each other.

With the very real possibility that The Tea Chest will fail, Kate, Leila and Elizabeth must decide what’s important to each of them. Are they willing to walk away or can they learn to believe in themselves?

An enchanting, witty novel about the unexpected situations life throws at us, and how love and friendship help us through. Written with heart and infused with the seductive scents of bergamot, Indian spices, lemon, rose and caramel, it’s a world you won’t want to leave.

Ceritanya sih kayaknya cewek banget ya, tapi setting tentang teh-nya ini memang menarik. Apalagi saya memang penggemar berat teh, dan rasanya sampai sekarang belum baca buku berbau-bau teh 😀 Penasaran!

Kalau kamu, apa Wishful Wednesdaymu?

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

The Wedding Officer by Anthony Capella

28 Friday Feb 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 17 Comments

Tags

bahasa indonesia, bargain book!, BBI, europe, fiction, food, Gramedia, history, review 2014, romance, terjemahan, world war

wedding officerJudul: The Wedding Officer (Pejabat Pernikahan)

Penulis: Anthony Capella

Penerjemah: Gita Yuliani K.

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2008)

Halaman: 568p

Beli di: @vixxio (IDR 10k, bargain!)

 

 

Appetizer 1:
Burrata, kantong kecil mozzarella terbaik dan segar, berisi krim sapi dan terbungkus daun asphodel.

Pic from here.

Pic from here.

Livia Pertini adalah putri seorang pemilik restoran mungil di Fiscino, sebuah desa di lereng Gunung Vesuvius, selatan Italia. Livia sangat piawai memasak dan dialah yang menjadi ujung tombak usaha keluarganya tersebut. Pertemuannya dengan seorang tentara bernama Enzo berujung pada pernikahan, membawa Livia terpaksa meninggalkan desa tercintanya dan hidup di kota Napoli.

Appetizer 2:
Bocconcini, keju berbentuk tetesan yang dibungkus dalam irisan ham prosciutto lembut.

Pic from here.

Pic from here.

Kapten James Gould adalah seorang tentara Sekutu, berasal dari Inggris dan ditugaskan di Napoli tahun 1943, saat Sekutu sudah berhasil menguasai Italia bagian selatan di Perang Dunia II. Suasana peralihan kekuasaan dari Jerman ke Sekutu membuat Napoli menjadi kota yang penuh kekacauan. Pasar gelap merajalela, gadis-gadis Italia menuntut untuk dinikahi oleh para tentara Sekutu dan dibawa pergi dari Italia ketika perang berakhir. James adalah Pejabat Pernikahan, dan tugasnya termasuk mencegah tentara Sekutu menikah dengan gadis-gadis lokal. Sikapnya yang khas Inggris dan kaku, serta taat peraturan, membuatnya sulit beradaptasi dengan kekacauan Napoli.

Main course 1:
Fettucine yang diaduk dengan saus tomat, minyak zaitun dan bawang cincang. Ditaburi seledri dan bawang putih, dan dihiasi daun kemangi.

Pic from here.

Pic from here.

Perang membuat Enzo pergi dari hidup Livia, memaksa Livia untuk bertahan hidup dan kembali ke keluarganya. Seorang mafia lokal terus mengganggunya dan menginginkan Livia menjadi istrinya. Livia pun kabur kembali ke Napoli, dan suatu kejadian membuatnya mendapat pekerjaan di kantor tentara Sekutu, tempat James bekerja sebagai Pejabat Pernikahan. Hubungan James dan Livia berkembang, dan kekakuan Inggris James pun mulai luntur- namun ada satu masalah, sebagai Pejabat Pernikahan, ia tak boleh memiliki kekasih gadis Italia!

Main Course 2:
Melanzane alla parmigiana: terong yang dipanggang dengan lapisan tomat, bawang putih dan tanaman bumbu, dan dilapisi keju panggang.

Pic from here.

Pic from here.

Di tengah perang yang berkecamuk, Gunung Vesuvius meletus, menambah kekacauan di tengah penduduk Italia. Desa Livia hancur, dan ia terpaksa mengandalkan Alberto untuk menyelamatkan keluarganya. Namun rencana jahat justru membawa Livia ke medan perang, menjauhkannya dari James. James yang ingin mencari Livia pun akhirnya terpaksa menyusul ke garis depan, di mana tentara Jerman masih berusaha melawan Sekutu.

Dessert:
Irisan aprikot yang dicelup di dalam anggur.

Pic from here.

Pic from here.

Ini adalah buku Anthony Capella yang pertama kali saya cicipi, dan ternyata cita rasanya cukup sesuai dengan selera saya. Capella memang terkenal dengan kelihaiannya meramu kisah cinta dengan latar belakang kuliner, dan The Wedding Officer cukup bisa mewakili reputasinya.

Kisah romans yang manis ini dibalut dengan setting Perang Dunia II, kerumitan suasana peralihan kekuasaan, perbedaan budaya, dan tentunya, selingan berupa resep-resep masakan khas Italia yang dimasak oleh Livia.

Meski endingnya predictable seperti kisah romans pada umumnya, tapi detail-detail perjalanan cinta Livia dan James digambarkan dengan cukup baik, ditambah beberapa konflik yang masih bisa mudah diterima.

Keluhan saya hanyalah di bagian akhir buku, ketika terjadi peristiwa beruntun-runtun: gunung meletus, pertempuran garis depan, sampai perjumpaan dengan kaum gerilyawan. Setelah suasana santai dan penuturan yang cukup lambat di bagian awal buku, sepertiga akhir kisah ini justru terlalu penuh kejutan dan alur cepat, seolah ingin buru-buru menambahi bumbu keseruan dalam waktu singkat.

Tapi layaknya makanan yang sudah disajikan dengan bumbu yang pas, tambahan bumbu yang sedikit berlebih di bagian akhir justru bisa merusak cita rasa hidangan secara keseluruhan. Inilah yang saya rasakan saat menyelesaikan cerita, sehingga terpaksa mengurungkan niat memberi bintang 4, dan akhirnya menghadiahi 3 bintang saja untuk sajian Capella kali ini.

Mungkin, hidangan-hidangan berikutnya bisa lebih menggugah selera saya dan menghasilkan bintang yang lebih tinggi!

Last drink
Limoncello: minuman beralkohol yang terbuat dari campuran ekstrak lemon dan sirup manis.

Pic from here.

Pic from here.

  • Genre Culinary Fiction (atau sering disebut juga sebagai Foodie Fiction) adalah salah satu genre yang cukup populer sekarang ini. Biasanya, unsur makanan akan menjadi latar belakang yang kuat dari cerita yang disajikan, baik melalui resep-resep yang dihidangkan para karakternya, suasana dapur, cafe atau restoran, serta sejarah tempat yang berpadu dengan sejarah makanan khasnya. Penjabaran tentang makanan dibuat dengan cukup detail, dan kepiawaian penulis mendeskripsikan hidangan dalam kisahnya biasanya sanggup membuat pembaca merasa lapar berat.
  • Anthony Capella telah menulis lima buah novel, empat di antaranya termasuk genre culinary fiction. Novelnya yang terbaru adalah Love and Other Dangerous Chemicals, terbit tahun 2012. Anthony sangat menyukai culinary traveling, dan makanan Italia favoritnya termasuk white truffle risotto, baby octopus, dan tentu saja, pizza.

Submitted for:

Posbar Tema Kuliner bulan Februari 2014

Posbar Tema Kuliner bulan Februari 2014

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
    The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
  • Circe by Madeline Miller
    Circe by Madeline Miller
  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Matilda
    Matilda

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...