• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: collaboration

Wizards

20 Friday Jul 2012

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 4 Comments

Tags

bahasa indonesia, collaboration, fantasi, fiction, matahati, short stories, teens, terjemahan

Judul: Wizards, Kumpulan Kisah Magis dari Pakar Fantasi Modern

Penulis: Neil Gaiman, Eoin Colfer, Garth Nix, etc

Penerbit: Matahati (2010)

Halaman: 571 p

Beli di: Pesta Buku Jakarta 2010 (IDR 92,5k, disc 30%)

Hampir semua penulis fantasi pernah memasukkan karakter penyihir ke dalam karyanya, baik berbentuk novel maupun cerita pendek. Wizards dengan jeli menangkap fenomena ini, menyatukan 18 cerita pendek dari para penulis fantasi terkenal ke dalam satu buku tebal. Beberapa nama dalam buku ini sangat familiar bagiku, seperti Neil Gaiman dan Eoin Colfer, namun sisanya kebanyakan adalah penulis hardcore fantasi yang baru pernah kudengar dan kubaca karyanya melalui buku ini.

Yang menarik dari Wizards adalah membandingkan konsep penyihir yang terdapat di masing-masing cerpen. Ada beberapa konsep yang umum digunakan oleh beberapa penulis dan dapat dilihat benang merahnya dari cerpen-cerpen mereka, namun ada juga penulis yang memiliki pemikiran sendiri yang cukup berbeda tentang sosok penyihir.

Salah satu hal umum yang ditemui dalam kumpulan cerpen ini adalah hubungan penyihir dengan elemen alam, khususnya batu. Sihir batu dipercaya sebagai salah satu sihir tertua, dan karenanya menjadi favorit banyak penulis dalam menciptakan karakter penyihirnya. Dalam kisah “Stonefather” karya Orson Scott Card, misalnya, yang juga menjadi salah satu favoritku di buku ini, diceritakan tentang Runnel, anak laki-laki buangan yang tidak disukai oleh keluarganya dan melarikan diri dari rumah. Runnel terdampar di sebuah kota dan bekerja di rumah seorang penyihir batu, hingga akhirnya ia menemukan fakta mengejutkan bahwa dirinya pun ternyata memiliki kekuatan menyihir dengan batu. Runnel akhirnya terlibat perseteruan seru antara penyihir batu dan penyihir air yang sudah sejak lama bermusuhan.

Kisah “Penguasa Batu” karya Nancy Kress sedikit mirip. Ceritanya tentang seorang anak berandalan yang baru mengetahui kalau dirinya menyimpan kekuatan sihir batu setelah berhasil terhindar dari sebuah kecelakaan. Ia dipaksa untuk memilih bergabung dengan salah satu kubu: si baik dan si jahat. Satu lagi kisah penyihir batu yang cukup mencekam dan membuat merinding adalah “Istri Winter” karangan Elizabeth Hand. Tersebutlah seorang perempuan misterius yang datang dari Iceland dan menjadi istri salah seorang pentolan desa, Winter. Istri Winter ternyata mewarisi kekuatan sihir kuno yang luar biasa, yang akhirnya digunakannya untuk membalas kelakuan jahat seorang penguasa desa. Menurutku kisah ini adalah salah satu yang paling kelam, sekaligus ditujukan lebih kepada pembaca dewasa ketimbang anak-anak.

Selain sihir elemental, beberapa penulis sepertinya tertarik meneruskan trend Harry Potter, dengan menghadirkan suasana sekolah sihir yang memang cukup potensial dijadikan setting cerita yang menarik. “Hari Penamaan” oleh Patricia McKillip merupakan kisah lucu tentang seorang siswi sekolah sihir yang sudah menanti-nantikan hari pentingnya di sekolah, namun ternyata harus menghadapi peristiwa aneh yang melibatkan nenek sihir jahat terlebih dahulu. Sedangkan di “Magikker”, Terry Dowling berkisah tentang dilema seorang siswa berbakat mengenai masa depannya dan resiko kehilangan bakat sihirnya.

Sebagian penulis juga dengan lihainya menggabungkan kisah sihir modern dengan legenda yang sudah terkenal, seperti kisah “Binatang Ajaib” karya Gene Wolfe yang bercerita tentang seorang gadis masa kini yang jatuh cinta pada Merlin, si penyihir legendaris. Atau “Holly dan Besi”,karya Garth Nix, yang mengisahkan perseteruan kaum Norman dengan kaum Inglish dalam sudut pandang sihir.

Dua penulis yang karya-karyanya sudah familiar bagiku ikut menyumbangkan kisah mereka dengan ciri khas masing-masing. Neil Gaiman menghadirkan “Batu Nisan Sang Penyihir”, penggalan segmen dari novel The Graveyard Book yang fenomenal, lengkap dengan gaya gothicnya, tentang seorang anak yang dibesarkan di pemakaman oleh hantu-hantu baik hati. Sedangkan Eoin Colfer, si penulis Artmeis Fowl yang terkenal, kembali melucu dalam “Kisah Unggas” dengan tokoh utama seekor burung pembohong =)

Secara keseluruhan, Wizards dikemas dengan menarik, mewakili hampir setiap sub genre fantasi (jadi baru ngeh kalau ada yang namanya urban fantasy-lah, high fantasy, dan lain-lain). Meski ada beberapa cerita yang sedikit absurd untuk seleraku, juga ada yang agak membosankan, tapi aku menyukai sebagian besar kisah yang ada. Recommended to any fantasy lover!

Tahukah kamu?

Wizard alias penyihir yang paling terkenal dalam literatur sempat dipegang oleh Merlin, yang kisahnya sudah diadaptasi ribuan kali dalam berbagai bentuk dan jenis, bahkan menjadi cameo dalam banyak kisah modern. Namun seiring waktu, bocah yang bertahan hidup akhirnya mengalahkan kepopuleran Merlin dan kini dinobatkan sebagai penyihir paling terkenal dalam literatur. Yep, I’m talking about the famous Mr. Potter! Kepopuleran Gandalf juga sempat terangkat berkat film trilogi Lord of The Rings yang super sukses. Nah, kalau the most famous witch in literature, siapa ya? Apa Hermione Granger menempati urutan pertama saat ini?

 

 

Dash & Lily’s Book of Dares

28 Wednesday Dec 2011

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 12 Comments

Tags

BBI, christmas, collaboration, english, NYC, romance, teens

Title: Dash & Lily’s Book of Dares

Writer: Rachel Cohn & David Levithan

Publisher: Ember (2010)

Pages: 260 p

Bought at: Kinokuniya Plaza Senayan (IDR 95k)

Dash spends this Christmas alone in New York. He lied to both of his parents (who already divorced) that he would spend Christmas with the other parent. Dash hates Christmas, all the commercialism and people who get really consumptive. Christmas is overrated, and Dash doesn’t really want to be a part of the festivity.

Until he knows Lily. Lily loves Christmas, all the jolly-holiday spirit, she even has her own caroling group. Sadly, her family will not get together this year. Her parents decided to have a Christmas-Honeymoon-Vacation to Fiji, her grandfather visiting his so-called lover in Florida, and Lily was left behind in New York with his brother Langston, who is too busy taking care of his boyfriend and not really pay attention to his little sister.

To distract Lily from her Christmas-blues, Langston created a “game”, involving a red moleskin notebook with dares and clues written inside, waiting to be found by a boy in Lily’s favorite bookstore, Strand. And a boy named Dash did find it, playing along happily. They take turn writing down clues and dares and leave the moleskin in iconic places in New York. Boy oh boy, what a wonderful holiday indeed =)

This is a light holiday read and I’m glad I read it during my Christmas break. Filled with warm Christmas-y feeling, without being too cheesy. New York City in Christmas has always been my weak spot. I can imagine the crowded Macy’s, people skating in Rockefeller, and the holiday atmosphere in the Big Apple. Arghhhh…I miss New York so much!!!

The dialogues between Dash and Lily are smart and witty, although in some part it seems too heavy for 17 years old kids =D  And it reminds me a lot with Nick & Norah’s Infinite Playlist (also with the same authors), so I think it’s just a matter of time until this charming story turns into a movie =) All in all, a good book to close a great year. (and look at the dazzling cover!!!)

Happy holidays to all of you, and have a great Christmas & New Years!

ps: this book is my #BBI project for December: reading a Christmas book. It’s fun!

pps: just to give you a picture of red moleskin notebook. after reading dash & lily’s adventures, do not be ashamed to feel a bit romantic and grab a red moleskin for yourself =) i do put moleskin notebook in my wish list for 2012 though =D

Dari Datuk ke Sakura Emas

27 Friday May 2011

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 2 Comments

Tags

bahasa indonesia, collaboration, fiction, short stories

Judul:Dari Datuk ke Sakura Emas

Penulis: A.Fuadi, Alberthiene Endah, Andrei Aksana, Asma Nadia, Avianti Armand, Clara Ng, Dewi Lestari, Dewi Ria Utari, Happy Salma, Icha Rahmanti, Indra Herlambang, M.Aan Mansyur, Putu Fajar Arcana, Sitta Karina

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2011)

Halaman:166p

Bought at: Gramedia Grand Indonesia (IDR 40k)

Buku ini adalah sebuah contoh nyata dari pepatah: There is always a silver lining at the end of the tunnel. Dalam masalah yang kelam, selalu ada secercah harapan. Demikian pula yang terjadi saat Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin terancam ditutup oleh pemerintah karena kurangnya dana operasional. Menyedihkan. Namun kabar buruk itu tidak menyurutkan semangat para pencinta sastra untuk berjuang mempertahankan bangunan bersejarah tersebut. Mulai dari gerakan #koinsastra yang marak muncul di Twitter, akhirnya sejumlah penulis muda pun berinisiatif mengumpulkan cerpen mereka dalam sebuah buku, yang hasil royaltinya akan disumbangkan sepenuhnya untuk PDS HB Jassin.

Selain ingin ikut ambil bagian (meski kecil) dalam gerakan sastra ini, aku pun langsung tertarik melihat nama-nama yang tertera di sampul buku. Semuanya merupakan penulis kontemporer yang karya-karyanya sudah tidak asing lagi di dunia sastra Indonesia.

Sebut saja Alberthiene Endah, yang cerpennya merupakan salah satu yang paling berkesan buatku dari buku ini. Dalam kisah berjudul “Sebuah Keputusan”, Alberthiene dengan piawai menggambarkan saat-saat akhir kebersamaan sepasang kekasih yang terpaksa harus berpisah. Suasana murung begitu terasa, apalagi endingnya dibuat mengejutkan, begitu mendadak, membuatku tersentak sekaligus teringat terus akan cerita itu sepanjang hari.

Indra Herlambang lain lagi. Dengan gaya khasnya, ia berhasil menciptakan sebuah cerita pendek bernuansa mistis, namun tetap dengan sentuhan kocak. Selesai membaca “Pagar Soka” karangannya, aku merinding namun sekaligus terkekeh-kekeh, membayangkan kekalutan sebuah keluarga yang eyangnya tiba-tiba ingin menikah lagi dengan perempuan yang dicurigai sebagai dukun.

Entah disengaja atau tidak, kebanyakan cerita dalam buku ini memang mempunyai ending yang memilukan. Tragis dan ironis, kadang malah terlalu depresi, seperti cerpen Clara Ng yang mengisahkan tentang nasib naas seorang anak penderita autis.

Hanya ada beberapa cerita yang memiliki alur menyenangkan, sekaligus membuat hangat hati pembaca. Salah satunya adalah “Sambal Dadak” karangan Icha Rahmanti, menceritakan tentang seorang perempuan yang merantau ke Singapura dan sedang kangen berat dengan sambal dadak buatan mamanya. Segala daya upaya ia kerahkan agar dapat membuat sambal yang rasanya persis seperti buatan si mama. Berbagai kenangan tentang mama semakin membuatnya kangen rumah dan tanah air.

Favoritku yang lain adalah “Pagi di Taman”, karya Avianti Armand. Ceritanya begitu sederhana namun menyentuh, tentang dua orang laki-laki tua yang sudah bersahabat sejak lama dan sedang duduk mengobrol di sebuah taman. Di tengah obrolan, topik tentang masa lalu sesekali menyeruak, menimbulkan perasaan sendu dan miris, namun sekaligus hangat. Cerita yang kuat tidak perlu alur berbelit, kadang yang sederhana namun bisa bercerita banyak, itulah yang membuat suatu cerita menjadi indah.

Keempat belas cerita dalam buku ini membawa kita terombang-ambing, mulai dari cerita berbau adat, bersetting di Jepang, bertokoh perempuan muda sampai laki-laki tua. Semua membawa kita ke dimensi yang berbeda, dengan gaya penceritaan masing-masing yang unik namun sama kuatnya. Membaca tulisan A.Fuadi yang bertutur detail, dengan Sitta Kirana yang bergaya ala teenlit, tentu menimbulkan kesan berbeda, namun sama mengasyikkannya. Terima kasih sudah menghadirkan sebuah buku yang sangat berharga. Semoga akan ada lagi kelanjutannya (tentu setelah PDS HB Jassin terselamatkan!)

The Journeys

10 Tuesday May 2011

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 5 Comments

Tags

bahasa indonesia, collaboration, non fiction, travel

Judul:The Journeys

Penulis: Adithya Mulya, Alexander Thian, Farida Susanty, Gama Harjono, Ferdiriva Hamzah, Okke Sepatumerah, Raditya Dika, Trinity, Valiant Budi, Ve Handojo, Windy Ariestanty, Winna Efendy

Penerbit: GagasMedia (2011)

Halaman:243 p

Bought at: Gramedia Central Park (IDR 48,5k)

Membaca cerita tentang traveling selalu menyenangkan. Untuk yang memang senang bertualang, cerita-cerita tersebut bisa dijadikan referensi tempat tujuan liburan berikutnya. Sedangkan yang memang malas keluar rumah, membaca kisah-kisah tentang perjalanan bisa diibaratkan sudah ikut berjalan-jalan bersama para penulisnya.

GagasMedia adalah salah satu penerbit yang memanfaatkan dengan baik selera pembaca yang menggemari cerita traveling. Banyak buku terbitan Gagas yang akhir-akhir ini masuk dalam genre travel, mulai dari tip jalan-jalan murah, kisah hidup di negeri orang, sampai kumpulan tulisan blog para traveler.

Salah satu buku terbarunya adalah The Journeys, koleksi cerita tentang perjalanan yang ditulis oleh dua belas orang penulis yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Cerdasnya Gagas adalah menggabungkan antara genre travel yang sedang menjadi favorit, dengan penulis-penulis masa kini yang sedang naik daun. Mungkin, yang tidak terlalu ngefans dengan cerita traveling pun bisa tertarik dengan buku ini hanya dengan melihat covernya yang keren dan daftar penulisnya yang menggoda. Siapa yang tidak tahu Raditya Dika, Adithya Mulya atau Trinity? Semuanya terkenal di genre masing-masing, tapi yang jelas tulisannya selalu enak untuk dibaca.

Dua belas kisah dalam buku ini sangat bervariasi, mulai dari perjalanan tak terduga bersama mertua ke Amerika, menjelajahi benua Afrika, kisah ibu yang protektif saat melepas anaknya ke Belanda, sampai seluk beluk pedagang di Mekkah. Terkadang angle yang unik lah yang membuat sebuah kisah perjalanan menjadi menarik, meski mungkin tempat yang diceritakan biasa-biasa saja, tidak terlalu istimewa.

Sayangnya, tidak semua penulis mampu melukiskan perjalanannya dengan menarik, dalam artian cukup lucu dan tidak membosankan, tapi masih mengandung pelajaran yang bisa membuat pembaca manggut-manggut, sambil bertekad akan pergi ke tempat yang diceritakan tanpa melakukan kesalahan bodoh yang sama dengan si penulis.

Dari kisah-kisah yang ada, ada beberapa yang menjadi favoritku. “Melipir ke Tel Aviv” tulisan Ve Handojo salah satunya. Lucu, menghibur, tapi tetap bisa menyajikan detail-detail budaya Israel dengan sangat pas. Begitu pula dengan kisah “Karimunjawa-Surga Indonesia” karya Alexander Thian. Kocak banget, jujur tapi nggak berkesan norak. Biarpun sudah baca untuk kedua kalinya, kita tetap bisa dibuat tertawa-tawa sambil membayangkan keindahan salah satu pantai di negeri tercinta.

Serunya kumpulan tulisan seperti ini adalah kita bisa mencicipi hasil karya penulis yang mungkin sebelumnya tidak kita tahu, atau penulis yang karya sebelumnya tidak pernah menarik hati kita. Dan lebih seringnya, justru tulisan karya penulis yang sudah kita incar saat membeli bukunya malah ternyata menimbulkan kesan yang biasa.

Jadi, bersiaplah untuk terkejut, dan jangan kaget kalau kamu langsung pingin berkemas-kemas setelah membaca buku ini. So many great places out there! And so many different experience to share =)


From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • A Feast for Crows by George R.R. Martin
    A Feast for Crows by George R.R. Martin
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • Five Little Pigs
    Five Little Pigs
  • Station Eleven by Emily St.John Mendel
    Station Eleven by Emily St.John Mendel

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...