• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: canada

Washington Black by Esi Edugyan

14 Thursday May 2020

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

africa, bargain book!, british, canada, english, fiction, historical fiction, popsugar RC 2020, science, slavery

Judul: Washington Black

Penulis: Esi Edugyan

Penerbit: Knopf (2018)

Halaman:334p

Beli di: Periplus.com (IDR 100k, discount!)

Buku ini berkisah tentang perjalanan hidup seorang budak bernama George Washington Black, yang kerap dipanggil Wash, mulai dari masa kecilnya di perkebunan tebu di Barbados, hingga petualangan demi petualangan tak terduga yang terus mengikutinya sepanjang hidupnya.

Wash adalah karakter yang mudah untuk disukai. Keluguannya yang tanpa dosa diimbangi dengan beberapa flaws yang tetap menjadikannya karakter yang membumi dan realistis. Pertemuan Wash dengan adik majikannya, Christopher alias Titch, membelokkan hidupnya ke arah yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Titch adalah seorang naturalis yang amat mengidolakan ayahnya yang merupakan penjelajah alam legendaris. Titch bertekad akan melakukan suatu perjalanan fenomenal dengan balon udara yang membuat ayahnya bangga.

Ia meminta bantuan Wash, namun suatu kejadian mengejutkan membuat mereka harus melarikan diri dari perkebunan di Barbados dan bersembunyi dari orang-orang yang mengejar Wash. Perjalanan membawa Wash hingga ke daerah Kutub Utara yang dingin, Nova Scotia yang mempertemukannya dengan perempuan yang akan semakin mengubah hidupnya, hingga ke Inggris, tempat Wash berusaha menguak masa lalu dan jati dirinya.

Berkat Titch, Wash menemukan bakat menggambar yang menjadikannya seorang ilustrator andal yang mengkhususkan dirinya pada ilmu alam. Namun latar belakangnya sebagai budak, ditambah dengan dunia sains yang masih rasis, menyebabkan karya Wash belum bisa dihargai sepenuhnya.

Esi Edugyan adalah seorang pencerita yang baik. Dengan gaya bahasa yang deskriptif namun efektif, ia berhasil menggambarkan setting petualangan Wash dengan sangat hidup – perkebunan tebu yang panas, daratan Arctic yang dingin menggigit, hingga London di era 1800-an yang masih kuno dan kaku. Perjalanan Wash mencari jati dirinya, yang juga digambarkan seiring dengan perjalanannya mencari Titch – membuat kita mau tidak mau mendukungnya, berharap akan akhir yang bahagia.

Meski masih mengangkat tema slavery dan rasisme, Washington Black tidak sesuram Underground Railroad atau beberapa buku lain sejenisnya. Jadi kalau memang masih belum tahan membaca buku yang bikin ngilu seperti Underground Railroad, saya merekomendasikan kalian untuk memulai dari Washington Black saja dulu 🙂

Submitted for:

Kategori: A bildungsroman

Station Eleven by Emily St.John Mendel

01 Monday Jun 2015

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

canada, dystopia, fantasy, gift, post apocalypse, review15

station eleven1Judul: Station Eleven

Penulis: Emily St.John Mendel

Penerbit: Picador (2014)

Halaman: 333p

Beli di: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 19.94)- thanks @thatharetha!

Cerita tentang post-apocalypse selalu bisa membuat saya merinding, ngeri, stress, tapi juga… menikmati. Semacam memenuhi kebutuhan masochistic saya :p Namun tentu saja tidak semua kisah menjadi masuk akal, berkesan, dan brilian. Tapi untungnya, Station Eleven berhasil memenuhi harapan saya.

Kisah diawali di sebuah teater di Toronto, saat aktor terkenal Arthur Leander meninggal mendadak di atas panggung ketika memerankan drama King Lear. Di malam yang sama, virus flu mematikan mulai menyebar ke seluruh dunia, dan beserta dengannya- dimulailah apa yang dikenal sebagai akhir zaman.

Dua puluh tahun berselang, segelintir orang yang bertahan hidup (baik karena mengisolasikan diri dari dunia luar saat wabah flu menyerang, atau karena memiliki kekebalan tubuh luar biasa) berusaha memulai kembali peradaban manusia yang telah runtuh. Salah satu kelompok tersebut menamakan diri mereka The Travelling Symphony, yang rutin berkeliling benua Amerika Utara untuk mementaskan drama Shakespeare di permukiman penduduk yang mereka lewati. Dan meski bertahan hidup merupakan prioritas manusia yang tersisa, Travelling Symphony memiliki moto tambahan: Because survival is insufficient.

Tanpa internet, tanpa iPod, tanpa TV dan film yang merekam semua peninggalan buatan manusia- seni dan budaya sudah nyaris punah. Peninggalan manusia hampir hilang, dan dengan modal seadanya, mengais-ngais sejumput sisa budaya yang tertinggal, Travelling Symphony bertekad menyebarluaskan apa yang mereka miliki ke generasi berikut- yang lahir setelah peradaban runtuh.

Kirsten, aktris anggota kelompok Travelling Symphony yang nyaris tidak ingat apa-apa tentang masa sebelum wabah flu, menemukan komik berjudul Station Eleven yang membuatnya berpikir tentang kehidupan manusia di masa lalu, tentang seni, keindahan, mimpi dan segala hal yang melampaui kehidupannya saat ini. Yang membuatnya berharap bahwa ada kesempatan kedua bagi manusia untuk membangun kembali peradabannya.

Namun keinginan Kirsten- dan kelompoknya- terancam oleh kehadiran seorang nabi, yang ditakuti oleh sebagian besar orang karena bisa meramalkan nasib peradaban manusia- dan nabi ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah peradaban kembali dibangun. Karena menurutnya, akhir dunia adalah takdir manusia.

Station Eleven merupakan sebuah kisah rumit tentang akhir peradaban manusia- yang dibalut unsur fantasi namun terasa amat dekat dengan realita saat ini. Buku ini adalah jenis buku yang mengharuskan kita untuk berpikir, bagaimana bila kejadian ini benar-benar menimpa kita? Sejauh mana ribuan tahun peradaban akan bertahan dari akhir dunia? Apa yang akan terjadi dengan lagu, film, buku, lukisan, pemikiran, teknologi, yang sudah susah payah diciptakan oleh manusia?

Station Eleven ditulis dengan alur maju-mundur (sebelum dan sesudah peradaban runtuh)- dengan mengedepankan tokoh yang berbeda-beda di setiap babnya, yang nantinya akan terhubung satu sama lain, dan pada akhirnya membentuk satu kesatuan puzzle yang utuh (agak mengingatkan saya dengan buku Cloud Atlas-nya David Mitchell).

Station Eleven berbeda dari buku dystopia atau post apocalyptic lainnya karena -bukannya fokus pada bagaimana cara bertahan hidup- namun membuat kita berpikir satu langkah lebih jauh, tentang apa yang akan kita tinggalkan untuk generasi masa depan. Apakah peradaban yang kita ciptakan saat ini dapat bertahan? Apakah worth it untuk ditinggalkan?

Because you may realize too, that survival is insufficient.

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,037 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
    The Picture of Dorian Gray by Oscar Wilde
  • Circe by Madeline Miller
    Circe by Madeline Miller
  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • Matilda
    Matilda

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,037 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...