• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2022
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: animals

Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang by Luis Sepulveda

29 Friday Oct 2021

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 2 Comments

Tags

animals, bahasa indonesia, children, fable, fiction, funny haha, novella, south america, terjemahan

Judul: Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang

Penulis: Luis Sepulveda

Penerjemah: Ronny Agustinus

Penerbit: Marjin Kiri (2020)

Halaman: 90p

Beli di:@Post_Santa (IDR 57k)

Zorbas, kucing yang tinggal di sebuah kota pelabuhan, kaget ketika tiba-tiba ada seekor camar jatuh di balkonnya. Camar tersebut dalam keadaan sekarat, namun sebelum meninggal, ia sempat bertelur. Kata-kata terakhirnya adalah meminta Zorbas berjanji untuk mengajari anaknya terbang, sehingga bisa menyusul camar-camar lain dan meneruskan hidupnya.

Dibantu oleh teman-teman kucingnya yang super kocak, Zorbas pun berusaha mengajari si anak camar terbang, meski itu tampak seperti tugas yang mustahil. Masalahnya, kucing tidak tahu apa-apa tentang dunia penerbangan. Untunglah, Zorbas memiliki banyak resources, termasuk temannya yang dikenal sebagai tetua kucing yang bijak, serta teman lain yang dijuluki sebagai profesor.

Meski kisahnya sederhana, buku ini amat menyenangkan untuk dibaca dan memiliki pesan yang dalam, khususnya menyangkut lingkungan hidup dan bagaimana manusia berperan menghancurkan dunia. Minyak yang tumpah di lautan (yang jumlahnya seringkali jauh lebih banyak daripada yang kita lihat di berita), memiliki efek fatal bagi para burung saat mereka bermigrasi, apalagi bila ada burung yang tidak aware dan menangkap ikan di area yang dipenuhi minyak.

Selain tentang lingkungan, buku ini memiliki pesan yang tak kalah penting: persahabatan, kesetiaan menepati janji, dan bagaimana perbedaan malah bisa menyatukan. Semuanya disampaikan dalam gaya bahasa yang sederhana, dengan karakter yang serba kocak, dan ending yang membuat terharu. Penerjemahannya pun dilakukan dengan mulus, sehingga buku ini enak diikuti dari awal sampai akhir.

Saya sendiri baru tahu kalau Marjin Kiri memiliki seri buku Pustaka Mekar, yang khusus ditujukan untuk bacaan anak dan remaja, dengan pilihan buku yang cukup diverse sehingga akan memperkaya pengalaman pembaca usia muda. Great job!

Rating: 4/5

Recommended if you like: simple but inspiring books, children books, animal interaction, non mainstream novella

Lily and The Octopus by Steven Rowley

13 Tuesday Feb 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

america, animals, dog, english, fiction, LGBT, memoir, popsugar RC 2018

Judul: Lily and the Octopus

Penulis: Steven Rowley

Penerbit: Simon & Schuster (2016)

Halaman: 305p

Beli di: Big Bad w=Wolf surabaya (IDR 65k)

I’m a dog person, and always a sucker for dog stories. Makanya saya excited banget dengan Lily and the Octopus, yang berkisah tentang hubungan antara Lily si anjing Dachshund dengan pemilik sekaligus sahabatnya, Ted.

Ted adalah seorang single gay man yang baru mengalami patah hati luar biasa setelah mengakhiri hubungan yang sudah lama dengan pacarnya. Dan Lily lah satu-satunya yang bisa mengerti, menghibur dan menemaninya di tengah kesendiriannya. Mereka punya ritual bersama, dari mulai ngegosipin cowok-cowok ganteng Hollywood sampai main monopoly dan makan pizza.

Namun suatu hari Ted dikejutkan oleh sebuah tumor yang muncul di kepala Lily. Ia menolak menyebut tumor itu sebagai ‘tumor’, dan berkeras memanggilnya sebagai Octopus. Ted bahkan bisa bercakap-cakap dengan si Octopus, seperti juga ia bisa bercakap-cakap dengan Lily.

Ted bertekad akan menghancurkan dan mengalahkan Octopus, dan menyelamatkan Lily dengan segala cara. Ia menolak kenyataan bahwa Lily memang sudah berusia lanjut dan mungkin memang tumor tersebut tidak bisa disembuhkan.

Kisah tentang grieving dalam bentuk simbolik sudah banyak ditulis, salah satu yang paling berkesan untuk saya adalah A Monster Calls (Patrick Ness), yang berhasil membawa simbolisme tersebut ke kisah yang menyentuh dan mengharukan, dengan element of surprise yang menyatu dengan ceritanya.

Namun menurut saya, Rowley kurang berhasil mencapai hal yang sama di buku ini. Okelah, simbol Octopus sebagai monster pengganggu yang harus dilawan masih bisa masuk ke dalam cerita. Tapi cara-cara Ted menghancurkan si Octopus (bahkan ada adegan kejar-kejaran ala Moby Dick), agak terlalu absurd dan keluar dari inti cerita, mengalihkan unsur grieving itu sendiri.

Belum lagi, sebagai orang dewasa Ted memang agak kekanak-kanakan, self centered dan sulit untuk disukai. Saya jadi agak malas bersimpati dengan Ted dan tidak bisa merasa relate dengannya, terutama karena caranya mengekspresikan grief itu sendiri tidak masuk di akal saya. Pergi ke terapis tapi mencemooh terapisnya terus, pergi ngedate tapi merasa sia-sia, namun tidak mau melakukan sesuatu untuk mengubah itu semua. Kesannya whiny banget jadinya.

Anyway, ternyata buku ini memang merupakan semi memoir dari Steven Rowley saat Lily anjingnya terserang kanker. Saya menghargai usahanya untuk menampilkan pengalamannya lewat gaya yang berbeda, namun terus terang saja, kisah ini tidak menyentuh saya, tidak membuat saya bisa relate dengannya, dan saya sebenarnya super kecewa karena saya pernah mengalami apa yang Rowley alami dengan anjing saya, dan saya berharap lebih dari sekadar kisah simbolik octopus yang absurd untuk membuat saya mengenang anjing saya melalui kisah Ted dan Lily.

Submitted for:

Category: A book with an animal in the title

 

How To Look for a Lost Dog by Ann M Martin

27 Monday Nov 2017

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

america, animals, children, english, fiction, realistic, special needs

Judul: How To Look for a Lost Dog

Penulis: Ann M Martin

Penerbit: Usborne Publishing (2016)

Halaman: 234p

Beli di: The Book Depository (IDR 105,294)

Rose tinggal bersama ayahnya, Wesley Howard, di sebuah kota kecil di New York. Ibu Rose pergi meninggalkan mereka saat Rose masih kecil, dan Rose yang memiliki sindrom Asperger harus berusaha keras untuk tidak memancing kemarahan ayahnya yang bertemperamen tinggi. Untunglah ada Uncle Weldon, paman Rose yang tinggal tidak jauh dari rumahnya, dan selalu bersedia untuk menghabiskan waktu dengan Rose.

Suatu hari ayah Rose membawa pulang seekor anjing telantar yang Rose beri nama Rain. Rose amat bahagia karena kini ia memiliki teman bermain yang setia menemaninya ke manapun, bahkan Rain kerap menyambutnya sepulang dari sekolah.

Namun badai besar yang menyerang kota kecil mereka menimbulkan tragedi menyedihkan bagi Rose: Rain hilang! Dan banjir yang terjadi akibat badai membuat Rose dan ayahnya terisolasi dari dunia luar karena jembatan dekat rumah mereka amblas. Rose yang panik karena ayahnya tampak tak bisa berbuat apa-apa, akhirnya menyusun rencana untuk mencari Rain, dengan mendaftar tempat-tempat yang mungkin menampung anjing tersesat, meski itu berarti ia harus keluar dari comfort zone nya dan berbicara dengan orang-orang yang tidak ia kenal, sesuatu yang amat ia takuti.

Penyelidikan Rose membawanya ke suatu fakta yang lebih mengejutkan tentang Rain, yang mengancam persahabatan mereka dan membuatnya mungkin kehilangan anjing yang disayanginya itu.

Ann M Martin seperti biasa mampu meramu kisah yang sederhana dengan begitu memukau dan menyentuh. Menggabungkan unsur persahabatan antara anak perempuan yang memiliki sindrom Asperger dengan seekor anjing misterius, kisah Rose dan Rain dijamin akan membuat haru-biru, terutama untuk mereka yang menyukai cerita tentang binatang. Mau tidak mau saya jadi bersimpati pada Rose, karakter yang mudah disukai tapi tidak melodramatis dengan kekurangannya, dan berharap ada happy end untuknya dan Rain.

Martin sendiri menulis buku ini untuk mengenang anjingnya Sadie, jadi memang terasa sekali sentuhan personal dalam buku ini. Satu lagi yang unik adalah hobi Rose mengumpulkan kata-kata yang memiliki homonim, dan ini menjadi sempalan topik yang menyenangkan terutama untuk anak-anak yang ingin memperkaya vocabularynya.

Submitted for:

Kategori Children Literature

Whittington by Alan Armstrong

21 Monday Aug 2017

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 1 Comment

Tags

animals, bbi review reading 2017, children, english, fiction, history, newbery, popsugar RC 2017

Judul: Whittington

Penulis: Alan Armstrong

Illustrator: S.D. Schindler

Penerbit: Yearling (2006)

Halaman: 208p

Beli di: Bras Basah, Singapura (thank you, Dewi!)

Sebuah lumbung milik lelaki tua bernama Bernie dipenuhi oleh berbagai binatang yang berasal dari tempat yang berbeda-beda. Bernie telah menyelamatkan mereka semua, termasuk pemimpin mereka, Lady si angsa. Binatang-binatang ini, meski tidak selalu akur (uhuk,uhuk, para tikus), berusaha untuk hidup berdampingan di dalam lumbung tersebut. Cucu Pak Tua Bernie yang bernama Abby dan Ben seringkali bermain bersama para binatang, bahkan bisa bercakap-cakap dengan mereka.

Suatu hari datanglah seekor kucing liar bernama Whittington, ia mengaku sebagai keturunan kucing Dick Whittington. Dick adalah tokoh legendaris yang merupakan kisah sukses seorang pemuda miskin menjadi tokoh kaya raya dengan bantuan kucingnya yang cerdik.

Whittington si kucing ingin sekali diterima di komunitas lumbung Bernie, dan untuk memperoleh keinginannya, ia bersedia bercerita tentang sejarah Dick Whittington, seperti yang dituturkan oleh para leluhurnya, dan bagaimana kucing kesayangan Dick berperan penting dalam kesuksesan hidupnya hingga menjadi orang kaya yang suka berbagi.

Sementara itu, ada sempalan kisah tentang Ben, cucu Bernie yang memiliki kesulitan membaca (disleksia), dan bagaimana para penghuni lumbung bahu-membahu membantu Ben supaya bisa mengatasi kesulitannya.

Whittington adalah buku middle grade yang berhasil membawakan tema yang cukup umum (sejarah tokoh Dick Whittington, disleksia, dll) dengan gaya penceritaan yang unik, yaitu menjadikan kucing sebagai naratornya – dan menyelipkan tokoh-tokoh binatang serta anak-anak yang bisa saling berinteraksi.

Kisahnya sendiri cukup memikat, meski awalnya agak membuat bingung- seperti realistic fiction tapi bercampur dengan fable atau fantasi dongeng, sehingga menimbulkan kesan yang tidak biasa. Tapi lama-lama, saya terpikat juga dengan gaya bercerita Whittington si kucing, dan kisah luar biasa Dick Whittington sang legenda. Dan tentu saja- di sela-selanya saya ikut bersemangat untuk Ben yang berusaha memerangi disleksianya.

Whittington bukanlah buku yang jelas-jelas merupakan kontender utama Newbery, namun dengan segala keunikan dan kebersahajaannya, justru berhasil menggaet penghargaan bergengsi tersebut.

Submitted for:

Category: A book with a cat on the cover

 

 

 

 

 

Kategori: Children Literature

 

 

The Call of The Wild by Jack London

23 Thursday Mar 2017

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 5 Comments

Tags

adventures, animals, bbi review reading 2017, children, classic, fiction, Gramedia, popsugar RC 2017, terjemahan

Judul: The Call of The Wild (Panggilan Alam Liar)

Penulis: Jack London

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2016)

Halaman: 160p

Beli di: Gramedia Mal Taman Anggrek (IDR 45k)

Buck adalah seekor anjing blasteran St Bernard dan anjing gembala, yang seumur hidupnya tinggal dengan nyaman di rumah Hakim Miller di California yang hangat. Namun, suatu hari seorang pegawai Hakim Miller menculik dan menjual Buck kepada agen yang memasok anjing-anjing besar ke daerah Canada.

Saat itu, akhir abad ke-19, memang sedang marak-maraknya para pemburu harta karun yang mencari emas ke daerah-daerah terpencil di Utara yang dingin. Para orang kaya baru banyak bermunculan akibat sukses menambang emas yang tersembunyi di alam liar.

Jasa-jasa anjing besar sangat dibutuhkan: sebagai penarik kereta luncur, kereta barang, membawa manusia, dan lain sebagainya. Buck, yang perawakannya besar dan kuat, menjadi komoditas berharga yang akhirnya berpindah-pindah dari satu tangan ke tangan lainnya.

Awalnya, Buck hidup menderita karena tiba-tiba harus bertahan di tengah kerasnya alam liar utara yang dingin membeku. Belum lagi persaingan dengan anjing-anjing lain yang kadang tak kalah kejam. Namun lama-kelamaan, naluri anjing liar yang bersemayam di dalam diri Buck mulai muncul ke permukaan. Nenek moyangnya yang masih berkerabat dengan serigala, ternyata menurunkan sifat liar pada Buck. Tak heran, akhirnya Buck malah menikmati kehidupannya di alam liar dan bisa mneyesuaikan diri dengan baik.

Namun tentu saja tetap banyak tantangan yang harus ia hadapi, mulai dari pembuktian sebagai pimpinan kawanan anjing, menghadapi tugas berat di tengah musim dingin dan alam yang tak terduga, serta manusia yang kadang bodoh dan kejam setengah mati. Tapi tantangan terberat adalah mengabaikan suara di hatinya yang memanggil-manggilnya kembali ke alam liar, bersatu dengan saudara-saudaranya. Apalagi saat Buck bertemu dengan seorang manusia yang amat menyayanginya, dan membuatnya sulit untuk mengambil keputusan.

The Call of The Wild agak mengingatkan saya dengan buku klasik lainnya, Black Beauty, yang juga mengisahkan kehidupan seekor hewan (kuda), suka-dukanya dan semua pengalaman kehidupannya yang mengharukan. Namun, kisah tentang Buck memang tidak terlalu penuh drama seperti kisah si Beauty, karena unsur petualangan alam liarnya lebih kental. Membayangkan kerasnya hidup di daerah utara yang dingin, tanpa teknologi canggih seperti sekarang ini, memang rasanya ngeri juga. Tapi justru hal itulah yang berhasil diangkat oleh Jack London ke dalam kisah yang memikat.

Meski sederhana dan to the point, The Call of The Wild masih bisa dinikmati- dan menurut saya, bisa menjadi salah satu pilihan buku klasik untuk anak-anak yang ingin mengeksplorasi genre ini. Versi terjemahan yang diterbitkan oleh Gramedia ini juga mudah dicerna, dan untungnya, tidak seperti kisah klasik pada umumnya yang kerap berbelit-belit dan monoton, kisah si Buck dikemas ke dalam prosa yang memiliki pace lumayan cepat. Endingnya pun memorable dan sangat sesuai dengan tone cerita secara keseluruhan.

Satu lagi yang saya suka dari versi terjemahan ini adalah covernya! Keren banget, dan bahkan menurut saya lebih bagus dibandingkan beberapa versi cover bahasa Inggrisnya. Semoga saja Gramedia tetap setia menerbitkan terjemahan kisah klasik segala umur dengan cover menawan seperti ini 🙂

Movie version

Ternyata, The Call of The Wild sudah beberapa kali dibuat versi filmnya, baik layar lebar maupun untuk konsumsi TV. Versi pertamanya ditayangkan pada tahun 1935, dibintangi oleh Clark Gable! Sedangkan versi yang lebih modern (tahun 1972) dibintangi oleh Charlton Heston. Yang terbaru adalah film seri TV tahun 2000 yang sempat mendapat nominasi Emmy Awards.

Submitted for:

Category: A book set in the wilderness

Kategori: Classic Literature

The One and Only Ivan by Katherine Applegate

19 Monday Sep 2016

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ 3 Comments

Tags

animals, children, contemporary, english, fiction, newbery

look at the sweet cover!

Judul: The One and Only Ivan

Penulis: Katherine Applegate

Penerbit: HarperCollins Children (First paperback edition, 2014)

Halaman: 319p

Beli di: KramerBooks Washington, DC (USD 7.99)

Beautiful.

Itulah kesan saya setelah membaca buku ini. Bagaimana tidak? Ceritanya sangat simple, namun meninggalkan kesan mendalam. Meski menggunakan karakter binatang sebagai naratornya, ‎tidak ada kesan kekanak-kanakan yang membosankan dari The One and Only Ivan. Yang ada: terharu, simpati, dan bahagia, bercampur menjadi satu. Tak heran buku ini memenangkan penghargaan bergengsi Newbery tahun 2013.

Ivan adalah seekor gorila yang sudah tinggal di lingkungan manusia sejak masih bayi. Kini ia menempati kandang eksibisi di sebuah mall dekat jalan tol. Bersama-sama dengan Ivan, ada Stella, gajah yang sudah tua, serta berbagai binatang lainnya yang memang ditugaskan untuk menghibur pengunjung. Teman lain Ivan adalah Bob, seekor anjing liar yang rutin mengunjungi Ivan di kandangnya.

Hobi Ivan, tidak seperti gorila pada umumnya, adalah menonton TV, makan arum manis, dan melukis. Ivan selalu yakin ia memiliki bakat menjadi artis, dan memang, hasil lukisannya laku dijual di gift shop.

Suatu hari, hidup Ivan berubah total saat eksibisi mereka kedatangan seekor hewan baru: bayi gajah mungil bernama Ruby. Ruby yang tidak berdaya dan selalu menjadi korban kekejaman Mack, pengelola eksibisi mereka, menggugah naluri Ivan sebagai seekor gorila silverback yang memang ‎bertugas melindungi keluarganya.

Dibantu oleh George, pembersih mall, serta anaknya yang jago menggambar, Julia, Ivan mulai menyusun rencana pembebasan Ruby, yang nantinya, akan mengubah total hidup mereka semua.

Katherine Applegate adalah seorang pencerita ulung, yang dengan mudah mampu membuat kita terhubung dengan Ivan dan bahkan membayangkan kehidupan miris seekor gorila yang kesepian. Terkurung selama ribuan hari di dalam kandang, bahkan tidak pernah bertemu dengan satu pun kaumnya selama bertahun-tahun. Namun alih-alih memenuhi buku dengan kisah melankoli yang menyedihkan, Applegate dengan lihai menyelipkan berbagai humor ke dalam kisah Ivan, terutama percakapannya dengan Bob si anjing liar. Saya rasanya kepingin memeluk mereka semua dan bertemu mereka di dunia nyata (meski saya sadar, gorila silverback dewasa tidak akan seimut Ivan dalam cerita ini).

Di bagian akhir buku, Applegate juga menyelipkan kisah Ivan yang memang terinspirasi dari gorila asli bernama Ivan. Bukan saja mengajarkan tentang cinta binatang dan kepekaan terhadap sesama makhluk hidup, Ivan mampu mengenalkan pada anak-anak tentang kehidupan dan kebutuhan binatang, dan bahkan peran kebun binatang sebagai komunitas rehabilitasi hewan-hewan yang mendapat perlakuan tak layak.

Saya merekomendasikan The One and Only Ivan sebagai bacaan wajib anak-anak usia middle grade ke bawah, dan untuk siapapun yang mencintai kisah-kisah indah.

[Reading With Yofel] Angry Birds Playground: Animals

19 Friday Feb 2016

Posted by astrid.lim in non fiction

≈ 6 Comments

Tags

angry birds, animals, borrowed, children, education, library, non fiction, reading with yofel, yofel, young readers

angry birds animalsTitle: Angry Birds Playground: Animals

Editor: Jill Esbaum

Publisher: National Geographic Society (2012)

Pages: 127p

Borrowed at: Library, SDK Penabur 11 Jakarta

Recommended for: Kids 5-10 years old

Since Yofel now has library hour at his school, he brought home a book every week. Our reading together moments are one of my favorite times to spend with him. And since he started to bring back more interesting books each week, I decided to record our reading experience and make a simple review for every book we read together, based on Yofel’s impression and opinion about the book.

Yofel loves to borrow books about animals (dinosaurs in particular), but sometimes he also brought back picture books or storybooks.

For this first edition, we’ve read Angry Birds Playground : Animals, published by The National Geographic Kids. I love this series because it combines funny comical dialogues of the famous game characters from Angry Birds, with knowledge and educational descriptions especially on science topics.

Yofel loves the parts of Angry Birds dialogues so much- he laughed out loud at each joke even though some of them needs translations 🙂

This book told a story about the Pigs (the Birds’s eternal enemies) who stole the eggs of the Angry Birds, and hid them somewhere on Earth. The Angry Birds were panicked and decided impulsively to roam the Earth to find their eggs. There are five habitats that they visited: rain forrest in South America, dessert in North America, Pacific Ocean, Grassland in Tasmania and Tanzania, and Polar both in Arctic and Antarctica. In each habitat, the birds asking questions to the animals about the whereabouts of their eggs. And in this way, the readers were taken to get to know the animals, from Gila Monsters (Yofel’s favorite!) in the dessert, to the Anaconda in Amazon and Leatherback Turtle at the ocean.

The descriptions are funny and light, too, so it won’t be boring for the kids. There are some selected interesting facts to complete the descriptions, and the Angry Birds characters, through their witty dialogues, also added some cute information.

Overall, Yofel loves this book so much and he asked me to read it again one more time from cover to cover XD

Mrs. Frisby and The Rats of NIMH by Robert C. O’Brien

10 Friday Apr 2015

Posted by astrid.lim in fiction, young readers

≈ Leave a comment

Tags

animals, BBI anniversary, children, CL/YA, classic, english, fable, fiction, NARC2015, newbery, review15

mrs frisbyJudul: Mrs. Frisby and the Rats of NIMH

Penulis: Robert C. O’Brien

Penerbit: Aladdin Paperbacks (1986), first published in 1971

Halaman: 233p

Beli di: Bras Basah (thanks to Dewi)

Mrs. Frisby, seekor tikus ladang yang tinggal di dekat pertanian Mr. Fitzgibbon, sedang panik. Musim semi sudah di ambang pintu, yang berarti, ia harus membawa keluarganya pindah ke rumah musim panas mereka di hutan, agar tidak ikut diterjang traktor Mr. Fitzgibbon yang akan mulai musim tanamnya.

Namun, anak laki-laki Mrs. Frisby, Jeremy, terkapar lemah karena pneumonia, dan membawanya pindah rumah selama ia masih sakit, sama saja dengan mengancam nyawanya. Mrs. Frisby berusaha memecahkan masalah ini, apalagi setelah Mr. Frisby meninggal, ia harus mengurus keempat anaknya sendirian.

Untunglah, lewat beberapa kenalan, akhirnya Mrs. Frisby terhubung dengan koloni tikus besar dari NIMH yang tinggal di kebun keluarga Fitzgibbon. Konon, tikus-tikus ini memiliki kecerdasan luar biasa dan mampu memecahkan segala masalah.

Namun, ketika masuk ke koloni tersebut, Mrs. Frisby tidak menyangka kalau ternyata ia juga akan menguak masa lalu suaminya, dan mengetahui asal muasal para tikus jenius tersebut. Sebenarnya, di mana NIMH berada, dan mengapa tikus-tikus itu begitu cerdas sampai ingin membangun peradaban baru sendiri?

Buku ini adalah buku yang menyenangkan, fabel yang berisi banyak sekali isu menarik namun tetap bisa dikemas dengan ringan, sesuai dengan target pembacanya, para middle graders.

Beberapa yang menurut saya menarik dan layak menjadi pembahasan bersama anak-anak:

  1. Percobaan laboratorium. Meski settingnya di tahun 70-an, O’Brien mampu mengangkat isu science/sosial yang akan semakin marak di dekade berikutnya. Sejauh apa manusia bisa menggunakan hewan (termasuk tikus) dalam percobaannya? Seberharga apa nyawa hewan dibandingkan dengan kebutuhan umat manusia tentang ilmu pengetahuan?
  2. Peradaban baru. Sedikit menyinggung tentang teori evolusi kaum kera yang bisa “naik kelas” menjadi manusia, O’Brien dengan berani mengajukan teori tentang kecerdasan tikus yang sebenarnya di atas rata-rata- namun karena gaya hidup yang malas dan biasa mencuri, tikus pun kalah dengan kera di dalam seleksi alam. Namun sekelompok tikus yang berpikiran maju, bertekad untuk membangun peradaban baru, meninggalkan gaya hidup tikus yang identik dengan mencuri.
  3. Feminisme- tokoh Mrs. Frisby merupakan contoh menarik tentang peran perempuan- single parent- membesarkan anak-anak dan mengurus keluarganya sendiri. Untuk buku yang ditulis di tahun 70-an, kisah Mrs. Frisby ini cukup progresif.

Saya sendiri menganggap buku ini seperti Animal Farm untuk level middle grade. Latihan yang baik untuk anak-anak dalam mengenal fabel atau alegori. Tak heran buku ini sukses menggondol penghargaan Newbery Medal di tahun 1972.

Submitted for:

banner 13 days cl-ya

Kategori Genre 101: Children

Kategori Genre 101: Children

Wishful Wednesday [110]

21 Wednesday May 2014

Posted by astrid.lim in meme

≈ 20 Comments

Tags

animals, meme, non fiction, wishful wednesday, wishlist

wishful wednesday

Hello all!!! Maafkan saya yang minggu lalu absen posting Wishful Wednesday, karena tugas ke luar kota dan benar-benar lupa membuat postingan terjadwal. Untuk yang minggu lalu sudah posting WW, silakan masukkan link kalian ke linky minggu ini ya 🙂

Minggu ini, pilihan jatuh pada buku The Story of Dogs (Alberthiene Endah). Ceritanya, apa lagi kalau bukan tentang anjing? Sebagai pencinta anjing, saya merasa harus banget membaca buku ini. Apalagi hasil penjualannya juga akan disumbangkan untuk kepentingan para anjing XD

Sayang harganya memang termasuk mahal, IDR 148k, huhuhu….

story of dogs

Kalau kamu, apa Wishful Wednesday mu? Share yuk!

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

 

The Story of Edgar Sawtelle by David Wroblewski

27 Thursday Mar 2014

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 23 Comments

Tags

america, animals, BBI, dramatic, english, family, fiction, lucky 14, name challenge 2014, realistic, review 2014, special needs

edgar sawtelleJudul: The Story of Edgar Sawtelle

Penulis: David Wroblewski

Penerbit: Harper International Edition (2009)

Halaman: 611p

Beli di: Aksara, Pesta Buku Jakarta 2011 (IDR 50k, bargain price!)

Edgar Sawtelle lahir dan tumbuh besar di sebuah peternakan anjing di dekat hutan Chequamegon, Wisconsin. Sejak lahir, Edgar tidak bisa berbicara dan hanya berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Namun ia menikmati kehidupannya yang tenang bersama ayah dan ibunya, merawat dan melatih anjing-anjing mereka yang dikenal sebagai Sawtelle Dogs. Edgar juga bersahabat erat dengan salah satu anjing betina yang sudah menjadi teman setianya sejak kecil, Almondine.

Suatu hari, Claude, adik laki-laki ayahnya yang sudah lama pergi dari rumah, mendadak muncul kembali dalam kehidupan mereka. Dan kemunculannya ternyata membawa banyak tragedi dan misteri untuk Edgar. Ketika suatu kecelakaan terjadi, Edgar memutuskan untuk kabur dari rumah, membawa serta ketiga ekor anak anjing yang sedang ia latih, menyusuri hutan Chequamegon.

Edgar banyak belajar selama perjalanan itu, terutama untuk mengkonfrontasi ketakutannya, dan mengungkapkan kebenaran. Akankah Edgar berani pulang ke rumah untuk menghadapi resiko kehilangan hidupnya yang dulu?

Ketika BBI memutuskan untuk mengadakan posting bareng buku-buku Oprah, saya sangat excited, karena ternyata banyak buku di list Oprah yang ada di dalam timbunan saya 🙂 Setelah menimbang-nimbang, akhirnya saya mengambil keputusan untuk membaca buku Edgar Sawtelle ini, karena memang sudah cukup lama terkubur di dalam timbunan buku yang kian meninggi. Dan ternyata, saya cukup menyesali keputusan itu.

Kenapa?

To tell you the truth, I didn’t enjoy reading this book. Dan saya cukup kaget, karena menilik dari daftar buku-buku pilihan Oprah yang sudah saya baca, rata-rata mendapat rating 3-4 bintang dari saya. Dan sejujurnya, saya memang berharap lebih dari si Edgar Sawtelle. Apalagi ada premis kisah tentang anjing-anjing, yang merupakan topik yang selalu menarik bagi saya.

Penuturan yang lambat adalah salah satu alasan utama mengapa saya tidak bisa menikmati buku ini. Mungkin untuk menegaskan kesunyian dunia Edgar yang tanpa suara, David Wroblewski sengaja membuat kisah didominasi oleh narasi berkepanjangan dari sisi Edgar, meski tidak menggunakan sudut pandang orang pertama. Terkadang, untuk mendeskripsikan suatu tempat atau suasana, Wroblewski bisa menghabiskan satu halaman sendiri.

Sebenarnya banyak hal yang bisa membuat kisah ini menjadi menarik, salah satunya adalah detail saat Edgar melatih anjing-anjingnya. Proses bagaimana ia membuat mereka percaya, lalu menurut padanya, awalnya terasa menarik, mengingatkan saya pada acara TV Cesar Milan si ahli anjing. Tapi saat adegan ini diulang-ulang dengan deskripsi detail yang sama seolah baru pertama kali diceritakan, saya jadi merasa bosan dan kehilangan minat.

Wroblewski seakan-akan terjebak dalam keasyikannya menulis sepanjang dan selama mungkin, tanpa memperhatikan perasaan para pembaca. Buat saya, jumlah 611 halaman bukanlah kisah yang singkat. Namun bila menilik isi buku ini, sepertinya Wroblewski bisa memangkas setengah panjang buku tanpa kehilangan esensi yang berarti.

Kelemahan lain Wroblewski yang sangat suka dengan deskripsi tempat dan suasana adalah kurangnya penggambaran karakter yang kuat. Saya cukup kesulitan untuk merasa relate dengan Edgar sang protagonis, dan membenci Claude si antagonis. Buat saya, tidak ada bedanya siapa protagonis dan antagonis dalam kisah ini, saking tidak jelasnya karakterisasi yang digambarkan oleh Wroblewski. Kalau tujuannya ingin membuat pembaca menabak-nebak ke arah mana cerita akan dibawa, untuk kemudian memberikan twist besar di akhir cerita, bagi saya usaha Wroblewski ini gagal total. Yang ada, saya hanya bisa merasa kebingungan dengan inti keseluruhan cerita.

Kisah yang berpotensi penuh drama pun tidak berhasil mewujud dengan baik, karena terlalu banyak narasi bertele-tele yang digunakan. Bahkan endingnya pun tidak berhasil membuat saya terharu atau tersentuh atau apapun yang dimaksudkan oleh sang penulis.

Oprah’s Book Club pertama kali dibentuk oleh Oprah Winfrey tahun 1996, di mana ia memilih buku (biasanya novel) untuk didiskusikan dalam acara talk shownya. Sampai show tersebut berakhir tahun 2011, Oprah’s Book Club telah merekomendasikan 70 buah buku. The Story of Edgar Sawtelle adalah pilihan Oprah untuk bulan September 2008. Tahun 2012, Oprah kembali membentuk Oprah’s Book Club 2.0, di mana interaksinya dengan pembaca buku dilakukan melalui online. List lengkap buku pilihan Oprah bisa dilihat di sini.

Submitted for:

Posbar Tema Oprah's Book Club bulan Maret 2014

Posbar Tema Oprah’s Book Club bulan Maret 2014

aname-1

Category: It's Been There Forever

Category: It’s Been There Forever

 

← Older posts

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other followers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Lima Sekawan - The Series
    Lima Sekawan - The Series
  • Lethal White by Robert Galbraith
    Lethal White by Robert Galbraith
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
    The House in the Cerulean Sea by T.J. Klune
  • Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker
    Abarat 2: Days of Magic, Nights of War by Clive Barker

Recent Comments

When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…
The Case of the Pecu… on The Case of the Left-Handed La…
astrid.lim on Lorong Waktu by Edward Pa…
nina on Lorong Waktu by Edward Pa…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...