• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: agatha challenge

The Pale Horse by Agatha Christie

19 Thursday Dec 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 3 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, terjemahan

pale horseJudul: The Pale Horse (Misteri Penginapan Tua)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Penerjemah: Ny Suwarni AS

Halaman: 336p

Beli di: Gramedia Shocking Sale, Citraland (IDR 40k, disc 20%)

Seorang wanita memanggil pastor di saat sedang sekarat untuk menceritakan rahasia kelam yang harus ia tanggung semasa hidupnya, termasuk memberikan sederet daftar nama pada sang pastor. Sepulang dari tempat wanita itu, Pastor Gorman dibunuh, meski daftar nama tadi selamat dari incaran si pembunuh.

Mark Easterbrook, seorang sejarawan yang berteman baik dengan penulis sahabat Poirot, Mrs. Oliver, tak sengaja terseret dalam kasus ini saat beberapa orang yang dikenalnya ternyata masuk ke dalam daftar nama tersebut – dan kebanyakan dari mereka sudah meninggal dunia! Apakah memang mereka termasuk dalam daftar korban?

Penyelidikan membawa Mark ke sebuah bekas penginapan tua bernama The Pale Horse, yang disebut-sebut sebagai tempat yang dituju orang bila ingin “menghilangkan orang lain”. Pale Horse ditempati oleh tiga orang wanita nyentrik, Thyrza Grey, Sybil Stamfords dan Bella, yang terkenal karena keahlian mereka dalam hal ilmu gaib, cenayang dan sihir.

Dengan nekat, Mark yang dibantu oleh temannya Ginger berusaha membuka rahasia The Pale Horse dan mencari hubungannya dengan kasus daftar nama Pastor Gorman. Sementara itu, Inspektur Lejeune yang bertugas menangani kasus tersebut menemukan fakta-fakta aneh tentang sebuah organisasi rapi yang berada di balik misteri ini.

Buku ini adalah salah satu kisah Agatha Christie yang paling random dan sulit untuk dirangkum ke dalam sebuah sinopsis. Christie menggabungkan plot misteri klasik dengan ilmu sihir dan sains sehingga awalnya sedikit membingungkan hendak dibawa ke mana cerita ini. Selain itu, kurangnya tokoh detektif sentral membuat The Pale Horse sedikit sulit untuk dinikmati akibat hilangnya kesan familiar seperti Miss Marple atau Poirot.

Memang Christie menambahkan sosok Ariadne Oliver dalam cerita ini, namun sayangnya perannya tidak terlalu besar. Mark Easterbrook sebenarnya cukup menyenangkan, tapi kurang witty dan sinis dalam mendampingi Mrs Oliver. Namun di buku ini juga Christie menyinggung satu hubungan tipis antara Poirot dan Miss Marple yang tidak terdapat dalam buku-buku lainnya, dengan menghadirkan Mrs. Oliver (salah satu sidekick dan sahabat Poirot) dan suami istri Dane-Calthorpe (pasangan yang merupakan teman Miss Marple) dalam satu cerita. Yang masih kusayangkan adalah mengapa Christie tidak pernah menempatkan Poirot dan Marple dalam satu kisah? 😦

The Pale Horse bukan merupakan kisah Christie favoritku. Plotnya agak membingungkan dan twist endingnya cukup mudah untuk tertebak. Namun usahanya untuk menulis sesuatu yang sedikit di luar pakem konvensionalnya patut dihargai juga.

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1

 

 

A Pocket Full Of Rye

19 Tuesday Nov 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, Gramedia, mystery/thriller, terjemahan

pocket full of ryeJudul: A Pocket Full Of Rye (Misteri Burung Hitam)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Penerjemah: Ny Suwarni AS

Halaman: 320p

Beli di: Gramedia Central Park (IDR 48k)

 

 

 

Sing a song of sixpence,
A pocket full of rye,
Four and twenty blackbirds,
Baked in a pie!

When the pie was opened,
The birds began to sing,
“Wasn’t that a dainty dish
To set before the king?”

The king was in his counting-house,
Counting out his money.
The queen was in the parlor,
Eating bread and honey.

The maid was in the garden,
Hanging out the clothes.
Down came a blackbird,
And pecked off her nose.

Selalu suka kalau Agatha Christie sudah menulis kisah yang terinspirasi dari sajak atau lagu anak-anak yang kesannya Inggris banget. Tak terkecuali buku ini, yang merupakan kasus Miss Marple. Kebetulan lagu nina bobo yang dijadikan ide cerita pernah menjadi favorit Yofel. Jadi semakin menambah faktor ketertarikan sama buku ini 🙂

Kisah berawal dari meninggalnya Rex Fortescue, pengusaha kaya raya yang dikenal licik dan punya lumayan banyak musuh. Racun yang digunakan untuk membunuhnya adalah taxine, yang terdapat pada tanaman yew. Yang menarik, rumah keluarga Fortescue memang penuh dikelilingi pohon yew, dan dinamakan Yewtree Lodge. Jadi siapapun penghuni rumah tersebut dapat memasukkan racun dengan mudah.

Inspektur Neele berusaha keras menemukan siapa pelaku pembunuhan ini, dan apa motifnya. Apakah si anak sulung pewaris harta, Percival? Atau istri kedua Rex Fortescue yang masing sangat muda, Adele? Lalu ada juga pengurus rumah tangga yang misterius, Mary Dove, dan kakak ipar Rex Fortescue yang “gila agama”, Miss Ramsbottom.

Keadaan bertambah pelik saat Lance Fortescue, anak laki-laki yang dianggap kambing hitam keluarga, mendadak pulang dari Afrika dan muncul di rumah keluarga Fortescue. Apakah ada hubungannya dengan tragedi yang baru menimpa mereka?

Dan ketika seorang pelayan rumah tangga, Gladys Martin, ditemukan terbunuh pula, Miss Marple pun muncul. Gladys dulu adalah anak asuhnya di St Mary Mead, yang ia latih supaya bisa menjadi pelayan yang baik. Bagi Miss Marple, ini adalah kasus yang personal. Tak heran ia tampak lebih fierce daripada biasanya.

Aku menyukai buku ini karena kisahnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Dari mulai setting keluarga kaya dengan segala intrik-intriknya, karakter yang lengkap dan berwarna-warni, lagu anak-anak yang dipakai sang pembunuh sebagai pola pembunuhannya, sampai duet Inspektur Neele yang tenang dengan Miss Marple yang terlihat tangguh disini. Twist di endingnya pun terasa pas, tidak tertebak, tapi masuk akal sekaligus heartbreaking juga. Sifat-sifat manusia, memang sama saja dimana-mana 🙂

Hands down, this is one of my favorite Marple stories so far!

Agatha Christie Button Meme 1

The Two Letters

15 Friday Nov 2013

Posted by astrid.lim in challenge, read along

≈ 3 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie

Postingan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Agatha Christie Read-a-Long, dengan challenge bulan ini yang bertema Miss Marple. Peserta diminta menuliskan dua pucuk surat: satu untuk teman, dan satu untuk musuh.Hadiah challenge ini keren bangeeeet dan disponsori oleh the one and only Sel Sel Kelabu. Wish me luck ya!

Agatha Christie Button Meme 1

A Letter to a Dear Friend

Dear Miss Marple,

Membaca kisahmu di The Mirror Crack’s From Side To Side, mau tidak mau membuatku merasa sedih. Aku masih ingat di buku-buku yang lama, betapa meriahnya kehidupan di St Mary Mead, dengan gosip-gosip yang beredar di antara penduduk, wisma pendeta yang penuh kejadian seru, teman-teman sesama perempuan tua yang lincah dan selalu punya berita, bahkan rumah keluarga Bantry yang pernah menjadi setting kasus pembunuhan terkenal.

Namun di buku Mirror, semuanya terasa berubah. Beberapa teman akrabmu sudah meninggal dunia, dan yang masih hidup kondisinya pun sudah tidak memungkinkan untuk berkeliaran ke mana-mana. Bahkan kondisimu juga tidak bisa dibilang baik! Miss Marple yang selalu tangguh meski sudah tua, kini harus dibantu oleh seorang pendamping? I can feel your pain, Miss Marple.

Perubahanpun menghampiri St Mary Mead, dengan para pendatang dan permukiman baru yang seolah mendesak desamu yang kuno untuk tampil berbeda. Aku merasakan kesepianmu, kehilanganmu atas segala yang familiar, bahkan kenanganmu di masa lalu. Aku sedih saat mengetahui Kolonel Bantry sudah tiada, dan kini Mrs. Bantry sudah tidak tinggal di rumah besar mereka yang bersejarah.

Sepanjang buku ini, aku mengingat dan mengenang berbagai kasus yang pernah kau hadapi di masa lalu. Dari mulai yang penuh bahaya, intrik dendam dan percintaan, atau yang butuh analisa tajam keahlianmu. Tak pernah ada satupun yang gagal kauselesaikan. Dan meski aku sering menempatkan dirimu di urutan kedua setelah Hercule Poirot, harus kuakui, kadang kala kau jauh lebih tangguh daripada si detektif Belgia, Miss Marple! Kau sering mengecoh orang dengan penampilanmu yang tua dan lugu. Namun ketajaman otakmu seringkali membuat orang terkejut pada akhirnya.

Tak terkecuali di buku ini. Meski terlihat semakin rapuh, bahkan tak mampu berjalan cepat seperti dulu, namun betapa leganya aku, ternyata kau masih menunjukkan kemampuanmu. Otakmu tetap tangguh, analisamu tajam, dan hatimu masih sehalus biasanya. Dan biarlah perubahan terjadi, karena memang begitulah kehidupan. Tapi kau juga membuktikan, perubahan bukan berarti menyerah pada keadaan.

Terima kasih Miss Marple, untuk satu lagi kasus yang luar biasa.

Dan untuk mengajarkanku tentang perubahan 🙂

Sincerely,

Astrid

A Letter to My Worst Enemy

Dear Marina Gregg,

Well, sebenarnya sih nggak tepat juga kalau aku menyebutmu my worst enemy. Karena, meskipun kamu menyebalkan, aku sedikit kasihan juga denganmu. Mungkin menjadi bintang film memang susah ya? Terlalu banyak drama, bahkan di luar film alias di kehidupan nyatamu.

Masa lalu yang suram juga sepertinya benar-benar mempengaruhimu. Sulit punya anak, dan sekalinya punya malah kehilangan. Tapi terus terang, aku tidak setuju dengan tindakanmu yang menelantarkan anak-anak adposimu begitu kamu merasa bosan dengan mereka. Hahhh…benar-benar tidak bertanggung jawab.

Yang membuatku sebal juga, sepertinya kamu menghalalkan segala cara- bersikap seenaknya, dan membuat setiap orang stress karena tingkah lakumu – dan menjustifikasi segala kelakuanmu itu karena kamu adalah seorang bintang film- dengan masa lalu yang sulit! Hmph… Aku paling nggak suka model orang seperti ini. Apalagi, sepertinya kamu benar-benar egois dan hidup di duniamu sendiri. Tidak peduli dengan orang lain, dan tidak sadar kalau kelakuanmu itu berdampak besar bagi hidup orang lain.

Mungkin dalam buku The Mirror Crack’d From Side To Side, kamu adalah karakter yang paling menyebalkan. Meski begitu, tetap ada setitik rasa kasihan juga pada dirimu, karena sepertinya kamu memang tipe orang yang nggak mungkin bahagia. Oh well.. mungkin apa yang terjadi di buku ini adalah yang terbaik untuk kamu.

Toodle loo,

Astrid

The Mirror Crack’d From Side To Side

08 Friday Nov 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 6 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery/thriller, terjemahan

mirror crackdJudul: The Mirror Crack’d From Side to Side (Dan Cermin Pun Retak)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Penerjemah: Ny Suwarni A.S.

Halaman: 384p

Gift from: @Selselkelabu

Terus terang, jarang ada kisah-kisah Miss Marple yang menyentuhku begitu dalam seperti beberapa kisah Poirot (bukan pilih kasih lho!), dan buku ini adalah salah satu dari yang sedikit itu.

Pertama, buku ini mengisahkan tentang perubahan, yang membuat kita sebagai pembaca setia Agatha Christie menyadari kalau tokoh-tokoh serial ini semakin bertambah tua dan rapuh. Tak terkecuali Miss Marple, yang kini tinggal bersama seorang pendamping, Miss Knight yang meski bermaksud baik tapi kelakuannya seringkali menjengkelkan. St Mary Mead, desa tempat tinggal Miss Marple juga sudah banyak berubah. Beberapa sahabat Miss Marple yang dulu sering ikut bergunjing tentang kasus-kasus di desa tersebut, kini sudah meninggal dunia atau sakit-sakitan. Perubahan lain pada desa ini adalah munculnya daerah Pemukiman Baru, yaitu sekelompok perumahan modern yang dihuni oleh keluarga-keluarga muda.

mirror crackd2Alasan kedua kenapa buku ini menyentuhku adalah latar belakang kisahnya, yang penuh dengan tragedi masa lalu, cinta dan kehilangan. Tentu aku tak bisa bercerita banyak tanpa menebar spoiler, jadi aku kasih sedikit saja bocorannya ya. Kasus ini diawali dari -apa lagi kalau bukan- perubahan. Rumah besar keluarga Gantry, yang dulu dihuni oleh Kolonel dan Mrs Gantry dan sempat menjadi setting kasus Mayat dalam Perpustakaan yang terkenal, kini ditinggali oleh seorang aktris terkenal, Marina Gregg, dan suaminya sang sutradara Jason Rudd. Sebagai bagian dari acara open house sebagai pendatang baru di lingkungan St Mary Mead, Marina mengundang beberapa tamu spesial untuk dijamu di ruang pribadinya.

Namun suatu tragedi terjadi ketika salah seorang tamu yang berasal dari Pemukiman Baru, Heather Baddock, meninggal akibat dosis obat berlebih yang dimasukkan dalam minumannya. Semua orang menyimpulkan kalau itu adalah pembunuhan yang keliru- karena target sesungguhnya adalah Marina Gregg. Namun siapa yang begitu dendam pada sang aktris cantik tersebut sehingga ingin meracuninya dalam pesta di rumahnya sendiri? Ada apa di masa lalu Marina Gregg?

Miss Marple- dengan dukungan Mrs Gantry yang hadir sebagai undangan di pesta tersebut, serta dokternya yang menyarankannya untuk menyibukkan diri dengan “kasus pembunuhan”- berusaha menyatukan keping-keping misteri yang melingkupi tragedi menyedihkan ini, serta menguak masa lalu sang aktris yang ternyata menyimpan rahasia kelam.

Alasan terakhir kenapa buku ini begitu menyentuhku adalah judulnya yang diambil dari mirror crackd3puisi Alfred Tennyson:

Terbanglah sudah si penjerat/ sambil mengambang meluas/ cermin pun retak, dari sisi ke sisi/ “Kutukan telah menimpa diriku,” seru The Lady of Shalott.

Sayangnya, aku tidak bisa menceritakan alasan mengapa judul ini terasa sangat tepat dan menyedihkan, tanpa memberikan setitik spoiler. Namun, kuncinya memang ada pada pemahaman puisi ini- serta raut wajah Marina sesaat sebelum tragedi menimpa rumahnya. Jadi, silakan baca dulu buku ini, baru kita berdiskusi lagi ya 🙂

Trivia:
Buku ini – seperti temanya tentang masa lalu dan perubahan- merupakan buku terakhir yang ditulis Christie dengan latar belakang pedesaan Inggris St Mary Mead yang sudah mewarnai banyak buku-bukunya dan menjadi ciri khas kisah-kisah Miss Marple. Mungkin buku ini merupakan salam perpisahan Christie terhadap segala yang berbau Inggris kuno- elemen penting yang telah membesarkan namanya dan menjadi salah satu ciri khasnya.

Novel ini pernah diangkat ke layar lebar di tahun 1980 (selain menjadi bagian dari serial televisi), dengan Angela Lansbury memerankan Miss Marple, dan Elizabeth Taylor sebagai Marina Gregg.

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1MysteryReadingChallengeButton1

At Bertram’s Hotel

29 Tuesday Oct 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 3 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery reading challenge, mystery/thriller, terjemahan

bertram1Judul: At Bertram’s Hotel (Hotel Bertram)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Penerjemah: Ny Suwarni AS

Halaman: 320p

Beli di: Gramedia Central Park (IDR 48k)

The Setting
Hotel Bertram (selain Hickory Dickory Dock) merupakan buku Agatha Christie yang settingnya paling kusukai. Kota London tahun 60-an yang sudah beranjak modern digambarkan begitu kontras dengan suasana Hotel Bertram yang kuno dan (seolah) tak pernah berubah, cocok sekali dengan Miss Marple yang juga masih mempertahankan tradisi jaman dahulu.

Aku bisa membayangkan dengan mudah Hotel Bertram yang selalu tenang, dengan penjaga pintu dan kepala pelayan yang seolah berasal dari jaman dahulu, dan menu minum teh yang serba tradisional, termasuk kue muffin yang menteganya sampai meleleh keluar (yummy!). Hotel Bertram bisa menyatu dengan imajinasiku dan membuatku berharap tempat ini benar-benar ada di salah satu sudut kota London.

The Case
Meski settingnya sangat menarik, aku tidak terlalu sreg dengan kasus yang dihadapi bertram2Miss Marple di sini. Miss Marple sangat identik dengan kasus-kasus yang sifatnya personal dan biasanya mencakup sifat-sifat manusia yang sangat dikuasainya. Namun di sini, segalanya terasa begitu abstrak.

Seorang penjaga pintu ditemukan tertembak di depan gedung hotel saat sedang berusaha menyelamatkan gadis yang diduga merupakan sasaran sang penembak yang sesungguhnya. Lalu, apa hubungan peristiwa ini dengan Hotel Bertram dan tamu-tamunya? Apakah ada hubungannya dengan seorang pembalap misterius yang kerap kali mengunjungi hotel tersebut? Atau dengan seorang tokoh perempuan yang sudah dikenal akibat kenekatannya, dan menjadi salah satu tamu di hotel tersebut? Atau dengan tamu-tamu berusia lanjut yang akhir-akhir ini sering menghilang secara misterius?

Seperti kasus Miss Marple yang terakhir kureview, dalam buku ini peran sang perawan tua juga tidak terlalu besar. Bahkan seolah Miss Marple tidak terlibat sejak awal, dan ia hanya sibuk bernapak tilas di kota London saja, tanpa menyadari ada kasus pelik di hadapannya. Barulah pada saat-saat terakhir Inspektur Kepala Davy meminta bantuan pengamatannya yang jeli.

Behind The Scene
Banyak yang menduga setting Hotel Bertram terinspirasi dari hotel Brown’s di London, namun ada beberapa pendapat yang mengatakan Hotel Fleming’s-lah model yang sesungguhnya.

Brown's Hotel - charming!

Brown’s Hotel – charming!

Fleming's Hotel yang juga disebut sebagai inspirasi

Fleming’s Hotel yang juga disebut sebagai inspirasi

Christie menggambarkan perubahan yang terjadi di London tahun 60-an melalui buku ini, terutama mengenai sikap orang-orang muda yang dinilainya sangat mengerikan di masa tersebut. Salah satu bukunya yang lain yang juga mengangkat isu serupa adalah The Third Girl yang merupakan kasus Hercule Poirot dan Mrs Oliver.

The Verdict
Meski keluar dari pakem kasus Miss Marple yang biasa, At Bertram’s Hotel masih memiliki charm-nya lewat setting yang sangat memikat. Pengamatan tajam Miss Marple-meski agak terlambat- tetap bisa dinikmati di sepertiga bagian akhir buku. Dan cover versi cetak ulang GPU untuk buku ini adalah salah satu favoritku!

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1MysteryReadingChallengeButton1

The Moving Finger

22 Tuesday Oct 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 4 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, fiction, Gramedia, mystery reading challenge, mystery/thriller, romance, terjemahan, twist ending

moving fingerJudul: The Moving Finger (Pena Beracun)

Penulis: Agatha Christie

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Penerjemah: Ny Suwarni A.S.

Halaman: 320p

Beli di: Gramedia Trans Studio Mall Bandung (IDR 48k)

Plot:
Jerry Burton adalah mantan penerbang yang baru mengalami cedera akibat kecelakaan pesawat. Dokter menyarankan agar ia memulihkan kesehatannya dan pindah ke sebuah desa yang tenang. Maka Jerry ditemani adik perempuannya yang cantik, Joanna, menyewa rumah cantik Little Furze di desa Lymstock dan bertekad untuk menikmati ketenangan ala pedesaan Inggris. Namun ternyata Lymstock tidak setenang yang mereka kira. Selain para penghuninya yang gemar bergunjing, muncul juga insiden ketika surat-surat kaleng yang keji mulai beredar. Meski awalnya Jerry menyangka ini hanyalah pekerjaan seorang iseng yang menjijikkan, masalah mendadak terasa lebih serius ketika salah satu penerima surat tersebut ditemukan meninggal karena bunuh diri. Atau apakah itu pembunuhan?

Miss Marple’s Factor
Buku ini merupakan salah satu kasus Miss Marple yang dinarasikan oleh tokoh utama lain, yaitu Jerry Burton. Miss Marple sendiri baru muncul di sepertiga akhir buku, saat ia dipanggil oleh istri pendeta desa, Mrs Dane Calthrop yang adalah temannya, untuk membantu memecahkan misteri ini. Peran sebagai penyelidik yang lebih besar jatuh pada Jerry Burton, sedangkan Miss Marple “hanya” mengeksekusi rencana akhir untuk membuktikan si pelaku kejahatan, yang bahkan Jerry sendiri tidak menyangka kalau orang itulah pelakunya.

Untuk penggemar berat Miss Marple, agak lama juga menunggu kemunculannya di buku ini, dan buku ini tidak bisa dibilang sebagai buku yang memiliki “faktor Marple” terkuat 🙂 Meskipun unsur melodramatik -nya tetap kental, tapi kurang terasa sebagai kasus Miss Marple. Nyaris lebih seperti kasus non Marple/Poirot (sedikit mengingatkanku dengan buku Membunuh Itu Gampang). Namun suasana Lymstock dengan penghuninya yang unik, intrik cinta, dan rahasia masa lalu- tetap bisa dinikmati.

Like and Dislike
Yang kurang kusukai dari buku ini adalah unsur romansnya yang terlalu kental (ini subjektif!). Entah mengapa, kisah-kisah Miss Marple memang cenderung lebih dikuasai oleh faktor percintaan yang agak-agak bergaya Victoria, sedikit kuno- biasanya laki-laki yang jatuh cinta pada perempuan yang tak berdaya, atau yang tak disangka-sangka karena awalnya terlihat tak sepadan. Begitu pula di buku ini, kisah romans antara Jerry dan Megan Hunter, perempuan tomboy yang terlihat kekanak-kanakan, menjadi subplot yang agak terlalu menguasai isi buku. Agatha sendiri mengakui, buku ini menjadi salah satu kisah misterinya yang paling banyak terpengaruh gaya penulisannya sebagai Mary Westmacott (nama penanya saat menulis genre romans). Tapi bagi penggemar romans, ini menjadi selingan yang menyenangkan.

Yang paling kusukai dr buku ini adalah karakter Joanna Burton- adik Jerry yang cantik, perempuan kota sejati yang gemar memikat laki-laki dan meninggalkan mereka, dan akhirnya kena batunya saat jatuh cinta betulan dengan dokter desa Lymstock. Meski berbau-bau romans juga, subplot kisah cinta Joanna ini terasa lebih menyegarkan, kocak, dan membumi, sangat membantu mengangkat nuansa kisah buku ini menjadi tidak membosankan.

Twistnya sendiri cukup mengagetkan, seperti biasa Christie membawa kita tersesat dulu ke kesimpulan yang salah, untuk kemudian memutarbalikkan segalanya dan memberi pemecahan yang luar biasa di akhir buku. Dan Miss Marple, tentu saja, menganggap itu semua masalah biasa 🙂

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1MysteryReadingChallengeButton1

Five Little Pigs

14 Monday Oct 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 6 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, Gramedia, mystery challenge, mystery/thriller, terjemahan

fivepigs1Judul: Five Little Pigs (Mengungkit Pembunuhan)

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Alex Tri Kantjono W

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 376p

Beli di: Gramedia Trans Studio Mall Bandung (IDR 55k)
Hercule Poirot terkejut ketika dikunjungi seorang gadis cantik bernama Carla Lemarchant. Ia lebih terkejut lagi saat mengetahui tujuan gadis itu, yaitu memintanya untuk menyelidiki pembunuhan yang terjadi 16 tahun yang lalu dan merupakan sebuah tragedi besar yang menimpa keluarganya.

Ayah gadis tersebut, pelukis jenius Amyas Crale, dibunuh karena diracuni, dan ibunya ditangkap setelah diputuskan bersalah. Namun sebelum meninggal di penjara, Caroline Crale, ibu Carla menulis surat pada anaknya, yang menyatakan dirinya tak bersalah.

Carla yang berusia 21 tahun dan akan menikah memohon Poirot untuk mencari kebenaran peristiwa tersebut, sehingga ia bisa menjalani masa depannya dengan tenang. Maka dimulailah perjalanan Poirot menyusuri masa lalu, mengunjungi lima orang lain yang terlibat dalam kasus itu, yang ia sebut sebagai kelima babi kecil berdasarkan sajak kanak-kanak yang terkenal.

This little piggy went to market,
This little piggy stayed at home,
This little piggy had roast beef,
This little piggy had none.
And this little piggy went…
“Wee wee wee” all the way home…

Cover GPU jaman dulu, unsur simboliknya lebih terasa.

Cover GPU jaman dulu, unsur simboliknya lebih terasa.

Ada Phillip Blake, sahabat Amyas Crale yang kini menjadi pengusaha sukses, dan entah mengapa amat membenci Caroline; Meredith Blake, abang Phillip yang berminat pada tumbuh-tumbuhan dan selalu mencintai Caroline; Elsa Greer, wanita ketiga yang dianggap sebagai pemicu tragedi tersebut; Cecilia Williams, guru pengasuh anak-anak yang jujur apa adanya; dan Angela Warren, adik tiri Caroline Crale yang berwajah cacat akibat kecelakaan masa lalu. Mungkinkah salah satu dari mereka merupakan pembunuh Amyas, dan Caroline benar-benar tidak bersalah?

Buku ini merupakan salah satu buku dengan teknik penulisan yang tersulit. Christie menyajikan suatu kasus yang sudah lama berselang- dan mengandalkan ingatan orang-orang yang terlibat berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Kelima babi kecil ini menceritakan urut-urutan kejadian dengan gaya mereka masing-masing. Ada yang teliti, bertele-tele, emosional maupun lugas. Either you will hate this book because it feels so boring, or you’ll love it because of its genius approach. Dan seperti biasa, Poirot memiliki metodenya sendiri, yang praktis, hati-hati dan out of the box.

Menurutku, Poirot berada dalam salah satu kondisinya yang terbaik di sini, bersemangat mencari kebenaran, tergugah oleh permintaan seorang gadis, dan tertantang untuk menyusuri masa yang telah berlalu. Tidak seperti beberapa buku setelahnya, ketika ia digambarkan agak getir, bersungut-sungut dan bosan pada kehidupan, di sini Poirot masih terlihat menyegarkan. Sepertinya Christie belum merasa bosan dengan sosok detektif ciptaannya ini.

Nggak begitu suka cover ini, terlalu ramai dan gelap

Nggak begitu suka cover ini, terlalu ramai dan gelap

Twist dan penyelesaiannya cukup mengagetkan, bila dilihat ulang terasa sangat masuk akal, dan seperti biasa Agatha Christie membuat kita lengah sehingga melewatkan banyak fakta penting yang terlihat tidak penting. Setting rumah di daerah pedesaan dalam masa kejayaannya juga terasa sangat pas. One of her best, actually.

Punya juga edisi ini, bahasa Inggris

Punya juga edisi ini, bahasa Inggris

Trivia:

– Five Little Pigs adalah judul orisinil buku ini. Namun di Amerika, buku ini diterbitkan dengan judul “Murder in Retrospect”, mungkin ini juga yang menjadi acuan judul terjemahan yang diterbitkan oleh Gramedia, Mengungkit Pembunuhan, yang sama sekali tidak menyinggung adanya babi 🙂

-Five Little Pigs adalah satu dari lima buku Agatha Christie yang temanya menyelidiki pembunuhan yang telah berlalu. Beberapa yang lain adalah Elephants Can Remember, Sparkling Cyanide, Ordeal by Innocence, serta Sleeping Murder.

Cover edisi lama ini malah paling ceria ;)

Cover edisi lama ini malah paling ceria 😉

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1MysteryReadingChallengeButton1

 

Character Analysis: Ariadne Oliver

03 Thursday Oct 2013

Posted by astrid.lim in challenge, my story

≈ 3 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, non review

Agatha Christie Button Meme 1Masih merupakan bagian dari event Agatha Christie Read-Along & Challenge yang dihost oleh Mbak Maria, postingan kali ini menjawab tantangan challenge yang pertama, yaitu menganalisis karakter dari buku yang sudah kita baca. Challenge ini disponsori oleh @bacaklasik dan hadiahnya keren bangeeeet 🙂

Karakter yang akan dianalisis kali ini kuambil dari buku Dead Man’s Folly yang juga menampilkan Hercule Poirot. Berhubung Poirot sudah dikupas habis-habisan di salah satu postingan dulu, maka kali ini sepertinya giliran Ariadne Oliver, sang penulis kondang yang juga teman baik Poirot, untuk diberikan panggung kehormatan 😀

WHY HER?

Ariadne Oliver adalah sosok yang kemunculannya selalu membuat kisah-kisah petualangan Poirot semakin menarik. Berprofesi sebagai penulis, Mrs. Oliver disebut-sebut sebagai alter ego Agatha Christie, yang memiliki beberapa sifat yang sama dengan penciptanya. Sangat menarik melihat kehidupan seorang penulis dari sudut pandang Mrs. Oliver, terutama saat ia mendampingi Poirot memecahkan berbagai kasus.

WHO IS SHE?

Zoe Wanamaker memerankan Mrs.Oliver di adaptasi terbaru Cards on The Table (2005)

Zoe Wanamaker memerankan Mrs.Oliver di adaptasi terbaru Cards on The Table (2005)

Ariadne Oliver adalah penulis kisah detektif terkenal yang beberapa kali muncul mendampingi Poirot memecahkan kasus-kasusnya. Mrs. Oliver sukses menjadi penulis bestseller karena serial buku misterinya yang menampilkan detektif asal Finlandia, Sven Hjerson. Meski buku-bukunya dinilai brilian, Mrs. Oliver sendiri bukanlah detektif andal di dunia nyata. Ia selalu salah menebak pelaku kejahatan dalam kasus yang dihadapinya bersama Poirot, dan bertahan pada “firasat wanita” dalam menjawab pertanyaan Poirot (satu hal yang sangat dibenci sang detektif berkumis).

Kemunculan Mrs. Oliver tidak seintens Kapten Hastings, sidekick utama Hercule Poirot sekaligus sahabatnya yang terlama, tetapi Mrs. Oliver seringkali membawa warna tersendiri dalam kisah-kisah Poirot, terutama memberikan sentuhan feminin di beberapa cerita. Perannya pun seringkali terbilang penting, karena membawa kasus-kasus yang menarik ke hadapan Poirot. Dalam Dead Man’s Folly, misalnya, Mrs. Oliver mengundang Poirot datang ke Nasse House untuk membantunya dalam suatu perkara yang “tidak beres”, meski sebenarnya belum terjadi apa-apa. Tapi instingnya itu (meski dicemooh Poirot awalnya) ternyata benar, dan Poirot menghadapi salah satu kasus pembunuhan yang paling pelik.

Mrs. Oliver digambarkan sebagai wanita yang agak “maskulin”, dengan bahu yang lebar

Complete Mrs.Oliver- masuk wishlist!

Complete Mrs.Oliver- masuk wishlist!

dan rambut kelabu yang selalu berantakan. Rambutnya ini juga merupakan salah satu ciri khasnya, karena selalu berubah-ubah mengikuti mode. Di Dead Man’s Folly, Mrs. Oliver digambarkan sedang menerapkan model rambut palsu dengan keriting-keriting panjang. Mrs. Oliver mengakui, rambutnya ini membuatnya susah dikenali, dan ia lebih suka seperti itu, karena meski seorang penulis terkenal, Mrs. Oliver membenci segala hal yang menyangkut publisitas, termasuk dikenali oleh para penggemarnya, atau hadir di jamuan makan para penulis. Sepertinya hal ini juga sesuai dengan sifat Agatha Christie, yang dikenal introvert meski menyandang status penulis legendaris.

Satu hal yang juga menarik adalah, meski Mrs. Oliver bisa menciptakan plot kisah misteri yang keren, tapi dia tidak bisa menuangkan pola pikirnya dengan terstruktur dalam kata-kata, sehingga seringkali ia malah dianggap linglung, atau sedikit kacau. Terbukti saat ia menjelaskan permainan Pelacakan Pembunuhan yang disusunnya dalam Dead Man’s Folly, Poirot tidak bisa mengerti sedikitpun tentang kisah tersebut, dan menggambarkannya sebagai “kabut yang tak tertembus”. Namun, setelah permainan berlangsung, ternyata petunjuk demi petunjuk dapat diikuti oleh setidaknya satu orang peserta yang berhasil menyelesaikan permainan sampai akhir. Kekacauan pikiran Mrs. Oliver ini sepertinya terjadi karena daya imajinasinya yang sangat tinggi.Ini sepertinya juga cocok dengan apa yang dialami Agatha Christie dalam hidupnya.

‘I am not and never shall be a good conversationalist…I can’t say what I mean easily – I can write it better.’ – Agatha Christie

 

WHAT DO I LIKE/DISLIKE ABOUT HER?

Mrs. Oliver is very likable because she seemed really human. Karakternya yang serba kontradiktif dengan Poirot: berantakan, impulsif, emosional dan kacau, justru seringkali memberikan nuansa yang menyegarkan di sepanjang buku. Dalam Dead Man’s Folly, Mrs. Oliver merasa bersalah karena gadis yang berperan sebagai korban dalam permainan Pelacakan Pembunuhan yang dirancangnya, ternyata benar-benar terbunuh. Di sini, sisi kewanitaannya sangat tersentuh karena ia merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan gadis tersebut – meski tentu saja tragedi itu bukan salahnya sama sekali.

Sedangkan karakter Mrs. Oliver yang tidak begitu kusukai adalah kekeraskepalaannya. Meski terkadang lucu, tapi kalau Mrs. Oliver sudah keukeuh dengan suatu hal, termasuk memaksakan pendapatnya pada Poirot, rasanya menyebalkan juga 😀 Meski seringkali firasatnya ternyata memang benar (seperti di Dead Man’s Folly, saat ia memaksa Poirot untuk datang), yang membuatnya semakin merasa bangga! Tapi kekerasan Mrs. Oliver ini menjadi penyeimbang yang baik bagi Poirot yang memiliki ego super besar.

 

WHERE DID SHE APPEAR?

Ariadne Oliver muncul dalam 7 buah novel (6 di antaranya bersama Hercule Poirot) dan 2 buah cerita pendek. Kisah pertamanya bersama Poirot dapat dibaca dalam buku Cards on The Table. Sedangkan satu-satunya novel panjang Mrs. Oliver tanpa kehadiran Poirot, The Pale Horse, malah disebut-sebut sebagai salah satu karya Agatha Christie sepanjang masa.

The Pale Horse- belum baca nih!

The Pale Horse- belum baca nih!

Christie sendiri mengaku menciptakan karakter Ariadne Oliver karena ia mulai bosan dengan Hastings sebagai sidekick Poirot, yang memang sempat disingkirkannya ke Argentina setelah menikah. Mrs. Oliver juga menjadi sarana Christie untuk membuka sudut pandangnya sebagai seorang penulis – tanpa harus mengatasnamakan dirinya sendiri. Christie sempat juga “curcol” melalui Mrs. Oliver, antara lain tentang fans yang suka mengkritik fakta-fakta yang dipaparkan dalam buku karangan Mrs. Oliver. Ternyata, kejadian fans mengkritik ini benar-benar dialami Agatha Christie saat ia salah menyebutkan satu fakta di buku Death in the Clouds 🙂

SOME TIDBITS

Beberapa fakta unyu tentang Ariadne Oliver:

1. Kegemarannya akan apel sudah melegenda, dan ia biasa membawa apel ke mana-mana, sampai akhirnya di buku Halowe’en Party, Mrs. Oliver menghadapi pembunuhan yang berhubungan dengan apel, dan akhirnya merasa muak dengan buah tersebut.

2. Kebiasannya mengubah gaya rambut sangat menarik. Selain keriting panjang di Dead Man’s Folly, Mrs. Oliver pernah mencoba beberapa gaya rambut lain seperti wig yang disusun tinggi, serta bermacam-macam jenis topi.

3. Satu lagi kesamaan Ariadne Oliver dengan Agatha Christie adalah ketidaksukaan mereka akan karakter detektif yang mereka ciptakan. Mrs. Oliver mengaku tidak tahan dengan Sven Hjerson dan tidak mengerti mengapa menciptakan orang Finlandia sebagai tokoh utama. Sementara Christie juga dikenal tidak menyukai Poirot dan sempat menyesal mengapa harus terjebak dengan karakter yang menyebalkan itu.

4. Ariadne Oliver pertama kali muncul bukan dalam novel Poirot, melainkan dalam sebuah cerita pendek di buku Parker Pyne Investigates.

Tulisan ini dibuat berdasarkan kompilasi dari berbagai sumber, antara lain http://www.poirot.us/oliver.php dan http://10littleindians.wikia.com/wiki/Ariadne_Oliver

Dead Man’s Folly

01 Tuesday Oct 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 3 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, bahasa indonesia, british, classic, Gramedia, mystery/thriller, terjemahan

dead man folly1Judul: Dead Man’s Folly

Penulis: Agatha Christie

Penerjemah: Ny. Suwarni A.S.

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)

Halaman: 304p

Beli di: Gramedia Plaza Semanggi (IDR 45k)

Kisah berawal dari permintaan Ariadne Oliver, penulis terkenal yang juga teman Hercule Poirot, agar Poirot datang ke Nasse House, sebuah rumah besar di daerah Devon, untuk menolongnya dalam suatu peristiwa yang aneh. Mrs. Oliver berada di Nasse House karena diminta membantu merancang permainan Pelacakan Pembunuhan sebagai bagian dari acara keramaian yang akan berlangsung disana.

Meski agak jengkel karena menganggap Mrs. Oliver mengada-ada, Poirot akhirnya percaya bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres, ketika anak perempuan yang ditugaskan menjadi “korban pembunuhan” dalam permainan tersebut, ternyata benar-benar terbunuh. Hal ini masih diikuti pula dengan menghilangnya Lady Stubbs, sang nyonya rumah yang memiliki kelainan mental, serta kemunculan sepupu jauh keluarga yang misterius. Ada rahasia apa sebenarnya di Nasse House?

Cover GPU jaman dulu yang serem banget

Cover GPU jaman dulu yang serem banget

Dead Man’s Folly yang diterjemahkan menjadi “Kubur Berkubah” ini sebenarnya bukan buku Poirot favoritku. Ceritanya masih senada dengan Pesta Halowe’en yang juga menampilkan Mrs.Oliver, namun Halowe’en memiliki setting yang lebih menarik. Tapi duet Poirot dan Ariadne Oliver selalu menyegarkan, mungkin karena sifat mereka yang serba bertolak belakang (Poirot dengan metodenya, Mrs. Oliver dengan firasatnya) dan memiliki momen-momen hangat yang memorable.

Di kisah ini, Poirot didampingi juga oleh Inspektur Bland, yang meski tidak selincah Inspektur Japp atau sebijak Inspektur Battle, masih cukup bisa disukai. Tokoh-tokoh dalam buku ini juga khas Agatha Christie: sekretaris yang cemburu, tuan tanah yang sedikit tolol, istri yang lebih muda, serta wanita tua yang misterius dan terperangkap di masa lalu. Menarik, dengan setting Nasse yang merupakan daerah pedesaan Inggris, lengkap dengan sungai serta hutan kecil yang mudah dibayangkan.

Suka versi cover yang ini!

Suka versi cover yang ini!

Aku menyukai “red herring” alias pengalih perhatian yang diberikan Christie disini, dan twist yang gemilang di akhir buku. Meski Poirot kurang digambarkan dengan ceria (mungkin karena suasana pedesaan yang berlumpur tak cocok dengan kumis dan sepatu kulitnya), tapi tentu saja akhirnya dialah yang tertawa paling akhir.

By the way, permainan Pelacakan Pembunuhan ini sebenernya seru banget ya untuk acara kumpul-kumpul. Aku ingat waktu masih kerja di Fairtrade dan kita ada workshop di Srilanka, salah satu acaranya adalah permainan Murder Treasure Hunt ini. Dengan setting hotel tua di kota kuno Bandarawella, permainannya emang spooky dan seru banget. A great idea for your next gathering!

Bisa lihat beberapa ide di sini, atau sini. Atau, undang aja Mrs Oliver ke acaramu 😀

Submitted for:

Agatha Christie Button Meme 1

 

Agatha Christie Read-A-Long

24 Tuesday Sep 2013

Posted by astrid.lim in challenge, read along

≈ 6 Comments

Tags

agatha challenge, agatha christie, read along

Agatha Christie Button Meme 1

Yeaaay 🙂 Bulan ini banyak banget event seru, sampai bingung mau ikutan yang mana 😀 Thanks to Mbak Maria Hobby Buku, aku bisa puas baca buku-buku penulis favoritku sepanjang masa, Agatha Christie, selama 3 bulan ke depan 🙂

Agatha Christie Read-A-Long adalah event baca bareng (sekaligus merupakan bagian dari Mystery Reading Challenge yang juga dihost oleh Mbak Maria) dan tentunya giveaway donkkkk 😀 Selama bulan September-Desember ini, kita bisa memilih sebanyak mungkin buku Agatha sesuai tema yang ditentukan.

Inilah rencana bacaanku (yang bisa berubah sesuai keinginan, hihi):

September 15 -October 15, 2013: Hercule Poirot (Part I) –> Dead Man’s Folly, Five Little Pigs

October 17 – November 17, 2013: Jane Marple –> At Bertram’s Hotel, The Mirror Crack’d From Side to Side, A Pocket Full of Rye, The Moving Finger

November 18 – December 8, 2013: Freebies –> The Pale Horse, Why Didn’t They Ask Evans?, N or M?, Murder Is Easy, Sparkling Cyanide

December 10, 2013 – January 10, 2014: Hercule Poirot (Part II) –> Hercule Poirot’s Christmas,

BONUS: The Complete Christie (Matthew Bunson)

Now, let the Christie months, begin! 🙂

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • The Secret History
    The Secret History
  • Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
    Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
  • The Monogram Murders by Sophie Hannah
    The Monogram Murders by Sophie Hannah
  • Puddin' by Julie Murphy
    Puddin' by Julie Murphy

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...