• About this blog
  • Clearance Sale!
  • Newbery Project
  • Popsugar Reading Challenge 2023
  • Previous Challenges
    • BBI Read and Review Challenge 2017
    • Challenges 2014
    • Challenges 2015
    • Lucky No.14 Reading Challenge
    • Lucky No.15 Reading Challenge
    • POPSUGAR Reading Challenge 2017
    • Popsugar Reading Challenge 2018
    • Popsugar Reading Challenge 2020
    • Popsugar Reading Challenge 2021
    • Popsugar Reading Challenge 2022
    • What’s in a Name 2018
    • Twenty-Ten Challenge
    • Challenges 2012
    • Challenges 2013
  • Round Ups
  • The Librarian

~ some books to share from my little library

Tag Archives: action

The Lock Artist by Steve Hamilton

11 Thursday Oct 2018

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

action, america, crime, english, fiction, heist, mental health, popsugar RC 2018, psychology, suspense, thriller

Judul: The Lock Artist

Penulis: Steve Hamilton

Penerbit: Orion Paperback (2011)

Halaman: 408p

Beli di: Betterworldbooks.com (USD 7.98, dics 20%)

Miracle Boy adalah julukan yang diberikan publik pada Michael, akibat suatu tragedi mengerikan yang dialami keluarganya saat ia kecil, dan ia adalah satu-satunya korban yang selamat.

Namun sejak kejadian tersebut, Michael tidak bisa bicara. Berbagai terapi dan konsultasi psikologis sudah ia jalani, tapi tetap saja- pita suaranya seolah berhenti untuk berfungsi.

Di tengah kesunyian hidupnya, Michael menemukan bakat tersembunyi yang tak terduga: ia bisa membuka kunci apapun; dari mulai gembok sederhana hingga brankas yang super rumit. Keahliannya ini sayangnya memancing gerombolan penjahat untuk memanfaatkannya, dan kejadian demi kejadian akhirnya malah menjerumuskan Michael ke sindikat kejahatan berbahaya yang mengancam kehidupannya dan orang-orang yang disayanginya. Michael berusaha melarikan diri dan bersembunyi- namun ia harus melakukan suatu pekerjaan terakhir, pekerjaan membongkar kunci yang paling berbahaya dan beresiko tinggi yang pernah ia hadapi.

Saya lupa siapa yang merekomendasikan buku ini pada saya- mungkin saya membaca reviewnya di salah satu blog atau website buku. Yang pasti, saya tidak pernah membaca buku karya Steve Hamilton sebelumnya, jadi saya tidak punya ekspektasi apa-apa terhadap buku ini.

Ternyata, Hamilton mampu menghipnotis saya lewat gaya penulisannya yang lancar dan tidak bertele-tele. Michael adalah karakter utama yang mudah mengundang simpati (meski ada beberapa keputusannya yang cukup bodoh), dan buku ini semakin enak untuk diikuti setelah saya merasa terhubung dengan Michael.

Salah satu kunci utama keberhasilan buku bergenre mystery, thriller atau crime, adalah kemampuan sang penulis untuk membuat kisahnya bisa dipercaya. Meyakinkan pembaca bukanlah hal yang mudah, dan inilah yang berhasil dilakukan oleh Hamilton dalam The Lock Artist. Penjelasannya tentang kehidupan sindikat para penjahat, serta penjahat freelance seperti Michael, dituturkan dengan cukup meyakinkan, dan detail tentang cara-cara menbuka kunci dan gembok mengasyikkan untuk diikuti (meski menurut si penulis, ia mengabaikan beberapa detail penting yang menjadikan deskripsinya tidak mungkin diikuti oleh para calon penjahat yang terinspirasi ingin mengikuti jejak Michael).

Secara keseluruhan, Steve Hamilton berhasil memikat saya. Meski tokoh Michael menurut saya masih terlalu muda mengingat kisah ini lumayan banyak mengulas topik yang sebenarnya lebih cocok untuk pembaca dewasa, namun hal ini sesekali malah menimbulkan efek simpati yang mungkin memang menjadi tujuan Hamilton menciptakan karakter berusia 18 tahun yang juga prodigy sindikat para penjahat. Sepertinya buku jni bisa dipertimbangkan oleh Hollywood untuk diangkat ke layar lebar!

Submitted for:

Category: A book involving a heist

Mycroft Holmes by Kareem Abdul Jabar & Anna Waterhouse

19 Thursday Jan 2017

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 1 Comment

Tags

action, adventures, bbi review reading 2017, fiction, Gramedia, historical fiction, mystery/thriller, popsugar RC 2017, terjemahan

mycroft-holmesJudul: Mycroft Holmes

Penulis: Kareem Abdul Jabar & Anna Waterhouse

Penerjemah: Primadona Angela

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2016)

Beli di: HobbyBuku (IDR 85k, disc 20%)

Pastiche serta spin off biasanya ditulis karena sebuah serial mencapai popularitas yang cukup tinggi, sehingga para fansnya haus akan lebih banyak lagi kisah-kisah tentang karakter kesayangan mereka.

Sherlock Holmes mungkin adalah salah satu serial yang paling banyak dibuatkan spin off dan pastiche, dari mulai buku sampai film layar lebar dan film seri TV. Saya sendiri cukup menyukai beberapa di antaranya (meski sampai saat ini belum tertarik melanjutkan seri versi Benedict Cumberbatch hehe don’t shoot me!).

Namun sosok Mycroft Holmes, kakak laki-laki Sherlock memang masih agak jarang mendapat porsi besar dan dikupas lebih dalam. Itulah salah satu daya tarik buku Mycroft Holmes yang terjemahannya terbit tahun 2016 kemarin. Daya tarik lainnya adalah nama sang penulis, Kareem Abdul Jabar, bintang basket legendaris yang namanya tercetak di berbagai hall of fame NBA.

Kisah berawal di London, di mana Mycroft Holmes berusia 24 tahun, mengawali kariernya yang cemerlang sebagai Sekretaris Kementerian Perang, dan sedang dimabuk cinta pada tunangannya yang cantik jelita, Georgiana Sutton.

Namun ketenangannya terusik saat mendapat cerita sedih dari Cyrus Douglas, sahabat sekaligus pemilik toko tembakau favoritnya yang berasal dari Trinidad. Douglas gundah karena sudah beberapa lama tidak mendapat kabar dari keluarganya di Trinidad, dan kabar yang terakhir ia terima juga cukup mengkhawatirkan: pembunuhan misterius, korban anak-anak tak berdosa, dan ada jejak-jejak kaki kecil terbalik di sekitar TKP, yang mengesankan adanya keterlibatan makhluk-makhluk yang ditakuti dari legenda Trinidad: douen dan lougarou.

Saat menceritakan kisah ini pada Georgiana, yang keluarganya memiliki perkebunan di Trinidad, Mycroft terkejut karena Georgiana malah berkeras akan pulang, dan menolak untuk ditemani tunangannya. Khawatir akan keselamatan Georgiana dan curiga terhadap segala peristiwa misterius yang terjadi, Mycroft mengajak Douglas untuk bertolak ke Trinidad dan menyelidiki kasus tersebut.

Namun, ternyata berbagai bahaya sudah siap menghadang mereka, mulai dari perjalanan dengan kapal laut yang penuh ancaman maut, sekelompok pria yang terlihat terhormat namun memiliki niat jahat, sampai gerak-gerik Georgiana yang mencurigakan. Sebenarnya ada apa di balik itu semua?

Buku ini memiliki segala unsur yang diperlukan untuk menjadi film Hollywood yang berhasil: misteri rumit, keterkaitan berbelit satu fakta dengan fakta lainnya, adegan action, kejar-kejaran dan baku hantam yang terasa nyata, sampai dialog kocak antara Mycroft dan sidekicknya yang setia, Cyrus Douglas. Mungkin karena salah satu penulis buku ini, Anna Waterhouse, adalah penulis script film berpengalaman, sehingga saya tidak akan kaget kalau suatu hari nanti buku ini akan diangkat ke layar lebar.

Latar belakang kisah ini, yang menyelipkan sejarah Trinidad, kerajaan Inggris, sampai perbudakan dan masalah rasial, terasa masih cukup pas dengan keseluruhan misteri yang dihadirkan. Para penulis buku ini menyelesaikan pekerjaan rumah dengan baik, sehingga balutan fakta-fakta sejarah tersebut bukan hanya sebagai sempalan belaka, tapi masih bisa menyatu dengan seluruh kisah.

Saya juga suka dengan sedikit adegan antara Sherlock dan Mycroft, dan melihat Sherlock saat berusia 17 tahun dari sudut pandang sang abang terasa cukup menyegarkan juga.

Bukan spin off terbaik (masih kalah dengan karya-karya Anthony Horowitz), tapi lumayan untuk mengobati rasa kangen dengan kecerdasan keluarga Holmes.

Submitted for:

Category: A book with a red spine

Category: A book with a red spine

 

 

 

 

 

 

Kategori: Name in a Book

Kategori: Name in a Book

A Clash of Kings by George R.R. Martin

09 Monday May 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

action, adventures, fantasi, fiction, politics, series, war

a clash of kingsJudul: A Clash of Kings

Penulis: George R.R. Martin

Penerbit: Bantam Books Mass Market Edition (2011)

Halaman: 1009 p

Gift from: Eka (Markituka!)

Buku kedua dari serial fenomenal A Song of Ice and Fire ini langsung melanjutkan ending buku pertamanya, Game of Thrones. Keluarga Lannister, diwakili oleh Joffrey di Iron Throne, masih menguasai the Seven Kingdoms, terutama dengan hadirnya sosok sang ratu yang kejam, Cersei, dan adiknya, si kerdil yang cerdik, Tyrion. Namun jangan salah, ada tiga raja lagi yang mengangkat diri mereka sendiri dan menyatakan kekuasaannya atas the Seven Kingdoms maupun sebagian dari wilayahnya.

Di Utara, Robb Stark masih memproklamirkan dirinya sebagai raja di wilayah tersebut, dan terus memenangkan pertarungan serta perang dengan didampingi oleh direwolf nya yang setia, Grey Wind. Meski ibu Robb, Lady Catelyn tidak sepenuhnya setuju dengan taktik-taktik anaknya yang berbahaya, namun ia tak kuasa melarang anaknya yang semangatnya berkobar-kobar untuk mengalahkan musuh-musuh mereka, terutama keluarga Lannister yang bertanggung jawab atas kematian Ned Stark.

Di Selatan, ada Renly Baratheon, adik bungsu mendiang raja terakhir Robert Baratheon, yang juga menyatakan dirinya sebagai raja yang sah untuk menggantikan abangnya, karena ia didukung oleh seluruh rakyat di wilayah selatan yang mengelu-elukannya dan istrinya yang masih muda.

Sementara itu, dari Dragonstone yang agak terpencil, muncul abang Renly, Stannis Baratheon, yang tak mau kalah dan memproklamirkan dirinya sebagai penerus Robert. Stannis juga didukung ‎oleh penyihir kejam yang memuja dewa cahaya, suatu kepercayaan baru yang bukan merupakan dewa tradisional di realm Westeros. Kekuatan dan kekejaman penyihir ini membuat Stannis memiliki keunggulan dalam membunuh lawan-lawannya dengan cara-cara misterius.

Perebutan tahta dan perang di antara keempat raja ini semakin dibuat rumit pula oleh tiga kejadian lainnya:

  1. Daenerys Targaryen, keturunan terakhir dari keluarga Targaryen yang menjadi penguasa Westeros selama berabad-abad, kini tinggal selangkah lagi untuk berangkat ke tanah kelahirannya dan menancapkan klaimnya sebagai penguasa yang sah, diiringi oleh pengikutnya yang setia dan tentu saja ketiga naganya yang ajaib.
  1. Winterfell, sepeninggal Rob Stark dan Lady Catelyn, menjadi target empuk bagi pihak-pihak yang ingin menguasainya, termasuk salah satu pengkhianat besar yang sebelumnya menjadi bagian dari keluarga Stark namun kini haus kekuasaan, mungkin ketularan fenomena gila perang dan rebutan kekuasaan antar raja-raja di Westeros.
  1. ‎Di wilayah luar Wall alias perbatasan Westeros dengan realm liar, perang mulai berkecamuk dan kaum liar ingin ikut-ikut menancapkan kekuasaan mereka di Westeros, dengan membawa serta kekuatan-kekuatan asing dan mengerikan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Dan di sinilah petualangan Jon Snow, si anak haram keluarga Stark, benar-benar dimulai.

Buku kedua ini bisa dibilang lebih kompleks dan padat dibandingkan buku pertama, yang lebih banyak memperkenalkan kita pada realm Westeros dan karakter-karakter intinya.

Di buku ini, pertarungan baik fisik maupun politik mendapatkan porsi yang sangat besar, meski masih diimbangi dengan perkembangan beberapa karakter intinya. Memang ada cukup banyak adegan perang dan pertempuran yang terlalu teknis dan agak bertele-tele, serta pengulangan yang mirip antara perang yang satu dengan yang lain, sehingga terdapat beberapa bagian yang cukup membosankan di bagian pertengahan buku.

Namun untungnya, George RR Martin adalah seorang penulis yang piawai, sehingga tetap saja ada hal-hal menarik yang bisa dinikmati dari setiap babnya, terutama humor sarkasme yang banyak terlontar- terutama dalam bab-bab yang mengangkat karakter Tyrion.

Beberapa twist juga masih cukup menarik untuk diikuti, dan tentu saja, bersiaplah melihat begitu banyak kematian demi kematian, satu hal yang sepertinya memang menjadi ciri khas buku-buku Martin.

Dan meski begitu banyak spoiler bertebaran di internet, apalagi karena serial TV nya baru tayang lagi episode terbarunya, saya masih bertekad akan terus mengikuti petualangan di Westeros ini melalui bukunya terlebih dulu. Jadi- mari mencari buku ketiga! 🙂

Lost by Michael Robotham

03 Thursday Mar 2016

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ Leave a comment

Tags

action, bahasa indonesia, british, crime, fiction, Gramedia, mystery/thriller, series, terjemahan

lostJudul: Lost (Kepingan Memori)

Penulis: Michael Robotham

Penerjemah: Irman Dolly Armaya

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Halaman: 432p

Beli di: Gramedia Plaza Semanggi Lt 3A (IDR 25k, bargain!)

Kisah ini berawal dari suatu hari yang dingin di Sungai Thames, saat Inspektur Detektif Vincent Ruiz ditemukan tertembak, nyaris tenggelam, dan tidak ingat peristiwa apapun selama beberapa minggu terakhir- termasuk apa yang menyebabkannya hampir tewas.

Ruiz hanya memiliki sedikit petunjuk tentang latar belakang insiden yang menimpanya. Sepertinya, semua mengarah pada Mickey Carlyle, anak perempuan yang lenyap tiga tahun lalu dan tidak pernah ditemukan (hidup maupun mati) hingga sekarang. Kasus ini adalah kasus paling personal yang pernah ditangani Ruiz, dan meski polisi sudah menangkap tetangga Mickey yang diduga seorang pedofil, Ruiz tetap yakin kalau kasus ini belum berakhir.

Dengan dibantu oleh Joe O’Loughlin, psikiater sekaligus sahabatnya, Ruiz berusaha menyelami ingatannya dan menyusuri hari-hari terakhir sebelum ia tertembak dan hilang ingatan. Penyelidikan membawanya pada ibu Mickey yang masih berharap anaknya akan ditemukan, ayah Mickey yang juga seorang gangster kelas kakap, serta kakek Mickey, jutawan kaya yang sepertinya mengetahui lebih dari yang ia akui.

Lost adalah buku dengan pace cepat yang kental akan nuansa action-crime. Biasanya saya lebih suka buku-buku misteri non-action, dan saya memilih untuk menghindari tema amnesia (ingat Robert Langdon di Inferno? Hmph). Tapi surprisingly buku ini cukup enjoyable. Robotham berhasil meramu kisah misteri yang mencekam dan plot action yang mendebarkan dengan kadar yang cukup pas.

Dan saya cukup kaget ketika tahu bahwa buku ini merupakan bagian dari serial Joe McLoughlin, buku yang kedua, tepatnya. Untungnya tidak ada kaitan dengan buku pertama, jadi saya masih bisa menikmati cerita buku ini tanpa harus merasa bingung. Lucunya, peran Joe McLoughlin sendiri tidak terlalu dominan di sini, makanya saya kaget ketika tahu dialah tokoh sentral dari serial ini, dan bukannya Vincent Ruiz.

Vincent Ruiz merupakan tipikal tokoh polisi di kisah-kisah action seperti ini. Bermasa lalu kelam, dengan kehidupan keluarga berantakan dan kasus tertentu yang selalu menghantui dirinya akibat terasa terlalu personal. Untungnya, tidak ada unsur romans di buku ini, plot klise yang biasanya senang sekali diselipkan oleh para penulis crime fiction.

Satu hal yang agak mengganjal bagi saya adalah terjemahannya. Mungkin gaya bahasa asli Lost memang khas buku-buku British, dengan berbagai sarkasme dan wits yang agak susah diterjemahkan. Jadinya memang di beberapa jokes, terjemahan yang literal menghilangkan makna sarkasme yang dimaksud. Saya sendiri bisa membayangkan sih, betapa susahnya menerjemahkan buku yang kental dengan nuansa ironi asli bahasa Inggris. Culturally different than ours.

Namun secara keseluruhan, saya cukup menikmati kisah ini. Hanya saja, rasa-rasanya saya tidak pernah melihat buku lainnya dari serial ini diterjemahkan oleh GPU. Atau mungkin saya saja yang kelewatan beritanya?

Echo Park

23 Thursday May 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 3 Comments

Tags

action, amerika, bahasa indonesia, crime, fiction, Gramedia, mystery challenge, mystery/thriller, terjemahan

echo parkJudul: Echo Park (Taman Echo)

Penulis: Michael Connelly

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Halaman: 494p

Gift from @Gramedia

Untuk setiap polisi, ada sebuah kasus yang akhirnya menjadi obsesi. Bagi Harry Bosch, detektif di Kepolisian Los Angeles, kasus tersebut adalah menghilangnya Marie Gesto lebih dari 10 tahun yang lalu. Tak pernah ada petunjuk yang pasti yang bisa menuntunnya memecahkan kasus tersebut, bahkan tubuh Marie tidak pernah ditemukan.

Tak disangka, kini ada seorang tertuduh pembunuhan berantai bernama Raynard Waits yang mengakui bahwa pembunuhan Marie Gesto juga merupakan perbuatannya. Namun Bosch yang sudah lebih dari satu dekade berkutat dengan kasus ini, mencium adanya hal-hal ganjil yang membuatnya curiga bahwa pengakuan tersebut tak lebih dari kebohongan belaka. Namun ada alasan apa di balik pengakuan tersebut? Apakah motifnya sesederhana menukar informasi dengan pengurangan hukuman, atau ada muatan politis yang lebih rumit dari itu? Penyusuran Bosch ke masa lalu Raynard Waits membawanya pada fakta-fakta mengerikan yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Membaca kisah Michael Connelly ini layaknya menonton film serial kepolisian di televisi seperti CSI atau Criminal Minds. Misteri berlapis yang dikupas satu demi satu, karakter-karakter yang semuanya mencurigakan, mulai dari jaksa korup sampai personel polisi yang menyebalkan, juga kejar-kejaran seru yang seringkali membawa ke jalan buntu. Penuh twist dan kejutan, Michael Connelly berhasil memadukan kisah kriminal misteri klasik dengan bumbu intrik politik masa kini. Bosch juga digambarkan layaknya tokoh polisi Amerika: meski jagoan, seringkali terhambat oleh sisi-sisi gelap dan masa lalunya yang kelam. Ending yang mencekam juga sangat cocok dengan nuansa buku secara keseluruhan, meski masih bisa diprediksi sebelumnya.

Terjemahan buku ini sebenarnya enak dibaca, tapi ada beberapa bagian yang menerjemahkan secara bebas nama-nama tempat di Los Angeles yang menjadi setting cerita ini. Aku sendiri berpendapat kalau sebaiknya nama-nama tempat dalam buku terjemahan dibiarkan saja sesuai aslinya, untuk mempertahankan unsur otentik dari cerita. Apalagi khususnya dalam buku ini, setting kota Los Angeles menjadi komponen penting dalam jalinan kisah, menggambarkan masa lalu dan masa kini mayoritas tokoh-tokoh di dalamnya, termasuk adegan kejar-kejaran dan penelusuran jejak yang menegangkan. Jadi, sebenarnya lebih sreg kalau Rumah Sakit Bidadari tetap diterjemahkan Angels Hospital, atau Danau Perak tetap dipertahankan sebagai Silver Lake.

Beberapa istilah kepolisian juga sedikit membingungkan di bagian-bagian tertentu, misalnya istilah Divisi Perampokan dan Pembunuhan, selanjutnya langsung disingkat dengan RHD (Robbery-Homicide Division), yang tidak dijelaskan sebelumnya apa maksud kepanjangan RHD ini, sehingga pembaca harus membolak-balik halaman buku dan mengambil kesimpulan sendiri. Istilah dan kepanjangan dari bidang kepolisian memang cukup banyak di buku ini, dan alangkah baiknya kalau ada bagian glossary yang menjelaskan istilah asli dalam bahasa Inggris dan dilengkapi dengan terjemahan bahasa Indonesianya, sehingga istilah yang dipakai bisa konsisten tanpa harus membingungkan pembaca di sepanjang buku.

Tapi di luar saran tentang penerjemahan, buku ini tetap layak dibaca bagi para penggemar kisah kepolisian.

Michael Connelly lahir di Philadelphia, Amerika Serikat, 21 Juli 1956. Sempat bekerja di beberapa surat kabar dan majalah dengan spesialisasi berita kriminal, Connelly akhirnya menulis novel kriminal pertamanya, The Black Echo, yang terbit tahun 1992 dan memperkenalkan sosok detektif polisi Harry Bosch. Kini, seri Harry Bosch sudah mencapai 19 buah buku, dan Echo Park merupakan buku ke-12. Selain Bosch, Connelly juga menulis beberapa novel serial lainnya, beberapa telah diangkat ke layar lebar, termasuk The Lincoln Lawyer yang diperankan oleh Matthew McConaughey. Kini Connelly tinggal di Florida bersama keluarganya.

Diikutsertakan juga untuk:

MysteryReadingChallengeButton1

The Godfather

28 Thursday Feb 2013

Posted by astrid.lim in adult, fiction

≈ 18 Comments

Tags

action, america, bahasa indonesia, BBI, fiction, Gramedia, movie, mystery/thriller, new york, terjemahan

godfatherJudul: The Godfather

Penulis: Mario Puzo

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2007, hardcover)

Halaman: 680p

Beli dari: @HobbyBuku (IDR 54k, bargain price!)

 

Keluarga Corleone adalah keluarga paling berkuasa di New York City. Don Vito Corleone, sang kepala keluarga, disegani semua orang akibat kekuasaannya yang sangat besar dan kemampuannya untuk membuat semua orang memenuhi keinginannya, hanya dengan “berbicara secara logis”. Don Corleone kerap dipanggil Godfather oleh para pengikutnya. Ia adalah seorang yang pemurah, selalu bersedia menolong siapapun- dengan kesepakatan bahwa orang tersebut harus siap diminta imbalan di masa depan, apapun bentuknya. Sangat setia pada keluarga, Don Corleone memimpin mereka menguasai dunia bisnis perjudian dan minuman keras, dengan kedok usaha minyak zaitun dari Italia.

Namun suatu tragedi yang menimpa Godfather mengancam jatuhnya kekuasaan keluarga Corleone. Apakah anak-anaknya bisa mempertahankan keutuhan keluarga mereka? Ataukah mereka harus takluk di bawah kekuasaan empat keluarga mafia lainnya di New York? Sonny yang beringas, Freddy yang lemah, atau Michael yang tidak mau terlibat kegiatan keluarga, siapakah keturunan Don Vito yang bisa menyelamatkan keluarga ini? Intrik politik, pengkhianatan, dan persaingan dari keluarga-keluarga mafia lainnya menjadi bumbu penyedap kisah penuh aksi ini.

Jarang ada film adaptasi yang bisa bersanding dengan buku sumber kisahnya. Dan The Godfather adalah salah satu contoh dari segelintir film dan buku yang sama-sama bermutu dan mampu saling melengkapi dengan sempurna. Film Godfather menyabet berbagai penghargaan termasuk piala Oscar untuk film terbaik tahun 1972 (ditambah dua piala Oscar dan tujuh nominasi lainnya). Sosok Marlon Brando sebagai Don Vito Corleone merupakan salah satu karakter paling memorable sepanjang sejarah film. Dan Al Pacino menapaki jejaknya di dunia Hollywood melalui film ini.

Namun bagaimana dengan bukunya? Ternyata kisah legendaris Mario Puzo ini memang luar biasa. Kita dibawa masuk ke dalam seluk-beluk dunia mafia yang penuh kontradiksi. Dunia yang sangat mengutamakan sopan santun, persahabatan dan kekeluargaan yang erat, di mana “keadilan” versi mereka sangat berbeda dengan versi pada umumnya. Di balik segala keramahan tersebut, terdapat kekejaman dingin yang mengerikan. Pembunuhan dilakukan tanpa tedeng aling-aling. Siapapun yang tidak menuruti kehendak sang Godfather, siap-siap akan mengalami kemalangan. Godfather menguasai segalanya, bahkan aparat hukum dan para politikus korup yang berpihak pada keluarga mafia.

The great Marlon Brando

The great Marlon Brando

Puzo juga menceritakan detail setiap karakter (yang cukup banyak) lengkap dengan masa lalu mereka masing-masing, tanpa membuat pembaca bingung atau bosan. Yang juga hebat adalah narasi yang mengalir sangat lancar. Meski buku ini cukup minim dialog dan lebih banyak mengandung narasi serta deskripsi detail, tidak ada satu bagian pun yang membosankan.

Setiap karakter memiliki porsi dan peran masing-masing, dan adegan aksinya pun dijelaskan dengan sangat gamblang. Bahkan untuk yang sudah menonton filmnya pun, buku ini tetap menyimpan kejutan yang membuat kita sport jantung. Transformasi Michael Corleone dari anak yang ingin memisahkan diri dari bisnis keluarga, menjadi calon pengganti Godfather yang kejam, juga diceritakan dengan sangat membumi. Keseluruhan kisah merupakan sebuah epik keluarga, yang syukurnya juga melahirkan sebuah film yang tak kalah epiknya. Long live The Godfather!

 

Trivia:

– The Godfather memenangkan Piala Oscar untuk Best Picture, Best Actor (untuk Marlon Brando), dan Best Adapted Screenplay tahun 1972. Beberapa nominasi lain termasuk 3 nominasi untuk Best Supporting Actor, serta Best Director (Francis Ford Coppola). Namun Piala Oscar ini menuai kontroversi karena Brando menolak datang ke acara Academy Award, dan malah mengirim wakilnya, seorang Indian (Native American) sebagai bentuk protesnya terhadap diskriminasi di dunia Hollywood.

– Film The Godfather memiliki dua sekuel yang masih mengambil bagian-bagian dari novel Mario Puzo, dan masih terbilang sukses. Godfather Part II adalah film sekuel pertama yang menyabet Best Picture di Academy Award.

– Meski mengaku tidak memiliki keterlibatan apapun dengan organisasi mafia, Puzo menggambarkan kehidupan dunia mafia dengan sangat detail dan akurat. Hingga saat ini, masih ada lima keluarga mafia yang sangat berkuasa di New York, dan sebagian besar mafia di Amerika Serikat merupakan para imigran dari Sicilia.

 

“Kau tidak bisa mengatakan tidak pada orang yang kausayangi, tidak sering. Itu rahasianya. Dan kalau kau mengatakannya, usahakan terdengar seperti ya. Atau kau harus membuat mereka yang mengatakan tidak” (Don Vito Corleone, p617)

Posting ini dibuat dalam rangka posting bersama BBI bulan Februari, dengan tema buku-buku yang pernah memenangkan/masuk nominasi Academy Award.

From the bookshelf

Categories

Looking for Something?

Enter your email address to follow Books to Share and receive notifications of new posts by email.

Join 1,036 other subscribers

Currently Reading

I’m a Proud Member! #BBI 1301004

Wishful Wednesday Meme

Fill your Wednesdays with wishful thinking =)

Popsugar Reading Challenge 2018

bookworms

  • aleetha
  • althesia
  • alvina
  • ana
  • annisa
  • bzee
  • dewi
  • dion
  • fanda
  • Ferina
  • helvry
  • inne
  • Kobo
  • maya
  • mei
  • melmarian
  • mia
  • ndari
  • nophie
  • oky
  • peri hutan
  • ren
  • Reygreena
  • sel sel kelabu
  • sinta
  • tanzil
  • tezar
  • yuska

shop til you drop

  • abe books
  • Amazon
  • better world books
  • book depository
  • BukaBuku
  • Buku Dedo
  • bukukita
  • vixxio

Top Posts & Pages

  • Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
    Red, White & Royal Blue by Casey McQuiston
  • The Girl of Ink & Stars by Kiran Millwood Hargrave
    The Girl of Ink & Stars by Kiran Millwood Hargrave
  • The Secret History
    The Secret History
  • Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
    Dongeng-Dongeng Grimm Bersaudara
  • Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro
    Klara and the Sun by Kazuo Ishiguro

Recent Comments

Puddin’ by Jul… on Dumplin’ by Julie M…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
jesica on Abarat 2: Days of Magic, Night…
When the Stars Go Da… on The Paris Wife
Hapudin Bin Saheh on Insomniac City: New York, Oliv…

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Join 1,036 other followers
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • perpuskecil.wordpress.com
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar
 

Loading Comments...