Tags

, , , , , , ,

Judul: Klara and the Sun

Penulis: Kazuo Ishiguro

Penerbit: Alfred A. Knopf (2021)

Halaman: 303p

Beli di: @post_santa (IDR 270k)

Argh… this is definitely going to be one of my favorite 2021 reads! Sejujurnya saya baru pernah membaca satu buku Kazuo Ishiguro sebelumnya, Never Let Me Go yang lumayan mengintimidasi karena temanya yang berat dan gaya bahasanya yang mengalun lambat. Sejak itu, saya belum tertarik untuk membaca karya Ishiguro lainnya, apalagi embel-embel penerima Nobel semakin membuatnya tampak intimidatif.

Tapi membaca review banyak orang, yang menyatakan kalau Klara and the Sun adalah buku yang hangat, dan pasti akan membuat kita jatuh cinta dengan tokoh utamanya, membuat saya jadi penasaran juga. Karena itu saya memberanikan diri untuk berkenalan dengan Klara dan tried to enjoy this book.

Klara adalah sesosok Artificial Friend (AF) di sebuah kota tak bernama, suatu hari di masa depan. Dari balik jendela toko, sambil menanti seorang anak yang akan membawanya pulang, Klara mengamati dunia di sekitarnya. Orang-orang yang berlalu lalang, interaksi yang terjadi, dan emosi yang ditunjukkan oleh para manusia. Lebih dari segalanya, Klara ingin berusaha mengerti tentang manusia, apa yang mereka rasakan dan impikan. Meski teman-teman dan manajer tokonya kerap mengingatkan Klara supaya jangan berharap terlalu banyak dari manusia.

Suatu hari, Josie, anak perempuan yang sudah beberapa kali Klara lihat, akhirnya membawanya pulang. Klara pun menjalankan tugasnya sebagai teman Josie dengan bahagia. Namun anak perempuan di masa tersebut tidak bisa menjalani hidup yang “normal”. Josie berjuang untuk mendapat kehidupan lebih baik, “elevated” to the next level, meski itu berarti ia harus rela disesuaikan secara genetik, sehingga tidak akan kalah dengan para robot. Namun konsekuensinya, kesehatan Josie seringkali memburuk, dan membuatnya terkapar di tempat tidur berhari-hari.

Klara, yang amat percaya dengan khasiat sinar matahari (karena sumber energinya memang dari solar alias matahari), bertekad ingin meminta tolong pada sang matahari untuk menyembuhkan Josie. Dan perjalanan Klara mencari matahari serta usahanya untuk membuat Josie sehat kembali, adalah salah satu kisah persahabatan paling sincere yang pernah saya baca. Tertohok juga rasanya, mengingat Klara adalah sosok Artificial Friend yang sebenarnya tidak memiliki hati dan perasaan seperti manusia, namun ternyata mampu melakukan tindakan cinta yang tidak mengharapkan balasan pada sahabat terdekatnya.

Beberapa kritik menyatakan kalau Klara and the Sun sebenarnya kurang sesuai dengan level Kazuo Ishiguro, apalagi dengan statusnya sebagai penerima Nobel. Tapi menurut saya, justru Ishiguro berhasil mengukuhkan reputasinya sebagai penulis yang konsisten bermain-main dengan isu masa depan, artificial intelligence, rekayasa genetik, bahkan debat mengenai moralitas manusia vs robot, namun dengan narasi yang membumi, dan bahkan lebih approachable dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya.

Klara adalah narator yang luar biasa relatable, meski sosoknya yang kaku dan sangat robotik sebenarnya sulit untuk kita merasa relate, tapi Ishiguro dengan piawai justru mengajak kita menyelami dunia Klara, pikirannya dan keraguannya akan segala hal berbau manusia, sehingga kita jadi bisa melihat dari sudut pandang lain sebagai pengamat, tentang makna hidup sebagai manusia, dan mengapa kita selalu membuat segalanya menjadi rumit.

Klara and the Sun adalah buku yang jauh dari kesan intimidatif, selain karena narasinya yang mudah diikuti, isu futuristiknya pun masih terasa relate dengan kehidupan masa kini, dan bahkan – dengan orang-orang seperti Elon Musk dan Jeff Bezos di sekitar kita – tidak mustahil akan benar-benar terjadi di masa depan yang tak terlampau jauh. Satu hal yang sedikit saya sayangkan adalah ketidakjelasan dunia masa depan yang menjadi setting buku ini. Sedikit worldbuilding atau penjelasan saya rasa akan lebih bisa membantu kita membayangkan setting yang digunakan. Namun, vagueness in setting ini memang menjadi salah satu ciri khas Ishiguro sehingga protes ini menjadi tidak terlalu relevan XD

Setelah menamatkan kisah Klara, saya sempat mengikuti sebuah event dari British Library yang diselenggarakan dalam rangka World Book Night, dengan narasumber Kazuo Ishiguro dan host Kate Mosse, penulis asal Inggris. Diskusi ini sangat menarik, delightful, dan informatif, baik yang sudah membaca buku Klara maupun yang belum, karena Ishiguro menjabarkan proses kreatif dan perjalanan idenya tanpa menyentuh spoiler apapun. Dan di sini, saya juga bisa melihat sosok Ishiguro yang amat humble, dan kadang malah gantian bertanya pada Kate Mosse mengenai hal-hal yang masih membingungkannya sebagai seorang penulis. Benar-benar inspiratif!

Video percakapan ini bisa diakses di sini.

Rating: 4.5/5

Recommended if you like: lovable but unusual narrator, ideas about the future, genetic and artificial intelligence, down to earth narrative, beautiful and flowy language