Judul: The Alice Network
Penulis: Kate Quinn
Penerbit: HarperCollins (2017)
Halaman: 503p
Beli di: Kinokuniya Grand Indonesia (IDR 290k, disc 50%)
Buku ini mengambil dua timeline berbeda dari dua perang terbesar yang pernah dialami dunia modern.
1947: usai Perang Dunia II, Charlie St. Clair, gadis Amerika yang sedang bermasalah karena hamil di luar nikah, bertekad ingin menemukan sepupunya yang hilang di Prancis setelah perang berakhir. Rose terakhir berkomunikasi saat Prancis dikuasai Nazi, tapi setelah itu ia lenyap ditelan kerumitan pasca perang.
Dalam pencariannya, Charlie terdampar di London dan bertemu dengan Eve Gardiner, yang memiliki masa lalu misterius dan terlibat di kedua perang dunia dalam kapasitas sebagai mata-mata andal.
1915: Eve masih merupakan mata-mata pemula yang tergabung dalam Alice Network, tapi tugas pertamanya langsung membawanya ke Prancis untuk mendapatkan informasi penting para petinggi Jerman yang sering makan di sebuah restoran tempatnya bekerja. Namun pemilik restoran itu lebih berbahaya dari yang Eve duga dan akan menghantui hidupnya selamanya.
Partnership tidak biasa antara dua perempuan kuat namun amat berbeda ini menjadi sajian utama The Alice Network. Dengan ditemani oleh Finn, supir asal Skotlandia yang berperangai kasar, mereka menyusuri Inggris dan Prancis untuk mencari Rose yang disinyalir sempat bersinggungan dengan hantu masa lalu Eve.
Kate Quinn amat piawai membangun dua plot dengan dua karakter utama dan timeline yang berbeda, dan menyatukannya dengan gemilang di bagian akhir. Tidak seperti beberapa penulis historical fiction yang sering kecolongan fokus di salah satu plot atau karakter dan mengabaikan yang lain, Quinn terlihat amat fokus di kedua plot yang ia kembangkan, dan memberi perhatian yang seimbang pada kedua karakter utamanya.
Saya bisa masuk dengan mudah ke karakter Charlie yang amat likable, dan meskipun sempat agak sulit untuk menyukai Eve, lama kelamaan bisa memahami kegetiran hidup dan alasan di baliknya.
Yang sempat agak membingungkan mungkin adalah kedua perang yang kadang terasa agak mirip satu sama lain, terutama krena beberapa tokoh di buku ini terlibat dalam kedua peristiwa tersebut. Dan kalau dipikir-pikir memang amat sangat sial sekali orang-orang yang hidup dan mengalami dua perang terbesar sepanjang sejarah tersebut. Tak heran Eve berubah menjadi semakin getir dan depresif.
Satu hal yang saya suka juga dari penuturan Quinn adalah deskripsi tempat dan atmosfer yang amat detail tapi tidak membosankan. Dari mulai Inggris hingga Prancis, kita seolah dibawa menyusuri sejarah kelam yang pernah dialami kedua negara ini dalam waktu yang cukup singkat.
Ini adalah pengalaman pertama saya membaca buku karya Kate Quinn, tapi saya bisa menyejajarkannya dengan penulis setipe seperti Kristin Hannah dan Kate Morton yang piawai mengolah sejarah ke dalam buku bernuansa suspense, dengan karakter yang memorable dan ending yang bittersweet.
Submitted for:

Kategori: A book set in a city that has hosted the Olympics (London)
Buku dengan genre ini belum pernah baca. Tapi membaca resensi ini jadi pengen baca. Apalagi yang dibahas di bukunya bukan melulu percintaan. Ada cerita mata-mata juga. Kayaknya seru.
iya.. historical fiction salah satu genre favoritku.. apalagi yg berkaitan dengan World War I or II š