Tags
adventures, bbi review reading 2017, children, english, fantasy, fiction, gift, series, young adult
Judul: In the Hand of the Goddess (Song of the Lioness #2)
Penulis: Tamora Pierce
Penerbit: Atheneum Books for Young Readers (2011)
Halaman: 252p
Gift from: Grace
Di buku kedua ini, Alanna meneruskan petualangannya, menyamar sebagai anak laki-laki untuk menggapai cita-citanya dilantik menjadi seorang Ksatria atau Knight. Namun, berbeda dari buku pertama, di buku ini beberapa teman Alanna sudah mengetahui identitas aslinya.
Karena beranjak dewasa, banyak masalah yang dialami Alanna yang agak lain dari petualangannya di buku pertama, terutama menyangkut hubungan percintaan. Iya, Alanna kini menjalin hubungan dengan Prince Jonathan, meski George Cooper, si King of Thieves juga sudah menyatakan cintanya pada Alanna.
Dan mungkin itulah satu hal yang membuat saya jadi sebal setengah mati dengan buku ini. Plot percintaannya betul-betul alay banget XD Apalagi di beberapa bab, dikisahkan pertambahan usia Alanna yang melaju cepat, sehingga di satu bab kita merasa masih mengenal dia sebagai anak remaja tanggung yang polos, di bab berikutnya tiba-tiba dia sudah tidur dengan kekasihnya. Seolah kita tidak diberi waktu yang cukup untuk mencerna perubahan usia dan kondisi Alanna.
Selain itu, yang membuat saya jadi tidak suka dengan kelanjutan kisah Alanna adalah kemudahannya untuk memperoleh dan menghadapi segala sesuatu. Dari mulai kancah peperangan yang sadis sampai pertempuran dengan tukang tenung paling hebat, semuanya berhasil dimenangkan oleh Alanna tanpa perlawanan yang terlalu berarti. Saya sendiri masih lebih suka kalau Alanna sesekali menghadapi kekalahan atau peristiwa yang akan memberikan pelajaran berarti baginya, membuatnya lebih manusiawi dan mudah untuk disukai.
Paradoks karakter Alanna memang menjadi ganjalan utama saya saat meneruskan serial ini. Ia digambarkan sebagai sosok feminis yang tangguh, memperjuangkan hak perempuan dan ingin dianggap sederajat dengan laki-laki. Namun di sisi lain, kalau sudah menyangkut masalah cowok — semua sifatnya yang tangguh itu langsung lenyap seketika. Yang ada, Alanna tiba-tiba berubah menjadi damsel in distress, tokoh perempuan Mary Sue yang serba labil, tergantung pada laki-laki, dan selalu berharap untuk diselamatkan.
Saya sendiri merasa agak tidak enak hati, karena serial Alanna ini dihadiahkan pada saya oleh salah satu teman saya yang juga sesama bookworm, dan biasanya selera kami cukup mirip. Dan kecintaannya pada Alanna dan Tamora Pierce berujung pada pemberian boxset serial ini kepada saya. Selidik punya selidik, Alanna adalah pahlawannya di masa kecil, dan setelah saya banyak melakukan penelitian via review Goodreads, ternyata banyak penggemar Alanna dan Tamora Pierce yang membaca serial ini sejak kecil dan menjadikannya favorit sepanjang masa. Sementara, saya yang baru membaca kisah Alanna di saat usia sudah sekian puluh tahun, merasakan perbedaan yang amat sangat tentang kesan saya terhadap serial ini.
Anyway, saya akan mencoba menamatkan serial ini hingga selesai, dan berusaha membaca petualangan Alanna menggunakan sudut pandang yang lebih “muda” 😀 Wish me luck!
Submitted for:

Kategori Ten Points: Full Series
Pingback: 2017: A Year in Books |