Tags

, , , , , , , ,

Judul: An Officer and a Spy

Penulis: Robert Harris

Penerbit: Arrow Books (2014)

Halaman: 611p

Beli di: Carefour Central Park (IDR 58k)

Paris, tahun 1895: seorang tentara Prancis keturunan Yahudi, Alfred Dreyfus, ditangkap dengan tuduhan pengkhianatan dan menjadi mata-mata Jerman yang saat itu merupakan “musuh dalam selimut” bagi Prancis.

Seorang perwira muda Prancis, Georges Picquart, menyaksikan bagaimana Dreyfus dilucuti dari posisinya di tentara dan dipermalukan di depan publik, sebelum akhirnya diasingkan ke Devil’s Island di Amerika Selatan.

Karena track recordnya yang bagus, Picquart ditunjuk untuk mengepalai unit intelligence militer dan kariernya melejit cukup pesat.

Namun suatu penemuan tak sengaja membawa Picquart menelusuri kembali kasus pengkhianatan Dreyfus. Ternyata setelah pengasingan Dreyfus, rahasia militer masih saja bocor ke tangan Jerman. Apakah Dreyfus memiliki kaki tangan, atau jangan-jangan militer Prancis telah menangkap orang yang salah? Picquart memulai penyelidikannya, namun tidak menyangka yang ditemukannya ternyata jauh lebih rumit, lebih mengejutkan dan mengerikan daripada yang ia bayangkan.

Robert Harris memang paling piawai mengolah fakta sejarah menjadi kisah fiksi dengan bumbu thriller yang memikat. Seperti pada masterpiece sebelumnya yang mengisahkan intrik politik Romawi lewat sosok Cicero, kali ini Harris pun bermain-main dengan plot yang sarat dengan politik, pengkhianatan, rahasia negara, intrik perebutan kekuasaan dan bagaimana manusia menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kuasa yang sudah diperoleh.

Yang hebat dari Harris, bahkan kisah yang nyaris tidak diketahui siapapun ini- karena tenggelam dalam lautan sejarah yang lebih luas- bisa diramu dengan amat memikat dan membuat saya nyaris tidak bisa berhenti membaca- bahkan sempat terlambat ke kantor segala. Buku setebal 611 halaman ini tidak terasa berat, meski temanya cukup rumit namun berhasil disampaikan dengan mulus. Awalnya, sempat agak bingung membaca banyaknya nama-nama asing berbau Prancis yang terlibat dalam peristiwa ini, namun lama-kelamaan nama-nama itu terasa begitu akrab.

Twist demi twist hadir beruntun, membuat saya membalik halaman demi halaman dengan rasa ingin tahu yang tak kunjung padam. Harris juga berhasil menghadirkan karakter utama yang mudah disukai: membumi, idealis namun tetap memiliki kelemahan yang masuk akal. Seperti Cicero, Picquart dengan kenaifannya harus membayar mahal untuk menjadi orang baik di kancah politik yang serba brutal.

Ending buku ini, meski sesuai dengan fakta sejarahnya sehingga tidak terlalu menyisakan twist yang bombastis, masih terasa cukup memuaskan, walaupun agak sedikit terlalu buru-buru di bagian akhir. Mungkin karena deadline yang semakin mendekat? 😀

Saya tidak sabar membaca buku Harris berikutnya, Conclave yang bercerita tentang intrik pemilihan Paus di Vatikan. I hope Robert Harris keep on being one of the most consistent, celebrated writers in modern era.

Submitted to:

Category: An espionage thriller

Kategori: Thriller & Crime Fiction