Tags

, , , , , , ,

Judul: The Truth About The Harry Quebert Affair

Penulis: Joel Dicker

Penerjemah: Sam Taylor (dari Bahasa Prancis)

Penerbit: Penguin Books (2014)

Halaman: 640p

Beli di: Big Bad Wolf Jakarta 2016 (IDR 60k)

Marcus Goldman, penulis muda yang sedang naik daun di Amerika, mengalami penyakit yang paling ditakuti oleh semua penulis: writer’s block. Segala cara sudah ia lakukan untuk bisa memulai bukunya yang kedua, tapi sia-sia saja. Kejaran dari agen, penerbit dan tekanan dari media serta para pembaca, membuatnya semakin panik.

Akhirnya Marcus memutuskan untuk menyepi ke Somerset, kota kecil di New Hampshire, tempat tinggal mentornya yang sekaligus merupakan penulis legendaris Amerika, Harry Quebert.

Namun, di tengah kehebohannya berusaha mengatasi writer’s block, Marcus malah terlibat dalam skandal yang melibatkan Harry, ketika jenazah gadis yang menghilang 33 tahun lalu ditemukan terkubur di kebun rumahnya. Kasus yang tak terpecahkan sejak puluhan tahun tersebut kembali dibuka, dan kali ini Harry menjadi tersangka utamanya.

Marcus semakin kaget dan tak percaya saat sedikit demi sedikit ia menguak rahasia masa lalu Harry, termasuk hubungannya yang terlarang bersama Nola, gadis tersebut, yang sebelum menghilang ternyata menjalin lebih dari sekadar persahabatan dengan Harry. Padahal saat itu Nola masih berumur 15 tahun, sedangkan Harry adalah pria yang sudah berumur lebih dari 30 tahun.

Di tengah deadline yang semakin mendekat, Marcus memutuskan untuk mengungkapkan misteri fantastis ini dan bertekad membuktikan bahwa Harry tidak bersalah. Dan lagi- tak ada ruginya bila ia sekaligus menelurkan buku best seller berikutnya dari skandal Harry Quebert ini!

Harry Quebert Affair ditulis dalam bahasa Prancis oleh Joel Dicker, penulis asal Swiss yang sempat tinggal di Amerika. Mungkin karena bukan ditulis langsung dalam bahasa Inggris, saya merasa ada beberapa bagian dalam kisah ini, terutama yang merupakan flash back kisah cinta terlarang antara Harry dan Nola, yang terasa tidak meyakinkan dan seperti dipaksakan. Kalimat-kalimatnya terasa jadul, seperti membaca roman picisan zaman Victoria saja. Padahal Harry dan Nola adalah dua anak muda Amerika yang hidup di era 70an. Kayaknya kok tidak pas dengan gaya bahasa yang ditampilkan di sini. Kisah cintanya juga bertele-tele dan saya jadi agak menjudge si penulis yang menurut saya, entah memang kurang berpengalaman menulis romans, atau terjebak dengan tipikal kisah romans jaman baheula yang sudah tidak relevan lagi dengan zaman sekarang maupun dengan setting tahun 70-an yang diangkat oleh buku ini.

Saya sendiri paling merasa malas membaca bagian-bagian romans itu karena rasanya terlalu berlebihan. Masa iya sih penulis usia 30an bisa jatuh cinta dengan gadis usia 15 tahun, tanpa merasa ada yang salah? Kalaupun ia merasa bersalah, tindakannya sama sekali tidak mencerminkan hal tersebut. Dan kegalauannya puluhan tahun setelah Nola meninggal tampak agak berlebihan juga. Apalagi ia sudah menjadi penulis terkenal dan harusnya bisa move on dari kejadian masa lalu itu.

Ganjalan utama saya memang sempalan kisah romans menyebalkan yang dikisahkan dengan terlalu berlebihan. Tapi unsur misteri di buku ini pun tidak bisa dibilang brilian. Beberapa twist dan jebakan memang sengaja dipasang oleh si penulis di sana-sini, dan saya sempat terkecoh juga beberapa kali. Namun setelah susah payah memasang berbagai pancingan dan tipuan, rasanya saya dibuat kecewa karena justru ending yang dipilih oleh si penulis adalah ending yang sangat meh- tidak sepadan dengan ketegangan dan karakter mencurigakan yang sidah dibangun dari awal. Rasanya saya ingin teriak “Lah? Gini aja nih endingnya??”

Sungguh pemecahan kasus yang malas, dan (lagi-lagi) terasa dipaksakan, menurut saya.

Satu-satunya hiburan saya yang membuat saya bisa bertahan sampai akhir membaca buku ini adalah Marcus Goldman, tokoh utama sekaligus narator yang meski menyebalkan, tapi cukup menarik dan bisa disukai. Apalagi prosesnya menghadapi writer’s block, serta intrik-intrik dunia perbukuan yang dialaminya, terasa lebih believable dibandingkan dengan kisah misteri Harry Quebert sendiri.

Meskipun tidak jelas juga apa yang menbuat Marcus menjadi penulis bestseller (sampai bisa dikenali oleh semua penduduk Manhattan setiap kali ia jalan-jalan di kota), termasuk kisahnya tentang Harry Quebert yang sepertinya terlalu mengada-ada untuk dijadikan buku bestseller, tapi usaha Joel Dicker menggambarkan huru hara dunia penulis ini patut diapresiasi. Setidaknya, bisa sedikit menutupi kelemahan segi-segi lain yang terasa cukup mengecewakan bagi saya dari buku ini.

Oiya, saya membeli buku ini di event Big Bad Wolf tahun 2016 lalu, dan ternyata buku yang saya baca memiliki banyak sekali halaman yang tertukar-tukar posisinya. Untungnya sih tidak ada halaman yang menghilang, tapi tetap saja saya jadi curiga, jangan-jangan memang buku-buku yang dijual murah oleh BBW ini rata-rata memiliki “cacat” tersendiri? Hmm….

Submitted for:

Category: A book with a title that’s a character’s name

 

 

 

 

 

 

Kategori: Brick Books