Tags
bbi review reading 2017, english, europe, fiction, historical fiction, history, politics, popsugar RC 2017
Judul: A Gentleman in Moscow
Penulis: Amor Towles
Penerbit: Viking (2016)
Halaman: 462p
Beli di: Kinokuniya Nge Ann City (SGD 29.85) — Thanks Papa!!
Tahun 1922 adalah tahun yang penuh perubahan di Rusia. Kaum Bolshevik berkuasa setelah Revolusi besar, memunculkan tokoh seperti Stalin yang hadir dengan konsep komunismenya.
Kaum aristrokat bukan hanya tersingkir, tapi juga dimusuhi dan dianggap sebagai warga kelas dua. Tak terkecuali Count Alexander Rostov, yang kembali ke Rusia setelah Revolusi karena alasan pribadi, namun malah dituduh bersikap subversif karena puisi karangannya yang dianggap melanggar peraturan baru pemerintah komunis. Jadilah Count memperoleh hukuman berat saat itu: tahanan rumah seumur hidup! Tapi, karena sang Count bertempat tinggal di Hotel Metropol di Moskow sebagai tamu tetap, maka ia pun menjadi “tahanan hotel”.
Metropol adalah hotel paling mewah di Moskow, tapi kalau disangka menjadi tahanan di hotel mewah itu menyenangkan, wah… salah besar! Hotel tetap saja jadi penjara kalau kita tidak diizinkan pergi melangkah ke luar sama sekali. Yah… miriplah dengan istilah “burung dalam sangkar emas”.
Apa yang dilakukan Count sebagai tahanan Metropol, itulah yang menjadi inti cerita buku ini. Dari balik gedung mewah tersebut, Count mengamati perubahan yang terjadi pada Rusia yang dicintainya. Sementara itu, Count juga bertemu dengan berbagai karakter menarik yang sedikit banyak akan mempengaruhi hidupnya, termasuk Nina, gadis kecil cerdas yang menunjukkan akses menuju tempat-tempat tersembunyi di Metropol, Andrey dan Emile, karyawan restoran yang akan menjadi sahabat-sahabat terdekat Count, serta Anna Urbanova, aktris Rusia yang sedang naik daun dan kerap menginap di Metropol.
Tahun demi tahun, Count mencoba membuat hidupnya berarti meski terkungkung dinding-dinding mewah Metropol. Ia juga mengamati perubahan politik Rusia, baik melalui tamu-tamu hotel maupun melalui Mishka, sahabat lamanya yang kerap berkunjung dan berkeluh kesah tentang kekacauan yang ditimbulkan oleh Stalin dan kroni-kroninya.
A Gentleman in Moscow bukanlah jenis buku yang menegangkan, penuh klimaks dan twist mengejutkan. Justru, buku ini lebih cocok dinikmati perlahan-lahan, kaya akan diksi dan analogi-analogi yang menantang otak kita untuk mencernanya.
Saya suka gaya Amos Towles bercerita, dengan selipan humor -baik yang subtle sampai yang sarkastik- di sana-sini terutama dalam dialog antar tokohnya. Memang ada bagian-bagian yang agak lambat bahkan cenderung membosankan, tapi justru memperdalam makna kisah sang Count dalam buku ini.
Saya juga suka bagaimana Towles menggambarkan Metropol Hotel dengan detail dan hidup sampai seolah-olah saya ikut hadir di sana. Dari mulai lobbynya yang mewah, restoran Piazza yang megah, bar Sharlyapin yang hangat, sampai ruangan tersembunyi seperti basement dan loteng. Tak kalah seru, karakter yang hadir pun semuanya tidak dibuat satu dimensi, meski beberapa dari mereka sebenarnya hanya tampil sebagai pelengkap.
Namun pemenang dari semuanya tentu adalah Count Rostov sendiri, karakter utama yang mudah untuk disukai, dengan segala kerendahhatiannya sebagai “mantan” kaum aristokrat yang sudah terpinggirkan. Dari Count saya belajar banyak sekali hal: bagaimana membuat hidup berarti sekecil apapun itu, bagaimana mensyukuri hidup hari demi hari, bagaimana menerima kenyataan bahwa kehidupan selalu berubah, dan masih banyak lagi. Saya mau tidak mau selalu rooting for the Count, dan berharap entah bagaimana, ada ending yang bahagia untuknya.
A Gentleman in Moscow mungkin bukanlah buku yang sempurna, namun ketidaksempurnaannya itulah yang membuatnya begitu layak untuk dinikmati dan diapresiasi.
Metropol Hotel di Moscow hingga sekarang masih berdiri tegak dan menjadi salah satu hotel paling mewah dan bersejarah di Rusia. Dibangun tahun 1899 hingga 1907, hotel ini sudah menyaksikan banyak sekali peristiwa penting yang mengubah wajah Rusia, termasuk sempat menjadi tempat tinggal dan berkantor birokrat Soviet saat awal berdirinya pemerintahan baru tersebut. Dengan gaya dekorasi Art Noveau yang megah serta berlokasi di tengah-tengah pusat kota Moscow, tak heran Metropol hingga kini masih terus digemari oleh orang-orang yang berkunjung ke ibu kota Rusia itu.
Submitted for:

Category: A Book Set in a Hotel

Kategori: Historical Fiction
Pingback: 2017: A Year in Books |