Tags

, , , , , , , ,

gadis kretekJudul: Gadis Kretek

Penulis: Ratih Kumala

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)

Halaman: 275p

Beli di: Buku Murah Gramedia Carefour Central Park (IDR 20k, bargain!)

Plot:

Pemilik perusahaan rokok besar Kretek Djagad Raja, sedang sekarat. Pak Raja, nama pengusaha itu, menyebut-nyebut “Jeng Yah” di tengah kondisinya yang sudah parah. Ketiga anaknya, para pewaris perusahaan, mengalami dilema. Antara mencoba mencari perempuan itu, atau mengikuti keinginan sang ibu yang dibakar cemburu, untuk melupakan nama celaka tersebut.

Akhirnya sang ayah yang menang. Ketiga anak tsang pengusaha, Lebas, Karim dan Tegar, berangkat ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah. Perjalanan ini, selain memberi makna bagi hubungan persaudaraan mereka, ternyata juga menjadi napak tilas menelusuri sejarah sang ayah.

Termasuk awal mula kisah cintanya dengan Jeng Yah, pemilik kretek lokal kota M. Mereka juga baru tahu kalau sejarah keluarga mereka ternyata bertumpukan dengan konflik rumit lainnya, seperti persaingan usaha kretek lokal di masa lalu, awal mula bangkitnya kretek di Jawa, sampai pergolakan G30S PKI yang memiliki andil besar dalam membentuk masa depan Pak Raja.

Pengungkapan rahasia masa lampau ini membuat ketiga bersaudara seolah diingatkan kembali akan sosok ayah yang mereka sangka sudah mereka kenal. Dan apakah mereka berhasil menemukan Jeng Yah?

Thoughts:

Ini adalah pengalaman pertama saya bersinggungan dengan karya Ratih Kumala, dan ternyata saya menyukainya. Ratih mengangkat sebuah kisah unik tentang sejarah berkembangnya rokok kretek di Indonesia, yang dipadukan dengan saga keluarga.

Perusahaan Djagad Raja mau tidak mau mengingatkan saya dengan perusahaan Djarum, salah satu perusahaan rokok terbesar dan tertua di Indonesia, dengan para pewaris anak laki-laki yang sukses meneruskan kejayaan usaha keluarga tersebut. Berbagai istiliah teknis pembuatan kretek juga disinggung di dalam buku ini, mulai dari jenis-jenis tembakau sampai ramuan rahasia yang membuat setiap kretek berbeda.

Saya sendiri jauh lebih tertarik dengan sejarah kretek dan kisah saga keluarga Pak Raja, dibandingkan dengan latar sejarah bangsa yang seakan menjadi tempelan belaka dalam Gadis Kretek. Memang kisah kilas balik membawa kita ke setting jaman dahulu, mulai dari saat Belanda menjajah Indonesia, hingga Jepang datang, Indonesia merdeka dan terjadi peristiwa yang dikenal sebagai G30S PKI. Namun porsi kisah sejarah ini lebih seperti sempalan, tidak dijabarkan terlalu detail, sehingga tidak terlalu membuat saya berkesan.

Sedangkan satu lagi yang saya kurang sreg adalah cerita tentang nasib Raja sejak terlibat tragedi PKI hingga menjadi pengusaha sukses, yang dikisahkan secara terlalu buru-buru, menyisakan banyak loophole dan kebetulan-kebetulan yang tak terjelaskan hingga akhir buku. Seakan-akan Ratih sudah kehabisan jatah halaman dan berusaha memampatkan ending cerita dengan sesingkat mungkin. Sayang memang karena penjabaran awal buku ini justru sudah mengalir dengan sangat enak.

Satu lagi yang agak saya sayangkan adalah catatan kaki yang penjelasannya terletak di akhir tiap bab, sehingga pembaca harus sibuk membolak-balik halaman setiap kali ingin mengetahui tentang suatu istilah. Akan lebih enak sebenarnya bila catatan kaki tetap diletakkan di bagian bawah halaman yang bersangkutan.

Gadis Kretek adalah perjalanan menyenangkan, yang meskipun tidak sempurna, tapi tetap menyisakan kenikmatan saat membacanya. Dan membuat saya lebih optimis tentang masa depan fiksi Indonesia.

Trivia:

– Kretek adalah rokok yang dibuat dari campuran tembakau, cengkeh dan rasa lainnya. Nama kretek berasal dari bunyi yang ditimbulkan oleh rokok saat sedang dihisap.

-Kretek berasal dari Indonesia, khususnya Jawa Tengah (Kudus), dan pertama kali justru dipercaya bisa menyembuhkan penyakit pernapasan termasuk asma.

-Meski sangat populer di Indonesia, ternyata kretek sudah dilarang peredarannya di Amerika Serikat sejak 2009. Hal ini sempat menuai kontroversi karena pelarangan tersebut dianggap hanya sebagai cara untuk melindungi perusahaan rokok Amerika dari persaingan dengan produsen kretek yang kebanyakan berasal dari luar negeri (Indonesia termasuk salah satu eksportir kretek terbesar dunia).

Writer:

Ratih Kumala, lahir di Jakarta 4 Juni 1980. Ia menyelesaikan studi dari Jurusan Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

Buku pertamanya, novel berjudul Tabula Rasa, memperoleh hadiah ketiga Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003, dan diterbitkan oleh Penerbit Grasindo, 2004. Novel keduanya, Genesis, diterbitkan Insist Press tahun 2005. Kumpulan cerita pendeknya, Larutan Senja, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tahun 2006. Buku keempat berjudul Kronik Betawi (novel/GPU, 2009) yang sebelum terbit sebagai buku juga terbit sebagi cerber di harian Republika. Novelnya yang terbaru berjudul Gadis Kretek (GPU, 2012)

Selain menulis novel dan cerita pendek, Ratih juga menulis skenario untuk televisi. Saat ini tinggal di Jakarta bersama suaminya, penulis Eka Kurniawan, dan putrinya Kidung Kinanti Kurniawan.

Submitted for:

Posbar Hisfic Indonesia bulan Februari 2014

Posbar Hisfic Indonesia bulan Februari 2014