Tags
bahasa indonesia, bargain book!, BBI, epic/family, fiction, Gramedia, history, review 2014, romance
Penulis: Ratih Kumala
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2012)
Halaman: 275p
Beli di: Buku Murah Gramedia Carefour Central Park (IDR 20k, bargain!)
Plot:
Pemilik perusahaan rokok besar Kretek Djagad Raja, sedang sekarat. Pak Raja, nama pengusaha itu, menyebut-nyebut “Jeng Yah” di tengah kondisinya yang sudah parah. Ketiga anaknya, para pewaris perusahaan, mengalami dilema. Antara mencoba mencari perempuan itu, atau mengikuti keinginan sang ibu yang dibakar cemburu, untuk melupakan nama celaka tersebut.
Akhirnya sang ayah yang menang. Ketiga anak tsang pengusaha, Lebas, Karim dan Tegar, berangkat ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah. Perjalanan ini, selain memberi makna bagi hubungan persaudaraan mereka, ternyata juga menjadi napak tilas menelusuri sejarah sang ayah.
Termasuk awal mula kisah cintanya dengan Jeng Yah, pemilik kretek lokal kota M. Mereka juga baru tahu kalau sejarah keluarga mereka ternyata bertumpukan dengan konflik rumit lainnya, seperti persaingan usaha kretek lokal di masa lalu, awal mula bangkitnya kretek di Jawa, sampai pergolakan G30S PKI yang memiliki andil besar dalam membentuk masa depan Pak Raja.
Pengungkapan rahasia masa lampau ini membuat ketiga bersaudara seolah diingatkan kembali akan sosok ayah yang mereka sangka sudah mereka kenal. Dan apakah mereka berhasil menemukan Jeng Yah?
Thoughts:
Ini adalah pengalaman pertama saya bersinggungan dengan karya Ratih Kumala, dan ternyata saya menyukainya. Ratih mengangkat sebuah kisah unik tentang sejarah berkembangnya rokok kretek di Indonesia, yang dipadukan dengan saga keluarga.
Perusahaan Djagad Raja mau tidak mau mengingatkan saya dengan perusahaan Djarum, salah satu perusahaan rokok terbesar dan tertua di Indonesia, dengan para pewaris anak laki-laki yang sukses meneruskan kejayaan usaha keluarga tersebut. Berbagai istiliah teknis pembuatan kretek juga disinggung di dalam buku ini, mulai dari jenis-jenis tembakau sampai ramuan rahasia yang membuat setiap kretek berbeda.
Saya sendiri jauh lebih tertarik dengan sejarah kretek dan kisah saga keluarga Pak Raja, dibandingkan dengan latar sejarah bangsa yang seakan menjadi tempelan belaka dalam Gadis Kretek. Memang kisah kilas balik membawa kita ke setting jaman dahulu, mulai dari saat Belanda menjajah Indonesia, hingga Jepang datang, Indonesia merdeka dan terjadi peristiwa yang dikenal sebagai G30S PKI. Namun porsi kisah sejarah ini lebih seperti sempalan, tidak dijabarkan terlalu detail, sehingga tidak terlalu membuat saya berkesan.
Sedangkan satu lagi yang saya kurang sreg adalah cerita tentang nasib Raja sejak terlibat tragedi PKI hingga menjadi pengusaha sukses, yang dikisahkan secara terlalu buru-buru, menyisakan banyak loophole dan kebetulan-kebetulan yang tak terjelaskan hingga akhir buku. Seakan-akan Ratih sudah kehabisan jatah halaman dan berusaha memampatkan ending cerita dengan sesingkat mungkin. Sayang memang karena penjabaran awal buku ini justru sudah mengalir dengan sangat enak.
Satu lagi yang agak saya sayangkan adalah catatan kaki yang penjelasannya terletak di akhir tiap bab, sehingga pembaca harus sibuk membolak-balik halaman setiap kali ingin mengetahui tentang suatu istilah. Akan lebih enak sebenarnya bila catatan kaki tetap diletakkan di bagian bawah halaman yang bersangkutan.
Gadis Kretek adalah perjalanan menyenangkan, yang meskipun tidak sempurna, tapi tetap menyisakan kenikmatan saat membacanya. Dan membuat saya lebih optimis tentang masa depan fiksi Indonesia.
Trivia:
– Kretek adalah rokok yang dibuat dari campuran tembakau, cengkeh dan rasa lainnya. Nama kretek berasal dari bunyi yang ditimbulkan oleh rokok saat sedang dihisap.
-Kretek berasal dari Indonesia, khususnya Jawa Tengah (Kudus), dan pertama kali justru dipercaya bisa menyembuhkan penyakit pernapasan termasuk asma.
-Meski sangat populer di Indonesia, ternyata kretek sudah dilarang peredarannya di Amerika Serikat sejak 2009. Hal ini sempat menuai kontroversi karena pelarangan tersebut dianggap hanya sebagai cara untuk melindungi perusahaan rokok Amerika dari persaingan dengan produsen kretek yang kebanyakan berasal dari luar negeri (Indonesia termasuk salah satu eksportir kretek terbesar dunia).
Writer:
Ratih Kumala, lahir di Jakarta 4 Juni 1980. Ia menyelesaikan studi dari Jurusan Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Buku pertamanya, novel berjudul Tabula Rasa, memperoleh hadiah ketiga Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003, dan diterbitkan oleh Penerbit Grasindo, 2004. Novel keduanya, Genesis, diterbitkan Insist Press tahun 2005. Kumpulan cerita pendeknya, Larutan Senja, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tahun 2006. Buku keempat berjudul Kronik Betawi (novel/GPU, 2009) yang sebelum terbit sebagai buku juga terbit sebagi cerber di harian Republika. Novelnya yang terbaru berjudul Gadis Kretek (GPU, 2012)
Selain menulis novel dan cerita pendek, Ratih juga menulis skenario untuk televisi. Saat ini tinggal di Jakarta bersama suaminya, penulis Eka Kurniawan, dan putrinya Kidung Kinanti Kurniawan.
Submitted for:
Peri Hutan said:
sama, mbak, aku juga malah lebih tertarik sama sejarah kreteknya š
astrid.lim said:
menarik ya lis…
alvina ayuningtyas (@alvina13) said:
akhirnya selese juga baca buku ini, ya Mbak XD *dikeplak
astrid.lim said:
iyaaa, demi BBI vin XD
Fanda said:
Oh, kalau aku justru menganggap sejarah yang diangkat memang sejarah rokok kretek-nya (makanya judulnya Gadis Kretek). Dan bagikut justru itu daya tarik terbesarnya.
astrid.lim said:
iya mbak… kayanya kental nuansa sejarah kreteknya ya… mirip2 gaya tracy chevalier sebenernya š
Dion said:
Sampai sekarang masalah rokok kretek ini memang masih menjadi kontroversi. Apakah pelarangannya karena desakan kapital luar negeri yang tergusur oleh rokok dr Indonesia ataukah murni karena alasan kesehatan. Semoga saya nemu obralan buku ini, pengen š¦
astrid.lim said:
betuuul, isunya kompleks ya.. bahkan di indonesia sendiri masih kontroversial, kebanyakan kepentingan sih ya..
Lalaendut said:
Ah buku yang menarik mbak astrid, jadi pengen baca š
astrid.lim said:
iya cukup menarik kok terutama tentang sejarah rokok kretek nya š
Maria said:
Secara pribadi, menurutku kisah tiga bersaudara itu malahan bisa dihapus, cukup fokus pada perjalanan sosok Gadis Kretek yang lebih kental kandungan history-nya … sayang dibuat setengah-setengah, jadi nanggung begitu, padahal menarik sekali š
astrid.lim said:
naaah, mungkin si penulis kepingin memadukan epik keluarga dengan historical fiction, tapi wadahnya kurang ya mba, jadi separo2 kesannya š
Zelie said:
Eh, aku malah belum merasa penasaran untuk membaca buku ini.
*ditendang
Sayang ya, kalau jalan cerita sudah enak tau-tau seperti dipaksa selesai begitu saja š
astrid.lim said:
aku juga baca gara2 dapet diskon dan bisa pas sama posbar BBI kok chei š iya, sayang endingnya buru2 bangeeet…banyak yg ga ada penjelasan memadai..
Faraziyya said:
aku udah baca buku ini dan… hmm.. lupa sebagian besar ceritanya -,-a
astrid.lim said:
hahahaha tipikal buku yang nggak terlalu berkesan banget ya ziyy XD
luckty said:
Aku udah baca buku ini, ngefans ama Mbak Ratih Kumala yang produktif banget nulis skenario FTV Trans ini. Sayang sekarang beliau mengurangi waktu untuk sosmed, tapi gak sampe ‘membunuh’ semua akun seperti yang dilakukan suaminya, mungkin biar fokus di dunia nyata š
@lucktygs
astrid.lim said:
waaah aku baru tau kalau suaminya udah nggak aktif di sosmed…kayanya dulu cukup sering wira wiri ya di twitter…
lustandcoffee said:
Aaaah… Dapat bargain pulak. Gue nyari buku ini sudah lama dan masuk wishlist juga sebenernya. Pengin nyari dan baca buku ini. Nice trivia ^^
astrid.lim said:
iyaaa…kalau mau swap kabarin aja yus š
Tirta @ I Prefer Reading said:
Udah lama banget nih aku pengen baca Gadis Kretek ini juga, Mbak Astrid, enaknyaaaa dapet dari diskonan XD Banyak istilah-istilah yang ‘susah’ kah buat yg awam jadi harus bolak-balik liat catatan kaki?
astrid.lim said:
hehehe iyaaa banyak buku2 bagus yang didiskon skrg tir… istilahnya banyakan tentang rokok, sama percakapan bahasa jawa sih š
desty said:
Ini salah satu buku favorit saya, karena ada sejarah kretek itu. Pas berkunjung ke pabrik cerutu di Jogja jadi ada gambaran lebih jelas tentang pembuatannya
astrid.lim said:
wah seru banget pernah ke pabriknya ya des, jadi pengen juga… aku so far cuman pernah ke sampoerna museum doang XD
tezarariyulianto said:
saya suka tulisan-tulisannya Ratih Kumala kak. Sayang nggak muncul lagi bukunya š¦
astrid.lim said:
iyaaa kenapa ya? mudah2an bakal ada lagi dlm wkt dekat…
nanny/nannia said:
sudah lama sih denger tentang buku ini, baca reviewnya kayaknya menarik juga untuk dibaca
astrid.lim said:
cukup menarik kok ceu, banyak fakta sejarah yg aku baru tau…
lila podungge (@lila_coolradio) said:
eh, baru tau kalo buku ini masuk hisfic indo hahaha. …Sepertinya menarik ya, tapi belum kepengen beli. Nyari pinjaman aja deh =)
astrid.lim said:
iyaaa unsur sejarah rokok kretek indo nya cukup kental kok š
Siro said:
Udah lama nyari buku ini, tapi masih gak ketemu,. :(. Jadi semakin pengen baca,…
astrid.lim said:
bagus kok, cukup beda dari buku indo biasanya š
Lina said:
suka sama kavernya, vintage githu. Baru tau, kalau Indonesia salah satu negara exportir kretek terbesar di indonesia.
astrid.lim said:
iya covernya unik dan katanya sempet diprotes orang2 XD