Tags

, ,

labour of greycells

Sebagai penggemar Agatha Christie, khususnya Monsieur Hercule Poirot, aku sangat senang ketika mendengar blog Sel-Sel Kelabu mengadakan event The Labours of Grey Cells. Tentunya aku langsung ikutan donk, lumayan mem-boost semangat ngeblog di awal tahun, apalagi karena topiknya “aku banget” =D

Sesuai dengan ketentuan, sebagai pembaca lama Agatha Christie, aku memilih kategori And Then There Were More (ATTWM), dan topik yang akan dibahas, apalagi kalau bukan karakter favorit sepanjang masa, Hercule Poirot.

A Glimpse of Poirot

poirotHercule Poirot adalah detektif berkebangsaan Belgia (yang juga mantan polisi) yang menjadi salah satu karakter sentral dalam buku-buku Agatha Christie. Sejak kemunculannya pertama kali dalam buku The Mysterious Affairs of Style, Poirot sudah menarik perhatian dengan penampilan dan sifatnya yang sama-sama eksentrik. Kepala berbentuk bulat telur dan kumis melintang adalah beberapa hal yang menjadi ciri khasnya, sementara sifatnya diwakili oleh perfeksionis, cenderung suka kerapian dan hal-hal yang terorganisir. Poirot tampil di 33 buah novel Agatha Christie, ditambah lebih dari 50 cerita pendek. Dalam kisah-kisahnya, Poirot biasa didampingi oleh sidekicknya yang setia, Kapten Hastings.

10 Things I Love About Poirot

  1. Sel-sel kelabunya. Poirot mempopulerkan istilah ini untuk menggambarkan asetnya yang paling berharga, yaitu otaknya. Poirot juga membenci mitos yang mengatakan kalau detektif harus berkeliaran ke sana-sini mengendus petunjuk. Menurutnya, kasus bisa terpecahkan hanya dengan duduk diam dan berpikir.
  2. Kumisnya =) Kapten Hastings menggambarkan kumis Poirot sebagai “stiff and very military”. Poirot sangat menaruh perhatian pada kumisnya ini, yang merupakan kebanggaannya sepanjang masa. Ironisnya, kumis yang sangat dibanggakannya ini malah dianggap sudah ketinggalan jaman dan sering menjadi bahan bercandaan orang-orang yang ditemuinya.
  3. Keisengannya. Meski sayang pada Hastings (dan sering memanggil sahabatnya ini mon ami), Poirot kerap kali bersikap “iseng” pada sahabatnya ini. Terutama kalau ia sudah berhasil memecahkan sebuah kasus dan Hastings penasaran ingin tahu hasilnya. Poirot selalu jual mahal dan menyemangati Hastings untuk berusaha sendiri, yang membuat Hastings sebal setengah mati.
  4. His style. Selain kumisnya yang terkenal, Poirot juga sangat memperhatikan penampilannya secara keseluruhan. Ia membenci ketidakrapian, sekecil apapun itu, termasuk setitik debu di jasnya. Poirot juga menganut paham “yang penting gaya, biarpun menderita”. Salah satu yang paling khas adalah sepatu kulit hitamnya yang selalu mengkilap, dan dipakai ke manapun biarpun itu berarti kakinya harus lecet-lecet akibat berjalan jauh!
  5. Seleranya yang unik. Poirot memiliki selera tidak biasa hampir dalam segala hal, termasuk dalam memilih minuman. Hal ini kerap membuat orang bertanya-tanya (dan biasanya memilih untuk minum whiskey saja), namun Poirot tetap cuek menikmati salah satu dari ketiga minuman favoritnya: sirop de cassis (yang berwarna gelap), tisane (ramuan cina yang pahit), atau cokelat panas.
  6. Ke-reseh-annya =) Poirot sering sekali mempermasalahkan hal-hal kecil yang kadang membuat Hastings naik darah, tapi sekaligus membuat pembaca terhibur. Merapikan barang sesuai urutan, membersihkan debu, mabuk laut kalau di kapal..semua kelakuannya yang menjurus OCD justru membuat kisah-kisah Poirot semakin berwarna.
  7. Kegemarannya menikmati hidup. Meski seorang pekerja keras yang pantang menyerah, Poirot selalu meluangkan waktunya untuk menikmati hidup: makanan enak (tak jarang di restoran mewah) kerap menjadi favoritnya, begitu pula dengan pertunjukan teater, hotel yang nyaman dan liburan mewah (yang ironisnya selalu membawanya pada sebuah kasus!).
  8. Arogansinya. Yap, Monsieur Poirot has a huge ego. Dia selalu yakin kalau semua orang pasti mengenal namanya yang termashyur. Padahal tidak setiap orang (terutama generasi muda) mengenal nama Poirot yang semakin tua. Namun Poirot tak pernah peduli. Menurutnya, Hercule Poirot tetap nomor satu!
  9. Kerja kerasnya. Meski sering sekali berencana untuk pensiun, Poirot akhirnya kembali menekuni profesi yang dicintainya ini. Adaaa saja kasus yang membawanya kembali menyelidik. Dan walaupun sering dikasihani Hastings akibat usianya yang semakin tua dan pemikirannya yang melamban, Poirot tetap selalu menjadi yang tertawa di akhir cerita.
  10. Kesetiaannya. Siapapun temannya: Hastings, Mrs. Oliver sang penulis, Inspektur Japp, atau sekretarisnya Miss Lemon, Poirot selalu setia pada mereka dan tak segan membantu saat mereka kesusahan. Oleh teman-temannya ini pula Poirot sering diminta bantuan memecahkan suatu kasus, yang tentu langsung ditanggapinya.

 

Trivial Stuff

  • Agatha Christie pernah menyebut karakter Poirot sebagai “detestable,
    Poirot obituary at New York Times, taken from here

    Poirot obituary at New York Times, taken from here

    bombastic, tiresome, ego-centric little creep”. Namun tidak seperti Conan Doyle yang pernah membunuh Sherlock Holmes akibat tidak tahan pada karakter ciptaannya itu, Christie tetap mempertahankan Poirot hingga bukunya yang terakhir.

  • Umur Poirot sering dipertanyakan, akibat panjangnya rentang waktu yang diberikan Christie pada kisah-kisah Poirot. Christie sendiri pernah menyesali keputusannya membuat karakter Poirot terlalu tua di buku pertamanya, “… I ought to have abandoned him after the first three or four books, and begun again with someone much younger”. Beberapa sumber mencoba menghitung umur Poirot saat ia meninggal di buku Tirai, dan memperoleh angka 101 -121 tahun =)
  • Dua karakter sentral buku-buku Christie, Jane Marple dan Hercule Poirot tidak pernah mendapat kesempatan bertemu. Padahal pasti akan sangat seru kalau Poirot yang “orang asing” bertemu dengan Miss Marple, old spinster yang asli Inggris banget =)

 

My Latest Encounter

rumah-gemaBuku terakhir Poirot yang baru saja kubaca ulang adalah The Hollow (Rumah Gema, terjemahan Gramedia Pustaka Utama yang mencetak ulang buku-buku Agatha Christie dengan cover baru). Meski bukan merupakan favoritku, dan tidak menyimpan sesuatu yang terlalu istimewa untuk ukuran Hercule Poirot, buku ini cukup mengobati kekangenanku terhadap kisah-kisah ala Poirot.

The Hollow bercerita tentang pembunuhan yang terjadi saat Poirot diundang makan siang di rumah keluarga Angkatell. Posisi mayat di tepi kolam renang dengan darah menetes akibat luka tembak dirasakan Poirot seperti adegan teater belaka. Sementara di sebelah korban, istrinya memegang pistol dalam keadaan seperti trance. Apakah kasus ini sesederhana kelihatannya, atau memang ada panggung yang disiapkan untuk Hercule Poirot, di mana semua tidak seperti yang terlihat?

Poirot di sini digambarkan sangat sinis, kelihatan lelah dan kurang tertarik dengan kasus yang dihadapinya, bahkan sempat tersinggung awalnya karena menyangka disuguhi oleh pertunjukan murahan. Namun semakin ke belakang, sifat-sifat khasnya mulai muncul, dan tentunya kasus ini diakhiri dengan kesimpulannya yang gemilang seperti biasa.

 

My Latest Treasure

poirot short storiesKoleksi terbaruku tentang Poirot kuperoleh saat sedang browsing buku-buku bekas di Abe Books. Dan ternyata, mendapatkan buku yang sudah lama ada di wishlist: Hercule Poirot: The Complete Short Stories, dengan harga USD 5 saja *terharu*. Meski kondisi bekas, tapi masih bagus kok. Hadiah ulang tahun/Natal/tahun baru yang pas untuk diri sendiri (soalnya nggak ada yang mau beliin, hahaha). Anyway… what’s the next treasure yaaa? Browsing lagi ah =)

“It is the brain, the little gray cells on which one must rely. One must seek the truth within–not without.” (Hercule Poirot)

Dan meski pada akhirnya para pembaca harus mengucapkan selamat tinggal pada Poirot di buku terakhirnya, Tirai (Curtain), buatku sosok Poirot akan tetap selalu abadi, dan menjadi salah satu karakter paling memorable dan lovable sepanjang masa. Thank you, Dame Agatha Christie, for creating such a wonderful character =)

Tulisan ini adalah opini pribadi yang dibuat dengan mengacu ke berbagai sumber, antara lain http://www.poirot.us dan http://en.wikipedia.org/wiki/Hercule_Poirot