Judul: Death on the Nile (Pembunuhan di Sungai Nil)
Penulis: Agatha Christie
Penerjemah: Mareta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014, cetakan keenam)
Halaman: 390p
Beli di: @HobbyBuku (bagian dari bundel Agatha Christie)
Meski saya sudah bisa dibilang khatam dengan sebagian besar buku karya Agatha Christie (terutama yang menampilkan Hercule Poirot), saking seringnya saya membaca ulang buku-buku tersebut, namun tetap saja ada beberapa hal baru yang saya temukan, atau alami, setiap kali membaca ulang.
Tak terkecuali kali ini, saat saya memilih untuk membaca ulang salah satu karya paling terkenal dari Christie, yang rencananya adaptasi filmnya juga akan beredar akhir tahun ini (semoga saja tidak diundur lagi!).
Kisahnya sangat khas Christie. Linnet Ridgeway, gadis cantik, kaya raya, pewaris tahta, dan cerdas dalam berbisnis, seolah sudah memiliki segalanya. Namun tetap saja, saat ia dikenalkan dengan tunangan sahabatnya sendiri, Jacqueline de Bellefort, ia bertekad untuk bisa memiliki pria tersebut juga. Sang pria, Simon Doyle, pada akhirnya berhasil jatuh ke pelukannya.
Mereka pun berbulan madu ke Mesir, namun yang membuat Linnet jengkel, Jackie selalu ada ke manapun mereka pergi, membayangi mereka seakan ingin terus mengingatkan rasa bersalah Linnet dan Simon yang telah mengkhianatinya. Lama-lama Linnet merasa terancam, terlebih ketika Jackie juga mendadak muncul di pelayaran menyusuri Sungai Nil yang merupakan rencana rahasia Linnet dan Simon.
Dan benarlah – suatu malam, terjadi pertengkaran besar antara Jackie dan Simon, dan Linnet ditemukan mati ditembak di kamarnya. Meski kecurigaan langsung tertuju pada Jackie, namun alibi Jackie yang sangat kuat langsung mematahkan kecurigaan tersebut. Pertanyaannya: siapa lagi yang menginginkan kematian Linnet?
Untunglah ada Hercule Poirot di pelayaran tersebut. Dengan gayanya yang khas, Poirot berhasil menguak perkara pelik ini, membongkar topeng setiap penumpang kapal yang ternyata banyak menyembunyikan maksud asli mereka ikut pelayaran tersebut. Dan tak sedikit orang yang ternyata memiliki motif membunuh Linnet!
Death on the Nile menurut saya merupakan salah satu buku Christie yang paling efektif dan original. Memang benar, identitas setiap penumpang yang tidak diduga-duga seringkali menimbulkan ketidakpuasan (Christie sering memberikan twist kejutan yang terkesan agak dipaksakan), namun di sini hal tersebut seolah memiliki penjelasan demi penjelasan yang memuaskan.
Drama kisah cinta segitiga, pengkhianatan, dendam pribadi – semua disuguhkan Dame Agatha dengan dramatis namun tidak berlebihan. Kehadiran Poirot di sini pun terasa pas – porsinya tidak terlalu sedikit, namun juga tidak terlalu mendominasi sehingga kita masih memiliki kesempatan mengenal karakter-karakter lainnya di atas kapal.
Oh – dan kehadiran Colonel Race di sini juga cukup menyenangkan dan memberi nuansa berbeda dari kasus Poirot lainnya.
Pertama kalinya saya membaca Death on the Nile, jujur saja, saya tidak menyukai buku ini. Saya tidak suka karakter-karakternya, juga endingnya yang amat melodramatis. Namun saat membaca ulang, harus diakui, Christie seolah memiliki semua jawaban yang bisa menutupi lubang-lubang dalam cerita. Saya lebih menilai buku ini secara objektif dari efektivitasnya sebagai sebuah kisah pembunuhan, ketimbang rasa suka-tidak suka yang lebih subjektif. Dan memang, harus diakui kalau buku ini adalah salah satu karya terbaik Christie 🙂
The movie
Death on the Nile sudah beberapa kali diadaptasi ke layare lebar, terutama karena kisahnya yang dramatis serta settingnya yang eksotis (pelayaran di Sungai Nil!!). Mungkin yang bisa mengalahkan keunikan settingnya hanyalah Murder on the Orient Express, yang juga sama-sama sudah sering diangkat ke layar lebar.
Kali ini, Death on the Nile merupakan bagian dari kisah Poirot yang digawangi oleh Kenneth Branagh sebagai sutradara sekaligus tokoh Hercule Poirot, yang sebelumnya sudah sukses mengadaptasi kisah Orient Express.
Beberapa aktor dan aktris yang menurut saya akan menarik diamati di film nanti adalah Gal Gadot sebagai Linnet Ridgeway (cocok!), Letitia Wright sebagai Rosalie Otterbourne, anak penulis novel romans, serta Armie Hammer sebagai Simon Doyle.
Seperti biasa, banyak karakter yang diganti namanya, bahkan ada karakter yang dihilangkan atau malah ditampilkan padahal tidak ada di buku. Hal ini juga dilakukan Branagh di Orient Express. Saya belum tahu apakah penambahan dan pengurangan karakter ini akan berpengaruh banyak pada plot di film. Tapi yang jelas, film ini termasuk yang tidak akan saya lewatkan!
Submitted for:
Kategori: A book from a series with more than 20 books