Tags

, , , , , , , ,

harpot 1Judul: Harry Potter dan Batu Bertuah

Penulis: JK Rowling

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2002)

Pages: 382 p

Rental di: ReadingWalk

Usia kelayakan baca: 10 tahun and up

Background

Harry Potter adalah kisah yang telah menjadi sebuah klasik modern. Pertama kali membacanya, aku tidak menduga buku yang kubeli di salah satu toko buku di Bandung ini bakal mencetak sejarah dan menjadi legenda. Sejak membaca pertama kali di awal tahun 2000 yang lalu, aku tidak menghitung sudah berapa kali aku mengunjungi Harry Potter setiap kali merasa kangen dengan kehidupan di Hogwarts. Harry menemaniku menjalani masa kuliah, lulus, hingga pertama kali bekerja dan bisa membeli buku dengan uang hasil keringat sendiri. Sampai sekarang punya anak pun rasanya Harry tetap menjadi salah satu yang paling setia – dan harapanku Yofel nantinya akan mencintai dunia Hogwarts sebesar rasa cintaku pada dunia rekaan JK Rowling ini.

hotter-potter-logo-1

Mengantri saat preorder, sampai menunggu-nunggu filmnya keluar. Dan excitementnya masih selalu sama. Tak terkecuali saat aku kembali mengunjungi Hogwarts untuk ikut dalam Hotter Potter Event. Thanks to Melisa yg menghosting event ini, aku jadi punya satu alasan lagi untuk bertemu Harry, Ron dan Hermione. Untuk buku pertama, aku memutuskan membaca versi bahasa Indonesianya, as a tribute to the beloved translator, Listiana Srisanti, who had passed away in 2010. Thank you Mbak, for bringing the best series ever into the perfect translation books.

Plot

Harry Potter tinggal di lemari bawah tangga rumah keluarga Dursley. Selama 11 tahun Harry hidup menderita dalam asuhan paman dan bibinya, dibully oleh sepupunya Dudley yang gendut menyebalkan, dan tidak pernah bertemu orang tuanya yang meninggal saat ia masih bayi. Hidupnya tak pernah menarik, hingga sepucuk surat (yang diikuti ratusan surat lainnya!) datang menghampiri dirinya, mengungkapkan fakta mengejutkan tentang dunia lain yang selama ini tak pernah Harry tahu: dunia sihir.

Tak hanya itu, Harry pun baru tahu kalau ia ternyata merupakan legenda di dunia tersebut sebagai anak yang bertahan hidup dari serangan Voldemort, atau Dia Yang Namanya Tak Boleh Disebut, penjahat yang paling ditakuti oleh para penyihir. Hari-hari Harry Potter berubah drastis saat ia masuk ke dunia sihir: bertemu dengan karakter-karakter unik dan memorable, seperti Hagrid yang bertubuh sebesar raksasa, Profesor Dumbledore, kepala sekolah Haogwarts yang super nyentrik (tapi brilian!), serta tentunya Ron dan Hermione yang akan menjadi sahabat sejatinya. Selain itu, Harry juga berkenalan dengan karakter menyebalkan seperti Snape, guru ramuan yang kelihatannya punya dendam pribadi dengan Harry, dan Draco Malfoy, yang akan menjadi musuh bebuyutannya selama bertahun-tahun.

Ujian Harry di dunia sihir dimulai saat ia beserta kedua sahabatnya harus menyelamatkan batu bertuah yang akan dicuri oleh seorang sosok jahat- sekaligus menghadapi kemungkinan bangkitnya kembali Voldemort.

My thoughts

Membaca ulang Harry Potter selalu menimbulkan sensasi baru yang menyenangkan. Tak terkecuali kali ini. Plot buku pertama memang tidak serumit dan seseru buku-buku selanjutnya, namun dalam buku ini JK Rowling mulai melukiskan kuasnya dengan gemilang di atas kanvas kosong buku fantasi yang sedang stagnan, memperkenalkan dunia baru yang tak terbayangkan sebelumnya, dengan penuh detail yang sangat believable, dan dilengkapi oleh karakter-karakter memorable (but very human!).

Siapa yang tidak ingin tinggal di asrama Gryffindor, mengucapkan kata sandi pada lukisan Nyonya Gemuk, lalu bersiap masuk ke pelajaran Mantra dan Guna-guna sambil berlatih mengucapkan “wingardium leviosa“? (Jangan lupa, dengan ucapan “gar” yg panjang dan enak). Atau berkunjung ke Diagon Alley dengan puluhan toko yang menarik untuk disinggahi. Rowling juga memperkenalkan quidditch, olah raga yang merupakan gabungan dari sepak bola, basket dan baseball – dan diberikan sentuhan sihir sapu terbang yang brilian. Bahkan saking penasarannya dengan Bertie Botts kacang segala rasa, aku sempat mencicipinya, oleh-oleh dari teman adikku yang pergi ke Harry Potter Exhibition di Singapore beberapa saat lalu (iri to the max!!!). Dan sumpah deh, rasa permennya (yang bentuknya menyerupai kacang alias jelly beans) benar-benar sesuai dengan namanya! Aku mencoba rasa rumput, rasa muntah dan rasa “dirt”. Menjijikkan, tapi seru!

what flavor would you like to taste?

what flavor would you like to taste?

Di buku pertama ini, dengan sabar Rowling mulai menguraikan karakter para tokoh utamanya, terutama sahabat-sahabat Harry yang akan menjadi partnernya hingga seri berakhir: Hermione yang genius tapi sombong dan sok tahu, Ron yang tulus tapi minderan. Nantinya di sepanjang seri, Rowling akan terus mengembangkan karakter mereka (dan tentunya Harry), menonjolkan yang baik dan berusaha menghilangkan yang lemah, meski kelemahan mereka masih suka muncul disana-sini untuk menguji persahabatan.

Rowling juga mulai mendrop beberapa hint yang akan jadi kunci penting bagi perkembangan cerita ke depannya. Beberapa misteri kecil mulai dikuak, menimbulkan misteri baru yang lebih besar. Buku Harry Potter pertama ini menjadi semacam panduan yang akan sangat berguna untuk dibuka kembali saat kita membaca buku selanjutnya nanti. Pujian juga kusampaikan untuk penerjemah yang telah berhasil menerjemahkan cerita Harry Potter pertama ini dengan sangat gemilang.

Trivia

Menulis serial fenomenal tentu tak melepaskan penulisnya dari beberapa kesalahan, apalagi begitu banyak fakta kecil yang harus dijaga konsistensinya. Beberapa kesalahan “kecil” yang ditemukan oleh para fans dalam buku ini misalnya (sumber dari sini):

  • Ular boa di kebun binatang mengedipkan matanya pada Harry ketika kabur – padahal ular nggak mungkin bisa berkedip, meski memang punya kelopak mata.
  • Rowling selalu menulis kalau tongkat sihir memilih pemiliknya – karena ada ikatan spesial antara penyihir dan tongkat. Tapi Malfoy yang ditemui hari di toko Madame Malkin berkata kalau ibunya sedang membelikan tongkat untuk dia, sedangkan di buku pertama ini, Ron menggunakan tongkat lungsuran Charlie. Apa memang ada perkecualian?
  • Nick si Kepala Nyaris Putus, hantu Gryffindor, memberi tahu Harry kalau ia sudah tidak makan hampir 400 tahun sejak ia meninggal. Tapi ternyata, Nick sudah meninggal nyaris 500 tahun. Kesalahan kecil ini akhirnya direvisi Rowling di edisi selanjutnya.

 

– Di Inggris, serial Harry Potter diterbitkan oleh Bloomsbury, sedangkan di Amerika diterbitkan oleh Scholastic. Khusus buku pertama, judul yang terbit di Inggris dan Amerika sedikit berbeda. Kalau Inggris menggunakan istilah “Philosopher’s Stone” untuk Batu Bertuah, maka Amerika menggunakan istilah “Sorcerer’s Stone”. Alasannya, katanya sih karena kata “Philosopher” itu digunakan sedikit berbeda di Inggris dan Amerika. Yang lucu, banyak juga kata-kata dalam buku yang diubah di edisi Amerika. Misalnya, sherbet lemon (UK) jadi lemon drop (US), holidaying (UK) jadi vacationing (US), atau jumper (UK) jadi sweater (US). Tapi apapun itu, yang pasti terjemahan bahasa Indonesianya tetap keren!

 

Edisi Perancis =D

Edisi Perancis =D

Selain judul, perbedaan antara edisi Inggris dan Amerika terletak

Bloomsbury Edition

Bloomsbury Edition

pada covernya. Edisi Scholastic lebih playful, dengan karakter kartun seperti karikatur dan warna yang cerah namun senada. Sedangkan edisi British, meskipun tetap menggunakan cartoon art dan warna-warni, lebih terasa karakter “orang” nya. Lucunya, kedua penerbit juga membuat edisi adult – perbedaannya hanya pada cover yang dibuat lebih gelap, tapi tidak ada perbedaan apapun dari segi isi. Edisi bahasa Indonesia selalu menggunakan cover Scholastic untuk edisi kids. Syukurlah, karena beberapa negara menerbitkan terjemahan dengan cover sendiri yang hmmmm…agak-agak terlalu jadul dan sedikit maksa =D

 

Posting ini juga diikutsertakan dalam event Fun Year Event with Children’s Literature yang di host oleh BZee. Sambil menyelam, minum air =D

Come join the event!

Come join the event!